Saat ini cerita Pendekar Benua Timur sudah masuk ke Arc baru. Di mana arc-arc sebelumnya adalah: 1. Arc I = Mengantar Putri Bangsawan 2. Arc II = Peperangan Melawan Pemerintah Caihong 3. Arc III = Negeri Yeongsan 4. Arc IV = sekarang ini^^ cerita sudah mulai berkembang menuju ke arah konflik utama. Maaf jika update super lelet.
“Maaf, Nona Liu, aku datang ke sini untuk minum teh. Bukan untuk menjawab interogasi.” Liu Bian memandangi kecapinya dengan sorot lembut tatkala mendengar pernyataan dari Zhou Fu. Meski tatapan matanya terlihat anggun, Zhou Fu bisa merasakan adanya getaran aura intimidasi yang pelan-pelan mulai menguar di udara. Tanpa saling permisi, kedua belah pihak sudah sama-sama mengerti jika keduanya akan segera saling menyerang. Bruk… “Shen Shen!” Zhou Fu menoleh ke arah Shen Shen yang tiba-tiba ambruk ke lantai dengan wajah memucat. “Dia biar saya yang mengurus. Kakak akan mendapat lebih banyak masalah jika tak meladeni Nona Liu Bian!” Tiba-tiba, gadis kecil yang mengantar undangan beberapa waktu lalu itu datang kembali dengan teramat tiba-tiba. Tak diketahui dari mana arah kedatangannya dan tak diketahui bagaimana bisa gadis itu mendadak telah duduk memeriksa tubuh Shen Shen. “Bocah terkutuk!” Liu Bian melotot ke arah Maolin, si gadis bertangan satu yang kelihatannya juga memiliki ilmu be
Liu Bian menarik tubuh Zhou Fu untuk keluar dari Paviliun Terapung. Secara bersamaan, energi Liu Bian yang membuat paviliun terapung itu mengambang di lautan mendadak lepas. Suara gemuruh keras terdengar cukup nyaring tatkala Paviliun Terapung itu karam seolah baru saja dihantamkan dari udara. “Siapa bocah itu?!” Zhou Fu melihat satu titik yang bergerak menjauh dan semakin jauh. Titik itu adalah Maolin yang tengah berlari di atas lautan menuju ke sebuah pulau kecil di arah barat daya. Zhou Fu menjadi tak begitu khawatir akan keselamatan Shen Shen mengingat telinganya juga mendengar sendiri bahwa sosok yang disebut sebagai Penguasa Ketiga nyatanya juga tak mau berurusan dengan kalung Mutiara Setan. Bruuk!!! Karena terlalu lama memandangi Maolin yang membawa pergi Shen Shen, Zhou Fu tak sadar ia tengah dihempaskan ke sebuah daratan kecil di tengah lautan. Daratan itu terlalu sempit untuk disebut sebagai pulau, tetapi terlalu besar untuk disebut sebagai bongkahan batu besar di atas per
“A… Apa? Nona Liu Bian adalah ayahmu?” Meski nyaris tak percaya dengan pengakuan dari Maolin, Zhou Fu mundur lagi beberapa langkah ke belakang seraya menggosok-gosok mulutnya menggunakan punggung tangan. “Lin’er! Tutup mulut busukmu itu!” jerit Liu Bian dengan dua kaki menghentak-hentak ke tanah. Jika beberapa waktu lalu Liu Bian bisa menghardik Maolin dan menyerang gadis kecil itu dengan senar kecapi, anehnya, saat itu Liu Bian justru tampak seperti balita yang merengek dan merajuk kepada ibunya. “Hei, Bocah kecil! Jawab pertanyaanku, apa benar bibirku baru saja ditempeli oleh bibir seorang pria?!” tanya Zhou Fu tak sabar. “Jika kau bertanya sebanyak seribu kali, aku juga akan menjawab sebanyak seribu kali dengan jawaban yang sama!” Maolin berucap tetapi tidak menatap pada Zhou Fu melainkan pada Liu Bian. Mata Maolin bersemu merah, rahangnya juga mengeras tatkala melihat gelagat aneh dari Liu Bian. “Selamanya aku tak sudi memanggilmu ibu! Kau adalah ayahku dan selamanya akan menjad
Perjalanan menuju ke istana yang disebut Maolin hanya memakan waktu sekitar tiga puluh menit. Selama di perjalanan tersebut, Zhou Fu sama sekali tak bersuara. Kepalanya dipenuhi akan dua hal, yang pertama adalah penasaran akan apa yang disebut dengan Perang Dunia, sementara yang kedua adalah yang paling membuatnya kesal, yaitu kenangan akan kecupan bibir Liu Bian selalu menghantui kepalanya. “Ayah, jika ayah masih seperti ini, aku berjanji akan memotong pen*s ayah ketika ayah tidur!” hardik Maolin saat melihat Liu Bian yang berkali-kali merengek dan mengancam akan bunuh diri. “Sebelum kau melakukan itu, kupastikan aku sudah mencongkel jantungku sendiri! Sudah kubilang aku mau jadi Liu Bian saja! Apa salahnya menjadi Liu Bian?!!!” teriak Liu Bian seraya menghantam-hantamkan kepalan tangannya ke pelipis, membuat ruam merah di kulit wajahnya yang putih mulus. “Jadi benar, Liu Bian adalah laki-laki?!” Zhou Fu menelan ludah dengan kesal. Salah seorang pengawal yang berdiri satu langkah d
Tibalah Zhou Fu di aula istana Maolin, tempat tersebut terasa sedikit lembab dengan penerangan yang sedikit temaram. Lebih tepatnya, aula istana Maolin justru lebih menyerupai penjara bawah tanah yang ada di teluk Yin Mimi dan sama sekali tak pantas jika disebut sebagai istana. Terlepas dari ruangannya yang temaram dan tak nyaman, ada hal lain yang membuat Zhou Fu sedikit gelisah. Sepanjang matanya menyisir ke aula istana, ia tak melihat sosok Shen Shen di tempat tersebut. Menanggapi keheranan dari Zhou Fu, Maolin segera memberi tahu jika Shen Shen saat itu sedang dijamu dengan cukup baik di aula Liu Bian yang berada tak jauh dari istana Maolin. “Dia sedang berpesta teh bersama dengan teman-teman ayahku! Tak perlu khawatir, kami bukan orang bodoh sehingga membuat masalah dengan gadis berkalung terkutuk seperti dia!” ucap Maolin pada Zhou Fu yang celingukan menyisir aula. “Pesta teh? Aku ingin ikut…” rengek Liu Bian pada Maolin tetapi Maolin justru memelototinya. Sejenak, Zhou Fu bis
Seseorang yang baru saja mendapat murka dari Maolin segera berdiri dari tempat duduknya. Pria itu melangkah maju ke depan lantas menghadap ke arah Maolin dan mulai bersujud menempelkan keningnya ke tanah. “Maafkan atas kelancanganku, Ketua Mao. Mohon beri pengampunan pada mulut busukku yang tak tau tata krama ini!” ucap pria itu dengan suara tercekat, membuat Zhou Fu semakin penasaran dengan kekuatan yang dimiliki Maolin si tangan satu. “Tetap bersujud sampai rapat selesai! Dengan begitu, aku akan memperhitungkan kembali untuk memberi pengampunan pada kecerobohanmu!” geram Maolin pada pria itu. “Baik, Ketua Mao!” Maka, suasana kembali menjadi hening sesaat. Semua orang mulai bersiap siaga untuk tak asal berbicara karena satu kali saja salah berucap, nasib buruk akan dengan sukarela menjemput mereka. “Nah, aku akan melanjutkan pidatoku,” ucap Maolin seraya menggoyangkan lututnya dengan keras hingga membuat tubuh Liu Bian yang menggelayut di kakinya menjadi tersungkur ke tanah. Liu
“Sebutkan!” Maolin tak berniat untuk berbasa-basi. Tarik ulur dalam sebuah kesepakatan merupakan sesuatu yang lumrah terjadi. Dan, meski masih cukup muda, Maolin sepertinya telah sering dihadapkan pada posisi-posisi seperti itu. “Aku adalah bocah bau kencur yang benar-benar tak tahu arah. Aku bisa menjalankan misi-misi berbahaya, tetapi ketidaktahuanku bisa jadi membuat misiku bertemu kegagalan!” “Cih! Asal kau tahu saja, di saat-saat yang seperti ini, harga informasi bisa jadi lebih mahal ketimbang harga kepala manusia!” Maolin menyunggingkan senyum mengejek. Ia tentu mengerti jika Zhou Fu berniat menguras beragam informasi penting yang ia miliki. “Aku hanya akan berbagi beberapa informasi terkait misi. Jika kau butuh lebih, kau bisa berjuang sendiri!” “Coba sebutkan informasi apa saja yang berkaitan dengan misi?” Maolin menunjuk salah seorang pria berotot yang duduk di barisan anggota elit. Pria tersebut mengangguk lantas berdiri dan bersiap menyampaikan sesuatu. Dari caranya men
Zhou Fu mengumpulkan ingatannya tentang sosok pria berbalut kain putih yang menenggelamkan kapal Shamo tempo hari itu. Kapal yang ditenggelamkan tersebut memiliki besar dua entah tiga kali lipat lebih besar ketimbang kapal Guichuan. Kapal itu juga sedang dipenuhi dengan racun mematikan di menit-menit sebelum tenggelam. “Cukup masuk akal jika pria itu adalah Dan Mengxue! Hanya saja, untuk apa dia menghabisi orangnya sendiri?” gumam Zhou Fu ketika ia tengah duduk sendirian di dalam ruangan pribadinya. Berdasarkan informasi dari Song Weifu, Dan Mengxue adalah pemimpin yang menguasai Markas Yianju, posisinya lebih tinggi dan mengungguli keluarga Feng Yaoshan selaku pemiliki sah dari markas tersebut. Di tengah-tengah rasa penasaran yang memenuhi kepala Zhou Fu, ia teringat bisikan Shen Shen yang juga diucapkan sebelum ia berpisah dengan gadis itu. “Dalam waktu dekat, Tuan Wang Yuji juga akan tiba di Markas Yianju. Bergabunglah bersamanya untuk mendapatkan penawar racun dari tangan Dan Me
Semakin lama, semakin Zhou Fu yakin jika tak ada orang yang lebih pandai daripada Shen Shen dalam hal mencari masalah. Ketika ia teringat kembali awal pertemuan mereka, Zhou Fu seolah-olah menyadari jika ia memang hidup dengan membawa takdir untuk membereskan semua masalah yang menjerat Shen Yang.Seperti hari itu, mengingat Zhou Shan telah memasang perisai kuat di area kapal, jelas tertangkapnya Shen Shen tidak disebabkan oleh kerusakan arai yang dibuat oleh Zhou Shan. Dalam artian, Shen Shen secara sengaja keluar dari perlindungan Zhou Shan dan seperti biasanya, melangkah menghampiri masalah.Pada saat itu, dihadapkan dengan informasi dibawanya Shen Shen ke istana walikota, Zhou Fu dan Zhou Shan menunda agenda makan siang mereka. Keduanya bergegas keluar dari rumah makan lalu menyewa kuda-kuda terbaik untuk digunakan pergi menuju ke istana walikota.“Mengapa kita harus repot-repot menyewa kuda jika kita bisa melesat cepat ke istana? Menjengkelkan!” gerutu Zhou Fu sesaat sebelum mena
Tampaknya, pertanyaan yang baru saja dilontarkan oleh Zhou Shan adalah pertanyaan yang paling dihindari oleh sang walikota. Tak peduli apa pun keadaannya, sang walikota tetap terkesan menghindari menjawab pertanyaan itu. Dalam keadaan antara hidup dan mati, pria itu bahkan meludah sembari tersenyum mengejek kepada Zhou Shan.“Kau tak akan pernah mendapatkan jawabannya!” ucap Gao Shan sembari sebelah tangannya melakukan gerakan khusus dari balik jubah.Seketika itu juga, kilatan cahaya terang benderang membutakan mata semua orang, termasuk Zhou Fu dan Zhou Shan. Dengan sigap Zhou Fu melesat menarik tubuh Zhou Shan mundur, sekadar berjaga-jaga pada sesuatu yang mungkin tak mereka ketahui.Ketika ledakan cahaya telah berakhir, Zhou Fu dan Zhou Shan melihat hanya ada bekas-bekas keberadaan walikota bersama putranya di ruangan itu. Keduanya telah menghilang entah ke mana.“Sepertinya walikota menggunakan teknik atau spirit tool teleportasi,” gumam Zhou Shan seraya mengamati bekas keberadaan
Zhou Shan tak mau membuang waktu. Dalam sekejap, ia melangkah maju, tangannya terangkat dan udara di sekitarnya berubah drastis. Aura emas yang kuat mulai membungkus tubuhnya, membuat Gao Shan dan Gao Ren merasakan tekanan yang luar biasa."Masa-masa kejayaanmu sudah hampir kadaluarsa, Tuan Walikota," ucap Zhou Shan menyeringai. "Aku akan memberimu salam perkenalan, Prelude Strike!"Zhou Shan mengayunkan tangannya ke arah Gao Shan. Udara di sekelilingnya bergetar hebat ketika rune-rune bercahaya emas muncul di udara, membentuk lingkaran rumit yang tiba-tiba mengeluarkan petir emas. Kilatan petir itu melesat cepat ke arah Gao Shan, seperti kehendak langit yang tidak dapat dihindari.Gao Shan dengan cepat mengangkat tangannya, membentuk perisai energi merah yang berasal dari spirit tool Crimson Essence Flask. "Blood Shield!" teriaknya. Perisai itu terbentuk dari darah kental yang berputar cepat, memblokir petir yang datang dari Zhou Shan.Ledakan keras terdengar saat petir dan perisai d
Gao Ren merasa darahnya berhenti mengalir. Tubuhnya bergetar ketakutan. Ia tak pernah membayangkan akan berada dalam situasi seperti itu, Sun Hao yang selalu ia anggap tak terkalahkan ternyata bisa dikalahkan dengan begitu mudahnya.Zhou Fu berjalan mendekat, setiap langkahnya seakan menjadi dentang lonceng kematian bagi Gao Ren. Namun, Gao Ren menolak menyerah begitu saja. Ia masih punya kartu truf yang belum dimainkan.“Kau akan menyesal berurusan denganku!” ucap Gao Ren memberi ancaman, meski saat itu suaranya terdengar ketakutan.Dengan tangan gemetar, Gao Ren mengeluarkan sebuah bola permata dari spatial ringnya. Tak berlama-lama, Gao Ren mencengkeram bola permata itu hingga membuatnya pecah berkeping-keping. Suara retakan bola permata itu terdengar memekkakkan telinga. Di saat yang sama, muncul ledakan di udara, menciptakan kepulan kabut debu yang tebal selama beberapa detik. Gao Ren mundur selangkah, membuat Zhou Fu mengerutkan kening karena penasaran dengan apa yang akan munc
“Spirit Formation Mid Stage. Kau sebut itu kuat? Kau sedang melawak?” cibir Zhou Fu yang serta merta membuat mata Gao Ren memerah karena marah. Kebanggaan yang beberapa detik lalu meledak di kepala Gao Ren kini terasa sirna dan tergantikan oleh amarah yang tertahan.Di saat yang sama, Sun Hao juga dibuat terkejut oleh ucapan Zhou Fu. Dari caranya berbicara, jelas sekali bahwa Zhou Fu menganggap rendah seorang kultivator di ranah Spirit Formation, yang mana ranah tersebut sudah termasuk ajaib untuk diraih oleh seseorang semuda Gao Ren.Dengan gerakan cepat, Sun Hao melangkah maju dan meminta Gao Ren mundur di belakangnya. "Tuan Muda, biarkan saya yang menangani mereka. Saya akan memastikan mereka tidak akan keluar dari ruangan ini hidup-hidup."Zhou Shan yang sedari tadi diam kini hanya tersenyum sinis melihat adegan itu. "Apakah kalian berdua benar-benar berpikir bisa menahan kami dengan kekuatan sekecil itu?" tanyanya, sengaja terdengar mengejek.Gao Ren mendekati Sun Hao lalu berbis
Seseorang yang baru saja memasuki ruangan tersebut memberi tatapan intimidasi kepada enam pria yang berada di dalam rumah makan. Empat pria yang berasal dari Teratai Hitam dan Safir Biru tampak gugup dan gelisah sebab mereka tahu siapa sosok yang baru saja menegur mereka. Sementara Zhou Fu dan Zhou Shan merasa tak perlu gelisah atau khawatir sedikit pun sehingga ketika pria itu muncul di dalam ruangan, Zhou Fu dan Zhou Shan hanya melipat tangan di dada sembari mengamati apa yang akan dilakukan pria tersebut.“Maafkan atas keributan yang terjadi, Tuan Sun. Kami hanya berniat mengusir dua pengacau ini,” ucap Hong Tian kepada Sun Hao, pemimpin tertinggi pasukan pengawal walikota.Sun Hao tak merespon permintaan maaf dari Hong Tian, melainkan kini menghunuskan tatapan mematikan ke arah Zhou Fu dan Zhou Shan secara bergantian.Dalam hati, Hong Tian merasa sangat puas karena itu artinya Sun Hao akan segera memberi pelajaran berharga kepada Zhou Fu dan Zhou Shan.“Di mana letak sopan santun
Tak mau terlalu peduli dengan suasana di ruangan itu, Zhou Fu mengajak Zhou Shan untuk duduk tak begitu jauh dari dua meja yang terlebih dahulu terisi. Sembari menunggu pelayan menghampiri, baik Zhou Fu dan Zhou Shan mulai berkonsentrasi untuk mendengar percakapan yang tengah terjadi di meja-meja yang terisi.“Kami membawa hasil bumi terbaik dari pulau Teratai Hitam, kami yakin walikota akan sangat senang menjalin kerja sama dengan warga di Teratai Hitam,” ucap seorang pria berjubah gelap kepada dua pengunjung restoran yang berasal dari pulau Safir Biru. Matanya menyipit tajam, menunjukkan bahwa ia merasa unggul.“Jangan buru-buru percaya diri, Tuan Hong. Hasil bumi dari pulau Safir Biru jelas lebih unggul ketimbang milik kalian. Walikota pasti akan mengutamakan membangun cabang sekte Darah Suci di pulau kami,” timpal si pria lain menanggapi ucapan Hong Tian.Rekan Hong Tian menepuk pundak Hong Tian, memberi isyarat kepadanya agar tak memperpanjang perdebatan dengan Duan Lei yang bera
Beberapa jam kemudian, Zhou Fu dan Zhou Shan telah tiba di gerbang depan kota Lembah Angin Abadi. Dari luar, kota itu tampak seperti sebuah oasis yang hidup di tengah padang tandus. Pohon-pohon rimbun dan bunga berwarna-warni yang bertebaran di seluruh penjuru kota menciptakan pemandangan yang kontras dengan tanah gersang di sekelilingnya. Tak akan ada orang yang tak keheranan menyaksikan anomali tersebut.“Aku semakin yakin, pemimpin di kota ini merupakan seorang kultivator dari dunia atas,” gumam Zhou Shan saat merasakan keberadaan energi Qi yang cukup memadai meski tak terlalu tinggi kepadatannya. “Hanya saja, bagaimana bisa dia turun ke tempat ini?”“Apa dia juga memiliki artefak suci?” tanya Zhou Fu.Zhou Shan melotot kesal dan menyebutkan jika artefak suci sejenis alat transportasi beda alam milik Holy Light bukanlah spirit tool yang bisa dimiliki sembarang kultivator. Sekte bintang 10 dengan kekayaan berlimpah pun belum tentu memiliki spirit tool semacam itu.“Lalu, bagaimana c
Tak ada hal yang bisa dikulik dari Jiang Hao mengingat pria itu sebenarnya juga tak benar-benar tahu apa kesalahannya sehingga ditempatkan di wilayah pengasingan tersebut. Maka, demi memuaskan rasa penasaran, Zhou Fu mengajak Zhou Shan pergi ke utara, ke kota Lembah Angin Abadi.“Tuan-Tuan sekalian,” ucap Jiang Hao menyela percakapan Zhou Fu dan Zhou Shan. “Maaf jika ucapanku lancang, tetapi, bukankah lebih elok jika kalian menyelamatkan kami dulu sebelum kalian pergi ke utara? Maksudku, biasanya orang baik akan berbuat demikian,” ucap Jiang Hao lagi dengan wajah penuh harap.Zhou Shan mengerutkan kening, ia baru teringat satu hal yang juga mengganggu pikirannya. “Itu yang sebelumnya ingin kutanyakan. Tempat ini memiliki suhu ekstrim yang berbahaya. Jika kalian ingin selamat, bukankah kalian hanya perlu pergi dan mencari pemukiman baru?”“Bodoh!” Zhou Fu menjitak kepala Zhou Shan, terkesan sangat kurang ajar di mata Jiang Hao yang melihat wajah Zhou Fu jauh lebih muda dari Zhou Shan.