Mendengar celetukan ucapan Zhou Fu, ekspresi khawatir yang tampak di wajah Panglima Yeongjo perlahan-lahan memudar. Sayangnya, hal itu tak bertahan lama. Tepat beberapa detik setelah mengucapkan kalimatnya, Zhou Fu batuk darah dan terjatuh dengan posisi lutut menempel tanah. “Uhuk… Sial!” Zhou Fu mengumpat seraya menekan dadanya kuat-kuat. “Tidak apa-apa, saya masih bisa mengatasinya.” Remaja itu mencoba untuk bangkit berdiri, dua tangannya yang mengepal kuat menandakan jika tubuh Zhou Fu sebenarnya menolak untuk diajak berdiri. “Tidak, anak muda! Mulutmu bisa berbohong, tapi lihat, tubuhmu bisa berkata lebih jujur melebihi perkataanmu sendiri.” Panglima Yeongjo membantu Zhou Fu berdiri, menepuk-nepuk pundaknya dengan tatapan seperti sedih dan khawatir yang menjadi satu. “Kim Shin, tolong papah anak muda ini dan antarkan dia kepada Tabib Nam Chil!” seru Panglima Yeongjo memberi perintah kepada Kim Shin. “Tidak! Saya akan ikut Paman Guru mengusir pasukan pemberontak!” Zhou Fu menangk
Sayup-sayup, terdengar suara yel-yel kemenangan perang yang diserukan oleh Pasukan Harimau Besi. Mereka semua yakin kemenangan telak ada di sisi mereka sebab mata-mata Pasukan Harimau Besi telah melihat sendiri bagaimana prajurit dari Panglima Yengjo telah kocar-kacir akibat serangan dari dua maklhuk asing yang datang ke Distrik Selatan. Distrik selatan adalah nama tempat yang dijaga Panglima Yeongjo dan juga merupakan tempat mendaratnya Zhou Fu di negeri tersebut. “Kita habisi semua prajurit Yeongsan! Kita ambil semua wanitanya! Itu akan menambah daftar koleksi tawanan kita di markas Harimau Besi! Ha ha ha!” ujar Jung Woo selaku ketua dari pasukan penyerangan di sungai Odae kali itu. “Ya! Kita ambil semua wanitanya! Kalau perlu, jangan buru-buru menghabisi prajurit Yeongsan, mereka cukup berguna untuk dijadikan budak di markas Harimau Besi!” timpal Moon Seon selaku wakil dari Jung Woo. “Menang! Menang! Menang!” seru semua pasukan Harimau Besi yang saat itu berada di atas kapal per
Berkat taktik perang yang diusulkan oleh Zhou Fu, pasukan Panglima Yeongjo mampu meraih kemenangan dengan tanpa kesulitan yang berarti. Pasukan Harimau Besi berhasil dipukul mundur dan sebagian lebih dari mereka telah tewas dalam pertempuran termasuk di dalamnya, Jung Woo sang pemimpin penyerangan. Sementara itu, si wakil ketua yaitu Moon Seon pada akhirnya berhasil kabur setelah menggunakan taktik licik yaitu menumbalkan sang pemimpin dalam peperangan. Ia mengatur strategi sedemikian rupa agar Jung Woo terkepung pasukan musuh. Ketika hal itu berhasil, ia telah membuat pelariannya berjalan mulus. Ketika beberapa anak buah Panglima Yeongjo hendak mengejar Moon Seon, pria itu melarang dengan pertimbangan ada hal lain yang harus lebih diutamakan kali itu. “Tidak perlu! Waktu kita terlalu berharga jika hanya digunakan untuk mengejar manusia licik seperti itu. Lebih baik kita fokus pada tujuan kita!” teriak Panglima Yeongjo yang mencoba menghentikan beberapa anak buahnya. “Baik, Panglim
“Luar biasa! Tubuhnya cukup kuat dalam melawan sumber daya asing yang menggerogoti kesehatannya!” Tabib Nam Chil meminta prajurit pembawa tandu untuk mengistirahatkan tubuh Zhou Fu di tempat teduh. Tabib tersebut hendak melakukan beberapa teknik pengobatan sebab kondisi Zhou Fu mengalami kemajuan yang sangat pesat. “Dengan kasus yang sama, orang lain akan tewas dengan mudah jika mengalami sekarat seberat ini. Tubuh Tuan Muda Zhou sepertinya telah cukup sering menderita sekarat sebelumnya.” Tabib Nam Chil bergumam keheranan sambil terus memukul-mukulkan dedauan dan akar obat yang telah dibasahi air ke tubuh Zhou Fu. “Uhuk…” Zhou Fu mencoba membuka matanya, “Tabib, di mana saya? Mengapa sekujur tubuh saya dipasang balok kayu?” Zhou Fu bertanya keheranan setelah mendapati setiap bagian tubuhnya telah dililit kain bahkan bagian leher pun juga tak luput dari lilitan kain. “Tuan Muda, syukurlah Tuan Muda bahkan tak kesulitan sedikit pun untuk berbicara. Baiklah, sepertinya saya harus sege
Halo, Author menyapa (Membuka bab ini tidak mengurangi Koin) Kali ini saya ingin menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya untuk para pemberi Gem terbanyak khususnya untuk Bang Sigit, Bang Rudy, Bang Adityawarwan , dan semua teman-teman yang sudi memberi dukungan untuk novel ini. Dukungan dalam bentuk apa pun sangat berarti bagi author. Maaf jika beberapa kali tulisan author jelek atau author lelet update. Makasih masih bersedia membaca novel ini sampai pada Arc Negeri Yeongsan. Masih ada beberapa Arc lagi ke depan, tapi saya pastikan ceritanya tidak akan terlalu panjang dan melebar ke mana-mana. Novel ini saya perkirakan akan tamat di 300Ribu kata atau sekitar 100 bab lagi (Jadi gak sampai ribuan bab ya). Nah, itu saja cuap-cuap author yang mungkin gak penting ini. Sekali lagi, Trims untuk kalian semua...
Di pinggiran hutan Daegu, terlihat sebuah api unggun kecil sedang menyala di tengah dinginnya hawa malam. Meski telah menghangatkan diri di depan api unggun, Zhou Fu masih merasakan dingin menusuk-nusuk hingga ke sumsum tulangnya. Bisa jadi, sensasi dingin tersebut terasa semakin nyata sebab ia hanya sendirian di hutan itu. Kesunyian kadang-kadang memang membuat rasa tak nyaman menjadi berkali-kali lipat semakin menyiksa. Apa lagi, saat itu kesehatannya sedang tak begitu baik. Sesekali, Zhou Fu harus tertatih-tatih mengambil ramuan obat di dalam tenda, lalu keluar lagi untuk menghangatkan diri. Beberapa kali, bibirnya juga menyunggingkan sebuah senyum getir kala ia teringat bagaimana Panglima Yeongjo bersujud meminta maaf di kakinya. “Atas nama seluruh warga di negeri Yeongsan, aku meminta maaf karena telah memperlakukan seorang pahlawan dengan begini buruk!” ucapnya sore itu, sebelum akhirnya pergi menuju ke dalam Benteng di Distrik Tengah. Panglima Yeongjo memiliki tanggung jawab u
Suara langkah kaki itu kian dekat dengan tenda Zhou Fu. Tak ada getaran aura yang bisa dirasakan oleh olehnya, membuatnya berkesimpulan jika orang yang datang tersebut kemungkinan ada dua. Yang pertama, dia memiliki ilmu bela diri yang cukup tinggi hingga mampu menyembunyikan getaran kekuatannya. Yang kedua, orang tersebut berada di level rendah sebab getar kekuatannya bahkan tak terasa sama sekali. Tap Tap Tap Tap… Suara langkah kaki itu terdengar tak beraturan, seperti langkah seseorang yang sedang gelisah atau juga khawatir. Zhou Fu bernapas lega dan tersenyum simpul, lelaki itu pun meletakkan kembali pedangnya dan bergegas keluar dari tenda untuk menyapa Jang Mi. “Ah, dugaanku terlalu benar ternyata…” bibir Zhou Fu melengkung ke atas, ia tak bisa menyembunyikan kegembiraannya karena telah mendapat teman. Dilihatnya Jang Mi tengah mengangkat rok panjangnya dan berjalan setengah berlari menuju ke tendanya. “Kakak Zhou… Kakak Zhou… Saya membawakan kakak sesuatu!” Jang Mi yang meli
Waktu telah berjalan dengan begitu cepat, setidaknya menurut Zhou Fu. Malam itu, adalah malam ke tujuh dihitung dari kedatangannya pertama kali ke negeri Yeongsan. Ia masih berada di hutan Daegu bersama dengan Jang Mi. Zhou Fu sebenarnya meminta gadis itu untuk kembali ke Distrik Tengah tetapi Jang Mi selalu menolak dengan berbagai alasan. Baru setelah kehabisan alasan yang masuk akal, Jang Mi bercerita jika ia kehilangan hak sebagai warga negeri Yeongsan selama dua tahun. “Ah, kebetulan sekali. Aku mendapatkan jatah waktu dua tahun untuk tinggal di negeri asing selagi berlatih meningkatkan kekuatan. Selama dua tahun itu, keselamatan Nona Jang Mi akan kutanggung. Jangan khawatir.” Gumam Zhou Fu setelah Jang Mi berterus terang. “Terima kasih, Kakak. Saya sangat senang bisa bersama dengan Kakak Zhou.” gadis yatim piatu tersebut memang sedari awal tertarik kepada Zhou Fu, tetapi bukan karena jatuh hati melainkan karena Zhou Fu mengingatkannya pada kakak kandungnya yang telah meninggal.
Semakin lama, semakin Zhou Fu yakin jika tak ada orang yang lebih pandai daripada Shen Shen dalam hal mencari masalah. Ketika ia teringat kembali awal pertemuan mereka, Zhou Fu seolah-olah menyadari jika ia memang hidup dengan membawa takdir untuk membereskan semua masalah yang menjerat Shen Yang.Seperti hari itu, mengingat Zhou Shan telah memasang perisai kuat di area kapal, jelas tertangkapnya Shen Shen tidak disebabkan oleh kerusakan arai yang dibuat oleh Zhou Shan. Dalam artian, Shen Shen secara sengaja keluar dari perlindungan Zhou Shan dan seperti biasanya, melangkah menghampiri masalah.Pada saat itu, dihadapkan dengan informasi dibawanya Shen Shen ke istana walikota, Zhou Fu dan Zhou Shan menunda agenda makan siang mereka. Keduanya bergegas keluar dari rumah makan lalu menyewa kuda-kuda terbaik untuk digunakan pergi menuju ke istana walikota.“Mengapa kita harus repot-repot menyewa kuda jika kita bisa melesat cepat ke istana? Menjengkelkan!” gerutu Zhou Fu sesaat sebelum mena
Tampaknya, pertanyaan yang baru saja dilontarkan oleh Zhou Shan adalah pertanyaan yang paling dihindari oleh sang walikota. Tak peduli apa pun keadaannya, sang walikota tetap terkesan menghindari menjawab pertanyaan itu. Dalam keadaan antara hidup dan mati, pria itu bahkan meludah sembari tersenyum mengejek kepada Zhou Shan.“Kau tak akan pernah mendapatkan jawabannya!” ucap Gao Shan sembari sebelah tangannya melakukan gerakan khusus dari balik jubah.Seketika itu juga, kilatan cahaya terang benderang membutakan mata semua orang, termasuk Zhou Fu dan Zhou Shan. Dengan sigap Zhou Fu melesat menarik tubuh Zhou Shan mundur, sekadar berjaga-jaga pada sesuatu yang mungkin tak mereka ketahui.Ketika ledakan cahaya telah berakhir, Zhou Fu dan Zhou Shan melihat hanya ada bekas-bekas keberadaan walikota bersama putranya di ruangan itu. Keduanya telah menghilang entah ke mana.“Sepertinya walikota menggunakan teknik atau spirit tool teleportasi,” gumam Zhou Shan seraya mengamati bekas keberadaan
Zhou Shan tak mau membuang waktu. Dalam sekejap, ia melangkah maju, tangannya terangkat dan udara di sekitarnya berubah drastis. Aura emas yang kuat mulai membungkus tubuhnya, membuat Gao Shan dan Gao Ren merasakan tekanan yang luar biasa."Masa-masa kejayaanmu sudah hampir kadaluarsa, Tuan Walikota," ucap Zhou Shan menyeringai. "Aku akan memberimu salam perkenalan, Prelude Strike!"Zhou Shan mengayunkan tangannya ke arah Gao Shan. Udara di sekelilingnya bergetar hebat ketika rune-rune bercahaya emas muncul di udara, membentuk lingkaran rumit yang tiba-tiba mengeluarkan petir emas. Kilatan petir itu melesat cepat ke arah Gao Shan, seperti kehendak langit yang tidak dapat dihindari.Gao Shan dengan cepat mengangkat tangannya, membentuk perisai energi merah yang berasal dari spirit tool Crimson Essence Flask. "Blood Shield!" teriaknya. Perisai itu terbentuk dari darah kental yang berputar cepat, memblokir petir yang datang dari Zhou Shan.Ledakan keras terdengar saat petir dan perisai d
Gao Ren merasa darahnya berhenti mengalir. Tubuhnya bergetar ketakutan. Ia tak pernah membayangkan akan berada dalam situasi seperti itu, Sun Hao yang selalu ia anggap tak terkalahkan ternyata bisa dikalahkan dengan begitu mudahnya.Zhou Fu berjalan mendekat, setiap langkahnya seakan menjadi dentang lonceng kematian bagi Gao Ren. Namun, Gao Ren menolak menyerah begitu saja. Ia masih punya kartu truf yang belum dimainkan.“Kau akan menyesal berurusan denganku!” ucap Gao Ren memberi ancaman, meski saat itu suaranya terdengar ketakutan.Dengan tangan gemetar, Gao Ren mengeluarkan sebuah bola permata dari spatial ringnya. Tak berlama-lama, Gao Ren mencengkeram bola permata itu hingga membuatnya pecah berkeping-keping. Suara retakan bola permata itu terdengar memekkakkan telinga. Di saat yang sama, muncul ledakan di udara, menciptakan kepulan kabut debu yang tebal selama beberapa detik. Gao Ren mundur selangkah, membuat Zhou Fu mengerutkan kening karena penasaran dengan apa yang akan munc
“Spirit Formation Mid Stage. Kau sebut itu kuat? Kau sedang melawak?” cibir Zhou Fu yang serta merta membuat mata Gao Ren memerah karena marah. Kebanggaan yang beberapa detik lalu meledak di kepala Gao Ren kini terasa sirna dan tergantikan oleh amarah yang tertahan.Di saat yang sama, Sun Hao juga dibuat terkejut oleh ucapan Zhou Fu. Dari caranya berbicara, jelas sekali bahwa Zhou Fu menganggap rendah seorang kultivator di ranah Spirit Formation, yang mana ranah tersebut sudah termasuk ajaib untuk diraih oleh seseorang semuda Gao Ren.Dengan gerakan cepat, Sun Hao melangkah maju dan meminta Gao Ren mundur di belakangnya. "Tuan Muda, biarkan saya yang menangani mereka. Saya akan memastikan mereka tidak akan keluar dari ruangan ini hidup-hidup."Zhou Shan yang sedari tadi diam kini hanya tersenyum sinis melihat adegan itu. "Apakah kalian berdua benar-benar berpikir bisa menahan kami dengan kekuatan sekecil itu?" tanyanya, sengaja terdengar mengejek.Gao Ren mendekati Sun Hao lalu berbis
Seseorang yang baru saja memasuki ruangan tersebut memberi tatapan intimidasi kepada enam pria yang berada di dalam rumah makan. Empat pria yang berasal dari Teratai Hitam dan Safir Biru tampak gugup dan gelisah sebab mereka tahu siapa sosok yang baru saja menegur mereka. Sementara Zhou Fu dan Zhou Shan merasa tak perlu gelisah atau khawatir sedikit pun sehingga ketika pria itu muncul di dalam ruangan, Zhou Fu dan Zhou Shan hanya melipat tangan di dada sembari mengamati apa yang akan dilakukan pria tersebut.“Maafkan atas keributan yang terjadi, Tuan Sun. Kami hanya berniat mengusir dua pengacau ini,” ucap Hong Tian kepada Sun Hao, pemimpin tertinggi pasukan pengawal walikota.Sun Hao tak merespon permintaan maaf dari Hong Tian, melainkan kini menghunuskan tatapan mematikan ke arah Zhou Fu dan Zhou Shan secara bergantian.Dalam hati, Hong Tian merasa sangat puas karena itu artinya Sun Hao akan segera memberi pelajaran berharga kepada Zhou Fu dan Zhou Shan.“Di mana letak sopan santun
Tak mau terlalu peduli dengan suasana di ruangan itu, Zhou Fu mengajak Zhou Shan untuk duduk tak begitu jauh dari dua meja yang terlebih dahulu terisi. Sembari menunggu pelayan menghampiri, baik Zhou Fu dan Zhou Shan mulai berkonsentrasi untuk mendengar percakapan yang tengah terjadi di meja-meja yang terisi.“Kami membawa hasil bumi terbaik dari pulau Teratai Hitam, kami yakin walikota akan sangat senang menjalin kerja sama dengan warga di Teratai Hitam,” ucap seorang pria berjubah gelap kepada dua pengunjung restoran yang berasal dari pulau Safir Biru. Matanya menyipit tajam, menunjukkan bahwa ia merasa unggul.“Jangan buru-buru percaya diri, Tuan Hong. Hasil bumi dari pulau Safir Biru jelas lebih unggul ketimbang milik kalian. Walikota pasti akan mengutamakan membangun cabang sekte Darah Suci di pulau kami,” timpal si pria lain menanggapi ucapan Hong Tian.Rekan Hong Tian menepuk pundak Hong Tian, memberi isyarat kepadanya agar tak memperpanjang perdebatan dengan Duan Lei yang bera
Beberapa jam kemudian, Zhou Fu dan Zhou Shan telah tiba di gerbang depan kota Lembah Angin Abadi. Dari luar, kota itu tampak seperti sebuah oasis yang hidup di tengah padang tandus. Pohon-pohon rimbun dan bunga berwarna-warni yang bertebaran di seluruh penjuru kota menciptakan pemandangan yang kontras dengan tanah gersang di sekelilingnya. Tak akan ada orang yang tak keheranan menyaksikan anomali tersebut.“Aku semakin yakin, pemimpin di kota ini merupakan seorang kultivator dari dunia atas,” gumam Zhou Shan saat merasakan keberadaan energi Qi yang cukup memadai meski tak terlalu tinggi kepadatannya. “Hanya saja, bagaimana bisa dia turun ke tempat ini?”“Apa dia juga memiliki artefak suci?” tanya Zhou Fu.Zhou Shan melotot kesal dan menyebutkan jika artefak suci sejenis alat transportasi beda alam milik Holy Light bukanlah spirit tool yang bisa dimiliki sembarang kultivator. Sekte bintang 10 dengan kekayaan berlimpah pun belum tentu memiliki spirit tool semacam itu.“Lalu, bagaimana c
Tak ada hal yang bisa dikulik dari Jiang Hao mengingat pria itu sebenarnya juga tak benar-benar tahu apa kesalahannya sehingga ditempatkan di wilayah pengasingan tersebut. Maka, demi memuaskan rasa penasaran, Zhou Fu mengajak Zhou Shan pergi ke utara, ke kota Lembah Angin Abadi.“Tuan-Tuan sekalian,” ucap Jiang Hao menyela percakapan Zhou Fu dan Zhou Shan. “Maaf jika ucapanku lancang, tetapi, bukankah lebih elok jika kalian menyelamatkan kami dulu sebelum kalian pergi ke utara? Maksudku, biasanya orang baik akan berbuat demikian,” ucap Jiang Hao lagi dengan wajah penuh harap.Zhou Shan mengerutkan kening, ia baru teringat satu hal yang juga mengganggu pikirannya. “Itu yang sebelumnya ingin kutanyakan. Tempat ini memiliki suhu ekstrim yang berbahaya. Jika kalian ingin selamat, bukankah kalian hanya perlu pergi dan mencari pemukiman baru?”“Bodoh!” Zhou Fu menjitak kepala Zhou Shan, terkesan sangat kurang ajar di mata Jiang Hao yang melihat wajah Zhou Fu jauh lebih muda dari Zhou Shan.