Liam mengerutkan alisnya dan menjawab, "Jangan memanggilku Pak Liam.""Lalu harus memanggil apa?" Sofia menghentikan langkahnya."Bukannya tadi pagi kamu bisa memanggilku tanpa perlu diajari?" tanya Liam dengan nada menyindir.Memangnya tadi pagi bagaimana Sofia memanggil Liam? Sofia berusaha mengingat-ingatnya, sepertinya dia memanggil Liam dengan sebutan nama ....Namun Sofia langsung memanggil Liam dengan sebutan nama agar sandiwaranya terlihat lebih nyata di depan Selena. Sofia merasa panggilan nama terdengar lebih mesra. Hanya saja, sesungguhnya Sofia dan Liam tidak sedekat yang terlihat.Sofia langsung mengabaikan permintaan Liam, lalu menaruh makanannya ke atas meja. Ketika Sofia hendak mengirimkan pesan kepada Evano, Evano datang dan memasuki ruangan Liam dengan sendirinya.Tatapan Evano tidak tertuju kepada Sofia, dia fokus menatap Liam dan bertanya, "Liam, kenapa ada gosip yang mengatakan kamu berpacaran dengan Selena?"Sofia yang hendak menyapa Evano pun terkejut mendengar p
"Maksudmu ... kamu adalah orang yang menyebarkan gosip tentang hubunganku dan Selena?" Liam mengernyit, kedua matanya memancarkan cahaya dingin.Sekujur tubuh Sofia langsung bergidik. Meskipun mengenakan jas tebal, badan Sofia tetap terasa dingin. Sofia hampir menyangkal semua ceritanya barusan, tetapi akal sehat yang tetap menyadarkannya.Sofia mengangguk pelan. "Iya."Daripada Liam memberikan hukuman kepada Manda dan karier Savon serta Gina terancam, Sofia lebih memilih untuk menjadi kambing hitam.Berdasarkan hubungan Sofia dan Liam, seharusnya Liam tidak akan menyakiti Sofia. Paling Liam hanya marah, tetapi dia tidak akan melakukan hal-hal yang membuat Sofia sedih.Liam menyeringai dingin. "Bagus."Tubuh Sofia bergetar hebat, dia tidak berani berbicara kepada Liam.Setelah beberapa menit, Liam mengambil sumpit baru dan lanjut makan.Evano berusaha mencairkan suasana, tetapi Liam tidak menghiraukannya, sedangkan Sofia terlihat melamun. Akhirnya Evano pun menyerah.....Setelah membu
"Pak Liam, ciuman bukan salah satu tugasku." Hanya karena Sofia berpura-pura menjadi pacar Liam, bukan berarti dia wajib melakukan semua kegiatan yang dilakukan selayaknya sepasang kekasih.Liam memasukkan tangannya ke dalam saku sambil tersenyum. "Ini adalah hukuman karena kamu telah sembarangan menyebarkan gosip. Sebelum gosip mengenai hubunganku dan Selena hilang, persiapkan dirimu sebaik mungkin. Siapa tahu masih ada banyak kejutan di belakang."Sofia langsung menyesali keputusannya. Kalau tahu harus membayar harga semahal ini, Sofia tidak akan mengorbankan dirinya demi menyelamatkan Manda."Aku antar sampai sini saja, sampai ketemu nanti malam." Liam melambaikan tangan, lalu berbalik dan pergi meninggalkan Sofia.Setelah Liam pergi, lift pun kembali terbuka. Sofia masuk ke dalam lift, lalu memencet tombol dengan keras. Aneh, tiba-tiba Sofia seperti sedang mendengar suara Liam, "Kalau rusak, kamu harus ganti rugi."Sofia menggelengkan kepalanya, apakah dia sedang berhalusinasi?Sof
Setelah perjalanan yang cukup panjang, akhirnya Sofia tiba di Hotel Royal.Begitu Sofia memasuki hotel, Mita memelototi Sofia dan membuka mulutnya tanpa mengeluarkan suara. "Lewat pintu belakang!"Setiap menghindari Keluarga Hutomo, Sofia selalu keluar masuk melalui pintu belakang. Semua staf lobi hotel mengetahui hal ini.Sesaat melihat isyarat yang diberikan Mita, hal pertama yang terbesit di kepala Sofia adalah "Bu Hutomo datang".Kemarin Evano pergi mengantarkan surat tuntutan kepada Keluarga Hutomo. Bu Hutomo sendiri yang menerima surat tersebut dan menandatanganinya. Cepat atau lambat, saat ini pasti akan tiba juga, Sofia harus kembali menghadapi Keluarga Hutomo.Ketika Sofia membalikkan badan dan hendak pergi, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang diiringi dengan teriakan anak mudah. "Berhenti!"Sebuah tangan meraih pergelangan Sofia dan menariknya.Ketika membalikkan badan, Sofia melihat Yaga yang berdiri di hadapannya. Meskipun tebakan Sofia agak meleset, Yaga juga merup
"Pertama-tama, bukan aku yang membunuh kakakmu." Sofia membantah dengan memaparkan fakta yang ada. "Kalau aku tidak salah ingat, kata polisi Glen bunuh diri karena dia tidak bisa menerima keadaannya yang cacat, dia juga tidak ingin merepotkan keluarganya.""Itu karena ...." Yaga hendak membantah, tapi tiba-tiba dia terdiam. Dia teringat sesuatu dan bergegas menutup mulutnya."Karena ibuku memberikan uang tutup mulut kepada kalian?" Sofia bertanya kepada Yaga, "Bagi kalian, nyawa kakakmu hanya seharga 2 miliar?"Melihat sikap Sofia yang memprovokasi, Yaga pun tidak lagu menutupinya. Dia membusungkan dada dan menjawab dengan lantang, "Kalau kamu nggak salah, untuk apa ibumu memberikan 2 miliar sebagai yang tutup mulut?"Rasanya Sofia ingin merekam seluruh pembicaraan ini dan menunjukkannya kepada Kumala. Tindakan Kumala yang ceroboh telah membuat Sofia berada di posisi yang kurang menguntungkan.Namun Sofia tahu tidak ada gunanya menyalahkan Kumala. Kumala sendiri pun tidak akan memeduli
Tanpa pikir panjang, Sofia langsung mengirimkan uang untuk berobat kepada agen properti. Sofia mengirimkan beberapa pesan yang panjang, tetapi agen properti tidak menghiraukannya.Akhirnya Sofia mengirimkan pesan kepada Yaga.[ Kata penyewa, kalian belum mengembalikan uang sewa dan depositnya. Tolong kirimkan bukti transfernya kepadaku. ]Yaga benar-benar mengirimkan bukti transaksinya kepada Sofia. Di dalam foto tersebut, terlihat bahwa Yaga mau mengirimkan 20 juta ke rekening penyewa.Jumlah ini sesuai dengan harga sewa rumah yang disepakati Baron dan Bu Hutomo. Sofia tidak berpikir panjang dan langsung pergi menemui Baron beserta istrinya.Sofia mengetuk pintu, tetapi Baron dan istrinya tidak mau membuka pintu. Mereka malah berteriak dari dalam rumah, "Kami sudah bayar uang sewa, kami nggak akan pergi!""Tapi anaknya Bu Hutomo mengatakan sudah mengembalikan uang sewa dan depositnya kepada kalian." Sofia bersandar di depan pintu untuk memastikan bahwa Baron mendengar semua ucapannya.
"Jangan ikut campur!" Baron memelototi Kak Wina. "Aku sedang memukul penipu! Kalau kamu ikut campur, aku juga akan menghajarmu!"Kak Wina membalikkan badan dan berteriak, "Sayang, ambil parang di dapur!"Kemudian Kak Wina menarik Sofia masuk ke dalam rumah, lalu mengambil parang yang diberikan suaminya."Eh? Sofia? Sayang, untuk apa minta diambilkan parang?" tanya suami Kak Wina."Jaga Sofia," Kak Wina berpesan kepada suaminya, lalu beranjak keluar untuk menghadapi Baron. "Aku mau ikut campur, kenapa? Kamu mau memukulku? Sini! Aku akan menghabisi semua keluargamu! Sini, coba saja!"Setelah puas memarahi Baron, Kak Wina langsung menutup pintunya dengan keras. "Hu ....""Astaga, bikin kaget saja." Kak Wina bersandar di pintu sambil mengusap dadanya. Setelah menenangkan diri, Kak Wina menatap Sofia dan bertanya, "Sofia, apa yang terjadi?""Ceritanya agak panjang." Sofia gemetaran, dia terlihat sangat kesakitan. "Kak, tolong lapor polisi dan panggil ambulans.""Oh, oh, baik." Kak Wina lang
Pak Liam? Sofia hanya mengenal satu orang yang bernama Liam ....Namun Sofia tidak mengerti, kenapa Liam yang mengantarnya ke rumah sakit? Sebelum pingsan, Sofia ingat bahwa dirinya berada di rumah Kak Wina."Sekarang sudah jam berapa?" tanya Sofia.Langit di luar sudah gelap, ponsel Sofia juga mati sehingga dia tidak bisa mengecek jam."Sudah mau jam 12," kata perawat sambil mengangkat jam tangannya.Sofia mengangguk. "Terima kasih."Hari sudah malam, Liam tidak mungkin kembali ke rumah sakit selarut ini. Setelah perawat keluar dan menutup pintu, Sofia mematikan lampu kamar dan hendak tidur.Sofia pingsan selama beberapa jam, sekarang dia sama sekali tidak mengantuk. Tak berapa lama, seseorang membuka pintu ruangan Sofia.Sofia terkejut, dia refleks menatap ke arah pintu. Di saat bersamaan, dia melihat sebuah sosok tinggi yang melangkah masuk ke dalam ruangannya.Keterbatasan cahaya membuat Sofia kesulitan melihat wajah pria ini. Namun Sofia mengenali postur tubuh sosok ini, dia refle
Liam terkejut saat Kenta memanggil namanya. Liam mengira kalau keberadaannya ketahuan.Ketika mengintip ke ujung lorong, Liam tidak melihat siapa pun yang berjalan ke arahnya."Tunggu saja! Suatu hari nanti aku akan menghabisimu!" Ternyata Kenta sedang berbicara sendiri.Liam tertawa mendengar ucapan Kenta. Pada akhirnya, entah siapa yang akan menghabisi siapa.....Ketika Liam kembali ke aula, mempelai pria dan wanita telah berganti pakaian, mereka sedang menyapa para tamu.Orang tua kedua mempelai berdiri di samping, mereka berterima kasih kepada para undangan yang hadir.Entah karena berdandan atau sudah terlalu lama tidak bertemu, Liam tidak langsung mengenalinya saat melihat Niel.Dibandingkan beberapa tahun lalu, wajah Niel terlihat jauh lebih dewasa. Niel sudah berubah, dia tidak lagi ceria dan percaya diri seperti dulu.Beberapa tahun ini Grup Aluva hampir mengalami kebangkrutan. Kehidupan yang sulit dan penuh perjuangan telah mengubah karakter Niel.Liam sama sekali tidak bers
Sebentar lagi pesta pernikahan akan dimulai, para tamu undangan mulai berdatangan. Evano dan Liam pun mulai sibuk.Ada begitu banyak tamu undangan yang mengenal Liam, sebagian besar tamu yang hadir adalah sosok familier. Para tamu undangan menyapa Liam secara bergantian, ada yang mengajak berjabat tangan, ada pula yang mengajaknya berfoto bersama. Bahkan beberapa orang yang akrab menawarkan untuk menjodohkannya.Demi nama baik Evano dan Kaila, awalnya Liam masih berusaha untuk meladeni orang-orang yang menyapanya. Namun kesabaran Liam ada batasnya, semua tamu yang hadir malah lebih memilih untuk mendekati Liam daripada menyapa mempelai. Mereka menggunakan kesempatan ini untuk menjalin kedekatan dengan Liam.Akhirnya Liam sudah tidak tahan, dia menyerahkan semuanya kepada Evano. "Aku mau cari angin."Aula ini sangat besar, Liam bersusah-payah menemukan tempat yang sepi. Dia berdiri di depan jendela lorong. Embusan angin sejuk menyeka wajahnya.Liam mengeluarkan ponsel, sama sekali tidak
Sesaat Evano dan Liam datang, pihak keluarga mempelai pria menghampiri mereka. "Pak Liam, Pak Evano, lama tidak berjumpa."Liam tidak bergeming, dia menatap sosok tersebut dengan dingin."Maaf, kami tidak merokok." Evano menolaknya dengan sopan, tidak seperti Liam yang menolak dengan ketus.Pihak keluarga mempelai pria mengajak Evano mengobrol sekaligus mencari muka. Evano tidak tahan, dia langsung mencari alasan untuk memisahkan diri.Begitu menoleh, amarah Evano langsung mendidik melihat Liam yang bersenang-senang di atas penderitaannya. "Semua salahmu! Masih bisa tersenyum?""Kenapa aku tidak boleh senyum?" Liam melihat kedua tangannya di dada."Dia datang buat menyapamu." Evano memelotot. "Tapi ujung-ujungnya aku yang jadi tumbal."Meskipun Evano juga merupakan salah satu pemilik Grup Charula dan memiliki jabatan yang tak kalah penting, orang-orang lebih menghormati Liam yang jelas berkuasa di dalam perusahaan."Aku tidak menumbalkanmu." Liam memperbaiki ucapan Evano. "Aku hanya ma
"Ngapain menyuruhku datang pagi-pagi?" Evano memperhatian ruang aula yang telah selesai didekorasi. Kaila tinggal menyuruh staf hotel untuk mengecek sebelum acara pesta dimulai.Evano mengerutkan alis, sebenarnya tidak ada pekerjaan yang memelukan bantuannya. Evano pun kesal dan mengomeli Kaila, "Kaila, kamu nggak bisa berhenti menggunakan cara rendahan semacam ini?"Dulu Kaila tak sungkan menggunakan berbagai cara demi bisa bertemu Evano. Awalnya Kaila tersentak mendengar nada bicara Evano yang ketus, tetapi dia segera menangkan diri dan tersenyum. "Sepertinya Pak Evano salah paham, ayahmu yang menyuruhku untuk menghubungimu. Jangan lupa, di mata orang-orang, kita adalah pasangan yang harmonis dan serasi. Kamu mau rahasia ini ketahuan publik?"Keluarga Pradita dan Yeca mengetahui hubungan Evano dan Kaila yang sebenarnya. Namun selama kerja sama kedua keluarga berjalan lancar, orang tua mereka tidak memedulikan kebahagiaan pernikahan anak-anaknya.Orang tua Kaila dan Evano hanya memint
Kaila sedang mengecek semua persiapan pesta pernikahan.Kaila mengenakan gaun ketat berwarna putih dan sepatu hak tinggi yang berkisar 10 cm. Setiap Kaila berjalan, rambutnya terkibas indah hingga memperlihatkan anting mutiara yang berkilau di telinga.Evano terpaku melihat Kaila. Liam yang duduk di samping Evano pun diam-diam mengeluarkan ponsel dan mengambil fotonya.Kaila memegang walkie-talkie dan menunjuk ke arah langit-langit sambil mengerutkan alis saat berbicara kepada salah seorang staf yang mengikutinya.Liam sengaja bertanya kepada Evanio, "Mau menyapanya?"Evano tersadar dari lamunan dan bergegas memalingkan wajah."Tidak." Sorotan mata Evano terlihat hampa. "Ayo, cari tempat duduk."Liam mengangkat alis matanya. "Katanya Kaila menelepon sampai tiga kali untuk mendesakmu? Pasti dia ada keperluan, makanya memaksamu datang lebih awal.""Aku nggak bakal bantu." Evano menggertakkan giginya dengan kesal. "Lagi pula bukan kami yang menikah, ngapain ikut repot-repot?"Liam dan Eva
"Kamu takut sama Kaila?" Liam menatap Evano dengan ekspresi mengejek.Wajah Evano sontak memerah, dia tampak kesal dan kembali menendang Liam. "Cepat! Jangan cerewet."Hari ini suasana hati Liam sangat bagus, dia jarang-jarang tertarik dengan kehidupan orang lain. Kali ini dia akan berbesar hati dan tidak membuat perhitungan dengan Evano yang menendangnya."Akui saja kamu menyukainya. Lagi pula ini bukan pertama kalinya kamu menelan ludah sendiri." Liam menepuk pundak Evano. Liam tidak bercanda, dia tulus membujuk Evano. "Apalagi kalian sudah menikah, tidak ada gunanya mengingat-ingat masa lalu."Raut wajah Evano sontak membeku. Warna merah yang merona pun pudar, ekspresi Evano tampak masam. Melihat reaksi Evano, sepertinya dia sedang berada di dalam situasi sulit."Tidak mudah menemukan pasangan yang kita cintai dan juga mencintai kita." Liam jarang menasihati orang lain. Hanya saja, dia pernah mengalami dan tahu sakitnya patah hati. Walaupun Liam tidak menyukai semua perbuatan Kaila
Setelah selesai memeriksa dokumen yang dikirimkan, Liam mengambil telepon dan menghubungi Marco. "Cari tahu apakah ada orang bernama Yaga Hutomo yang pernah mengirimkan lamaran ke perusahaan."...."Pak, orang bernama Yaga Hutomo pernah melamar di Fargo Investment." Marco bergegas memeriksa dan melaporkannya kepada Liam.Fargo Investment adalah salah satu anak perusahaan Grup Charula yang bergerak di bidang jasa keuangan.Liam mengetuk meja dengan menggunakan jari telunjuk. "Terima lamarannya, segera urus prosedur perekrutan."Asalkan Keluarga Hutomo berhenti mengganggu Sofia, Liam bersedia memberikannya pekerjaan.....Tak terasa, hari Sabtu pun tiba.Pagi-pagi sekali, Evano datang ke rumah Liam. "Sudah siap? Ayo, berangkat!"Liam masih mengenakan piyamanya dan duduk di ruang tamu sambil menikmati secangkir kopi.Liam tampak tersenyum saat memegang ponselnya. Sorotan matanya berbeda dari biasanya.Evano tidak kesulitan menebak, hanya Hesper dan Sofia yang bisa membuat Liam bersikap le
Keluarga Hutomo adalah sebuah keluarga sederhana yang tidak memiliki kuasa maupun koneksi.Saat Glen masih hidup, warga desa sangat mengidolakan Keluarga Hutomo. Keluarga Hutomo dianggap berhasil mendidik kedua putranya. Glen bekerja di kota besar dan setiap bulan mengirimkan uang kepada orang tuanya, sedangkan Yaga adalah mahasiswa yang berprestasi.Ada banyak kerabat dan teman yang datang berkunjung ke rumah Keluarga Hutomo untuk menyanjungnya. Beberapa datang meminta Glen untuk merekomendasikan pekerjaan, sedangkan yang lainnya mencari alasan untuk meminjam uang.Kedua orang tua Glen paling mencintai uang, jangan harap bisa mendapatkan pinjaman uang dari mereka. Demi menjaga citra keluarga, kedua orang tua Glen memaksa Glen untuk membantu warga desa yang meminta pekerjaan. Tak hanya Glen, Sofia juga terkena imbasnya.Di dunia ini tak ada teman maupun musuh yang abadi. Sejak Yaga kembali ke kampung halaman, warga desa malah berbalik menghina Keluarga Hutomo. Terutama orang-orang yang
Liam takut.Sejak bertemu kembali dengan Sofia, Liam tidak jarang merasa ketakutan. Jantungnya berdegup kencang setiap menghadapi hal-hal yang berkaitan dengan Sofia.Keluarga Hutomo mengganggu kehidupan Sofia demi mendapatkan uang.Mengingat semua perbuatan Keluarga Hutomo kepada Sofia, Liam yakin Sofia sudah muak berhubungan dengan mereka.Yang Liam khawatirkan kalau Keluarga Hutomo menggunakan kematian Glen untuk meluluhkan hati Sofia. Bagaimanapun Liam pernah menikahi Sofia, sedikit banyak dia memahami karakter Sofia.Sofia selalu berkata tidak peduli, tetapi asalkan dibujuk terus, lama-lama hatinya pun luluh.Liam berharap Sofia hanya luluh kepadanya, bukan kepada orang lain.Liam mengernyit, kilatan cahaya gelap melintas di matanya. Glen sudah meninggal, segala sesuatu mengenainya harus musnah dari dunia ini agar tidak ada lagi yang mengganggu Sofia.Di dalam dokumen yang dikirimkan, tatapan Liam berlabuh pada foto Yaga Hutomo, adik kandung Glen Hutomo.Dulu Yaga adalah mahasiswa