Xue Feng berdiri dengan tenang di atas punggung elang, sementara ia melihat suasana di kota yang belum pernah ia alami sebelumnya."Mungkin kota ini akan hancur saat pertempuran dimulai. Tetapi, aku berharap nyawa mereka dapat dipertahankan. Kota dapat dibangun kembali.." bisiknya.Zi-Dian terbang dengan cepat, bersinar mengeluarkan desisan petir, seolah-olah ia pun bersemangat untuk pertempuran besar ini.Saat hampir mencapai gerbang kota, Xue Feng melihat banyak warga kota yang berada di atas tembok, membantu para penjaga. Ada juga wanita tua dan muda yang berada di bawah tembok, mulai memasak. Karena dalam pertempuran, jika kelaparan, semangat akan menurun.Gudang kota sudah siap menghadapinya. Kedatangan monster pada malam yang tiba-tiba membuat beberapa orang belum sempat makan di rumah, atau makanan yang sudah tersaji di meja terganggu. Zi-Dian mendarat di atap gerbang kota. Semua orang melihat elang itu dengan semangat, meskipun mereka heran karena bukan kepala keluarga Xue ya
Dalam gelap malam yang pekat, tempat terang hanya berasal dari sinar rembulan yang samar-samar menerangi pemandangan menakutkan yang ada di hadapan mereka. Kedatangan monster untuk menyerang mendekati tembok kota menjadi lebih menyeramkan dalam pencahayaan redup ini. Monster-monster itu tampak seperti bayangan yang mengintai dari kegelapan, detil wujud mereka hanya terungkap saat kilatan petir sesekali menyambar langit. Mereka bergerak perlahan, dengan langkah-langkah yang berat dan cegukan seperti zombie. Bayangan-bayangan mengerikan itu terlihat memanjang, menciptakan siluet gaib yang menghiasi pemandangan sekeliling tembok.Dalam keheningan yang mencekam, suara desiran angin dan linangan embun jatuh mengiringi ketika monster-monster itu mendekati tembok kota. Tubuh mereka tampak mengesankan dan mengancam, dilapisi oleh lapisan keras sisik hitam seperti batu. Penetrasi pertama cahaya bulan mengungkapkan mata merah mengintai dengan ganas dan mulut yang dilengkapi
Saat Jin-Mao dan Xue Feng melompat tinggi untuk mencapai pintu gerbang kota, banyak yang memperhatikan aksi mereka. Terutama Xue Feng yang berada di atas bahu monyet emas besar, menarik perhatian dengan rambut peraknya yang melambai mengikuti angin.Ketika Jin-Mao dan Xue Feng mendarat di depan gerbang, semua orang melihat Jin-Mao mengaktifkan kemampuan kontrol elemen tanahnya. Tanah bergetar hebat, dengan suara gemuruh yang menggema di sekitar. Kemudian, tanah meninggi hingga mencapai tiga puluh meter dan hampir setinggi benteng kota.Mereka yang berada di atas benteng melihat munculnya penghalang tanah yang menutup akses pintu gerbang. Terdengar suara keras menggelegar saat tanah mengeras menjadi dinding yang kukuh. Hanya ada lorong kecil sekitar lima meter lebarnya yang hanya cukup untuk dua, atau tiga ekor monster melaluinya per satu waktu.Semua orang mengerti saat mendengar suara dan melihat penghalang itu. Monyet emas itu menciptakan struktur pengha
Kota Bulan adalah kota yang dapat dikatakan cukup luas, mampu menampung sekitar tiga ratus ribu jiwa. Dengan luas keseluruhan kota mencapai seratus kilometer. Kawasan Keluarga Xue berada di dekat pintu masuk gerbang kota.Keluarga Tang juga berada dekat dengan Keluarga Xue, sementara Keluarga Wei berada di bagian lain bersama dengan keluarga kecil lainnya.Meskipun mereka berada di tempat yang berjauhan, keluarga kecil lainnya dianggap disiplin. Kebanyakan dari mereka adalah keluarga pedagang yang bekerja sama dengan Keluarga Wei untuk meningkatkan ekonomi kota Bulan.Karena Keluarga Xue merupakan keluarga yang paling kuat, mereka diberi tanggung jawab untuk menjaga keamanan pintu masuk kota. Oleh karena itu, semua penjaga kota harus melewati wawancara ketat dari Keluarga Xue untuk menjadi penjaga tembok kota Bulan.Ada hampir seratus ribu penjaga di seluruh pertahanan benteng kota yang sangat panjang.Karena itu, Xue Feng tersentak kaget ketika mendengar bunyi jimat peledak dari keja
Setelah membaca surat tersebut, Xue Bai terlihat termenung.Kapten terus menatapnya dengan cemas. "Ketua, apa yang harus kita lakukan sekarang? Gerbang belakang telah hancur, dan mereka semua hanya bisa bertahan dan mundur ke dalam kota. Aku khawatir para monster akan fokus untuk masuk dari bagian belakang sekarang," katanya khawatir."Aku sudah memprediksi ini akan terjadi. Namun, gerbang kita juga sedang diawasi oleh musuh. Banyak monster yang masih bersembunyi di hutan dan menunggu kita menjadi lelah. Kuatkan dirimu, Kapten. Jika tidak, anak buahmu akan terpengaruh, dan pertempuran ini akan menjadi lebih sulit saat semangat mereka memudar. Saat itulah kota kita akan lebih mudah diserbu oleh monster," balas Xue Bai dengan serius.Kapten menjadi semakin pucat mendengar itu. Dengan tekad yang kuat, ia bernapas dalam-dalam beberapa kali. "Baiklah, aku mengerti. Kita semua berisiko nyawa di sini," balasnya dengan mata merah yang penuh kesedihan, memikirkan kota mereka yang selalu damai
Semua orang tercengang saat melihat Xue Feng sendirian mempertahankan benteng yang dihasilkan oleh Jin-Mao. Mereka tidak memiliki kesempatan untuk menggunakan panah karena monster-monster tersebut terlempar dengan energi dari pukulan dan tendangannya yang meluas hingga enam puluh meter jauhnya, dan terus berkembang. Saat Xue Feng dengan semangat menguji kekuatan barunya, tak seorang pun menyadari bahwa ada monster terbang yang perlahan mendekati mereka. Monster-monster tersebut jauh lebih besar dari sebelumnya, dengan sayap yang lebarnya hampir mencapai puluhan meter. Ada beberapa sosok manusia yang berada diatas monster tersebut, namun mereka semua terlihat aneh dengan kuku yang hitam, mata merah, dan bibir hitam.Mereka seakan tidak memiliki emosi, tetapi terlihat bahwa mereka semua berperilaku seperti manusia pada umumnya, dengan melingkarkan tangan di dada sambil melihat situasi pertempuran tanpa ekspresi pada wajah mereka.Di sekitar mereka, terdapat
Saat bibi Mei ingin pergi, "Hey! Tumpangkan kami juga!" jerit seorang paman gemuk yang melompat ke atap gerbang pintu kota dengan beberapa orang tua lainnya."Hahahaha. Kamu juga datang, Tang Wu," balas bibi Mei yang senang melihat banyak orang yang ingin pergi ke bagian depan pertempuran."Hahahah. Kami sibuk di bengkel untuk persiapan perang. Akhirnya, kami berhasil menyelesaikan meriam ledakan kami yang selama ini dalam proses... Meskipun hanya prototipe, itu pasti dapat menghancurkan monster tahap kelima," balas paman Wu, ayah dari Tang Hua.Bibi Mei juga melihat para penjaga sedang menyiapkan meriam yang sangat besar, sepanjang lebih tiga meter setiap satunya, yang dipimpin oleh keluarga Tang yang mengajari para penjaga kota menggunakannya.Terdapat juga banyak peluru bulat yang lebih besar dari kepala manusia, dan di dalam bola meriam tersebut terdapat bintik-bintik hitam seakan-akan bintik tersebut akan keluar saat meriam itu meledak.Setelah paman Wu dan beberapa tetua dari ke
Xue Feng tidak dapat memperhatikan pertempuran lain yang sedang berlangsung karena ia harus fokus pada pertarungan melawan monster tahap keenam yang masih bersembunyi di antara barisan monster lain.Terdengar berbagai suara kacau saat tombaknya terus menyerang monster-monster yang tiba-tiba menjadi lebih agresif ketika monster terbang burung hantu tingkat keenam itu terluka.Tiba-tiba, Xue Feng melihat dengan tajam es batu menusuknya dengan cepat dari sudut. "BANNGGG!" meskipun ada energi yang menghalangi es batu tersebut, itu tetap membuat tubuhnya terlempar. Dia terpaksa mundur beberapa meter untuk menstabilkan tubuhnya yang terhempas.Setelah ia mengembalikan kestabilan tubuhnya, serangan es batu tajam terus mengarahinya seperti peluru yang ditembakkan. Dia menggunakan energi gravitasi untuk menjaga tubuhnya tetap kokoh di udara, namun tubuhnya terkena serangan yang dahsyat dan membuatnya terpaksa fokus pada penyerang tersebut. Hal ini memberikan kesempatan bagi monster-monster la