Share

Bab 6

Author: Nurleni
last update Last Updated: 2024-06-01 09:00:24

Di rumah sakit Naya baru saja datang bersama dengan Zoya, saat ini Ilyas berada di sana karena tengah bekerja dari laptop.

"Naya!" sahut Alya.

"Assalamualaikum Al." ucap Naya.

"Waalaikum salam." sahut Ilyas yang hanya Ilyas yang menjawab salam dari Naya.

"Ini anak kamu?" tanya Alya menatap pada gadis kecil.

"Ya dia Zoya, putri aku." ucap Naya.

"Wah gadis kecil, sini sama Ibu." ucap Alya meminta Zoya untuk mendekat.

Naya mengarahkan Zoya untuk mendekat pada Alya yang saat ini hanya bisa diam di atas ranjang.

"Tante kenapa?" tanya Zoya gadis kecil itu bertanya.

"Panggil aku Ibu ya." ucap Alya tersenyum pada Zoya.

"Ibu gak papa, cuman lagi sakit saja." ucap Alya.

"Oh." ucap Zoya yang langsung menyalami tangan Alya.

Zoya juga mendekat pada Ilyas yang saat ini tengah duduk, Zoya langsung menyodorkan tangannya meminta Ilyas untuk meraih tangan bocah itu supaya Zoya bisa menyalaminya.

"Om sedang apa?" tanya Zoya.

"Bekerja." jawab Ilyas.

"Om kenapa harus bekerja?" tanya Zoya menatap pada Ilyas dengan tatapan mengemaskan.

"Biar punya uang." jawab Ilyas yang matanya masih fokus pada layar laptop.

"Dulu juga mamah bekerja, tapi mamah tidak punya uang sampai sekarang, apa mungkin hanya laki laki saja yang bisa punya uang?" tanya Zoya dengan polosnya.

Naya menatap pada Zoya yang saat ini bicara pada Ilyas.

"Zoya!" sahut Naya sambil menggeleng gelengkan kepalanya.

"Nay, siapa mantan suami kamu?" tanya Alya.

"Namanya Zidan, kamu gak kenal sama mantan suami aku?" tanya Naya.

Alya sempat berpikir sejenak dia merasa kenal dengan orang yang bernama Zidan itu,

"Zidan kakak kelas kita saat SMP?" tanya Alya yang di balas anggukan kepala oleh Naya.

"Kenapa menikah dengan dia, Nay, kamu tau kan kalau dia itu kasar!" ucap Alya.

"Ya aku salah, Al." ucap Naya.

"Syukurlah kamu bisa terlepas dari orang itu." ucap Alya.

"Oh ya setelah kita lulus SMP dulu, aku kan langsung pergi dari kota ini, saat itu aku sadar Al kalau aku terlalu mengandalkan keuangan keluarga kamu, aku berniat mengganti uang yang sudah di keluarkan oleh orang tua mu, tapi sayang sampai sekarang aku tidak bisa melakukannya." ucap Naya.

"Nay, kami ikhlas kok." ucap Alya.

"Terima kasih sudah mau menyekolahkan aku, padahal dahulu aku tidak punya harapan hidup apa lagi saat Nenek meninggal." ucap Naya.

"Aku menyayangkan hal itu, aku dulu datang ke rumah nenek kamu tapi kenapa di bangun sama orang lain, aku bingung saat itu, tapi seseorang menjelaskan kalau kamu yang menjualnya, awalnya aku gak percaya kamu akan menjualnya." ucap Alya.

"Hanya itu harta aku satu satunya tapi mau bagaimana lagi, aku butuh uang banyak saat itu." ucap Naya.

"Kamu melewati banyak hal Nay!" sahut Alya.

"Ya, oh ya sekarang waktunya kamu makan dan makan obat bentar ya aku siapkan dulu makanannya." ucap Naya yang langsung berjalan ke arah luar ruangan Alya.

Makanan di siapkan oleh pihak rumah sakit, saat ini Naya hanya tinggal menunggu saja di luar sampai suster membawakan ke sana.

"Kapan kamu akan bawa Naya pergi?" tanya Alya.

"Mungkin sore nanti." ucap Ilyas.

"Aku harap rumah yang Naya tempati cukup layak untuknya." sahut Alya.

"Aku mencarikan apartemen." ucap Ilyas.

"Ya, itu bagus." ucap Alya menatap pada suaminya yang saat ini fokus pada pekerjaannya.

Naya membawakan makanan, dia langsung menyuapi Alya dengan makanan itu.

"Makanlah setelah makan kamu segera minum obat." ucap Naya.

"Nay aku harus kemoterapi sekarang." ucap Alya.

"Tapi kamu harus makan banyak dulu." ucap Naya.

"Ya." ucap Alya.

**

Naya menemani Alya saat Alya kemoterapi, karena biasanya Alya akan sendirian jika kemoterapi, tapi saat ini ada Naya yang bisa menjaga Alya setiap saat.

"Nay, boleh aku minta tolong, kamu temani saja mas Ilyas saat ini dia belum makan apa pun." pinta Alya.

"Bukankah tadi pagi dia makan?" tanya Naya.

"Tidak, dia belum makan, biasanya kalau setelah makan mas Ilyas biasa meminum teh manis, itu kesukaan dia." ucap Alya.

"Oh baiklah." ucap Naya.

Naya langsung menuju ke salah satu Kantin yang ada di rumah Sakit itu, dia membeli makanan untuk suaminya itu.

Tak banyak hanya nasi Padang saja yang Naya beli untuk Ilyas.

Dengan beberapa cemilan untuk Zoya yang mungkin tengah bersama dengan Ilyas sekarang.

Naya langsung masuk ke dalam ruangan dia menatap pada putrinya yang tertidur di sofa dengan Ilyas yang masih bekerja.

"Mas makanlah dulu." pinta Naya.

"Tidak usah, aku masih kenyang!" jawab Ilyas tak menatap sedikit pun pada Naya.

"Ini permintaan dari Alya, dia Khawatir pada kamu mas." ucap Naya.

Jika menyangkut Alya saat ini Ilyas tidak bisa menolak, dia langsung mengambil makanan itu dan memakannya sendirian.

"Apa kamu sudah makan?" tanya Ilyas.

"Sudah tadi pagi." jawab Naya.

"Apa kau jijik jika memakan makanan bekas aku?" tanya Ilyas menatap pada Naya yang saat ini tengah menyeduh teh.

"Kenapa harus jijik?" tanya Naya.

"Tidak, makanan ini banyak kalau kamu mau kamu bisa memakan sisanya." ucap Ilyas.

"Oh baiklah." ucap Naya yang merasa sudah terbiasa apa lagi dahulu Naya bahkan memakan bekas makanan Zidan.

Ilyas menyisakan banyak nasi dan lauknya, dia tidak terlalu berselera untuk makan apa lagi dia saat ini merindukan masakan pembantu di rumahnya.

"Ini mas minumnya." ucap Naya.

"Ini makanlah, aku kenyang." ucap Ilyas.

"Mas kenapa sedikit makannya?" tanya Naya.

"Jujur saat ini aku merindukan masakan rumah." ucap Ilyas yang langsung meneguk pelan teh manis hangat itu.

"Tiap hari aku makan dengan makanan yang sama, kadang aku hanya makan dengan kerupuk saking bosannya aku dengan makanan itu." ucap Ilyas.

"Kenapa padahal kalau beli kan suka enak." ucap Naya.

"Bukan masalah enak atau tidaknya, hanya saja aku punya selera khusus saat makan!" ucap Ilyas.

"Kamu merindukan masakan Alya?" tanya Naya.

"Tidak, selama ini dia bahkan tidak pernah masak, aku merindukan masakan pembantu aku." ucap Ilyas.

"Kenapa gak pulang saja dan minta pembantu di rumah untuk memasaknya?" tanya Naya.

"Pembantunya sudah tiada, dia meninggal satu bulan yang lalu." ucap Ilyas.

"Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un." gumam Naya.

"Sudah makanlah dan kembali temani Alya, selama ini aku tidak pernah menemani dia." ucap Ilyas.

"Ya mas." ucap Naya.

"Jangan khawatir kan Zoya dia anak yang baik, bahkan dia tidur sendirian, sepertinya anak mu mandiri." ucap Ilyas.

"Ya dia biasa sendiri." sahut Naya memakan makanan bekas Ilyas barusan, bagi Naya memakan makanan bekas suaminya itu terasa sangat enak, entah kenapa karena itulah kenyataan yang Naya percayai.

"Hanya kamu wanita pertama yang makan bekas aku." sahut Ilyas yang membuat Naya menatap pada Ilyas.

"Bagaimana mungkin?" tanya Naya.

"Benar, Alya gak akan mungkin memakan makanan bekas." sahut Ilyas.

"Padahal ini enak, mas Yash, tau gak aku selama ini selalu memakan makanan bekas mantan suami aku, walaupun dia kasar dan suka selingkuh rasanya enak saja jika memakan makanan bekas suami." ucap Naya.

"Benarkah?" tanya Ilyas.

"Tentu." ucap Naya.

Related chapters

  • Pengorbanan Makmum Kedua   Bab 7

    Kemoterapi yang di lakukan Alya telah selesai, saat ini Alya mengeluh kalau setelah kemoterapi dia sering merasakan rambutnya yang semakin rontok, bahkan giginya juga ada beberapa yang copot.Naya merasa sangat sedih melihat kondisi sahabatnya, dia tidak yakin kalau Alya bisa sembuh seperti dahulu lagi.Dengan kondisi dirinya yang sangat memburuk semakin harinya.Bahkan penyakitnya semakin cepat berkembang."Nay, rasanya aku mau jalan jalan?" ucap Alya."Kenapa harus jalan jalan?" tanya Ilyas keberatan."Mas aku hanya mau menghirup udara segar, lagian aku lama di sini, aku rindu udara segar." ucap Alya."Baiklah aku akan antar." ucap Naya antusias.Ilyas memutar bola matanya malas dia langsung membantu istrinya itu untuk duduk di kursi roda, "Hati hati!" ucap Ilyas."Ya mas." ucap Alya.Naya mengambil kerudung pashmina panjang, dia langsung memakaikannya pada Alya."Pakai ini supaya kamu tidak d

    Last Updated : 2024-06-02
  • Pengorbanan Makmum Kedua   Bab 8

    Di apartemen yang akan Naya tempati, Apartemen itu sangat besar bahkan Naya kagum melihat kemewahan apartemen itu."Maaf hanya ini yang bisa aku berikan, oh ya apartemen ini milik perusahaan jadi tetangga di sini adalah teman kerja aku, tolong jangan bilang apa pun pada mereka, usahakan kalau mereka tidak tau kamu siapa." sahut Ilyas."Ya mas." ucap Naya.Naya tersenyum tipis menangapi hal itu."Bukan hanya turun ranjang, aku juga bahkan istri yang di rahasiakan!" batin Naya.Naya menyelimuti Zoya yang baru saja tertidur di kamar apartemen yang besar itu.Naya ingat pada obat yang Alya berikan padanya, saat ini Naya akan memasak untuk suaminya itu."Mas mau makan apa?" tanya Naya."Gak usah aku gak lapar." jawab Ilyas."Tapi mas kamu belum makan." sahut Naya."Baiklah buatkan apa saja!" titah Ilyas.Naya berjalan ke arah dapur dia tadi sempat belanja terlebih dahulu jadi setidaknya dia punya bahan ma

    Last Updated : 2024-06-03
  • Pengorbanan Makmum Kedua   Bab 9

    Beberapa hari kemudian Naya tidak bertemu lagi dengan Ilyas, siang hari Naya selalu datang ke rumah sakit karena dia akan merawat Alya.Dan setelah malam dia pulang ke apartemennya bersama dengan Zoya putrinya.Selama beberapa hati itu, Naya tidak bertemu dengan Ilyas bahkan setelah malam itu mereka tidak saling bercengkrama lagi."Al, mau makan yang lain?" tanya Naya."Tidak Nay, terima kasih. Oh ya aku akan bujuk mas Yash agar mau meminta maaf pada kamu." sahut Alya."Tidak apa Al." Naya menyimpan piring bekas makan Alya.Alya di siang hari hanya di temani oleh Naya dan di malam hari di temani bi Yeti dan Ilyas yang setiap hari pulang ke sana.KrettPintu ruangan Alya ada yang membuka dari luar, ternyata Ilyas pulang di sore hari tidak pulang larut malam lagi."Mas?" ujar Alya yang langsung menyambut suaminya dengan senyuman."Bagaimana hari ini ada yang sakit?" tanya Ilyas mencium kening Alya padahal

    Last Updated : 2024-06-04
  • Pengorbanan Makmum Kedua   Bab 10

    "Dia sudah punya Boneka, mas." jawab Naya.Ilyas dengan cepat memakan makanan itu, hingga selesai dia langsung masuk ke dalam kamar Zoya yang saat ini tengah marah pada mamahnya."Zoya?" panggil Ilyas yang langsung membuat bocah kecil itu menatap padanya."Kamu mau boneka yang mana? Biar papah yang akan belikan." ujar Ilyas.Mata Zoya berbinar dia langsung mengambil ponsel Ilyas yang isinya gambar boneka semua."Yang ini bagus pah." ujar Zoya."Yakin mau yang ini?" tanya Ilyas.Zoya mengangguk yakin, dengan cepat Ilyas memesankan boneka yang besar itu, Ilyas sangat sayang pada Zoya. Bahkan dia juga sudah menganggap Zoya bagaikan anaknya sendiri.Ilyas memang sangat menginginkan seorang anak hanya saja sudah beberapa tahun ini dia belum juga mempunyai anak dari Alya.Ilyas tidak memaksakan kehendak. Dia hanya berpikir mungkin belum rezeki dia untuk mempunyai anak.Tak bisa di pungkiri kalau saat ini Ilyas

    Last Updated : 2024-06-05
  • Pengorbanan Makmum Kedua   Bab 11

    Bi Yeti datang ke sana, sore ini Lia pulang karena di sana ada Naya dan Bi Yeti juga.Alya tidak perduli dengan siapa dia di rumah sakit, karena selama ini dia cukup malu untuk menyusahkan orang orang di sekitarnya."Nay, apa ada perubahan pada perut kamu?" tanya Alya.Naya sebenarnya sedikit syok saat mendengar hal itu, Apa maksud Alya bertanya kalau perutnya ada perubahan? Padahal Naya tidak sedang hamil."Maksud kamu apa?" tanya Naya."Kapan kamu punya anak, aku lihat mas Yash suka pada Zoya, makannya aku mau kamu berikan dia anak, Nay." ujar Alya."Aku tidak berjanji Al, aku juga dulu tidak langsung punya Zoya, harus menunggu beberapa bulan dulu." Naya menatap pada Alya yang terlalu berharap padanya."Tidak masalah, yang paling penting kamu harus ikut program kehamilan, aku ingin anak laki laki." Alya memohon pada Naya dengan sedikit memaksa."Aku tidak janji!""Mungkin Nona Naya menghalangi kehamilan No

    Last Updated : 2024-06-06
  • Pengorbanan Makmum Kedua   Bab 12

    Pagi ini kira kira pukul empat pagi, Naya sudah terbangun dia akan melaksanakan Sholat subuh, tapi saat ini Ilyas mengajak dia ke mushola yang ada di rumah sakit itu. Ilyas sudah ijin lebih dahulu pada Alya, bahkan dia sudah pergi dari sana lebih dahulu. Naya menenteng mukenanya, saat ini dia akan ke mushola. "Naya?" sahut Alya. Naya menatap pada Alya yang memanggilnya. "Ada apa Al?" tanya Naya mendekat pada Alya, Naya tersenyum sambil membenarkan selimut Alya yang tidak menutupi kaki Alya. "Sekarang kamu minta mas Yash mengantarkan kamu pulang, jangan lupa berikan obat yang ada di laci itu di minumannya." pinta Alya. Naya membuka obat yang ada di laci itu. "Apa ini?" tanya Naya. "Obat perangsang, dan yang satunya lagi adalah obat penyubur kandungan." jawab Alya. Naya bingung, entah ada apa dengan sahabatnya itu, sekarang dia merasa kalau Alya memaks

    Last Updated : 2024-06-07
  • Pengorbanan Makmum Kedua   Bab 13

    Sore harinya...Naya menatap pada Alya yang sejak tadi hanya diam saja sambil menunggu waktu dia minum obat."Al, bisakah aku minta uang pada mas Yash?" Tanya Naya yang langsung di tatap oleh Alya dan Bi Yeti."Untuk apa?" Tanya Alya yang terdengar sangat ketus pada Naya."Untuk aku kirimkan pada bibinya Zoya, sebelumnya Zoya di tanggung oleh Bibinya. Jadi, aku mau ganti uang itu." Ujar Naya.Alya hanya bungkam tidak bicara sepatah kata pun.Namun, saat ini Ilyas baru saja masuk kedalam ruangan Alya karena Ilyas baru saja pulang bekerja."Assalamualaikum." Sahut Ilyas."Waalaikumsalam." Jawab Naya, dan hanya Naya saja yang menjawab.Satu adegan yang tidak bisa Naya hentikan saat ini.Tiba-tiba saja Ilyas mendekat padanya dan langsung menyodorkan tangannya pada Naya.Naya sempat memandang Alya sekilas, tapi dia langsung menyalami tangan suaminya itu dengan takzim.Terlihat kalau saat ini Alya

    Last Updated : 2024-06-08
  • Pengorbanan Makmum Kedua   Bab 14

    "Ayah, Rani. Makanlah!" Ucap Naya sambil menyajikan makanan pada kedua keluarga Ilyas itu. "Berapa uang yang diberikan Ilyas padamu?" Tanya Pak Mijan. "Ada apa, Ayah?" Tanya Naya heran. "Ilyas kan punya istri dua, apa lagi Alya sakit. Sudah pasti kamu hanya di biayai sedikit kan?" Tanya Pak Mijan. "Alhamdulillah cukup untuk makan, Ayah." Ucap Naya. Pak Mijan menatap sendu pada Naya, jika di bandingkan Naya lebih baik dari pada Alya. Walaupun, Alya juga baik tetapi tetap saja Alya berbeda dengan Naya. "Tolong jaga Ilyas ya." Ucap Pak Mijan. "Ya pak." Ucap Naya. Malam harinya, Naya berbaring di atas kasur yang di sampingnya ada Rani dan Zoya. Sedangkan mertuanya tidur di kamar yang biasa Zoya tempati. "Tidurlah Rani." Ujar Naya. "

    Last Updated : 2024-06-09

Latest chapter

  • Pengorbanan Makmum Kedua   bab 51

    "Astaga!" gumam Rani.Ilyas panik dia langsung mendekat ke arah Rani, dengan cepat dia langsung mengambil sepucuk surat itu dan langsung membacanya.Ilyas juga tak kalah panik dari Rani, dia langsung menatap pada Naya yang masih bertanya-tanya dengan isi dari secarik kertas yang ditinggalkan oleh laki-laki itu."Ada apa, Mas?" tanya Naya menatap pada Ilyas dan Rani secara bergantian dan sayangnya tak ada jawaban yang bisa dia dapatkan dari keduanya.Naya langsung merebut paksa kertas itu dari tangan Ilyas.(ANAK KAMU AKAN MENINGGAL)Itulah isi dari secarik surat itu, ingin sekali rasanya Naya marah pada orang itu.Seorang ibu mana yang akan rela kalau anaknya mendapatkan ancaman yang begitu kejam dari orang yang bahkan tak dia kenal.Naya meremas sepucuk surat yang masih ada di tangannya itu, "Aku tau siapa yang mengirim surat ini." ucap Naya yang membuat Rani dan Ilyas langsung menatap padanya.**Brakk!Suara pintu didobrak paksa terdengar sangat keras ditelinga yang punya rumah, Al

  • Pengorbanan Makmum Kedua   Bab 50

    Prak Gelas pecah terdengar memekik di telinga Alya, dengan langkah yang malas dia langsung berjalan ke arah lantai bawah, sejak tadi Ibunya ada di sana tapi sekarang Lia sudah pulang dari kediaman Alya. Alya masih tak percaya kalau Ilyas masih belum pulang juga, rasanya dia sangat ingin menyusul Ilyas ke apartemen Naya. Tapi sayangnya Alya gengsi karena dengan seperti itu dia terlihat mengemis perhatian pada Ilyas. Alya membelalakkan matanya saat melihat sebuah gelas pecah dan pecahannya berserakan di lantai, bukan itu saja. Dia juga menemukan sebuah surat yang tergeletak di lantai. "Surat lagi?" gumam Alya bertanya-tanya. Alya membuka surat itu dengan perlahan dan benar tulisan itu hampir sama dengan tulisan tempo lalu, tapi untuk yang sekarang tulisannya ada yang sedikit berbeda. (KAMU AKAN MATI, KALAU ANAK DALAM KANDUNGAN ANAYAH TETAP HIDUP!) "Apa ini sebuah ancaman? Kenapa padaku? Dan kenapa orang-orang itu tau kalau Naya mengandung? Siapa mereka?" setelah mengucapkan itu

  • Pengorbanan Makmum Kedua   Bab 49

    "Apa laki-lakinya bisa diperbesar?" tanya Naya. "Tentu." Mutia menzoom layar yang ada di hadapannya itu, Naya mengerutkan keningnya saat melihat orang itu. "Kamu mengenalinya?" tanya Mutia. Naya menggelengkan kepalanya. "Aku gak kenal, laki-laki ini asing." "Fiks, kamu sekarang sedang di teror oleh orang itu, aku sudah menduga ini semua! Tapi Nay, kamu jangan khawatir karena ada aku yang akan membantu kamu untuk mencari tau orang ini." duga Mutia sambil memegang tangan Naya. "Terima kasih Mutia, kau baik sekali." "Sama-sama, kita kan teman, jadi aku harus membantu saat temanku kesusahan." Naya baru ingat kalau di apartemennya itu ada Ilyas, "Mutia, maafkan aku! Tapi di sini ada Mas Yash." ujar Naya. "Mas Yash?" tanya Mutia heran. Naya keceplosan mengusapkan hal itu pada Mutia, Naya baru ingat kalau Mutia belum tau tentang kehidupannya itu. Naya terlihat panik saat Mutia menatapnya sambil bertanya. "Ya, Mas Yash suaminya Alya, dia datang karena mau bertemu dengan Rani,

  • Pengorbanan Makmum Kedua   Bab 48

    Ilyas mengusap kepala Naya dengan lembut, tapi saat Ilyas akan beralih ke pakaian Naya dia langsung terkejut saat mendapati kalau leher Naya seperti ada luka. "Nay, ini kenapa?" tanya Ilyas. Ilyas semakin mendekat pada luka itu, Ilyas rasa kalau luka itu baru saja ada di leher Naya, Ilyas juga memegang luka itu yang seperti ada luka bekas kuku. "Kamu di cekik?" tanya Ilyas menatap Naya penuh tanya. Naya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, Naya juga memegang tangan Ilyas yang sekarang tengah menelisik seluruh badannya. "Mas, ini itu hanya luka biasa." jawab Naya tenang. "Kamu bohong?" tanya Ilyas. Naya hanya diam saja untuk kali ini dia tidak mungkin bicara kalau Alya yang menyebabkan semuanya. "Mas, aku gak bohong, aku beneran!" ucap Naya. "Apa sakit?" tanya Ilyas. "Tidak." Ilyas memeluk Naya dengan sangat erat, dia ingin sekali meminta maaf pada Naya karena ucapan Ilyas sudah menyakiti hati Naya, untuk sekarang Ilyas juga sadar kalau dia seharusnya menghar

  • Pengorbanan Makmum Kedua   Bab 47

    Pirasat Rani tak enak, dia langsung berlari ke arah apartemennya dan ternyata benar Rani mendapati Naya yang terduduk di lantai. "Kak, kakak kenapa?" tanya Rani yang langsung jongkok di hadapan Naya. Naya hanya menatap kearah depan saja tanpa mengedip sekali pun, Rani mulai curiga pada Alya yang baru saja keluar dari apartemennya itu. "Kak, ada apa?" tanya Rani lagi. Naya menatap pada Rani, dia langsung menangis di hadapan Rani yang semakin merasa bingung dengan kondisi Naya saat ini, Rani membawa Naya ke sofa agar Naya bisa lebih nyaman untuk duduk. Rani juga mengambilkan minuman untuk Naya, dia langsung menyodorkan pada Naya. "Kakak tenang dulu, setelah ini ceritakan padaku apa saja yang terjadi." ujar Rani. Naya membuka hijab yang menutupi kepalanya, Rani baru sadar kalau leher Naya terdapat luka lebam sepertinya luka itu baru saja muncul. "Kakak, kenapa? Apa semua ini Alya yang melakukannya?" tanya Rani tak sabaran untuk mendengar jawaban dari Naya. Namun, tak ada respon

  • Pengorbanan Makmum Kedua   Bab 46

    "Benarkah Alya? Kamu berbohong padaku?" tanya Jaya. Alya menarik Naya untuk mendekat padanya, "Ya, aku ngaku kalau aku berbohong." ujar Alya. "What? Lalu, kemana anak kita?" tanya Jaya yang langsung membuat Mutia terkejut karena Jaya menanyakan anak mereka. Ternyata benar kalau dahulu Jaya dan Alya pernah akan mempunyai Anak. Alya menatap pada Mutia yang balik menatapnya dengan tatapan penuh benci. "Istrimu yang membuat aku keguguran, anak kita mati karena ulah istrimu." ucap Alya yang semakin mengundang kemarahan Mutia. "Hey, jangan bawa-bawa aku pada masalah ini, kau keguguran karena seorang wanita yang suaminya kau rebut kan? Jangan bawa aku pada masalah ini, lagi pun anak itu akan malu kalau hidup dari rahim wanita jalang sepertimu." Mutia sampai berteriak karena sangat kesal pada Alya. "Dari mana kamu tau?" tanya Jay

  • Pengorbanan Makmum Kedua   Bab 45

    Ilyas bangun pagi sekali dia menatap pada ponselnya yang banyak sekali pesan dari Naya.Ilyas masih marah dia masih merasa kalau Naya tak menghargainya.Alya mengambil ponsel Ilyas dan melihat pesan dari Naya.Alya membaca satu persatu pesan itu dengan teliti, dari pesan itu Alya bisa tau kalau Naya dan Ilyas sedang tidak baik-baik saja."Mas kenapa tidak di bales?" tanya Alya sengaja bertanya hal demikian."Tidak perlulah," Ilyas sepertinya enggan membahas masalah itu.Alya hanya tersenyum saja, "Bagus Mas, semakin kamu bersalah maka kamu akan semakin cepat berpisah dengan Naya." Alya membatin.Alya tetap saja menginginkan mereka berpisah padahal sudah jelas-jelas kalau Naya sudah sangat membantu dirinya.Dengan melahirkan seorang keturunan untuk keluarga Alya.Walaupun belum Alya belum tau betul jenis kelamin bayi yang tengah Naya kandung, tetapi Alya yakin kalau bayi itu laki-laki.**Mutia datang

  • Pengorbanan Makmum Kedua   Bab 44

    "Ayah siapa?" tanya Naya yang mulai penasaran pada ucapan Zoya itu."Ayah. Mah, om yang membelikan aku mainan." ujar Zoya kekeuh."Kamu tau siapa namanya?" tanya Naya.Zoya menggelengkan kepalanya, dia fokus lagi pada layar ponselnya yang tengah menampilkan video pendek."Tadi kamu bilang Bu Alya tidur sama laki-laki itu? Di mana?" tanya Naya."Di kamar bagus sekali, aku tidur di kursi dan Bu Alya tidur di kasur." Naya tak percaya pada celotehan Zoya, tapi mau membantah pun Naya tau kalau Zoya tak mungkin berbohong.Naya hanya bisa diam sambil berpikir, laki-laki siapa yang tidur bersama dengan Alya? Dan ada hubungan apa mereka?Kemudian... Naya ingat pada Mutia yang katanya suaminya pernah selingkuh dengan Alya.Naya merasa kalau semua ini ada hubungannya dengan suaminya Mutia, Naya mengambil ponselnya dari Zoya."Mamah pinjam sebentar ya sayang." pinta Naya.Naya mengetik pesan dan

  • Pengorbanan Makmum Kedua   Bab 43

    Naya dan Ilyas menatap pada layar monitor yang menampilkan rekaman cctv tadi malam, bagai di sambar petir di tempat itu juga.Naya syok dengan apa yang baru saja dia lihat itu, " Ini gak mungkin!" bantah Naya.Naya memegang tangan Ilyas dengan sangat erat."Mana laki-laki yang mau membunuh kamu itu, Nay?" tanya Ilyas menatap tajam pada Naya yang sekarang masih tak percaya pada rekaman yang baru saja dia lihat itu.Di sana jelas terlihat kalau Naya berlari dari apartemennya dan menuju ke apartemen Raka, tak ada laki-laki yang katanya akan membunuh Naya itu.Padahal Naya masih sangat ingat kejadian malam tadi, laki-laki itu memang nyata dan ketakutan Naya itu bukanlah halusinasi atau pun mimpi semata."Tolong Mas, percaya padaku." pinta Naya memohon."Aku harus percaya? Mana laki-laki yang katanya mau membunuh kamu? Nay, lihat lah itu! Di sana jelas saja terlihat kalau kamulah yang berlari dan masuk ke apartemen Raka." Ilyas terlihat sangat marah pada Naya.Naya memegangi kepalanya kare

DMCA.com Protection Status