Angin dingin yang meniup wajah Kyra bak pisau tajam. Dingin ini sungguh menusuk, sampai Kyra kesulitan bernapas.Tangannya yang memegang kotak kue bahkan mulai terasa kebas. Dia berjalan dengan sangat lambat karena takut tergelincir, bahkan bisa terdengar suara retakan es.Kyra menghabiskan 10 menit untuk tiba di Jembatan Bream. Jembatan ini mengarah ke sebuah bukit yang terdapat kuil di atasnya. Tempat ini pun merupakan lokawisata yang terkenal. Banyak turis yang datang karena sebagian besar yang meminta jodoh pasti terkabulkan.Karena cuaca bersalju, Jembatan Bream yang biasanya ramai menjadi sepi. Saat melihat ke kejauhan, yang terlihat hanya salju putih.Kyra memandang ke sekeliling, tetapi tidak menemukan siapapun. Salju terus beterbangan sampai menempel di bulu matanya.Tidak jauh dari sana, terlihat sebuah mobil bekas. Mobil itu tertutup salju tebal, hanya penyeka kaca yang terus bergerak.Alba duduk di dalam sana. Dia bisa melihat Kyra, tetapi Kyra tidak bisa melihatnya. Kring,
Tubuh Kyra sontak gemetaran. Dia menatap ke arah sumber suara, lalu mendongak dan melihat kembang api yang mekar di langit gelap. Indah sekali ....Kyra memandang ke sekeliling, mendapati kembang api itu diluncurkan dari berbagai arah. Ternyata wanita itu datang, untung dia membeli kue. Jika tidak, dia akan merasa malu karena datang dengan tangan kosong.Entah kenapa, kelopak mata Kyra terus berkedut dan rasanya ingin sekali menangis, padahal wanita itu berulang tahun hari ini.Kyra teringat pada masa-masa sebelum dirinya berkonflik dengan Deven dan ayahnya masih belum menderita penyakit alzheimer. Setiap ulang tahun Kyra, Deven akan membeli banyak kembang api untuk dinyalakan di pantai.Ulang tahun Kyra di bulan April yang bertepatan dengan musim semi, sedangkan ulang tahun Deven sama dengan wanita itu yang bertepatan dengan pertengahan musim dingin.Makanan favorit Kyra dan Deven berbeda. Kyra menyukai makanan pedas, sedangkan Deven lebih menyukai makanan polos karena kondisi lambung
Semenit kemudian, masih tidak ada yang menjawab panggilan. Kyra mencoba lagi dengan tangan yang gemetaran. Dia mengirim pesan kepada Deven dengan nomor barunya.[ Deven, angkat teleponku, tolong aku .... ]Kemudian, Kyra menghubungi nomor Deven lagi.Di ruang presdir Grup Scott, Irish yang duduk di sofa memandang ke sekeliling. Sesudah memastikan tidak ada yang masuk, dia mengeluarkan sebuah kantong kertas kecil, lalu bangkit dan berjalan ke depan meja kantor.Irish sudah berada di sisi Deven selama bertahun-tahun, tetapi pria ini tidak pernah menyentuhnya. Hari ini, dia akan membuat Deven jatuh ke pelukannya.Irish mengeluarkan sesuatu dari kantong kertas kecil itu. Kemudian, dia menuangkan bubuk putih ke dalam teko dan mengocoknya. Setelah bubuk menyatu dengan teh, dia baru meletakkannya kembali.Ini adalah obat perangsang yang dibuat oleh seorang ahli atas permintaan Irish. Asalkan diminum, Deven akan kehilangan akan sehatnya dan kesulitan untuk menahan nafsunya.Ponsel di atas meja
Kyra tersenyum getir. Dia sudah pasti mati hari ini. Kali ini, dia tidak akan bisa melepaskan diri dari cengkeraman setan.Setelah dirinya mati, Deven pasti akan langsung mendapatkan kabar kematiannya, 'kan? Pria ini tidak mungkin menangis di pemakamannya, bahkan belum tentu akan datang.Kyra merasa sangat bersalah pada orang tuanya. Entah ayahnya sudah siuman atau belum setelah dioperasi? Terlalu banyak kesalahan yang dilakukannya selama ini. Kyra hanya berharap dirinya bisa membalas kebaikan orang tuanya di kehidupan mendatang dan tidak bertemu Deven lagi.Perasaan Kyra sungguh campur aduk sekarang ....Bam! Suara benturan yang dahsyat memecah keheningan malam. Kyra tidak merasakan sakit sedikit pun. Saat berikutnya, terlihat pagar jembatan rusak karena ditabrak mobil bekas itu. Mobil pun terlempar ke luar hingga akhirnya bergelinding di lereng yang curam.Kemudian, mobil itu menabrak danau beku hingga lapisan es menjadi berlubang dan air memasuki jendela mobil. Kyra tertegun memanda
Segera, Kyra membeku di tempatnya. Jantungnya tidak lagi berdebar-debar. Dia mendapati jok belakang kosong melompong, tidak ada sosok Deven."Bu, ada apa?" tanya Alex yang berdiri di belakang saat melihat Kyra terdiam cukup lama. Kyra pun tidak berbicara, lalu membungkuk dan menaiki mobil.Alex menutup pintu mobil untuknya, lalu duduk di kursi pengemudi. Kyra berkata, "Pak Alex, jangan pergi dulu."Alex mengangguk. Kyra menggigit bibir, lalu bertanya sambil menenangkan diri, "Di mana Deven?""Grup Scott berinvestasi untuk bisnis baru belakangan ini. Pak Deven sibuk, jadi nggak bisa kemari," jelas Alex sambil menyalakan penghangat ruangan.Kyra merasa sungguh ironis mendengarnya. Dia terkekeh-kekeh sebelum berkata, "Dia nggak bisa datang karena Irish, 'kan?""Bu, hubungan mereka nggak seperti yang kamu bayangkan." Alex mencoba untuk membela Deven.Mereka bahkan sudah melakukan pemotretan pernikahan di hari Kyra didiagnosis menderita kanker hati stadium akhir. Irish bahkan mengirim swafo
Di ruang presdir Grup Scott."Gimana penyelidikanmu?" tanya Deven yang duduk di sofa sambil bertelepon. Tatapannya tertuju pada seorang wanita di layar TV yang dikerumuni oleh media.Suara wanita itu terdengar lirih, raut wajahnya datar. Dia mengenakan baju putih dan celana hitam, terlihat sangat berkarisma.Sementara itu, Irish yang melihatnya sungguh murka. Berani sekali Alba menentang perintahnya .... Meskipun begitu, dia tetap tersenyum dan menuangkan teh untuk Deven.Deven mengambil cangkir teh dan memainkan di tangan. Terdengar suara Alex dari ujung telepon. "Maaf, aku nggak berhasil menyelidiki siapa orang yang mengabari media waktu itu.""Dasar nggak berguna," maki Deven sembari tersenyum sinis. Kemudian, dia langsung mengakhiri panggilan.Irish menatap Deven dengan gelisah, lalu mencoba bertanya, "Deven, kamu menyuruh bawahanmu menyelidiki apa?""Coba kamu tebak," balas Deven yang melirik dengan dingin.Jantung Irish seketika berdetak kencang. Apa mungkin kecelakaan Alba? Iris
Kyra mengira dirinya salah melihat. Lagi pula, bukankah Deven sibuk mempersiapkan diri untuk bercinta dengan sahabatnya itu? Setelah mengejapkan matanya beberapa kali, Kyra menemukan sepatu kulit itu memang milik Deven.Pria ini telah mengkhianatinya, tetapi masih menggunakan hadiah pernikahan yang diberikannya? Apakah dia merasa lebih terangsang jika melakukan hal seperti ini?Kyra melepaskan sepatu botnya. Jari kakinya tampak bengkak. Dia berjalan ke ruang tamu, melihat seorang pria bertubuh kekar yang mengenakan rompi, kemeja putih, dan dasi hitam duduk culas di sofa.Jarinya yang ramping mengetuk sandaran tangan sofa. Deven memakai sandal yang disediakan oleh hotel.Kyra tersenyum sambil mengejek, "Bukannya kamu sibuk dengan investasi baru? Kok bisa ada waktu kemari?"Irish jelas-jelas mengatakan pria ini sangat berharap dirinya mati. Jadi, untuk apa dia kemari lagi? Memangnya Irish tidak marah jika Deven mencampakkannya begitu saja dan datang kemari setelah selesai bercinta dengan
Deven mengambil cangkir teh itu, lalu menyesapnya dan tersenyum tipis. "Aku datang karena ada proyek sekaligus melihatmu masih hidup atau nggak. Jangan kira aku punya maksud lain."Kesedihan mendalam seketika menyelimuti hati Kyra, membuatnya kesulitan bernapas. Jantungnya seolah-olah disayat pisau, terasa sakit hingga sekujur tubuhnya gemetaran.Ternyata, Deven meninggalkan Irish demi proyek dan keuntungan perusahaan, bukan karena peduli pada dirinya. Kyra menunduk dengan kecewa, bahkan sudah lupa untuk meneteskan air mata.Apa gunanya mengungkapkan semua keluhan yang terpendam di hati? Apa gunanya menyerahkan segenap hatinya untuk Deven? Pada akhirnya, pria ini hanya menginjaknya hingga hancur berkeping-keping."Bagaimanapun, kamu istri sahku. Sudah menjadi tanggung jawabku untuk memakamkanmu," ujar Deven.Deven bertanggung jawab untuk memakamkannya, tetapi tidak bertanggung jawab untuk melindunginya? Kyra mengambil teko, menuangkan teh untuk diri sendiri. Tangannya menggenggam erat
"Pak, istirahat saja dulu. Kamu sudah beberapa hari nggak tidur. Kantong matamu sampai hitam sekali," nasihat Alex yang mencemaskan kesehatan Deven.Deven tidak berbicara. Dia langsung masuk ke lift. Setibanya di hotel, Deven menelepon Alvin. Dia belum menyerah.Setelah mengetahui tujuan Deven menelepon, Alvin berujar dengan nada menyesal, "Pak, bukannya aku nggak ingin membantumu. Kakekku memang keras kepala. Kami sudah membujuknya, tapi dia nggak mau dengar.""Benaran nggak ada yang bisa membujuknya lagi?" tanya Deven yang menggenggam ponsel dengan makin erat."Sebenarnya ada.""Siapa?""Justin, anak Pak Farhan. Anak ini punya hubungan dekat dengan kakek kami. Kakek kami anggap dia cucu. Dia pasti bisa membujuknya."Justin .... Deven tersenyum sinis. Dia juga tahu Justin bisa membantu. Akan tetapi, Deven tidak bisa menerima permintaan Justin yang menginginkan Kyra. Mana mungkin dia menyetujui hal seperti ini!"Pasien yang diterima Pak Chokri diperkenalkan Justin?" tanya Deven."Benar
Dulu, Kyra pasti akan menjelaskan saat Deven salah paham padanya. Deven boleh salah paham terhadap hal lain, tetapi tidak untuk perasaannya kepada Deven.Namun, sekarang tidak masalah lagi. Mereka memang tidak bisa kembali seperti dulu lagi, jadi tidak ada gunanya dijelaskan. Itu hanya buang-buang tenaga."Bagus kalau kamu tahu. Jadi, kita sudah bisa cerai belum?" tanya Kyra. Setelah makan obat pereda nyeri, tubuhnya tidak sakit lagi. Dia bahkan menyunggingkan senyuman indah.Meskipun wajahnya pucat pasi, Kyra tetap terlihat cantik dan elegan. Meskipun kehilangan banyak berat badan, itu sama sekali tidak memengaruhi kecantikan Kyra.Deven memang ingin melihat senyuman Kyra. Namun, setelah melihatnya, dia malah tidak merasa senang. Deven merasa Kyra sangat senang jika melihatnya marah. Wanita ini sampai menunjukkan senyuman yang sudah jarang terlihat.Kyra bisa melihat amarah pada tatapan Deven makin memuncak. Deven berkata, "Kamu sendiri yang keras kepala. Terserah kamu kalau ingin mat
Perkataan ini sontak memadamkan hasrat dalam hati Kyra. Benar, orang tuanya telah meninggal. Bagaimana bisa dia berpelukan dan berciuman dengan Deven di sini?'Kyra, kamu terlalu lemah. Deven cuma merendahkan harga dirinya untuk membujukmu, tapi kamu langsung terjebak? Memalukan!' batin Kyra.Sorot mata Kyra seketika menjadi dingin dan penuh ejekan. Namun, Deven masih belum menyadari apa pun. Dengan mata terpejam, dia masih ingin mencium Kyra. Ciuman tadi membuatnya sungguh tak terlupakan.Deven ingin melanjutkan, tetapi Kyra sontak mendorongnya. Sebelum Deven bereaksi, Kyra sudah melayangkan tamparan ke wajahnya. Pipinya terasa perih, membuat Deven termangu.Ketika menatap Kyra kembali, dia melihat tatapan penuh ejekan itu. Kyra mencelanya, "Deven, kalau kamu butuh wanita, cari saja Irish.""Dia bukan istriku. Ngapain aku cari dia?" balas Deven."Waktu kalian melakukan pemotretan pernikahan, kenapa kamu nggak berpikir begitu?" sindir Kyra."Waktu itu, aku ...." Deven ingin mengatakan
"Kalau kita cerai, aku langsung terima pengobatan!" pekik Kyra.Saking kesalnya, Deven sampai tertawa mendengar ucapan Kyra. Di ingatan Deven, Kyra paling takut merasa sakit.Namun, sekarang Kyra begitu tersiksa karena rasa sakitnya. Keringat bercucuran di dahi, wajahnya pucat pasi.Kyra masih terus melakukan perlawanan. Wanita yang dulunya mengatakan akan menemaninya, kini malah ingin meninggalkannya.Hati Deven diliputi kepedihan. Dia benar-benar tersiksa. Pada akhirnya, dengan ekspresi suram, dia memasukkan semua obat itu ke mulut Kyra.Saat berikutnya, Deven meraih pinggang Kyra dan merangkulnya dengan erat. Tubuh Kyra menempel dengan dada kekar Deven. Tidak ada sedikit pun celah di antara keduanya.Kyra ingin mendorong, tetapi tidak punya tenaga sebesar itu. Tenaganya sudah habis, apalagi dia mogok makan belakangan ini. Bagaimana mungkin dia sanggup mendorong Deven?Bibir Deven yang panas sontak mencium bibir Kyra yang kering dan pucat. Kyra ingin meninju Deven, tetapi Deven langs
Ini sudah pasti persekongkolan. Justin dan Kyra saling mencintai, jadi Kyra ingin bercerai. Tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini.Kyra tidak memahami maksud ucapan Deven. Persekongkolan apa yang dimaksudnya? Dia sampai mengira Deven ingin memfitnah Justin, tetapi ini hal yang wajar."Benar, kami memang sekongkol!" Kyra sama sekali tidak berniat untuk menjelaskan.Amarah pada tatapan Deven menjadi makin kuat. "Kamu nggak bisa hidup lama lagi. Apa perceraian begitu penting bagimu? Kamu nggak bisa berhenti berdebat dan fokus pada kesembuhanmu dulu?""Daripada berobat atau hidup, aku lebih ingin terbebas darimu. Masa aku harus mati dengan status masih menjadi istrimu? Aku nggak mungkin bisa tenang di alam sana! Sebelum mati, aku harus memastikan kita nggak punya hubungan apa-apa lagi!" pekik Kyra dengan mata berkaca-kaca sambil terisak-isak."Ternyata menjadi istriku lebih tersiksa daripada mati?""Benar! Yang kamu katakan benar!""Kyra, kamu rasa aku nggak bisa menemukan wanita l
Ucapan ini membuat Kyra termangu sesaat. Nada bicara Deven persis saat dirinya dipaksa makan obat penguat janin. Apakah ini yang dinamakan trauma?Sama seperti sebelumnya, Deven memaksanya makan obat dengan tegas. Pria ini tidak pernah menanyakan pendapatnya dan selalu memaksakan kehendaknya.Kenapa Deven selalu bersikap angkuh dan merasa diri sendiri benar? Deven memang tidak pernah berubah. Egois dan sombong.Kyra mengernyit, mencengkeram perut atasnya. Dia mulai mencium bau amis darah di mulutnya. Sementara itu, Deven menjulurkan tangannya ke hadapan Kyra. "Makan."Kyra bersikeras menelan darahnya. Dia menepis tangan Deven dengan kesal. Obat pereda nyeri pun berserakan. Ada yang jatuh ke dekat kaki Deven, ada yang masuk ke tong sampah.Kyra tidak ingin seperti ini. Bahkan ketika dirinya sudah mau mati, dia masih tidak berkesempatan untuk membuat keputusan. Bukankah hidupnya sangat menyedihkan? Kyra ingin menjadi dirinya sendiri.Pada akhirnya, Deven kehilangan kesabarannya. Dia suda
Kyra benar-benar bahagia. Tidak ada sedikit pun kesedihan dalam hatinya.Tiba-tiba, pintu bangsal terbuka. Angin dingin berembus masuk, membuat Kyra yang berbaring di lantai merasa makin dingin hingga tubuhnya gemetaran.Saat berikutnya, Kyra mendengar suara pintu ditutup dan suara langkah kaki yang terburu-buru. Dia menunduk, lalu melihat sepasang sepatu kulit yang dibelinya sebelum perang dingin dengan Deven.Dulu, Kyra sangat senang melihat Deven memakai sepatu kulit ini. Namun, sekarang dia buru-buru mengalihkan pandangan karena tidak ingin melihatnya.Organ dalamnya terasa makin sakit, seperti ada kapak yang membelah seluruh organ dalamnya. Rasa sakit ini sungguh menusuk.Kyra tidak bisa menahan kesakitan ini. Dia menggigit bibirnya sambil menangis sesenggukan. Deven awalnya marah, tetapi ketika melihat Kyra begitu kasihan, amarahnya langsung sirna dan digantikan dengan rasa iba.Deven berjongkok untuk menggendong Kyra ke ranjang. Kesehatan Kyra sangat buruk. Kyra tidak seharusnya
Sudah gila?Kyra menggigit bibirnya yang kering dan pecah-pecah hingga meneteskan darah. Setelah mengalami semua ini, apa tidak sepantasnya Kyra kehilangan kewarasannya? Dia meringkukkan tubuhnya dan memeluk kedua kakinya dengan erat. Sekujur tubuhnya gemetaran hebat.Perawat itu terkejut melihat situasi ini. Setelah menjadi perawat selama bertahun-tahun, baru kali ini dia melihat pasien yang begitu keras kepala. Karena takut akan terjadi kecelakaan medis, perawat itu buru-buru berlari ke luar ruangan untuk mencari Deven.Pada saat ini, Deven sedang bersandar di koridor. Alex sedang melaporkan sesuatu padanya, "Pak Deven, tubuh Bu Kyra sudah sangat parah sekarang. Kalau masih terus mogok makan, kondisinya akan semakin gawat."Deven mengerutkan alisnya dalam-dalam. Awalnya, dia mengira Kyra hanya bercanda karena ingin membuatnya kesal. Tak disangka, Kyra benar-benar serius. Saat Deven baru hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba terdengar suara perawat."Pak Deven, gawat!" teriak perawat i
Kyra mengulurkan tangannya karena kesakitan. Ternyata rasa sakit yang ditimbulkan karena penyakit kanker begitu menyiksa. Mana mungkin semudah itu tidak mau minum obat? Baru permulaan saja Kyra sudah tidak sanggup bertahan!Kyra ingin minum obat untuk meredakan rasa sakit di tubuhnya. Perawat itu menyerahkan obat pereda nyeri ke telapak tangan Kyra yang dingin. "Ayo cepat diminum."Dalam benak Kyra tiba-tiba teringat dengan ucapan Deven tadi. "Kyra, apa lagi ulahmu? Apa ini saat yang tepat untuk mengambek?""Kamu punya dua pilihan. Pertama, jalani pengobatanmu dan tetap menjadi istriku. Kedua, biarkan dirimu hancur begitu saja, mati sebagai istriku dan terpisah selamanya dari pria murahan yang ada di hatimu."Di depan mata Kyra, kembali terbayang saat Nelson terjatuh dari balkon. Dia terhempas ke tanah dan meninggal dengan mata terbuka. Dengan darah yang dimuntahkannya, Nelson menuliskan kode brankas ruang kerja di tanah. Ternyata kodenya adalah tanggal lahir Kyra.Tak lama kemudian, K