Seorang pria tampan dengan pakaian cukup mewah terlihat sedang duduk menunggui sosok perempuan yang terkulai tak bergerak. Setidaknya ia tengah menunggui gadis itu selama lima hari atau lebih, ia bahkan lupa. Yang ia ingat adalah, gadis itu membuang muka padanya. Tak mau berbicara padanya. Dan beberapa saat setelah itu, gadis tersebut terkulai tak sadarkan diri begitu saja selama hampir satu minggu.
Dialah tuan muda Feng Yaoshan, si putra bangsawan kelas satu yang juga merupakan keturunan keluarga berpengaruh dari Shamo. Tak ada yang lebih membahagiakan hatinya kecuali ketika ia mendapat kabar bahwa kelompok Kelelawar Merah berhasil mengambil alih kembali kapal Guichuan bersama dengan nona Shen di dalamnya.
Tapi kemudian, tentu kebahagiaannya lenyap seketika tatkala ia menyaksikan nona Shen Yang menjadi mayat yang bernapas. Gadis itu tak bertemu ajal, tetapi ruhnya entah berada di mana sebab dibangunkan bagaimanapun juga, nyatanya nona Shen tak juga membuka mata. Ia te
Kapal Guichuan setidaknya hanya butuh waktu dua jam untuk tiba di tebing tepat di bawah aliran sungai Juda. Sementara itu, untuk menuju ke titik yang sama, Zhou Fu dan Yang Zi paling tidak harus menempuh waktu setengah hari. Jarak tempuh itu sudah tak bisa ditawar sebab letak geografis pinggiran wilayah Caihong memang berkelok-kelok hingga menciptakan jarak yang lebih panjang di sisi daratan. “Kita tak bisa menghadang kapal mereka, bagaimana rencana kakak selanjutnya?” tanya Yang Zi setelah mendapati jaraknya dengan kapal Guichuan bertambah jauh. “Terpaksa,” sahut Zhou Fu singkat. “Kita menyeberang Juda?” tanya Yang Zi. “Bukan kita, tapi aku. Kau tunggu di seberang. Ingat, kau juga sedang dicari oleh mereka!”
Rao Guohoa melesat menghilang dengan membawa Shen Yang bersamanya. Dari caranya berkomunikasi dengan si pendekar Ahli beraura biru, gelombang air laut yang menghantam rombongannya itu sepertinya adalah rencananya sendiri. Rencana yang dibuat untuk mengeliminasi Feng Yaoshan, mungkin saja. Sebab nyatanya, ketika gelombang tsunami telah usai hanya ada dua orang yang tak muncul dari dalam lautan. Dua orang tersebut adalah Feng Yaoshan beserta satu kasimnya. “Bagus. Dengan begini, tak akan ada yang tahu jika gadis bangsawan ini telah sekarat!” ujar Rao Guohoa ketika matanya menoleh ke belakang dan sempat melihat tak adanya tanda-tanda kemunculan Feng Yaoshan. Harga kepala Shen Shen dalam keadaan hidup dibandrol 100 kali lipat lebih mahal ketimbang harga jasadnya yang tak bernyawa. Dan bisa jadi, kalau sampai ada yang membocorkan bahwa gadis itu tak bangun dari pingsan selama seminggu, harga kepala Shen Shen akan diturunkan. Sebagai pemuda yang terlanjur cinta mat
Sore menjelang senja itu, Zhou Fu dan Yang Zi memutuskan untuk berjalan-jalan keluar dari penginapan. Meski si nenek terlihat agak kecewa karena tak satupun kudapannya dimakan tamu-tamunya, ia masih merasa cukup beruntung karena ada satu kuda hitam yang akan menjadi miliknya.“Mereka tak akan pernah kembali lagi ke sini! Hik hik hik!” tawa nenek tersebut menyeringai melihat dua punggung anak-anak muda yang berjalan kian jauh dari kediamannya.Beberapa menit bejalan, Zhou Fu mulai merasakan kumpulan aura pekat yang datang dari arah keramaian tepi sungai Juda. Sepertinya apa yang dibicarakan orang-orang tentang sungai Juda memang ada benarnya. Orang-orang yang berlalu lalang baik itu para penjual makanan ataupun anak-anak dan perempuan, nyatanya semuanya memiliki warna aura.Dalam keadaan normal, warna aura baru muncul setelah seseorang menguasai
Perjalanan menyebrangi sungai Juda memakan waktu sekitar satu jam. Selama satu jam tersebut Zhou Fu dan Yang Zi telah mencuri dengar begitu banyak informasi tentang Shen Shen yang akan dibawa ke markas Kelelawar Merah. Dari pembicaraan Feng Yaoshan, diketahui bahwa markas Kelelawar Merah hanya berjarak sekitar sepuluh mil dari sungai Juda, dan terhitung lebih dekat daripada yang dipikirkan oleh Zhou Fu sebelumnya.Di markas pusat tersebut, setidaknya ada sekitar seratus ribu anggota organisasi yang hidup membentuk satu pemukiman layaknya sekte. Untuk memasuki area tersebut, seseorang haruslah memiliki lencana anggota Kelelawar Merah atau lencana khusus yang mereka keluarkan untuk tamu-tamu tertentu yang sudah mereka kehendaki. Tanpa lencana tersebut, seorang tamu tak akan bisa melewati gerbang masuk ke markas organisasi mereka.Kabar baiknya, Feng Yaoshan memiliki lencana khusus sementara kabar bur
Dari sebuah tempat yang tak terlihat, Yang Zi dan Zhou Fu bersembunyi. Mereka sedang mengawasi kereta kuda Feng Yaoshan yang telah tiba kembali di Biro Pengawal Juda sebelum tengah malam. Kedatangan kereta kuda itu cukup membuat dada Yang Zi berdegup kencang sebab itu adalah untuk yang pertama kalinya dia memiliki kesempatan untuk bisa bertemu dengan saudarinya setelah berbulan-bulan terpisah.Akhirnya, Feng Yaoshan keluar dari kereta dan turun dengan menggendong seorang gadis di punggungnya. Gadis itu nampak terkulai lemah dengan jari-jemari terlihat putih pucat. Suhu tubuh Shen Shen pun sudah seperti jasad yang baru saja kehilangan ruhnya. Andai saja hidung Shen Shen tak sedang bernapas, tentu wajah Feng Yaoshan tak akan seriang itu.“Tenang, Shen Yang-ku, sebentar lagi aku akan membawakan tabib terbaik untukmu. Kau akan selamat, dan kita berdua akan hidup bahagia selama-lamanya!” ucap Feng Yaoshan pelan, sembari mengusap-usap punggung tangan Shen Shen ya
Kalimat yang keluar dari mulut Shen Shen telah berhasil membuat Yang Zi dan Zhou Fu tertawa lega. Bahkan, Feng Yaoshan yang tadinya berada dalam keadaan setengah sadar pun kini terlihat berusaha bangun dan nampak ingin menyampaikan sebuah kalimat.“Shen Yang-ku tidak boleh kelaparan. Beri dia makanan yang banyak, cepaat…” ucap Feng Yaoshan dengan terbata-bata.“Tidak. Dia belum boleh diberi makanan!” jawab Zhou Fu seraya menyalurkan aliran tenaga dalam ke tubuh Shen Shen, “tubuhnya masih terlalu lemah. Kemungkinan ia bahkan belum kuat mengunyah. Akan berbahaya jika ia tersedak makanannya sendiri. Aku akan memulihkan tenaganya dulu.”“Kakak, apa yang bisa kubantu? Apakah kakak Zhou memerlukan sesuatu?” tanya Yang Zi pada Zhou Fu. Ia memang tak terbiasa untuk diam dan melihat saja, jika tangannya bisa membantu sesuatu maka gadis itu pasti akan senang memberi bantuan.“Kau bisa memberi pertolongan
“Fu’er, tidak bisakah kau menyingkirkan makhluk ini dariku?” ucap Shen Shen seraya memundurkan kepalanya untuk membuat jarak dari Feng Yaoshan. Ketika masih di Dengguang, Shen Shen menunjukkan sikap hangat dan hormatnya pada Feng Yaoshan, tetapi setelah dari pulau Yimin, agaknya terjadi sesuatu dan Shen Shen terlihat sudah tak menghormati kakak tingkatnya itu.“Shen Yang-ku, aku sudah meminta maaf seribu kali soal hal itu. Ayolah, itu hanya kesalahan kecil,” dua telapak tangan Feng Yaoshan menyatu layaknya seorang berdoa, ia memohon gadis itu memaafkan kekhilafannya beberapa hari lalu.Zhou Fu mengerutkan alis melihat dua orang manusia yang sedang berisik di depannya. Saat itu mereka masih duduk melingkar menghadap meja makan, beristirahat sejenak untuk memberi waktu bagi perut memproses makanan,”Kesalahan? Shen Shen, dia berbuat buruk padamu?” tanya Zhou Fu.Pada saat yang bersamaan, Yang Zi dan pengawal Feng Yaos
“Yang Zi, bawa Shen Shen menjauh dank au tuan muda manja, lindungi pengawalmu!” perintah Zhou Fu ketika lawannya mulai menyesaki ruangan tersebut dengan aura membunuh yang kental. Orang yang menguasai kurang dari 100 lingkaran tenaga dalam akan merasa tercekik lehernya jika tetap berada di ruang tersebut. “Baik!” jawab Yang Zi dan Feng Yaoshan secara bersamaan, mereka lantas bergegas mencari jalan keluar lewat pintu belakang. “Aku akan mengurangi separuh lebih dari seranganku agar kau tak mati terlalu cepat. Kukira bocah congkak sepertimu perlu diberi pelajaran yang tak sebentar!” Wei Sihao nampak membuat gerakan pelemasan tangan, sepertinya ia sedang mengatur kekuatan agar daya rusak yang dihasilkan jurusnya tak langsung mematikan lawannya. Tentu ia berharap bisa membunuh Zhou Fu dengan perlahan-lahan. “Aku menyarankanmu untuk menggunakan seluruh kekuatan yang kau miliki, Paman congkak. Jika perlu, tambah dua kali lipatnya sekalian!” Zhou Fu menimpali, ia ju
Semakin lama, semakin Zhou Fu yakin jika tak ada orang yang lebih pandai daripada Shen Shen dalam hal mencari masalah. Ketika ia teringat kembali awal pertemuan mereka, Zhou Fu seolah-olah menyadari jika ia memang hidup dengan membawa takdir untuk membereskan semua masalah yang menjerat Shen Yang.Seperti hari itu, mengingat Zhou Shan telah memasang perisai kuat di area kapal, jelas tertangkapnya Shen Shen tidak disebabkan oleh kerusakan arai yang dibuat oleh Zhou Shan. Dalam artian, Shen Shen secara sengaja keluar dari perlindungan Zhou Shan dan seperti biasanya, melangkah menghampiri masalah.Pada saat itu, dihadapkan dengan informasi dibawanya Shen Shen ke istana walikota, Zhou Fu dan Zhou Shan menunda agenda makan siang mereka. Keduanya bergegas keluar dari rumah makan lalu menyewa kuda-kuda terbaik untuk digunakan pergi menuju ke istana walikota.“Mengapa kita harus repot-repot menyewa kuda jika kita bisa melesat cepat ke istana? Menjengkelkan!” gerutu Zhou Fu sesaat sebelum mena
Tampaknya, pertanyaan yang baru saja dilontarkan oleh Zhou Shan adalah pertanyaan yang paling dihindari oleh sang walikota. Tak peduli apa pun keadaannya, sang walikota tetap terkesan menghindari menjawab pertanyaan itu. Dalam keadaan antara hidup dan mati, pria itu bahkan meludah sembari tersenyum mengejek kepada Zhou Shan.“Kau tak akan pernah mendapatkan jawabannya!” ucap Gao Shan sembari sebelah tangannya melakukan gerakan khusus dari balik jubah.Seketika itu juga, kilatan cahaya terang benderang membutakan mata semua orang, termasuk Zhou Fu dan Zhou Shan. Dengan sigap Zhou Fu melesat menarik tubuh Zhou Shan mundur, sekadar berjaga-jaga pada sesuatu yang mungkin tak mereka ketahui.Ketika ledakan cahaya telah berakhir, Zhou Fu dan Zhou Shan melihat hanya ada bekas-bekas keberadaan walikota bersama putranya di ruangan itu. Keduanya telah menghilang entah ke mana.“Sepertinya walikota menggunakan teknik atau spirit tool teleportasi,” gumam Zhou Shan seraya mengamati bekas keberadaan
Zhou Shan tak mau membuang waktu. Dalam sekejap, ia melangkah maju, tangannya terangkat dan udara di sekitarnya berubah drastis. Aura emas yang kuat mulai membungkus tubuhnya, membuat Gao Shan dan Gao Ren merasakan tekanan yang luar biasa."Masa-masa kejayaanmu sudah hampir kadaluarsa, Tuan Walikota," ucap Zhou Shan menyeringai. "Aku akan memberimu salam perkenalan, Prelude Strike!"Zhou Shan mengayunkan tangannya ke arah Gao Shan. Udara di sekelilingnya bergetar hebat ketika rune-rune bercahaya emas muncul di udara, membentuk lingkaran rumit yang tiba-tiba mengeluarkan petir emas. Kilatan petir itu melesat cepat ke arah Gao Shan, seperti kehendak langit yang tidak dapat dihindari.Gao Shan dengan cepat mengangkat tangannya, membentuk perisai energi merah yang berasal dari spirit tool Crimson Essence Flask. "Blood Shield!" teriaknya. Perisai itu terbentuk dari darah kental yang berputar cepat, memblokir petir yang datang dari Zhou Shan.Ledakan keras terdengar saat petir dan perisai d
Gao Ren merasa darahnya berhenti mengalir. Tubuhnya bergetar ketakutan. Ia tak pernah membayangkan akan berada dalam situasi seperti itu, Sun Hao yang selalu ia anggap tak terkalahkan ternyata bisa dikalahkan dengan begitu mudahnya.Zhou Fu berjalan mendekat, setiap langkahnya seakan menjadi dentang lonceng kematian bagi Gao Ren. Namun, Gao Ren menolak menyerah begitu saja. Ia masih punya kartu truf yang belum dimainkan.“Kau akan menyesal berurusan denganku!” ucap Gao Ren memberi ancaman, meski saat itu suaranya terdengar ketakutan.Dengan tangan gemetar, Gao Ren mengeluarkan sebuah bola permata dari spatial ringnya. Tak berlama-lama, Gao Ren mencengkeram bola permata itu hingga membuatnya pecah berkeping-keping. Suara retakan bola permata itu terdengar memekkakkan telinga. Di saat yang sama, muncul ledakan di udara, menciptakan kepulan kabut debu yang tebal selama beberapa detik. Gao Ren mundur selangkah, membuat Zhou Fu mengerutkan kening karena penasaran dengan apa yang akan munc
“Spirit Formation Mid Stage. Kau sebut itu kuat? Kau sedang melawak?” cibir Zhou Fu yang serta merta membuat mata Gao Ren memerah karena marah. Kebanggaan yang beberapa detik lalu meledak di kepala Gao Ren kini terasa sirna dan tergantikan oleh amarah yang tertahan.Di saat yang sama, Sun Hao juga dibuat terkejut oleh ucapan Zhou Fu. Dari caranya berbicara, jelas sekali bahwa Zhou Fu menganggap rendah seorang kultivator di ranah Spirit Formation, yang mana ranah tersebut sudah termasuk ajaib untuk diraih oleh seseorang semuda Gao Ren.Dengan gerakan cepat, Sun Hao melangkah maju dan meminta Gao Ren mundur di belakangnya. "Tuan Muda, biarkan saya yang menangani mereka. Saya akan memastikan mereka tidak akan keluar dari ruangan ini hidup-hidup."Zhou Shan yang sedari tadi diam kini hanya tersenyum sinis melihat adegan itu. "Apakah kalian berdua benar-benar berpikir bisa menahan kami dengan kekuatan sekecil itu?" tanyanya, sengaja terdengar mengejek.Gao Ren mendekati Sun Hao lalu berbis
Seseorang yang baru saja memasuki ruangan tersebut memberi tatapan intimidasi kepada enam pria yang berada di dalam rumah makan. Empat pria yang berasal dari Teratai Hitam dan Safir Biru tampak gugup dan gelisah sebab mereka tahu siapa sosok yang baru saja menegur mereka. Sementara Zhou Fu dan Zhou Shan merasa tak perlu gelisah atau khawatir sedikit pun sehingga ketika pria itu muncul di dalam ruangan, Zhou Fu dan Zhou Shan hanya melipat tangan di dada sembari mengamati apa yang akan dilakukan pria tersebut.“Maafkan atas keributan yang terjadi, Tuan Sun. Kami hanya berniat mengusir dua pengacau ini,” ucap Hong Tian kepada Sun Hao, pemimpin tertinggi pasukan pengawal walikota.Sun Hao tak merespon permintaan maaf dari Hong Tian, melainkan kini menghunuskan tatapan mematikan ke arah Zhou Fu dan Zhou Shan secara bergantian.Dalam hati, Hong Tian merasa sangat puas karena itu artinya Sun Hao akan segera memberi pelajaran berharga kepada Zhou Fu dan Zhou Shan.“Di mana letak sopan santun
Tak mau terlalu peduli dengan suasana di ruangan itu, Zhou Fu mengajak Zhou Shan untuk duduk tak begitu jauh dari dua meja yang terlebih dahulu terisi. Sembari menunggu pelayan menghampiri, baik Zhou Fu dan Zhou Shan mulai berkonsentrasi untuk mendengar percakapan yang tengah terjadi di meja-meja yang terisi.“Kami membawa hasil bumi terbaik dari pulau Teratai Hitam, kami yakin walikota akan sangat senang menjalin kerja sama dengan warga di Teratai Hitam,” ucap seorang pria berjubah gelap kepada dua pengunjung restoran yang berasal dari pulau Safir Biru. Matanya menyipit tajam, menunjukkan bahwa ia merasa unggul.“Jangan buru-buru percaya diri, Tuan Hong. Hasil bumi dari pulau Safir Biru jelas lebih unggul ketimbang milik kalian. Walikota pasti akan mengutamakan membangun cabang sekte Darah Suci di pulau kami,” timpal si pria lain menanggapi ucapan Hong Tian.Rekan Hong Tian menepuk pundak Hong Tian, memberi isyarat kepadanya agar tak memperpanjang perdebatan dengan Duan Lei yang bera
Beberapa jam kemudian, Zhou Fu dan Zhou Shan telah tiba di gerbang depan kota Lembah Angin Abadi. Dari luar, kota itu tampak seperti sebuah oasis yang hidup di tengah padang tandus. Pohon-pohon rimbun dan bunga berwarna-warni yang bertebaran di seluruh penjuru kota menciptakan pemandangan yang kontras dengan tanah gersang di sekelilingnya. Tak akan ada orang yang tak keheranan menyaksikan anomali tersebut.“Aku semakin yakin, pemimpin di kota ini merupakan seorang kultivator dari dunia atas,” gumam Zhou Shan saat merasakan keberadaan energi Qi yang cukup memadai meski tak terlalu tinggi kepadatannya. “Hanya saja, bagaimana bisa dia turun ke tempat ini?”“Apa dia juga memiliki artefak suci?” tanya Zhou Fu.Zhou Shan melotot kesal dan menyebutkan jika artefak suci sejenis alat transportasi beda alam milik Holy Light bukanlah spirit tool yang bisa dimiliki sembarang kultivator. Sekte bintang 10 dengan kekayaan berlimpah pun belum tentu memiliki spirit tool semacam itu.“Lalu, bagaimana c
Tak ada hal yang bisa dikulik dari Jiang Hao mengingat pria itu sebenarnya juga tak benar-benar tahu apa kesalahannya sehingga ditempatkan di wilayah pengasingan tersebut. Maka, demi memuaskan rasa penasaran, Zhou Fu mengajak Zhou Shan pergi ke utara, ke kota Lembah Angin Abadi.“Tuan-Tuan sekalian,” ucap Jiang Hao menyela percakapan Zhou Fu dan Zhou Shan. “Maaf jika ucapanku lancang, tetapi, bukankah lebih elok jika kalian menyelamatkan kami dulu sebelum kalian pergi ke utara? Maksudku, biasanya orang baik akan berbuat demikian,” ucap Jiang Hao lagi dengan wajah penuh harap.Zhou Shan mengerutkan kening, ia baru teringat satu hal yang juga mengganggu pikirannya. “Itu yang sebelumnya ingin kutanyakan. Tempat ini memiliki suhu ekstrim yang berbahaya. Jika kalian ingin selamat, bukankah kalian hanya perlu pergi dan mencari pemukiman baru?”“Bodoh!” Zhou Fu menjitak kepala Zhou Shan, terkesan sangat kurang ajar di mata Jiang Hao yang melihat wajah Zhou Fu jauh lebih muda dari Zhou Shan.