Pada chapter 298, Akara ditunjukkan oleh kak Pricilia tentang alam semesta. Mereka melihat dua benda bercahaya yang berputar begitu cepat hingga akhirnya terjadi ledakan yang sangat besar dan terang. Itulah Kilonova. Ilustrasi ada di lG Aldho.Alfina. buat kalian yang tidak sabar nunggu update juga tinggal klik link di bio, kalian bisa beli seharga Rp 2000 / 3 bab, dijamin lebih murah.Kilonova merupakan ledakan massive yang terjadi saat dua bintang saling tarik-menarik karena adanya medan gravitasi dan saling mengorbit satu sama lain hingga akhirnya bertabrakan. Jangkauannya bahkan bisa menghancurkan suatu galaksi. Karena tidak adanya oksigen di angkasa lepas, Akara tidak bisa menggunakan Api Surgawinya. Akhirnya ia menyerap Esensi Tanah Surgawi yang sudah lama ia dapatkan dan menjadi Esensi Surgawi keenam di dalam tubuhnya. Menggunakan 5 elemen utama, ia memadatkan dua bintang, sama seperti kejadian yang ia lihat sebelumnya. Walau percobaan selalu gagal karena daya tarik gravitasi ya
Jangankan untuk pulang atau mendatangi planet terdekat, galaksi terdekat saja terlihat begitu kecil. Selain kegelapan yang menemani, ada jutaan cahaya bintang yang begitu jauh. Pemuda itu hanya duduk bersila, melayang-layang di angkasa lepas."Akara, apa benar itu kakakmu!? Dia benar-benar tega terhadapmu!" Komo melompat keluar, membuatnya seketika melayang. Untung ada cakarnya yang tajam mencengkram erat jaket tuannya."Kau diam dulu! Aku masih memahami kata-kata kakakku!" Cukup lama Akara mikir, sambil mencoba menyulut Api Surgawi di tangannya. Akan tetapi, hanya energi yang terus meluap hingga akhirnya ia mengeluarkan suatu benda bercahaya. Benda berbentuk ∞ dengan cahaya coklat yang mengelilinginya. "Kau mau naik ranah di sini bocah!?""Tentu saja, tidak akan ada yang mengganggu, aku juga ingin mencoba apa yang aku pahami dari perkataan kak Pricilia!"Kilatan listrik ungu cerah berkumpul di bawah kakinya, membentuk sajak rumit di kegelapan.Setelah itu 5 bulan energi dan 9 binta
Dunia merah menyala, dengan beberapa tempat merupakan magma yang meletup-letup. Walau ukurannya sangat besar, namun hanya butuh kurang dari satu menit untuk Akara satu putaran orbit. Akan tetapi, ada benda lain yang ikut mengorbit, bulan dengan kilauan sangat terang. "Di mana ini!?" seru Akara, namun bulan terang tadi meluncur ke arahnya. Sayap perinya seketika terbuka, dengan tambahan warna kecoklatan menjadi 6 warna. Ia terbang menjauh, namun bulan itu semakin mendekat, bahkan ada gravitasi yang menarik Akara ke sana. Karena mendekat terlalu cepat, aura ranah 6 bulan energi muncul di belakang pundaknya. Auranya berputar hebat, membuat hembusan energi dari sayap perinya yang melambatkan lajunya mendekati bulan. Sambil terus berotasi pada planet itu, ia mendekati bulan seperti roket yang mendarat. Jleg!... Kedua kakinya menapak di permukaan bulan yang ternyata berwarna hitam gelap, namun memantulkan cahaya. Permukaannya juga licin seperti kaca, namun tidak bulat halus, melainkan tak
Itu bukanlah sebuah meteor besar, melainkan sebuah benda kecil, namun menyebabkan bola api yang lebih besar dibandingkan Akara sebelumnya. Bola api itu begitu dekat, bahkan tekanan gravitasi sudah terasa begitu kuat, namun Akara masih tetap duduk bersila. Aliran energi begitu besar mengalir layaknya sungai di udara, sedangkan Komo menggigit ujung jaket tuannya dan menarik-nariknya. Karena ukurannya masih kecil, ia tidak mampu melakukan hal itu. "Akara! Akara! Woi! Aku belum mau mati! Bocah sialan! Bocah! Akara sialan!""Berisik!" Akara membuka matanya dan langsung meraih Komo, ia melesat begitu cepat saat bola api sudah memenuhi langit di atasnya dan hanya berjarak puluhan meter saja. Kurang dari satu detik ia berhasil lolos dari tekanan gravitasi, namun ia langsung terbelalak dan berhenti. Di depannya sudah ada gelombang energi yang menggulung api yang sangat tinggi, namun juga sangat lebar sejauh mata memandang. Sesaat kemudian, meteor di belakangnya membentur p
Tiba-tiba para pria kerucut melesat turun, seketika muncul belasan laser dari belasan orang yang menyebar tadi. Laser itu menyebar di atas layaknya sebuah kurungan, bergerak turun memojokkan pria bercaping. Ia ingin melesat keluar, namun ternyata ada laser dari orang-orang yang turun tadi. Benar-benar seperti sangkar burung yang mengurungnya dari segala arah, namun juga mengecil dengan sangat cepat. Akan tetapi, bisa-bisanya ia dalam sekejap meluncurkan banyak sekali anak panah. Begitu jitu meluncur di sela-sela laser yang begitu sempit dan mengenai targetnya, sayang sekali tidak bisa mengeksekusi mereka semua. Laser menyempit hingga seluruh tubuhnya terkena, namun tiba-tiba ada ledakan.Bomb!... Ledakan yang begitu besar, bahkan menggerus tanah begitu dalam. Menyebabkan mereka semua terlempar, dengan gelombang panas yang membakar pakaian serta kulitnya. Walau penuh luka bakar akibat laser, pria bercaping melesat melebihi kecepatan gelombang panas. Dalam sekali tarikan, ia
Lina, gadis berambut putih sedang duduk bersantai di ruangan lantai dua villa, sambil mengamati dempuran ombak di pasir putih. Beberapa saat kemudian muncul portal di sampingnya dan keluarlah seorang wanita dengan gaun sutra putih. Ia langsung berdiri dan mendekati wanita itu, lalu berkata tanpa menunjukkan ekspresi apapun."Sudah beberapa hari, di mana Akara?""Hehe." Kak Pricilia malah tertawa canggung, lalu mengulurkan tangannya dan muncul portal kecil di atasnya. Keluarlah seekor Naga tanpa sayap berukuran kecil yang begitu lemas di atas telapak tangannya."Aku hanya menemukan dia,"Seketika pandangan gadis itu begitu tajam kepadanya, dengan energi dingin yang meluap, bahkan seketika membekukan air pantai dengan radius belasan kilometer. Ia lalu meraih Komo dan berkata, walau pelan, namun seolah-olah mengancamnya."Di mana tuanmu!?" Ti, tidak tau..."Kristal es langsung menyelimuti tangannya dan membentuk cakar Naga
Tidak ada yang bisa mereka katakan selain saling menatap, sedangkan Lina masih terbang dengan tenang di depan mereka. "Maaf nona Lina, kau tidak bisa terus-terusan melindungi pengecut sepertinya!""Pengecut?" Lina mengangkat tangan di depan dadanya dan jarinya jarinya memainkan butiran salju yang terbentuk. Hal itu membuat mereka begitu ketakutan, bahkan ada yang sudah berbalik badan dan siap kabur."Kau saja dihajar olehnya, apa perlu aku juga menghajarmu?" lanjutnya."Dihajar?" Omso malah begitu senang. "Saya sangat mau dihajar oleh Nona Li..." Ia langsung terdiam gemetaran dan melirik ke samping, Lina sudah ada di antara Omso dan Aros dengan kedua tangan tepat di leher mereka. Tidak ada yang bisa bergerak selain gemetaran dan menggerakkan matanya saja. "Kau setuju aku akan menghajar kalian di sini!" ucap Lina, namun segera dicegah oleh Pricilia."Lina, kembali!" Ia menjentikkan jarinya dan muncul portal di depan calon adik i
Di villa pulau pribadiKomo sudah siuman dan bugar di atas meja, sedangkan kak Pricilia berjalan mondar-mandir sambil menggigit ujung kuku jari jempolnya. Sebuah portal terbentuk di depan mereka, lalu muncullah seorang wanita cantik bergaun sutra putih dengan seorang pria yang memakai blangkon. "Kak Pricilia!" "Kak!?" Pria itu tercengang sambil menolah noleh ke arah keduanya."Iya, dia kakak iparku!" jawab wanita itu membuatnya menatap ke arah kak Pricilia, namun tiba-tiba berlutut kepadanya."Maaf Tuan Putri, saya tidak mengetahuinya selama ini!"Kak Pricilia hanya tersenyum canggung, lalu berkata. "Tidak apa-apa, kamilah yang menyembunyikan identitas!"Pria itu lalu bangun dan wanita tadi segera duduk di sofa."Di mana Akara?""Ahh itu Aulia." Pricilia berkata sambil perlahan-lahan memalingkan wajahnya. "Bisa tolong kakakmu ini melacaknya?" Ia bahkan menutupi samping wajahnya menggunakan tangan saat
Alhamdulillah selesai Season 1! Terima kasih buat yang sudah mendukung Author, semoga terhibur dengan imajinasi saya. Mohon maaf bila banyak kesalahan author, baik penulisan kata-kata yang kurang berkenan di hati para pembaca ataupun yang lainnya. Para pendukung semoga sehat selalu dan dilancarkan rezekinya, jadi dapat terus mengikuti perkembangan author dan Akara. Author akan hiatus dulu dan akan mulai kembali bulan depan, semoga diberikan kelancaran untuk semuanya. Oh iya, Author sarankan untuk membaca ulang Arc 1 (bab1-52) percayalah, ada rencana bagus yang Author siapkan untuk Akara. ******* Penguasa Dewa Naga Season 2 Takdir merenggut semua orang terkasihnya, membuat kekuatannya lepas kendali dan menciptakan lubang hitam. Dirinya terhisap ke dalam lubang hitam, lalu muncul kembali di dunia yang dipenuhi oleh api dan kekerasan. Neraka? Seperti itulah gambaran dunia ini. Dengan ingatan yang masih membekas, Akara mencari cara untuk keluar dari dunia itu. Menggunakan nama samaran
Pemuda dengan pakaian compang camping penuh luka bakar dan menenteng sepasang pedang kayu hitam, muncul di atas sebuah sungai, di belakangnya ada gua di bawah air terjun yang sudah hancur. Ia lalu melihat ke arah hilir sungai, pemukiman di pinggir bantaran sungai sudah hancur berantakan, dengan pepohonan raksasa yang ambruk dari hutan di belakangnya. Selain tubuh manusia yang berserakan, juga banyak binatang sihir raksasa yang kondisinya tidak jauh berbeda. "Tuan Agera!" teriak seseorang yang wajah dan tubuhnya penuh bekas luka, namun kali ini banyak sekali tambahan luka di tubuhnya. Ia tertatih-tatih mendekat, lalu melesat terbang mendekati pemuda itu. "Marbun Bidara! Kekaisaran Gletser Abadi!"Akara langsung menoleh ke samping, kesadarannya langsung mendeteksi ribuan mil di depan sana. Wush!... Dalam sekejap, ia sudah berada di atas gletser kutub, meninggalkan robekan ruang yang gelap di udara, seakan menggaris langit sejauh ribuan mil. Gleng!... Ia melompat turun, membuat cekung
447Walau tubuhnya masih penuh luka bakar yang mulai mengering, ia mengangkat satu tangannya ke atas. Wush!... Ketiga Auranya menyala, membuat hembusan energi dan seketika energi meluap keluar dari tubuhnya, membentuk aliran energi yang bergerak ke atas. Enegi itu membentuk lingkaran energi besar yang memiliki pola rumit layaknya di atas altar teleportasi. "Kau ingin kabur!?" Sonic Boom terbentuk di belakang Rose, sambil mengulurkan satu tangan ke depan dan segera diselimuti oleh energi merah berbentuk cakar. Akan tetapi, lingkaran teleportasi sudah sepenuhnya menyala dan Whup!... Para master Alkemis menghilang, namun ternyata Akara masih berada di sana. Cring!... Ia menangkis cakar rubah menggunakan pedang kayunya sambil tersenyum menyeringai."Sudah aku bilang, aku akan membunuhmu!"Wush!... Rose melesat menjauh bagaikan bayangan, namun Akara langsung berada di depannya. Mereka melesat hingga luka bakar di tubuh keduanya terlepas sendiri-sendiri. Akara terus mengincar lehernya, mem
Laser menembus energi pelindung dan langsung menerpa tubuhnya, cukup lama laser bersinar hingga akhirnya padam. Gelombang radiasi panas masih memenuhi angkasa lepas, lalu ada bongkahan batu yang menyala merah. Krek!... Batu itu retak dan tidak lama kemudian hancur, muncullah pemuda berjaket hitam di dalamnya. Walau tubuhnya diselimuti oleh Esensi Surgawi, namun pakaian dan tubuhnya penuh luka bakar. "Apa aku bilang!" seru Komo, namun tuannya masih terlihat santai dan meraih kedua pedangnya kembali. Akan tetapi.."Agkh!" Ia langsung memegangi dadanya dan tatapannya begitu tajam melihat ke arah gadis rubah di depannya. "Ada apa Akara!?"Ia menjawabnya sambil menahan emosi dan giginya mengatup karena sangat geram. "Kubah pelindung di kota Bhinneka telah hancur, bahkan yang menyelimuti Gua Pelindung Harapan juga hancur!"Rose lalu tertawa puas, seolah-olah dia dapat mendengar apa yang Akara katakan. "Apa kau merasakannya!? Pasukanku telah menemukan keberadaan kekasih fanamu! Para gadism
335Di angkasa lepas yang gelap dan dihiasi cahaya bintang. Bruak!... Rose kembali tertahan oleh dinding transparan dan Akara langsung berada di depannya, memukul hidungnya dengan sekuat tenaga. Dinding transparan langsung hancur dan gadis itu terlempar ke belakang. Akara ingin membuat dinding transparan lagi, namun segera ada energi kematian yang menyelimuti tubuh Rose. Gadis itu tidak lagi menabrak dinding transparan dan menembusnya. Akan tetapi, Akara tetap muncul di depannya dengan mengayunkan pedangnya. Tring tring!... Benturan pedang dan cakar rubah menciptakan percikan api, lalu mereka saling menyerang sambil terus melesat. Bugh!... Rose menendang perut Akara hingga terlempar mundur, namun pemuda itu langsung berteleport di belakangnya. Crang!... Ia mengayunkan pedangnya, ditahan oleh selendang, namun tetap membuat meluncur jauh. Ia kembali berteleport dan menendang punggungnya, hingga melenting sebelum terlempar. Gadis itu terlempar menuju planet di dekatnya, terbakar saat mem
Kubah pelindung arena bergetar hebat, membuat semua orang menoleh, termasuk para penyandera dan yang di sandera. Pria bertopeng kucing oranye sempat melirik leher penyandera, namun getaran itu tidak berlangsung lama. ...Di dalam arena, bongkahan batu tadi sudah menyala merah layaknya bara api. Sedangkan Rose diselimuti oleh selendangnya yang perlahan-lahan membuka. Ia terkekeh saat melihat sekitarnya dipenuhi asap bekas terbakar. "Kau bodoh! Membakar seluruh tempat hanya akan membunuh dirimu sendiri! Sekarang tidak ada lagi oksigen untukmu ber..." Ia terdiam saat bongkahan batu yang melayang-layang tersibak, nampaklah pemuda berjaket hitam yang melebarkan kedua tangannya ke samping. Di ujung telapak tangannya, ada sebuah benda seperti kelereng yang bercahaya sangat terang, dengan ketiga auranya yang menyala. Aliran energi sangat lebar layaknya selendang sutra merahnya, bergerak masuk ke dalam kedua titik bercahaya. "Sudah kubilang, aku akan membunuhmu!" Akara menyeringai, namun se
333Mengetahui kekasihnya disandera, puluhan bor spiral terbentuk dan langsung melesat, meliuk-liuk menghindari selendang merah yang hendak menangkisnya. Akan tetapi, ada energi kematian yang langsung membuat bor spiral melebur. Benar-benar lenyap di udara tanpa menyisakan sebutir debupun. Ia langsung berhenti, melihat Lina yang pergi bersama pasukan yang mengepungnya, memasuki portal dan menghilang. "Lihatlah! Apalagi yang bisa kau miliki!? Sang Peri Salju telah pergi, putri Kaisar Atla telah dikepung, tidak ada yang bisa kau lakukan lagi!?" Wush tring tring tring tring!... Akara melesat dengan tatapan tajam ke arahnya. Walau banyak selendang yang menghadang, namun ia tebas begitu mudahnya. Karena terus mendekat, energi kematian seperti asap hitam kehijauan keluar dari tubuh Rose. Persis seperti seekor gurita yang menyemprotkan tintanya. Akan tetapi, ada angin yang berputar, menembus kepulan energi kematian. Ia melesat dan sudah siap posisi Cakaran Naga Hitam, membuat gadis itu terb
Kedua peserta sudah berada di atas arena, mereka masih terlihat begitu tenang, walau gong tanda mulainya pertandingan sudah berbunyi. "Apa yang kau lakukan? Cepat menyerah!" Komo yang tidak sabar langsung melompat dan bertengger di pundaknya."Iya iya!" Akara ingin mengangkat tangannya, namun gadis yang menjadi lawannya berbicara. "Kau mirip dengan ayahmu!"Akara langsung menarik kembali tangannya dan menatapnya sambil mengernyitkan dahi. "Kau kenal ayahku?"Rose langsung tertawa lepas, lalu berjalan mendekat sambil berkata. "Tidak hanya kenal!" Ia mengangkat satu tangannya. "Dengan tangan ini aku membunuhnya!" Akara langsung terbelalak dan mengepal erat, namun masih berusaha menahan emosinya. "Apa maksudmu!?"Gadis itu kembali tertawa puas dan terdengar menakutkan, lalu berkata dengan ritme cepat. "Kau tau bagaimana ekspresi ibumu si Rani yang marah meluap-luap? Kau tau bagaimana ekspresi Violet yang dingin dan menak
Akara berjalan di sebuah lorong sambil menggandeng tangan kekasihnya. Di lorong yang sepi, namun terdengar suara riuh dari penonton dari sebuah tribun di atas mereka. Saat itulah mereka berpapasan dengan seorang gadis bergaun merah dan bercadar. Langkahnya begitu tenang dan mantap saat melewati lorong, ditemani oleh seorang pemuda berpakaian rapi. Akara langsung mengenali pemuda itu, sang wakil komandan pasukan Bintang, Baester. Ia langsung mempercepat langkahnya dan mendekat, lalu melebarkan tangan kanannya ke samping, menyentuh dinding lorong dan menghalangi jalan mereka.Melihat nonanya dihadang, Baester langsung menghardiknya. "Akara, apa yang kau lakukan!?"Akara lalu menatapnya dan berkata dengan tenang. "Pergilah!" Ia langsung membuat pemuda itu tehentak, lalu gadis bercadar berkata tanpa menoleh. "Pergilah terlebih dahulu!""Baik nona!" Ia langsung melesat pergi, sedangkan Akara langsung tersenyum lebar dan berkata."Kenapa memak