Bukannya Kyra tidak pernah membantu Deven melepas dasi. Sebelum mereka perang dingin, sebelum ayahnya jatuh dari tangga dan koma, Kyra-lah yang selalu memakaikan dan melepas dasi pria itu.Awalnya Deven tidak menginginkan campur tangan Kyra. Namun, saat itu Kyra sangat tergila-gila pada Deven. Sebagai istrinya, dia merasa berkewajiban membantu pria itu mengikat dan melepas dasi.Deven pun akhirnya terbiasa dengan hal itu. Kyra membantunya menyiapkan pakaian, sepatu, dan kebutuhan sehari-hari lainnya. Dia selalu merasakan kepuasan tertentu melihat Deven berpakaian sesuai preferensinya.Kini, akhirnya Kyra menyadari alasan pria itu tidak menginginkan campur tangannya. Itu karena Deven membencinya, membenci latar belakangnya. Bukan karena malu atau tidak enak hati.Kyra mengerjapkan matanya. Sekarang, mungkinkah Deven senang saat dia berinisiatif melepas dasinya?Kyra yang memikirkan hal-hal ini sontak mendongak. Dia mengerucutkan bibirnya dan berkata, "Kamu lepas sendiri saja."Deven tid
Sewaktu Deven tinggal di sini sebelumnya, dia selalu mengingatkan dirinya sendiri untuk balas dendam. Dia berada di sarang harimau dan mengambil risiko dengan merayu Kyra.Kyra mendengus melihat reaksi Deven. Dia lalu berkata, "Nggak perlu ada kepura-puraan di antara kita. Cepatlah mandi.""Ada handuk, cangkir, dan sikat gigi baru di lemari kamar mandi. Kamu bisa ambil sendiri, aku sudah nyaman di kasur," ujar Kyra lagi.Deven mengira Kyra sedang mencoba membujuknya untuk tinggal. Dia sudah senang karena mengira wanita itu akhirnya mengambil inisiatif. Tanpa bicara, Deven membuka kunci pintu kamar dan melangkah keluar.Kyra menunggu sangat lama, tetapi Deven belum juga kembali. Dia mengira pria itu sudah pergi. Mungkin karena terlalu banyak hal yang terjadi hari ini, Kyra terlalu memforsir tubuhnya hingga kelelahan. Jadi, dia pun berselimut dan tidur.Deven sudah selesai mandi dan kembali ke kamar tidur. Usai menutup pintu, dia melangkah pelan ke sisi ranjang. Tak tahunya, Kyra telah t
Deven lelah? Di dalam kamar yang gelap, Kyra diam-diam menggigit bibirnya. Dia seketika teringat kejadian yang dilihatnya tadi siang.Irish bertanya pada Deven, "Gimana kalau aku ingin menagih janjimu untuk menikahiku? Kalau aku ingin menikah denganmu, apa kamu bersedia?"Adegan Irish berinisiatif mencium Deven pun kembali terlintas di benak Kyra. Mereka sama-sama mengambil inisiatif. Mengapa Deven tidak menolak ketika Irish yang melakukannya? Mengapa dia tidak berkata bahwa dia lelah?Kyra menunduk, menatap Deven dengan sorot mata rumit. Dia ingin bertanya apakah Deven sudah menerima pengakuan Irish. Kapan Deven berencana menikahinya? Apa tanggalnya sudah ditetapkan? Kyra mati-matian menahan kata-kata itu di bibirnya.Kyra ingin bertanya apa arti dirinya di mata Deven. Siapa dia baginya? Mengapa pria itu menyuruh Alex menghubungi Kyra dan memintanya datang?Kyra bahkan sengaja menyiapkan sup bergizi untuknya. Alhasil, yang dilihatnya adalah momen manis Deven dengan wanita lain.Kyra h
"Deven ...," panggil Kyra.Deven langsung menyela, tidak ingin mendengar apa pun lagi dari bibir Kyra. Jika membiarkan wanita itu berkata lebih banyak, hubungan mereka mungkin akan makin berjarak. Deven tidak ingin menambah rasa frustrasi di hatinya.Kyra berkata bahwa dia sangat lelah hari ini. Setelah lolos dari maut, Deven juga merasa sangat lelah.Sewaktu menerima telepon dari Alex dan tahu bahwa Kyra sekeluarga hampir ditabrak mobil, Deven bergegas meminta alamat dan memutus panggilan.Tidak ada yang tahu seberapa dalam Deven menginjak pedal gas agar sampai secepatnya ke lokasi. Dia takut terjadi sesuatu pada Kyra bila dia datang terlambat.Ketika melihat sebuah mobil rakitan melaju kencang menuju Alex, dia mengebut dan langsung mengadang jalan. Deven tidak bodoh. Dia tahu apa risikonya, dia sadar dia sedang mempertaruhkan nyawanya.Mobil Deven hancur lebur. Dia terus berdoa dalam hati, memohon orang tuanya yang berada di surga melindunginya. Dia berdoa semoga dirinya lolos dari m
Deven sedang larut dalam pikirannya. Tiba-tiba, dia mendengar Kyra yang ada di pelukannya gelisah dan memberontak, "Deven!""Jadi orang, jangan banyak bicara saat makan dan diamlah saat tidur. Cepat tidur," protes Deven yang mulai merasa kesal dengan tingkahnya.Mendengar nada bicaranya yang tidak sabar, Kyra tak kuasa mengeluh, "Kalau kamu begitu nggak sabar padaku, kenapa nggak pulang saja dan tidur di rumahmu?"Deven mendengus dingin sebelum membalas, "Kyra, kesabaranku ada batasnya. Apa kamu nggak mengerti omonganku? Aku bilang tidur!"Deven memang seperti itu, begitu dominan. Dia sama sekali tidak memikirkan perasaan Kyra. Padahal mereka berada di rumah Keluarga Scott, tetapi seolah-olah ini adalah wilayahnya.Namun sekarang, Keluarga Scott memang bergantung pada Deven. Dia punya hak untuk bertindak sesuka hati.Lebih baik Kyra tidak membuatnya marah. Apabila pria itu ingin tinggal di sini, biarkan saja. Besok, dia baru akan ikut Deven kembali ke apartemennya.Kyra tidak tenang ji
Begitu melihat Kyra menangis, Deven menjadi sedikit bingung serta merasa kesal. Dengan mata yang memerah, Kyra memaksa dirinya untuk menahan air mata yang hampir jatuh."Deven, kapan kamu berencana menikahi Irish? Sudah ditentukan tanggalnya?" tanya Kyra. Dia tidak bisa menahan diri dan akhirnya membicarakan topik ini.Deven tertawa sinis sebelum bertanya, "Kamu sangat ingin aku menikahi wanita lain?"Kyra yang berbaring di ranjang, menatap Deven yang wajahnya makin tegang sambil bergumam, "Dia bukan wanita lain, 'kan? Dia bahkan rela menghancurkan wajahnya demi kamu. Aku sangat mengaguminya."Kyra melanjutkan, "Dulu aku pikir dia nggak tahu malu, tapi sekarang aku jadi mengaguminya. Dia melakukan sesuatu yang nggak bisa kulakukan. Dia bisa menghancurkan wajahnya demimu, sementara aku nggak bisa.""Kalau kamu mau menikah dengannya, itu menunjukkan bahwa kamu tahu cara membalas budi. Itu hal yang baik," tambah Kyra.Deven meledek, "Kamu memang berlapang dada. Orang lain mungkin akan men
Deven awalnya berpikir dia salah dengar. Dia mendekatkan telinganya ke bibir Kyra, lalu mendengar wanita itu berbisik dengan cemas, "Si Bisu ... cepat lari ... cepat ...."Seluruh kemarahan dan kecemburuan yang Deven tahan sepanjang malam akhirnya meledak. Betapa luasnya hati Kyra. Ternyata di dalam hatinya tidak hanya ada Justin, tetapi juga ada si Bisu? Orang yang bisu saja, bisa muncul dalam mimpi Kyra dan terus diingat olehnya?Deven mendongak dan melihat wajah pucat Kyra yang makin kurus. Alis wanita itu berkerut meski sedang tidur. Dia mungkin sedang mengalami mimpi buruk tentang si Bisu.Kemarin, Deven hampir kehilangan nyawanya demi Kyra dan keluarganya. Namun, dia tidak pernah melihat Kyra menunjukkan kekhawatiran sebesar ini.Kenapa perbedaan antara manusia bisa sebesar ini? Padahal saat ini, Deven masih merupakan suami Kyra yang sah.Dengan mata tertutup, bulu mata Kyra bergetar hebat. Kyra belum menyadari bahwa dia telah membuat masalah besar. Dia hanya tahu bahwa dia masih
Aroma sarapan menyebar ke mana-mana. Saat ini, Nelson membuka matanya yang sudah mulai keruh. Berhubung mendengar suara pertengkaran dari kamar Kyra, Nelson yang khawatir segera menggerakkan kursi rodanya menuju pintu kamar.Semua suara dari dalam kamar terdengar jelas. Nelson mendengar Deven memarahi putrinya, "Orang tuamu nggak mengajarkanmu moral dan kesetiaan? Beraninya kamu memanggil nama pria lain dalam mimpimu? Apa kamu lagi cari mati?""Kamu masih berani memelototiku? Berani sekali! Aku lebih tahu kondisi ayahmu daripadamu. Jangan kurang ajar! Kalau kamu mau ayahmu mati, terus saja bikin aku marah! Keluarga Scott yang berutang padaku!" bentak Deven.Mendengar kata-kata ini, amarah Nelson memuncak. Dia mengambil tongkat naga yang tergantung di kursi rodanya, lalu memukulkannya dengan keras ke pintu sambil berteriak tak jelas.Nelson merasa putrinya sedang diperlakukan dengan buruk di dalam. Dia yang bahkan tidak pernah tega memarahi atau memukul Kyra, tidak bisa menerima Deven y
"Pak, istirahat saja dulu. Kamu sudah beberapa hari nggak tidur. Kantong matamu sampai hitam sekali," nasihat Alex yang mencemaskan kesehatan Deven.Deven tidak berbicara. Dia langsung masuk ke lift. Setibanya di hotel, Deven menelepon Alvin. Dia belum menyerah.Setelah mengetahui tujuan Deven menelepon, Alvin berujar dengan nada menyesal, "Pak, bukannya aku nggak ingin membantumu. Kakekku memang keras kepala. Kami sudah membujuknya, tapi dia nggak mau dengar.""Benaran nggak ada yang bisa membujuknya lagi?" tanya Deven yang menggenggam ponsel dengan makin erat."Sebenarnya ada.""Siapa?""Justin, anak Pak Farhan. Anak ini punya hubungan dekat dengan kakek kami. Kakek kami anggap dia cucu. Dia pasti bisa membujuknya."Justin .... Deven tersenyum sinis. Dia juga tahu Justin bisa membantu. Akan tetapi, Deven tidak bisa menerima permintaan Justin yang menginginkan Kyra. Mana mungkin dia menyetujui hal seperti ini!"Pasien yang diterima Pak Chokri diperkenalkan Justin?" tanya Deven."Benar
Dulu, Kyra pasti akan menjelaskan saat Deven salah paham padanya. Deven boleh salah paham terhadap hal lain, tetapi tidak untuk perasaannya kepada Deven.Namun, sekarang tidak masalah lagi. Mereka memang tidak bisa kembali seperti dulu lagi, jadi tidak ada gunanya dijelaskan. Itu hanya buang-buang tenaga."Bagus kalau kamu tahu. Jadi, kita sudah bisa cerai belum?" tanya Kyra. Setelah makan obat pereda nyeri, tubuhnya tidak sakit lagi. Dia bahkan menyunggingkan senyuman indah.Meskipun wajahnya pucat pasi, Kyra tetap terlihat cantik dan elegan. Meskipun kehilangan banyak berat badan, itu sama sekali tidak memengaruhi kecantikan Kyra.Deven memang ingin melihat senyuman Kyra. Namun, setelah melihatnya, dia malah tidak merasa senang. Deven merasa Kyra sangat senang jika melihatnya marah. Wanita ini sampai menunjukkan senyuman yang sudah jarang terlihat.Kyra bisa melihat amarah pada tatapan Deven makin memuncak. Deven berkata, "Kamu sendiri yang keras kepala. Terserah kamu kalau ingin mat
Perkataan ini sontak memadamkan hasrat dalam hati Kyra. Benar, orang tuanya telah meninggal. Bagaimana bisa dia berpelukan dan berciuman dengan Deven di sini?'Kyra, kamu terlalu lemah. Deven cuma merendahkan harga dirinya untuk membujukmu, tapi kamu langsung terjebak? Memalukan!' batin Kyra.Sorot mata Kyra seketika menjadi dingin dan penuh ejekan. Namun, Deven masih belum menyadari apa pun. Dengan mata terpejam, dia masih ingin mencium Kyra. Ciuman tadi membuatnya sungguh tak terlupakan.Deven ingin melanjutkan, tetapi Kyra sontak mendorongnya. Sebelum Deven bereaksi, Kyra sudah melayangkan tamparan ke wajahnya. Pipinya terasa perih, membuat Deven termangu.Ketika menatap Kyra kembali, dia melihat tatapan penuh ejekan itu. Kyra mencelanya, "Deven, kalau kamu butuh wanita, cari saja Irish.""Dia bukan istriku. Ngapain aku cari dia?" balas Deven."Waktu kalian melakukan pemotretan pernikahan, kenapa kamu nggak berpikir begitu?" sindir Kyra."Waktu itu, aku ...." Deven ingin mengatakan
"Kalau kita cerai, aku langsung terima pengobatan!" pekik Kyra.Saking kesalnya, Deven sampai tertawa mendengar ucapan Kyra. Di ingatan Deven, Kyra paling takut merasa sakit.Namun, sekarang Kyra begitu tersiksa karena rasa sakitnya. Keringat bercucuran di dahi, wajahnya pucat pasi.Kyra masih terus melakukan perlawanan. Wanita yang dulunya mengatakan akan menemaninya, kini malah ingin meninggalkannya.Hati Deven diliputi kepedihan. Dia benar-benar tersiksa. Pada akhirnya, dengan ekspresi suram, dia memasukkan semua obat itu ke mulut Kyra.Saat berikutnya, Deven meraih pinggang Kyra dan merangkulnya dengan erat. Tubuh Kyra menempel dengan dada kekar Deven. Tidak ada sedikit pun celah di antara keduanya.Kyra ingin mendorong, tetapi tidak punya tenaga sebesar itu. Tenaganya sudah habis, apalagi dia mogok makan belakangan ini. Bagaimana mungkin dia sanggup mendorong Deven?Bibir Deven yang panas sontak mencium bibir Kyra yang kering dan pucat. Kyra ingin meninju Deven, tetapi Deven langs
Ini sudah pasti persekongkolan. Justin dan Kyra saling mencintai, jadi Kyra ingin bercerai. Tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini.Kyra tidak memahami maksud ucapan Deven. Persekongkolan apa yang dimaksudnya? Dia sampai mengira Deven ingin memfitnah Justin, tetapi ini hal yang wajar."Benar, kami memang sekongkol!" Kyra sama sekali tidak berniat untuk menjelaskan.Amarah pada tatapan Deven menjadi makin kuat. "Kamu nggak bisa hidup lama lagi. Apa perceraian begitu penting bagimu? Kamu nggak bisa berhenti berdebat dan fokus pada kesembuhanmu dulu?""Daripada berobat atau hidup, aku lebih ingin terbebas darimu. Masa aku harus mati dengan status masih menjadi istrimu? Aku nggak mungkin bisa tenang di alam sana! Sebelum mati, aku harus memastikan kita nggak punya hubungan apa-apa lagi!" pekik Kyra dengan mata berkaca-kaca sambil terisak-isak."Ternyata menjadi istriku lebih tersiksa daripada mati?""Benar! Yang kamu katakan benar!""Kyra, kamu rasa aku nggak bisa menemukan wanita l
Ucapan ini membuat Kyra termangu sesaat. Nada bicara Deven persis saat dirinya dipaksa makan obat penguat janin. Apakah ini yang dinamakan trauma?Sama seperti sebelumnya, Deven memaksanya makan obat dengan tegas. Pria ini tidak pernah menanyakan pendapatnya dan selalu memaksakan kehendaknya.Kenapa Deven selalu bersikap angkuh dan merasa diri sendiri benar? Deven memang tidak pernah berubah. Egois dan sombong.Kyra mengernyit, mencengkeram perut atasnya. Dia mulai mencium bau amis darah di mulutnya. Sementara itu, Deven menjulurkan tangannya ke hadapan Kyra. "Makan."Kyra bersikeras menelan darahnya. Dia menepis tangan Deven dengan kesal. Obat pereda nyeri pun berserakan. Ada yang jatuh ke dekat kaki Deven, ada yang masuk ke tong sampah.Kyra tidak ingin seperti ini. Bahkan ketika dirinya sudah mau mati, dia masih tidak berkesempatan untuk membuat keputusan. Bukankah hidupnya sangat menyedihkan? Kyra ingin menjadi dirinya sendiri.Pada akhirnya, Deven kehilangan kesabarannya. Dia suda
Kyra benar-benar bahagia. Tidak ada sedikit pun kesedihan dalam hatinya.Tiba-tiba, pintu bangsal terbuka. Angin dingin berembus masuk, membuat Kyra yang berbaring di lantai merasa makin dingin hingga tubuhnya gemetaran.Saat berikutnya, Kyra mendengar suara pintu ditutup dan suara langkah kaki yang terburu-buru. Dia menunduk, lalu melihat sepasang sepatu kulit yang dibelinya sebelum perang dingin dengan Deven.Dulu, Kyra sangat senang melihat Deven memakai sepatu kulit ini. Namun, sekarang dia buru-buru mengalihkan pandangan karena tidak ingin melihatnya.Organ dalamnya terasa makin sakit, seperti ada kapak yang membelah seluruh organ dalamnya. Rasa sakit ini sungguh menusuk.Kyra tidak bisa menahan kesakitan ini. Dia menggigit bibirnya sambil menangis sesenggukan. Deven awalnya marah, tetapi ketika melihat Kyra begitu kasihan, amarahnya langsung sirna dan digantikan dengan rasa iba.Deven berjongkok untuk menggendong Kyra ke ranjang. Kesehatan Kyra sangat buruk. Kyra tidak seharusnya
Sudah gila?Kyra menggigit bibirnya yang kering dan pecah-pecah hingga meneteskan darah. Setelah mengalami semua ini, apa tidak sepantasnya Kyra kehilangan kewarasannya? Dia meringkukkan tubuhnya dan memeluk kedua kakinya dengan erat. Sekujur tubuhnya gemetaran hebat.Perawat itu terkejut melihat situasi ini. Setelah menjadi perawat selama bertahun-tahun, baru kali ini dia melihat pasien yang begitu keras kepala. Karena takut akan terjadi kecelakaan medis, perawat itu buru-buru berlari ke luar ruangan untuk mencari Deven.Pada saat ini, Deven sedang bersandar di koridor. Alex sedang melaporkan sesuatu padanya, "Pak Deven, tubuh Bu Kyra sudah sangat parah sekarang. Kalau masih terus mogok makan, kondisinya akan semakin gawat."Deven mengerutkan alisnya dalam-dalam. Awalnya, dia mengira Kyra hanya bercanda karena ingin membuatnya kesal. Tak disangka, Kyra benar-benar serius. Saat Deven baru hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba terdengar suara perawat."Pak Deven, gawat!" teriak perawat i
Kyra mengulurkan tangannya karena kesakitan. Ternyata rasa sakit yang ditimbulkan karena penyakit kanker begitu menyiksa. Mana mungkin semudah itu tidak mau minum obat? Baru permulaan saja Kyra sudah tidak sanggup bertahan!Kyra ingin minum obat untuk meredakan rasa sakit di tubuhnya. Perawat itu menyerahkan obat pereda nyeri ke telapak tangan Kyra yang dingin. "Ayo cepat diminum."Dalam benak Kyra tiba-tiba teringat dengan ucapan Deven tadi. "Kyra, apa lagi ulahmu? Apa ini saat yang tepat untuk mengambek?""Kamu punya dua pilihan. Pertama, jalani pengobatanmu dan tetap menjadi istriku. Kedua, biarkan dirimu hancur begitu saja, mati sebagai istriku dan terpisah selamanya dari pria murahan yang ada di hatimu."Di depan mata Kyra, kembali terbayang saat Nelson terjatuh dari balkon. Dia terhempas ke tanah dan meninggal dengan mata terbuka. Dengan darah yang dimuntahkannya, Nelson menuliskan kode brankas ruang kerja di tanah. Ternyata kodenya adalah tanggal lahir Kyra.Tak lama kemudian, K