Kyra merasa pusing. Dia merasa tertekan karena dadanya sesak. Kyra ingin membuka jendela agar bisa menghirup udara segar.Kyra melihat sebuah mobil rakitan warna-warni dan sopirnya terlihat mabuk. Mobil itu melaju serampangan dan sopirnya sama sekali tidak memahami aturan lalu lintas.Yang terpenting adalah mobil rakitan itu hendak menabrak mobil mereka. Kyra yang menemukan keanehan langsung teringat kecelakaan Alba. Dia juga mengendarai mobil bekas.Kyra bergidik. Dia menepuk sandaran kursi Alex dan memperingatkan, "Alex, cepat hindari mobil di samping itu! Sepertinya sopir mobil itu mabuk!"Alex baru menyadari ada yang tidak beres. Dia mendongak dan melihat mobil rakitan itu menerobos jalan. Sopirnya mengendarai mobil dengan serampangan. Mungkin dia adalah orang gila atau pasien yang kabur dari rumah sakit jiwa."Cepat menghindar!" teriak Mia.Alex hendak menambah kecepatan mobil, tetapi mobilnya tiba-tiba bermasalah. Memang sudah saatnya mobil ini diperbaiki. Hanya saja, Alex lupa k
Kemudian, Alex membuka pintu dan turun dari mobil. Kyra juga mengikuti Alex. Asap tebal mengepul. Setengah dari mobil rakitan terbakar.Akhirnya, Kyra baru menyadari pemilik mobil Rolls-Royce Cullinan itu adalah Deven. Kyra tidak percaya dengan apa yang terjadi!Deven ingin Kyra mati. Namun, kenapa Deven malah mengadang mobil rakitan itu? Apa yang terjadi tadi hanya kecelakaan dan Deven tidak berniat mencelakai mereka?Kyra bergegas menghampiri mobil Rolls-Royce Cullinan itu. Dia melihat Deven yang memakai setelan jas terikat sabuk pengaman dan matanya terpejam. Kantong udara juga telah mengembang.Deven pingsan. Darah menetes dari wajah Deven ke jasnya. Kacamata yang dipakai Deven juga hancur karena benturan.Kyra masih tidak percaya orang yang mengemudi mobil ini adalah Deven! Kyra mengerjap, bukannya Deven ingin Kyra mati? Kenapa Deven tiba-tiba muncul?Kyra makin tidak memahami Deven. Jendela mobil tertutup rapat, Deven yang sekarat terjebak di dalam mobil.Kyra memukul kaca jendel
Irish juga diangkat ke ambulans karena luka bakar di wajahnya cukup parah. Seorang perawat bergegas masuk ke ambulans seraya berkomentar, "Pasangan suami istri ini begitu romantis. Kudengar, wajahnya terbakar karena menyelamatkan suaminya. Kelak, bagaimana dia hidup dengan wajah yang rusak?"Kyra memandang ambulans yang menjauh. Dia merasa dirinya hanya orang luar. Pantas saja, Deven sangat menyayangi Irish. Ternyata Irish rela mempertaruhkan nyawa demi Deven.Sementara itu, Kyra tidak rela mati demi seorang pria. Alex melihat Kyra memandangi ambulans sambil melamun.Alex mengira Kyra marah. Jadi, dia menghibur, "Bu Kyra, dalam hidup kita pendapat orang lain nggak penting. Yang paling penting itu pandangan Pak Deven tentangmu."Kyra merasa sedih setelah mendengar ucapan Alex. Dia berkata, "Alex, kita antar orang tuaku pulang dulu."Alex mengangguk, lalu mereka kembali ke mobil. Mia yang cemas bertanya sembari melihat Kyra, "Kyra, kamu nggak apa-apa, 'kan? Tadi kamu pasti ketakutan, ya?
Setelah Alex pergi, Kyra masih bimbang. Dia tidak tahu harus menjenguk Deven atau tidak. Apa Deven ingin melihat Kyra? Takutnya suasana hati Deven akan memburuk sesudah melihat Kyra.Namun, hari ini Deven memang menyelamatkan Kyra dan orang tuanya. Ponsel Kyra berdering. Ternyata, Alex mengirim pesan kepada Kyra.[ Bu Kyra, Pak Deven sudah sadar. Sebaiknya kamu jenguk dia. Sebagai pasangan suami istri, jangan terlalu perhitungan. Sebentar lagi tahun baru, jangan merusak hubungan kalian karena masalah sepele. ]Alex tahu Deven sedikit kecewa karena tidak melihat Kyra. Jadi, Alex berinisiatif mengabari Kyra. Kemudian, Kyra membalas pesan Deven.[ Oke. Aku akan memasak sup untuk Deven dan mengantarnya ke rumah sakit. ]Kyra tidak ingin berutang budi kepada Deven. Dia pergi ke supermarket untuk membeli bahan, lalu memasak sup untuk memulihkan kesehatan Deven. Kyra baru selesai masak saat malam.Kyra sudah lama tidak sesibuk ini. Dia ingat sejak Deven menyiksanya dan meminta bercerai, dia t
Kyra menaiki lift untuk mendatangi kamar Deven. Ini adalah rumah sakit swasta milik Deven. Dia dirawat di lantai tersendiri yang hanya terdapat 2 pasien. Mereka adalah pasien VVIP.Kyra tidak tahu nomor kamar Deven. Setelah bertanya kepada perawat, Kyra berjalan ke kamar itu. Dia mengetuk pintu kamar, tetapi tidak ada yang menyahut.Kyra langsung membuka pintu. Hanya saja, tempat tidurnya kosong. Deven tidak ada di dalam kamar. Deven pergi ke mana?Kyra kebingungan. Dia kembali ke koridor dengan membawa termos makanan. Di bawah cahaya lampu, wajah Kyra terlihat makin pucat.Kyra mengeluarkan ponsel, lalu mencari kontak Deven. Apa Deven akan menjawab panggilan telepon jika Kyra menghubunginya?Hari ini, Kyra dan Deven baru berselisih. Bahkan, Deven mengatakan dia tidak ingin menyentuh Kyra biarpun Kyra telanjang.Akhirnya, Kyra menghubungi Alex. Dia berjalan sambil menelepon Alex. Kyra berniat mengetahui keberadaan Deven dari Alex atau dia bisa pergi setelah meninggalkan sup di kamar De
Deven tidak tahu Kyra datang karena dia membelakangi pintu kamar. Dia juga tidak menyangka Irish begitu berani menciumnya.Hanya dalam sekejap, ekspresi Deven menjadi muram. Dia mendorong Irish dan bertanya sembari mengernyit, "Dulu aku sudah memperingatkanmu, apa kamu sudah lupa?"Sepertinya Deven benar-benar marah karena dia mendorong Irish dengan kuat. Tubuh Irish menghantam pegangan tempat tidur.Irish sudah berusaha keras, tetapi tidak bisa membuat Deven melepaskan Kyra. Irish menangis saking kesalnya. Kenapa Nelson begitu beruntung? Dia bisa menghindari trik yang disusun Irish 2 kali.Namun, ekspresi Irish terlihat polos. Dia berkata seraya menangis, "Aku tahu. Kamu pernah bilang kamu hanya ingin menjadi temanku. Kamu juga nggak mungkin menikahiku.""Mana mungkin aku nggak tahu? Aku nggak lupa ingatan. Deven, tadi aku memang salah karena nggak bisa mengendalikan diriku. Kamu nggak usah pedulikan aku lagi, ini memang takdirku," lanjut Irish.Irish meneruskan, "Aku nggak pantas men
"Iya," sahut Deven dengan singkat. Dia tidak mencurigai Okto.Okto berpesan, "Pak Deven, kali ini kondisimu memang nggak parah. Tapi, kamu harus perhatikan lukamu dan istirahat yang cukup."Okto melihat kain kasa yang membalut dahi Deven. Sementara itu, Deven mengangguk, lalu pergi dengan mengendarai mobilnya.Okto kembali ke kamar Irish dan menyuruh para perawat di pos pergi. Kemudian, Okto menutup pintu kamar dan tirai jendela.Okto menghampiri Irish, lalu memasukkan tangannya ke dalam pakaian Irish dan mulai menggerayangi tubuhnya. Irish membuka mata dan membentak, "Apa yang kamu lakukan?"Okto membalas, "Sayang, kali ini kamu mendapatkan keberuntungan setelah mengalami musibah. Kamu gagal menghabisi Nelson, tapi kamu menjadi penyelamat Deven.""Tadi, aktingmu terlalu berlebihan. Kamu bahkan tega melukai dirimu sendiri," timpal Okto. Dia mulai mencium leher Irish.Irish membenci Okto, tetapi dia menyadari tubuhnya sangat panas dan lemas. Dia tidak bisa mengerahkan tenaganya.Irish l
Benar-benar konyol. Bisa-bisanya Deven berkhayal Kyra menelepon dan dia tidak menjawab panggilan telepon Kyra. Sebenarnya, Kyra adalah orang yang paling kejam.Deven mempercepat laju mobilnya dan pulang ke apartemen. Tiba-tiba, Deven melihat Kyra di jalan. Sepertinya suasana hati Kyra sangat buruk. Kyra memegang termos makanan dengan tangan kanan sehingga Deven tidak memperhatikannya.Deven tertawa. Dia dirawat di rumah sakit karena Kyra dan orang tuanya. Namun, Kyra malah sempat bersedih di sini.Kyra tidak memedulikan Deven, jadi untuk apa Deven memedulikan Kyra? Dia juga tidak peduli jika Kyra kedinginan.Deven sengaja menambah kecepatan mobilnya karena takut dirinya berubah pikiran. Dia akan merasa kasihan kepada Kyra, lalu berbalik dan menyuruh Kyra naik ke mobil.Sementara itu, Kyra masih memikirkan apa yang dilihatnya tadi. Ucapan Irish terus terngiang-ngiang di benaknya. 'Deven, bagaimana kalau aku mau kamu penuhi janjimu sebelumnya? Aku mau kamu nikahi aku. Apa kamu bersedia m
"Pak, istirahat saja dulu. Kamu sudah beberapa hari nggak tidur. Kantong matamu sampai hitam sekali," nasihat Alex yang mencemaskan kesehatan Deven.Deven tidak berbicara. Dia langsung masuk ke lift. Setibanya di hotel, Deven menelepon Alvin. Dia belum menyerah.Setelah mengetahui tujuan Deven menelepon, Alvin berujar dengan nada menyesal, "Pak, bukannya aku nggak ingin membantumu. Kakekku memang keras kepala. Kami sudah membujuknya, tapi dia nggak mau dengar.""Benaran nggak ada yang bisa membujuknya lagi?" tanya Deven yang menggenggam ponsel dengan makin erat."Sebenarnya ada.""Siapa?""Justin, anak Pak Farhan. Anak ini punya hubungan dekat dengan kakek kami. Kakek kami anggap dia cucu. Dia pasti bisa membujuknya."Justin .... Deven tersenyum sinis. Dia juga tahu Justin bisa membantu. Akan tetapi, Deven tidak bisa menerima permintaan Justin yang menginginkan Kyra. Mana mungkin dia menyetujui hal seperti ini!"Pasien yang diterima Pak Chokri diperkenalkan Justin?" tanya Deven."Benar
Dulu, Kyra pasti akan menjelaskan saat Deven salah paham padanya. Deven boleh salah paham terhadap hal lain, tetapi tidak untuk perasaannya kepada Deven.Namun, sekarang tidak masalah lagi. Mereka memang tidak bisa kembali seperti dulu lagi, jadi tidak ada gunanya dijelaskan. Itu hanya buang-buang tenaga."Bagus kalau kamu tahu. Jadi, kita sudah bisa cerai belum?" tanya Kyra. Setelah makan obat pereda nyeri, tubuhnya tidak sakit lagi. Dia bahkan menyunggingkan senyuman indah.Meskipun wajahnya pucat pasi, Kyra tetap terlihat cantik dan elegan. Meskipun kehilangan banyak berat badan, itu sama sekali tidak memengaruhi kecantikan Kyra.Deven memang ingin melihat senyuman Kyra. Namun, setelah melihatnya, dia malah tidak merasa senang. Deven merasa Kyra sangat senang jika melihatnya marah. Wanita ini sampai menunjukkan senyuman yang sudah jarang terlihat.Kyra bisa melihat amarah pada tatapan Deven makin memuncak. Deven berkata, "Kamu sendiri yang keras kepala. Terserah kamu kalau ingin mat
Perkataan ini sontak memadamkan hasrat dalam hati Kyra. Benar, orang tuanya telah meninggal. Bagaimana bisa dia berpelukan dan berciuman dengan Deven di sini?'Kyra, kamu terlalu lemah. Deven cuma merendahkan harga dirinya untuk membujukmu, tapi kamu langsung terjebak? Memalukan!' batin Kyra.Sorot mata Kyra seketika menjadi dingin dan penuh ejekan. Namun, Deven masih belum menyadari apa pun. Dengan mata terpejam, dia masih ingin mencium Kyra. Ciuman tadi membuatnya sungguh tak terlupakan.Deven ingin melanjutkan, tetapi Kyra sontak mendorongnya. Sebelum Deven bereaksi, Kyra sudah melayangkan tamparan ke wajahnya. Pipinya terasa perih, membuat Deven termangu.Ketika menatap Kyra kembali, dia melihat tatapan penuh ejekan itu. Kyra mencelanya, "Deven, kalau kamu butuh wanita, cari saja Irish.""Dia bukan istriku. Ngapain aku cari dia?" balas Deven."Waktu kalian melakukan pemotretan pernikahan, kenapa kamu nggak berpikir begitu?" sindir Kyra."Waktu itu, aku ...." Deven ingin mengatakan
"Kalau kita cerai, aku langsung terima pengobatan!" pekik Kyra.Saking kesalnya, Deven sampai tertawa mendengar ucapan Kyra. Di ingatan Deven, Kyra paling takut merasa sakit.Namun, sekarang Kyra begitu tersiksa karena rasa sakitnya. Keringat bercucuran di dahi, wajahnya pucat pasi.Kyra masih terus melakukan perlawanan. Wanita yang dulunya mengatakan akan menemaninya, kini malah ingin meninggalkannya.Hati Deven diliputi kepedihan. Dia benar-benar tersiksa. Pada akhirnya, dengan ekspresi suram, dia memasukkan semua obat itu ke mulut Kyra.Saat berikutnya, Deven meraih pinggang Kyra dan merangkulnya dengan erat. Tubuh Kyra menempel dengan dada kekar Deven. Tidak ada sedikit pun celah di antara keduanya.Kyra ingin mendorong, tetapi tidak punya tenaga sebesar itu. Tenaganya sudah habis, apalagi dia mogok makan belakangan ini. Bagaimana mungkin dia sanggup mendorong Deven?Bibir Deven yang panas sontak mencium bibir Kyra yang kering dan pucat. Kyra ingin meninju Deven, tetapi Deven langs
Ini sudah pasti persekongkolan. Justin dan Kyra saling mencintai, jadi Kyra ingin bercerai. Tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini.Kyra tidak memahami maksud ucapan Deven. Persekongkolan apa yang dimaksudnya? Dia sampai mengira Deven ingin memfitnah Justin, tetapi ini hal yang wajar."Benar, kami memang sekongkol!" Kyra sama sekali tidak berniat untuk menjelaskan.Amarah pada tatapan Deven menjadi makin kuat. "Kamu nggak bisa hidup lama lagi. Apa perceraian begitu penting bagimu? Kamu nggak bisa berhenti berdebat dan fokus pada kesembuhanmu dulu?""Daripada berobat atau hidup, aku lebih ingin terbebas darimu. Masa aku harus mati dengan status masih menjadi istrimu? Aku nggak mungkin bisa tenang di alam sana! Sebelum mati, aku harus memastikan kita nggak punya hubungan apa-apa lagi!" pekik Kyra dengan mata berkaca-kaca sambil terisak-isak."Ternyata menjadi istriku lebih tersiksa daripada mati?""Benar! Yang kamu katakan benar!""Kyra, kamu rasa aku nggak bisa menemukan wanita l
Ucapan ini membuat Kyra termangu sesaat. Nada bicara Deven persis saat dirinya dipaksa makan obat penguat janin. Apakah ini yang dinamakan trauma?Sama seperti sebelumnya, Deven memaksanya makan obat dengan tegas. Pria ini tidak pernah menanyakan pendapatnya dan selalu memaksakan kehendaknya.Kenapa Deven selalu bersikap angkuh dan merasa diri sendiri benar? Deven memang tidak pernah berubah. Egois dan sombong.Kyra mengernyit, mencengkeram perut atasnya. Dia mulai mencium bau amis darah di mulutnya. Sementara itu, Deven menjulurkan tangannya ke hadapan Kyra. "Makan."Kyra bersikeras menelan darahnya. Dia menepis tangan Deven dengan kesal. Obat pereda nyeri pun berserakan. Ada yang jatuh ke dekat kaki Deven, ada yang masuk ke tong sampah.Kyra tidak ingin seperti ini. Bahkan ketika dirinya sudah mau mati, dia masih tidak berkesempatan untuk membuat keputusan. Bukankah hidupnya sangat menyedihkan? Kyra ingin menjadi dirinya sendiri.Pada akhirnya, Deven kehilangan kesabarannya. Dia suda
Kyra benar-benar bahagia. Tidak ada sedikit pun kesedihan dalam hatinya.Tiba-tiba, pintu bangsal terbuka. Angin dingin berembus masuk, membuat Kyra yang berbaring di lantai merasa makin dingin hingga tubuhnya gemetaran.Saat berikutnya, Kyra mendengar suara pintu ditutup dan suara langkah kaki yang terburu-buru. Dia menunduk, lalu melihat sepasang sepatu kulit yang dibelinya sebelum perang dingin dengan Deven.Dulu, Kyra sangat senang melihat Deven memakai sepatu kulit ini. Namun, sekarang dia buru-buru mengalihkan pandangan karena tidak ingin melihatnya.Organ dalamnya terasa makin sakit, seperti ada kapak yang membelah seluruh organ dalamnya. Rasa sakit ini sungguh menusuk.Kyra tidak bisa menahan kesakitan ini. Dia menggigit bibirnya sambil menangis sesenggukan. Deven awalnya marah, tetapi ketika melihat Kyra begitu kasihan, amarahnya langsung sirna dan digantikan dengan rasa iba.Deven berjongkok untuk menggendong Kyra ke ranjang. Kesehatan Kyra sangat buruk. Kyra tidak seharusnya
Sudah gila?Kyra menggigit bibirnya yang kering dan pecah-pecah hingga meneteskan darah. Setelah mengalami semua ini, apa tidak sepantasnya Kyra kehilangan kewarasannya? Dia meringkukkan tubuhnya dan memeluk kedua kakinya dengan erat. Sekujur tubuhnya gemetaran hebat.Perawat itu terkejut melihat situasi ini. Setelah menjadi perawat selama bertahun-tahun, baru kali ini dia melihat pasien yang begitu keras kepala. Karena takut akan terjadi kecelakaan medis, perawat itu buru-buru berlari ke luar ruangan untuk mencari Deven.Pada saat ini, Deven sedang bersandar di koridor. Alex sedang melaporkan sesuatu padanya, "Pak Deven, tubuh Bu Kyra sudah sangat parah sekarang. Kalau masih terus mogok makan, kondisinya akan semakin gawat."Deven mengerutkan alisnya dalam-dalam. Awalnya, dia mengira Kyra hanya bercanda karena ingin membuatnya kesal. Tak disangka, Kyra benar-benar serius. Saat Deven baru hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba terdengar suara perawat."Pak Deven, gawat!" teriak perawat i
Kyra mengulurkan tangannya karena kesakitan. Ternyata rasa sakit yang ditimbulkan karena penyakit kanker begitu menyiksa. Mana mungkin semudah itu tidak mau minum obat? Baru permulaan saja Kyra sudah tidak sanggup bertahan!Kyra ingin minum obat untuk meredakan rasa sakit di tubuhnya. Perawat itu menyerahkan obat pereda nyeri ke telapak tangan Kyra yang dingin. "Ayo cepat diminum."Dalam benak Kyra tiba-tiba teringat dengan ucapan Deven tadi. "Kyra, apa lagi ulahmu? Apa ini saat yang tepat untuk mengambek?""Kamu punya dua pilihan. Pertama, jalani pengobatanmu dan tetap menjadi istriku. Kedua, biarkan dirimu hancur begitu saja, mati sebagai istriku dan terpisah selamanya dari pria murahan yang ada di hatimu."Di depan mata Kyra, kembali terbayang saat Nelson terjatuh dari balkon. Dia terhempas ke tanah dan meninggal dengan mata terbuka. Dengan darah yang dimuntahkannya, Nelson menuliskan kode brankas ruang kerja di tanah. Ternyata kodenya adalah tanggal lahir Kyra.Tak lama kemudian, K