Alex terburu-buru mencari Kyra, jadi langsung pergi. Hanya tersisa Deven di ruangan.Keesokan pagi, Deven menunggu sampai malam, tetapi Alex masih belum menemukan jejak mobil itu."Pak, apa kita perlu telepon polisi saja? Kalau ada polisi yang membantu, kita bisa menemukan petunjuk lebih cepat," usul Alex di telepon.Ketika Deven hendak menjawab, sebuah nomor tak dikenal tiba-tiba menelepon. Deven mengakhiri panggilannya dengan Alex. Begitu panggilan tersambung, terdengar suara sombong seorang wanita. "Deven, istrimu ada di tanganku!""Ternyata kamu?" Deven memicingkan matanya. Dia tahu bahwa ini adalah suara Manda. Besar sekali nyali wanita ini. Dia sampai berani menculik Kyra."Jangan bicara omong kosong! Kalau mau ketemu istrimu, datang ke Gunung Lingsan. Kalau kamu berani lapor polisi, akan kubunuh istrimu!" ancam Manda. Kemudian, dia mengakhiri panggilan.Ting tong. Deven menerima sebuah foto dari Manda. Terlihat Kyra yang kedua tangannya diikat dengan tali dan digantung di sebuah
Kyra sontak membuka matanya. Dia bisa mencium bau busuk dari air itu. Air itu mengenai matanya, wajahnya, rambutnya, dan seluruh tubuhnya.Saat berikutnya, Kyra merasakan sakit di telinganya. Dia mendongak dan baru menyadari kedua tangannya diikat. Di dahan pohon.Kemudian, Kyra menunduk untuk mengamati situasi. Di bawah sana, terlihat jurang yang tidak berdasar. Seketika, kepala Kyra terasa pusing. Dia punya fobia ketinggian.Seingatnya Kyra, dia menerima panggilan telepon dari kurir. Kemudian, dia tiba-tiba jatuh pingsan. Ketika bangun, dia sudah berada di sini.Belakang kepala Kyra juga terasa sakit. Dia benar-benar tidak tahu apa saja yang sudah terjadi.Krek, krek, krek .... Terdengar suara yang agak mengganggu telinga. Kyra menoleh ke arah sumber suara. Tampak seorang wanita memegang pisau sedang menebang dahan pohon."Apa yang kamu lakukan?" Kyra tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas karena wanita itu membelakanginya.Mungkin karena takut pada ketinggian, suara Kyra terdengar
Kyra mendongak untuk melirik dahan di atasnya. Dia merasa dahan itu akan patah sebentar lagi."Kamu kira aku percaya pada omonganmu?" balas Manda."Terserah kamu mau percaya atau nggak. Aku cuma ingin memberitahumu kalau aku bukan wanita yang paling dicintai Deven. Aku nggak akan bisa menghentikannya membuat keputusan. Wanita yang dicintainya adalah Irish. Kamu culik saja Irish. Hasilnya pasti akan lebih efektif." "Hais, sepertinya ada sedikit masalah dengan otakmu. Tapi, hal semacam ini sudah bawaan sejak lahir. Aku nggak menyalahkanmu," ejek Kyra."Kamu ingin mati lebih cepat ya? Kamu bilang ada yang salah dengan otakku?" bentak Manda sambil memelotot.Kyra menyunggingkan senyuman sinis sambil membalas, "Faktanya memang seperti itu. Bukan cuma kamu, aku juga punya sedikit masalah dengan otakku. Kalau nggak, mana mungkin aku mencintai pria yang salah dan berakhir seperti ini."Kyra mengembuskan napas panjang, lalu menatap Manda dengan tatapan tenang dan bertanya dengan perlahan, "Seb
Kyra termangu sesaat. Dia mengira dirinya salah melihat. Deven benar-benar datang!Manda juga memandang ke arah Deven. Terlihat Deven yang bersetelan hitam menghampiri dengan tergesa-gesa. Penampilannya terlihat agak berantakan, tetapi sosoknya masih memancarkan wibawa.Deven menghampiri Manda selangkah demi selangkah sambil menyunggingkan bibir tipisnya. Dia berucap dengan sinis, "Beraninya kamu menculik istriku! Sepertinya kamu sudah bosan hidup ya?"Manda seolah-olah memahami sesuatu. Dia menoleh melirik Kyra dan berkata, "Ternyata kamu cuma membohongiku tadi. Kamu bilang dia nggak bakal mencarimu dan kamu bukan wanita yang dicintainya. Jadi, kenapa dia tiba-tiba datang? Kamu mau mengelabuiku ya?""Lepaskan dia! Kalau nggak, konsekuensinya bukan sekadar pembatalan kerja sama lagi," ancam Deven sambil mendekat.Begitu mendengarnya, Manda menoleh. Ketika melihat Deven mendekat, dia sontak membuka jaketnya. Terlihat banyak bahan peledak dipasang di tubuhnya.Kemudian, Manda mengeluarka
"Ternyata kamu nggak termasuk bodoh," sindir Deven.Kyra akhirnya memahami apa yang terjadi. Hanya saja, sekarang lengannya pegal sampai mati rasa. Dia tersenyum getir dan berujar, "Sekarang kamu sudah percaya, 'kan? Deven nggak bakal mengubah keputusannya cuma karena omonganku.""Apa hubungannya barang-barang itu denganku? Kenapa aku yang menjadi tumbalnya? Kalian ingin mempermainkanku ya? Aku terus memohon kepada orang-orang beberapa hari ini. Kalian kira aku idiot? Kalian kira aku nggak punya emosi?" bentak Manda.Kemudian, Manda sontak mengambil pisau di tanah untuk memotong dahan pohon lagi. "Mati! Kalian semua harus mati!"Karena dirinya akan mati, Deven dan Kyra juga harus mati. Dahan pohon yang menahan Kyra mulai berguncang.Ketika melihat ini, Deven sontak murka. Dia maju dan membentak, "Aku bilang berhenti!"Demi menghentikan Manda, Deven memeluk pinggangnya dengan erat. Kemudian, kedua orang itu mulai berebutan pisau. Deven ingin merebut pisau itu dari tangan Manda."Kamu ha
Tawa Manda bak suara iblis yang menusuk gendang telinga Kyra. Sebelum Kyra sempat bereaksi, dahan pohon kering yang menggantung tangannya tiba-tiba menjadi ringan. Dia merasakan seluruh tubuhnya jatuh dengan cepat bagaikan kupu-kupu yang telah patah sayapnya. Menerjang angin dingin yang menusuk dan serpihan salju yang lebat.Kyra sama sekali tidak takut. Dia tidak merasa gentar, apalagi panik. Ternyata saat menghadapi kematian, dia bisa begitu tenang ....'Ayah, Ibu, apa kalian ingin membawaku pergi dengan cara seperti ini karena melihat hidupku di dunia ini terlalu sulit?'Memikirkan bahwa dia akan segera tiba di surga dan bersatu kembali dengan orang tuanya, Kyra tersenyum lega. Dalam sekejap, tubuhnya tiba-tiba berhenti terjatuh. Dia tidak merasakan sakit sama sekali. Saat menunduk, dia melihat di bawah sana adalah jurang yang sangat dalam hingga tidak terlihat dasarnya.Kemudian, dia mengangkat kelopak matanya dengan penuh keraguan. Dia melihat kedua pergelangan tangannya yang ter
"Selama setahun ini, kamu nggak pernah telepon sama sekali. Kamu blokir semua kontakku dan nggak pernah tanyakan kabarku. Bahkan saat hari jadi pernikahan kita juga kamu nggak hadir. Saat ayahku kecelakaan dan butuh uang, kami menunggu bantuan biaya pengobatanmu di luar ruang operasi.""Bukan cuma mengabaikanku, kamu bahkan nggak menggubris ibuku. Kamu bilang, kamu ini yatim piatu dan ayahku bukan ayahmu. Demi mencari tahu soal kematian orang tuamu, aku pergi ke Desa Triron sendirian.""Yang kupikirkan waktu itu adalah kita mungkin masih bisa kembali seperti dulu kalau aku bisa menemukan bukti bahwa bukan ayahku yang membunuh orang tuamu! Tapi, aku terlalu naif. Apa kamu tahu apa yang kuhadapi selama perjalanan? Kamu nggak tahu apa pun.""Di jembatan putus di Desa Triron, aku diburu oleh Alba. Saat itu, salju juga turun dengan lebat seperti sekarang. Kamu tahu nggak seberapa takutnya aku waktu itu? Aku telepon kamu ingin minta kamu menolong istrimu yang sudah hampir mati ini. Tapi, kam
Baru saja Kyra selesai berbicara, dia melihat kepanikan di mata Deven. Sungguh ironis, ternyata Deven juga bisa merasa panik. Kyra tersenyum padanya seperti saat pertama kali mereka bertemu. Saat penyambutan mahasiswa baru, senyuman Kyra juga tampak begitu cerah.Ini juga pertama kalinya dalam setahun terakhir, Kyra tersenyum begitu lepas kepada Deven. "Lepaskan saja. Biarkan aku pergi ke surga untuk berkumpul sama Ayah dan Ibu."Dulu, Deven ingin sekali melihat Kyra tersenyum padanya seperti ini. Sebab, sudah lama sekali dia tidak melihat senyuman Kyra yang seceria ini. Kyra selalu saja bicara dengan sinis padanya! Namun saat melihat senyuman seperti itu sekarang, entah mengapa Deven tiba-tiba merasa panik."Kyra, jangan bertingkah! Ini bukan waktunya buat onar! Setelah pulang nanti, terserah kamu mau gimana!"Kyra yang sekarang, bagaikan bunga yang telah layu. Tidak ada lagi tanda-tanda kehidupan yang tersisa. Deven merasa takut. Dia memegang erat tali yang mengikat Kyra dan menarikn
"Pak, istirahat saja dulu. Kamu sudah beberapa hari nggak tidur. Kantong matamu sampai hitam sekali," nasihat Alex yang mencemaskan kesehatan Deven.Deven tidak berbicara. Dia langsung masuk ke lift. Setibanya di hotel, Deven menelepon Alvin. Dia belum menyerah.Setelah mengetahui tujuan Deven menelepon, Alvin berujar dengan nada menyesal, "Pak, bukannya aku nggak ingin membantumu. Kakekku memang keras kepala. Kami sudah membujuknya, tapi dia nggak mau dengar.""Benaran nggak ada yang bisa membujuknya lagi?" tanya Deven yang menggenggam ponsel dengan makin erat."Sebenarnya ada.""Siapa?""Justin, anak Pak Farhan. Anak ini punya hubungan dekat dengan kakek kami. Kakek kami anggap dia cucu. Dia pasti bisa membujuknya."Justin .... Deven tersenyum sinis. Dia juga tahu Justin bisa membantu. Akan tetapi, Deven tidak bisa menerima permintaan Justin yang menginginkan Kyra. Mana mungkin dia menyetujui hal seperti ini!"Pasien yang diterima Pak Chokri diperkenalkan Justin?" tanya Deven."Benar
Dulu, Kyra pasti akan menjelaskan saat Deven salah paham padanya. Deven boleh salah paham terhadap hal lain, tetapi tidak untuk perasaannya kepada Deven.Namun, sekarang tidak masalah lagi. Mereka memang tidak bisa kembali seperti dulu lagi, jadi tidak ada gunanya dijelaskan. Itu hanya buang-buang tenaga."Bagus kalau kamu tahu. Jadi, kita sudah bisa cerai belum?" tanya Kyra. Setelah makan obat pereda nyeri, tubuhnya tidak sakit lagi. Dia bahkan menyunggingkan senyuman indah.Meskipun wajahnya pucat pasi, Kyra tetap terlihat cantik dan elegan. Meskipun kehilangan banyak berat badan, itu sama sekali tidak memengaruhi kecantikan Kyra.Deven memang ingin melihat senyuman Kyra. Namun, setelah melihatnya, dia malah tidak merasa senang. Deven merasa Kyra sangat senang jika melihatnya marah. Wanita ini sampai menunjukkan senyuman yang sudah jarang terlihat.Kyra bisa melihat amarah pada tatapan Deven makin memuncak. Deven berkata, "Kamu sendiri yang keras kepala. Terserah kamu kalau ingin mat
Perkataan ini sontak memadamkan hasrat dalam hati Kyra. Benar, orang tuanya telah meninggal. Bagaimana bisa dia berpelukan dan berciuman dengan Deven di sini?'Kyra, kamu terlalu lemah. Deven cuma merendahkan harga dirinya untuk membujukmu, tapi kamu langsung terjebak? Memalukan!' batin Kyra.Sorot mata Kyra seketika menjadi dingin dan penuh ejekan. Namun, Deven masih belum menyadari apa pun. Dengan mata terpejam, dia masih ingin mencium Kyra. Ciuman tadi membuatnya sungguh tak terlupakan.Deven ingin melanjutkan, tetapi Kyra sontak mendorongnya. Sebelum Deven bereaksi, Kyra sudah melayangkan tamparan ke wajahnya. Pipinya terasa perih, membuat Deven termangu.Ketika menatap Kyra kembali, dia melihat tatapan penuh ejekan itu. Kyra mencelanya, "Deven, kalau kamu butuh wanita, cari saja Irish.""Dia bukan istriku. Ngapain aku cari dia?" balas Deven."Waktu kalian melakukan pemotretan pernikahan, kenapa kamu nggak berpikir begitu?" sindir Kyra."Waktu itu, aku ...." Deven ingin mengatakan
"Kalau kita cerai, aku langsung terima pengobatan!" pekik Kyra.Saking kesalnya, Deven sampai tertawa mendengar ucapan Kyra. Di ingatan Deven, Kyra paling takut merasa sakit.Namun, sekarang Kyra begitu tersiksa karena rasa sakitnya. Keringat bercucuran di dahi, wajahnya pucat pasi.Kyra masih terus melakukan perlawanan. Wanita yang dulunya mengatakan akan menemaninya, kini malah ingin meninggalkannya.Hati Deven diliputi kepedihan. Dia benar-benar tersiksa. Pada akhirnya, dengan ekspresi suram, dia memasukkan semua obat itu ke mulut Kyra.Saat berikutnya, Deven meraih pinggang Kyra dan merangkulnya dengan erat. Tubuh Kyra menempel dengan dada kekar Deven. Tidak ada sedikit pun celah di antara keduanya.Kyra ingin mendorong, tetapi tidak punya tenaga sebesar itu. Tenaganya sudah habis, apalagi dia mogok makan belakangan ini. Bagaimana mungkin dia sanggup mendorong Deven?Bibir Deven yang panas sontak mencium bibir Kyra yang kering dan pucat. Kyra ingin meninju Deven, tetapi Deven langs
Ini sudah pasti persekongkolan. Justin dan Kyra saling mencintai, jadi Kyra ingin bercerai. Tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini.Kyra tidak memahami maksud ucapan Deven. Persekongkolan apa yang dimaksudnya? Dia sampai mengira Deven ingin memfitnah Justin, tetapi ini hal yang wajar."Benar, kami memang sekongkol!" Kyra sama sekali tidak berniat untuk menjelaskan.Amarah pada tatapan Deven menjadi makin kuat. "Kamu nggak bisa hidup lama lagi. Apa perceraian begitu penting bagimu? Kamu nggak bisa berhenti berdebat dan fokus pada kesembuhanmu dulu?""Daripada berobat atau hidup, aku lebih ingin terbebas darimu. Masa aku harus mati dengan status masih menjadi istrimu? Aku nggak mungkin bisa tenang di alam sana! Sebelum mati, aku harus memastikan kita nggak punya hubungan apa-apa lagi!" pekik Kyra dengan mata berkaca-kaca sambil terisak-isak."Ternyata menjadi istriku lebih tersiksa daripada mati?""Benar! Yang kamu katakan benar!""Kyra, kamu rasa aku nggak bisa menemukan wanita l
Ucapan ini membuat Kyra termangu sesaat. Nada bicara Deven persis saat dirinya dipaksa makan obat penguat janin. Apakah ini yang dinamakan trauma?Sama seperti sebelumnya, Deven memaksanya makan obat dengan tegas. Pria ini tidak pernah menanyakan pendapatnya dan selalu memaksakan kehendaknya.Kenapa Deven selalu bersikap angkuh dan merasa diri sendiri benar? Deven memang tidak pernah berubah. Egois dan sombong.Kyra mengernyit, mencengkeram perut atasnya. Dia mulai mencium bau amis darah di mulutnya. Sementara itu, Deven menjulurkan tangannya ke hadapan Kyra. "Makan."Kyra bersikeras menelan darahnya. Dia menepis tangan Deven dengan kesal. Obat pereda nyeri pun berserakan. Ada yang jatuh ke dekat kaki Deven, ada yang masuk ke tong sampah.Kyra tidak ingin seperti ini. Bahkan ketika dirinya sudah mau mati, dia masih tidak berkesempatan untuk membuat keputusan. Bukankah hidupnya sangat menyedihkan? Kyra ingin menjadi dirinya sendiri.Pada akhirnya, Deven kehilangan kesabarannya. Dia suda
Kyra benar-benar bahagia. Tidak ada sedikit pun kesedihan dalam hatinya.Tiba-tiba, pintu bangsal terbuka. Angin dingin berembus masuk, membuat Kyra yang berbaring di lantai merasa makin dingin hingga tubuhnya gemetaran.Saat berikutnya, Kyra mendengar suara pintu ditutup dan suara langkah kaki yang terburu-buru. Dia menunduk, lalu melihat sepasang sepatu kulit yang dibelinya sebelum perang dingin dengan Deven.Dulu, Kyra sangat senang melihat Deven memakai sepatu kulit ini. Namun, sekarang dia buru-buru mengalihkan pandangan karena tidak ingin melihatnya.Organ dalamnya terasa makin sakit, seperti ada kapak yang membelah seluruh organ dalamnya. Rasa sakit ini sungguh menusuk.Kyra tidak bisa menahan kesakitan ini. Dia menggigit bibirnya sambil menangis sesenggukan. Deven awalnya marah, tetapi ketika melihat Kyra begitu kasihan, amarahnya langsung sirna dan digantikan dengan rasa iba.Deven berjongkok untuk menggendong Kyra ke ranjang. Kesehatan Kyra sangat buruk. Kyra tidak seharusnya
Sudah gila?Kyra menggigit bibirnya yang kering dan pecah-pecah hingga meneteskan darah. Setelah mengalami semua ini, apa tidak sepantasnya Kyra kehilangan kewarasannya? Dia meringkukkan tubuhnya dan memeluk kedua kakinya dengan erat. Sekujur tubuhnya gemetaran hebat.Perawat itu terkejut melihat situasi ini. Setelah menjadi perawat selama bertahun-tahun, baru kali ini dia melihat pasien yang begitu keras kepala. Karena takut akan terjadi kecelakaan medis, perawat itu buru-buru berlari ke luar ruangan untuk mencari Deven.Pada saat ini, Deven sedang bersandar di koridor. Alex sedang melaporkan sesuatu padanya, "Pak Deven, tubuh Bu Kyra sudah sangat parah sekarang. Kalau masih terus mogok makan, kondisinya akan semakin gawat."Deven mengerutkan alisnya dalam-dalam. Awalnya, dia mengira Kyra hanya bercanda karena ingin membuatnya kesal. Tak disangka, Kyra benar-benar serius. Saat Deven baru hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba terdengar suara perawat."Pak Deven, gawat!" teriak perawat i
Kyra mengulurkan tangannya karena kesakitan. Ternyata rasa sakit yang ditimbulkan karena penyakit kanker begitu menyiksa. Mana mungkin semudah itu tidak mau minum obat? Baru permulaan saja Kyra sudah tidak sanggup bertahan!Kyra ingin minum obat untuk meredakan rasa sakit di tubuhnya. Perawat itu menyerahkan obat pereda nyeri ke telapak tangan Kyra yang dingin. "Ayo cepat diminum."Dalam benak Kyra tiba-tiba teringat dengan ucapan Deven tadi. "Kyra, apa lagi ulahmu? Apa ini saat yang tepat untuk mengambek?""Kamu punya dua pilihan. Pertama, jalani pengobatanmu dan tetap menjadi istriku. Kedua, biarkan dirimu hancur begitu saja, mati sebagai istriku dan terpisah selamanya dari pria murahan yang ada di hatimu."Di depan mata Kyra, kembali terbayang saat Nelson terjatuh dari balkon. Dia terhempas ke tanah dan meninggal dengan mata terbuka. Dengan darah yang dimuntahkannya, Nelson menuliskan kode brankas ruang kerja di tanah. Ternyata kodenya adalah tanggal lahir Kyra.Tak lama kemudian, K