"Kamu harus makan 3 kali sehari dan nggak boleh telat makan. Jangan mencemaskanku, Ayah. Kehidupanku sangat baik kok. Jangan dengarkan omong kosong Ibu. Ibu nggak bisa menilai secara objektif. Deven nggak jahat. Dia bahkan menanggung semua biaya pengobatanmu," ujar Kyra.Ketika mendengar nama Deven, Nelson menghela napas dan ekspresinya tampak rumit sekaligus bersalah. Dia mengeluarkan suara-suara aneh, tetapi Kyra bisa memahami maksudnya."Ayah, kamu merasa kamu membebaniku?" tanya Kyra. Nelson mengangguk dan memukul kakinya tanpa henti, seolah-olah menyalahkan dirinya yang begitu tidak berguna.Kyra menahan tangannya sambil meneruskan, "Jangan berpikir begitu. Kalau kamu nggak berguna, berarti aku lebih nggak berguna. Dulu kamu yang menghidupi kami sekeluarga. Sekarang aku sudah dewasa dan sudah seharusnya memikul tanggung jawab.""Ayah, kamu nggak boleh menyerah. Usaha nggak akan mengkhianati hasil. Suatu hari nanti, kamu pasti bisa bicara dan berdiri lagi."Air mata berlinang di wa
Nelson menatap Kyra dengan tatapan rumit. Sebenarnya dia tidak ingin Kyra pergi ke tempat lain dan berharap Kyra terus menemaninya.Namun, Nelson tidak ingin menjadi beban untuk putrinya. Dia tadinya ingin mencoba melarang putrinya, tetapi akhirnya memutuskan untuk mengurungkan niatnya.Saat ini, Mia telah pulang dari berbelanja. Kyra dan Nelson melihat Mia menyuruh pelayan menggantung lentera dan berbagai pernak-pernik.Ketika melihat istrinya sibuk sana sini dan merasakan suasana yang begitu harmonis, senyuman akhirnya muncul di wajah Nelson. Melihat ini, Kyra ikut tersenyum.Kyra diam-diam bersumpah akan bertahan sampai perayaan musim semi supaya bisa menemani orang tuanya. Mereka akan merayakan tahun baru terakhir dan menonton kembang api terakhir.Ketika melihat Nelson begitu senang, Mia mengusulkan, "Kyra, tahun baru akan segera tiba. Gimana kalau kamu menginap untuk menemani ayahmu? Kalau kamu pulang, dia pasti bakal merajuk lagi."Ketika melihat tatapan Nelson yang dipenuhi pen
Nelson berbaring di ranjang sambil memandang lampu gantung dengan tatapan suram. Mia berderai air mata. Nelson menepuk bahunya untuk menenangkannya. Dia merasa dirinya sungguh tidak berguna karena gagal melindungi istri dan putri sendiri.Setelah Mia tidur, Nelson memejamkan mata dan teringat pada curhatannya tadi. Kemudian, dia berusaha bangkit dengan susah payah dan duduk di kursi rodanya untuk keluar dari kamar.Ketika keluar, Nelson mendapati lampu di kamar Kyra masih menyala. Dia yang penasaran pun mendekat. Tampak Kyra membelakanginya dan bersandar di meja. Sepertinya Kyra ketiduran.Nelson ingin membangunkannya dan menyuruhnya tidur di ranjang supaya tidak masuk angin. Akan tetapi, dia menemukan secarik kertas dan sebuah pena yang masih belum ditutup.Nelson yang penasaran pun mendekat untuk melihat isi kertas itu. Begitu melihatnya, matanya terbelalak! Surat wasiat? Kyra menulis surat wasiat?Semua aset Kyra tertera jelas di atas kertas. Kyra ingin orang tuanya mewarisi seluruh
Begitu mendengar nama Deven, hati Kyra sontak menegang. Benar, kenapa dia tidak teringat pada Deven?"Kyra, kamu bertengkar dengannya lagi?" tanya Mia sambil menangis.Kyra tidak ingin ibunya sedih sehingga membalas, "Nggak kok.""Jadi, kenapa ayahmu tiba-tiba hilang? Pasti Deven pelakunya. Nggak ada lagi orang lain yang bisa dicurigai. Kamu lupa dia pernah mendorong ayahmu dari kursi roda? Sebentar lagi tahun baru. Apa yang dipikirkan pria tak tahu terima kasih ini?" gumam Mia sambil menyeka air mata.Kyra tiba-tiba teringat pada Deven yang memaksanya makan obat kemarin. Sementara itu, Kyra mencakar wajahnya dan menamparnya. Dia tidak menduga Deven akan membalas dendam dengan cara seperti ini. Ternyata sifat kekanak-kanakannya akan menimbulkan masalah seperti ini."Ibu, aku akan mencarinya. Jangan cemas. Deven nggak akan macam-macam pada Ayah," hibur Kyra. Kemudian, dia segera berganti pakaian dan naik taksi ke Grup Scott.Di perjalanan, Kyra mencoba menelepon, tetapi tidak ada yang m
Hal yang tidak berani dilakukan orang lain justru berani dilakukan oleh Kyra. Deven menyadari bahwa dirinya menjadi makin sabar terhadap Kyra.Belakangan ini, Deven sibuk bekerja karena tahun baru sudah dekat. Dia akan mencari Kyra setelah pekerjaannya selesai. Mereka akan melewati tahun baru bersama.Tanpa diduga, Kyra malah berinisiatif mencarinya. Deven tersenyum, tetapi wajahnya terlihat suram. Dia akhirnya memasuki ruang tamu.Begitu masuk, Deven langsung melihat Kyra yang duduk di kursi samping. Rambut hitam panjangnya tergerai di bahunya dan diselipkan di belakang telinganya.Jaket besar Kyra pun membuat tubuhnya terlihat sangat mungil. Kyra memegang gelas dan hendak minum. Namun, dia sontak mendongak saat mendengar suara pintu terbuka.Seketika, Kyra bertemu pandang dengan tatapan tajam Deven. Kyra juga melihat bekas cakarannya. Ternyata tenaga yang dikerahkannya begitu besar. Namun, Deven masih terlihat tampan.Kemunculan mendadak Deven membuat Kyra menggenggam gelasnya dengan
Kyra mendongak. Saking gugupnya, dia menggenggam sendoknya dengan erat. Deven duduk di seberangnya. Penampilannya yang tampan memang mudah menarik perhatian wanita. Dia memang pria berkelas.Ketika melihat tidak ada ekspresi apa pun di wajah Deven, Kyra sontak merasa makin gugup. Dia menambahkan, "Aku nggak punya hubungan istimewa dengan Justin. Kami cuma teman.""Selain itu, si Bisu sudah mati. Kami cuma pernah bertemu sekali. Aku saja sudah lupa seperti apa penampilannya, jadi nggak mungkin punya hubungan dengannya. Semua ini fakta. Kamu boleh menyelidikinya kalau nggak percaya."Kyra menggigit bibirnya. Deven memicingkan mata sambil bertanya, "Sebenarnya apa tujuanmu mencariku hari ini?"Deven tidak percaya Kyra berinisiatif menjelaskan semua ini tanpa alasan. Meskipun demikian, dia tetap merasa senang karena Kyra berusaha meyakinkannya.Hanya saja, Deven terlalu tertutup dan tidak suka menunjukkan emosinya. Itu sebabnya, tidak ada yang tahu apa yang dipikirkannya."Aku datang cuma
Ketika melihat Deven hendak pergi, Kyra langsung berlari untuk menghalanginya. Dia sudah menunggu begitu lama, mana mungkin membiarkan Deven pergi begitu saja?"Deven, beri tahu aku. Apa yang harus kulakukan supaya kamu memulangkan ayahku? Ibuku panik sekali. Kalau kamu marah, lampiaskan saja kepadaku. Jangan melakukan apa pun pada keluargaku," ucap Kyra.Ekspresi Deven menjadi makin masam. Dia bertanya dengan kesal, "Kamu bilang aku yang menculik ayahmu, 'kan? Mana buktinya?""Mana mungkin kamu meninggalkan bukti!" timpal Kyra dengan cemas."Kalau ada bukti, silakan lapor ke kantor polisi. Biar polisi menangkapku. Kalau nggak ada, jangan memfitnahku," ujar Deven sambil menarik dasinya dengan tidak sabar.Kyra mengepalkan tangannya dengan erat. Deven menambahkan, "Lagi pula, ayahmu yang jahat itu pasti punya banyak musuh. Kalian nggak akan tahu siapa yang membawanya pergi.""Deven!" pekik Kyra. Wajahnya sampai memerah saking murkanya."Lain kali berusaha lebih keras lagi kalau ingin me
Sepatu bot menginjak salju putih yang tebal. Kyra berjalan selangkah demi selangkah seperti sedang berjalan dengan sepatu tinggi.Di mana sebenarnya Deven menyembunyikan Nelson? Apakah keadaan Nelson baik-baik saja sekarang?Beberapa hari lalu, Nelson bertingkah seperti anak kecil dan tidak mau makan malam karena bermimpi buruk. Kini, dia sama sekali tidak melihat Kyra. Apakah dia akan makan dan istirahat dengan baik?Butiran salju berjatuhan dengan lebat di pipi Kyra yang tirus. Angin dingin bertiup kencang, membuat rambut hitam panjang Kyra beterbangan. Setiap helaian rambutnya melayang di pipinya.Napas Kyra terasa sesak. Ternyata Deven begitu membencinya. Dia hanya tidak mau meminum obat penguat janin dan menampar Deven beberapa kali. Pria itu malah membawa ayahnya pergi.Ponsel yang berada di saku mantel Kyra berkedip tanpa suara. Layarnya menunjukkan tulisan "Ibu". Kyra terlarut dalam kesedihannya yang mendalam. Suara angin yang menderu membuatnya sama sekali tidak mendengar suar
"Pak, istirahat saja dulu. Kamu sudah beberapa hari nggak tidur. Kantong matamu sampai hitam sekali," nasihat Alex yang mencemaskan kesehatan Deven.Deven tidak berbicara. Dia langsung masuk ke lift. Setibanya di hotel, Deven menelepon Alvin. Dia belum menyerah.Setelah mengetahui tujuan Deven menelepon, Alvin berujar dengan nada menyesal, "Pak, bukannya aku nggak ingin membantumu. Kakekku memang keras kepala. Kami sudah membujuknya, tapi dia nggak mau dengar.""Benaran nggak ada yang bisa membujuknya lagi?" tanya Deven yang menggenggam ponsel dengan makin erat."Sebenarnya ada.""Siapa?""Justin, anak Pak Farhan. Anak ini punya hubungan dekat dengan kakek kami. Kakek kami anggap dia cucu. Dia pasti bisa membujuknya."Justin .... Deven tersenyum sinis. Dia juga tahu Justin bisa membantu. Akan tetapi, Deven tidak bisa menerima permintaan Justin yang menginginkan Kyra. Mana mungkin dia menyetujui hal seperti ini!"Pasien yang diterima Pak Chokri diperkenalkan Justin?" tanya Deven."Benar
Dulu, Kyra pasti akan menjelaskan saat Deven salah paham padanya. Deven boleh salah paham terhadap hal lain, tetapi tidak untuk perasaannya kepada Deven.Namun, sekarang tidak masalah lagi. Mereka memang tidak bisa kembali seperti dulu lagi, jadi tidak ada gunanya dijelaskan. Itu hanya buang-buang tenaga."Bagus kalau kamu tahu. Jadi, kita sudah bisa cerai belum?" tanya Kyra. Setelah makan obat pereda nyeri, tubuhnya tidak sakit lagi. Dia bahkan menyunggingkan senyuman indah.Meskipun wajahnya pucat pasi, Kyra tetap terlihat cantik dan elegan. Meskipun kehilangan banyak berat badan, itu sama sekali tidak memengaruhi kecantikan Kyra.Deven memang ingin melihat senyuman Kyra. Namun, setelah melihatnya, dia malah tidak merasa senang. Deven merasa Kyra sangat senang jika melihatnya marah. Wanita ini sampai menunjukkan senyuman yang sudah jarang terlihat.Kyra bisa melihat amarah pada tatapan Deven makin memuncak. Deven berkata, "Kamu sendiri yang keras kepala. Terserah kamu kalau ingin mat
Perkataan ini sontak memadamkan hasrat dalam hati Kyra. Benar, orang tuanya telah meninggal. Bagaimana bisa dia berpelukan dan berciuman dengan Deven di sini?'Kyra, kamu terlalu lemah. Deven cuma merendahkan harga dirinya untuk membujukmu, tapi kamu langsung terjebak? Memalukan!' batin Kyra.Sorot mata Kyra seketika menjadi dingin dan penuh ejekan. Namun, Deven masih belum menyadari apa pun. Dengan mata terpejam, dia masih ingin mencium Kyra. Ciuman tadi membuatnya sungguh tak terlupakan.Deven ingin melanjutkan, tetapi Kyra sontak mendorongnya. Sebelum Deven bereaksi, Kyra sudah melayangkan tamparan ke wajahnya. Pipinya terasa perih, membuat Deven termangu.Ketika menatap Kyra kembali, dia melihat tatapan penuh ejekan itu. Kyra mencelanya, "Deven, kalau kamu butuh wanita, cari saja Irish.""Dia bukan istriku. Ngapain aku cari dia?" balas Deven."Waktu kalian melakukan pemotretan pernikahan, kenapa kamu nggak berpikir begitu?" sindir Kyra."Waktu itu, aku ...." Deven ingin mengatakan
"Kalau kita cerai, aku langsung terima pengobatan!" pekik Kyra.Saking kesalnya, Deven sampai tertawa mendengar ucapan Kyra. Di ingatan Deven, Kyra paling takut merasa sakit.Namun, sekarang Kyra begitu tersiksa karena rasa sakitnya. Keringat bercucuran di dahi, wajahnya pucat pasi.Kyra masih terus melakukan perlawanan. Wanita yang dulunya mengatakan akan menemaninya, kini malah ingin meninggalkannya.Hati Deven diliputi kepedihan. Dia benar-benar tersiksa. Pada akhirnya, dengan ekspresi suram, dia memasukkan semua obat itu ke mulut Kyra.Saat berikutnya, Deven meraih pinggang Kyra dan merangkulnya dengan erat. Tubuh Kyra menempel dengan dada kekar Deven. Tidak ada sedikit pun celah di antara keduanya.Kyra ingin mendorong, tetapi tidak punya tenaga sebesar itu. Tenaganya sudah habis, apalagi dia mogok makan belakangan ini. Bagaimana mungkin dia sanggup mendorong Deven?Bibir Deven yang panas sontak mencium bibir Kyra yang kering dan pucat. Kyra ingin meninju Deven, tetapi Deven langs
Ini sudah pasti persekongkolan. Justin dan Kyra saling mencintai, jadi Kyra ingin bercerai. Tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini.Kyra tidak memahami maksud ucapan Deven. Persekongkolan apa yang dimaksudnya? Dia sampai mengira Deven ingin memfitnah Justin, tetapi ini hal yang wajar."Benar, kami memang sekongkol!" Kyra sama sekali tidak berniat untuk menjelaskan.Amarah pada tatapan Deven menjadi makin kuat. "Kamu nggak bisa hidup lama lagi. Apa perceraian begitu penting bagimu? Kamu nggak bisa berhenti berdebat dan fokus pada kesembuhanmu dulu?""Daripada berobat atau hidup, aku lebih ingin terbebas darimu. Masa aku harus mati dengan status masih menjadi istrimu? Aku nggak mungkin bisa tenang di alam sana! Sebelum mati, aku harus memastikan kita nggak punya hubungan apa-apa lagi!" pekik Kyra dengan mata berkaca-kaca sambil terisak-isak."Ternyata menjadi istriku lebih tersiksa daripada mati?""Benar! Yang kamu katakan benar!""Kyra, kamu rasa aku nggak bisa menemukan wanita l
Ucapan ini membuat Kyra termangu sesaat. Nada bicara Deven persis saat dirinya dipaksa makan obat penguat janin. Apakah ini yang dinamakan trauma?Sama seperti sebelumnya, Deven memaksanya makan obat dengan tegas. Pria ini tidak pernah menanyakan pendapatnya dan selalu memaksakan kehendaknya.Kenapa Deven selalu bersikap angkuh dan merasa diri sendiri benar? Deven memang tidak pernah berubah. Egois dan sombong.Kyra mengernyit, mencengkeram perut atasnya. Dia mulai mencium bau amis darah di mulutnya. Sementara itu, Deven menjulurkan tangannya ke hadapan Kyra. "Makan."Kyra bersikeras menelan darahnya. Dia menepis tangan Deven dengan kesal. Obat pereda nyeri pun berserakan. Ada yang jatuh ke dekat kaki Deven, ada yang masuk ke tong sampah.Kyra tidak ingin seperti ini. Bahkan ketika dirinya sudah mau mati, dia masih tidak berkesempatan untuk membuat keputusan. Bukankah hidupnya sangat menyedihkan? Kyra ingin menjadi dirinya sendiri.Pada akhirnya, Deven kehilangan kesabarannya. Dia suda
Kyra benar-benar bahagia. Tidak ada sedikit pun kesedihan dalam hatinya.Tiba-tiba, pintu bangsal terbuka. Angin dingin berembus masuk, membuat Kyra yang berbaring di lantai merasa makin dingin hingga tubuhnya gemetaran.Saat berikutnya, Kyra mendengar suara pintu ditutup dan suara langkah kaki yang terburu-buru. Dia menunduk, lalu melihat sepasang sepatu kulit yang dibelinya sebelum perang dingin dengan Deven.Dulu, Kyra sangat senang melihat Deven memakai sepatu kulit ini. Namun, sekarang dia buru-buru mengalihkan pandangan karena tidak ingin melihatnya.Organ dalamnya terasa makin sakit, seperti ada kapak yang membelah seluruh organ dalamnya. Rasa sakit ini sungguh menusuk.Kyra tidak bisa menahan kesakitan ini. Dia menggigit bibirnya sambil menangis sesenggukan. Deven awalnya marah, tetapi ketika melihat Kyra begitu kasihan, amarahnya langsung sirna dan digantikan dengan rasa iba.Deven berjongkok untuk menggendong Kyra ke ranjang. Kesehatan Kyra sangat buruk. Kyra tidak seharusnya
Sudah gila?Kyra menggigit bibirnya yang kering dan pecah-pecah hingga meneteskan darah. Setelah mengalami semua ini, apa tidak sepantasnya Kyra kehilangan kewarasannya? Dia meringkukkan tubuhnya dan memeluk kedua kakinya dengan erat. Sekujur tubuhnya gemetaran hebat.Perawat itu terkejut melihat situasi ini. Setelah menjadi perawat selama bertahun-tahun, baru kali ini dia melihat pasien yang begitu keras kepala. Karena takut akan terjadi kecelakaan medis, perawat itu buru-buru berlari ke luar ruangan untuk mencari Deven.Pada saat ini, Deven sedang bersandar di koridor. Alex sedang melaporkan sesuatu padanya, "Pak Deven, tubuh Bu Kyra sudah sangat parah sekarang. Kalau masih terus mogok makan, kondisinya akan semakin gawat."Deven mengerutkan alisnya dalam-dalam. Awalnya, dia mengira Kyra hanya bercanda karena ingin membuatnya kesal. Tak disangka, Kyra benar-benar serius. Saat Deven baru hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba terdengar suara perawat."Pak Deven, gawat!" teriak perawat i
Kyra mengulurkan tangannya karena kesakitan. Ternyata rasa sakit yang ditimbulkan karena penyakit kanker begitu menyiksa. Mana mungkin semudah itu tidak mau minum obat? Baru permulaan saja Kyra sudah tidak sanggup bertahan!Kyra ingin minum obat untuk meredakan rasa sakit di tubuhnya. Perawat itu menyerahkan obat pereda nyeri ke telapak tangan Kyra yang dingin. "Ayo cepat diminum."Dalam benak Kyra tiba-tiba teringat dengan ucapan Deven tadi. "Kyra, apa lagi ulahmu? Apa ini saat yang tepat untuk mengambek?""Kamu punya dua pilihan. Pertama, jalani pengobatanmu dan tetap menjadi istriku. Kedua, biarkan dirimu hancur begitu saja, mati sebagai istriku dan terpisah selamanya dari pria murahan yang ada di hatimu."Di depan mata Kyra, kembali terbayang saat Nelson terjatuh dari balkon. Dia terhempas ke tanah dan meninggal dengan mata terbuka. Dengan darah yang dimuntahkannya, Nelson menuliskan kode brankas ruang kerja di tanah. Ternyata kodenya adalah tanggal lahir Kyra.Tak lama kemudian, K