Selesai memasang kereta dorong, Deven mendongak dan mendapati Kyra belum mengalihkan pandangannya. Deven pun teringat pada masa-masa pacaran mereka.Saat itu, Deven pergi ke perpustakaan untuk membaca buku. Dia membaca buku dengan serius, sedangkan Kyra hanya menatapnya lekat-lekat.Deven sengaja bertanya, "Apa yang kamu lihat?""Lihat pacarku. Pacarku terlalu tampan. Nggak cukup kalau cuma dilihat beberapa jam," sahut Kyra.Sesaat kemudian, Deven tersadar dari lamunannya dan bertanya secara spontan, "Kamu ngapain?""Melihatmu," jawab Kyra yang masih menatap Deven. Tatapannya terlihat tulus, tetapi agak lelah."Untuk apa melihatku?" Deven mengernyit.Kyra berspekulasi bahwa Deven tidak ingin ditatap olehnya. Bagaimanapun, dia adalah putri dari pembunuh orang tuanya. Deven seharusnya merasa jijik ditatap oleh musuhnya.Kyra tersenyum dan membalas, "Supaya aku nggak lupa pada wajahmu."Kyra benar-benar sudah lelah pada kehidupannya ini. Namun, dia tidak menyalahkan orang lain. Lagi pula,
Kyra hampir melontarkan kalimat itu, tetapi segera menahan diri. Dia tahu akibat dari membuat Deven marah. Dia tidak ingin ada masalah yang terjadi karena ayahnya sudah siuman."Katakan saja," ujar Deven saat melihat Kyra yang tampak ragu-ragu. Dia merasa tidak nyaman.Dengan tatapan hampa, Kyra menyahut, "Nggak ada apa-apa kok. Tidurlah."Kyra berbalik membelakangi Deven. Deven tentu tidak menyukai suasana seperti ini. Mereka adalah suami istri, tetapi Kyra malah membelakanginya saat tidur?Tanpa berbasa-basi sedikit pun, Deven sontak memeluk pinggang Kyra. Kyra tidak sempat bereaksi. Punggungnya sudah menempel di dada Deven.Sekujur tubuh Kyra menegang. Tangan Deven terasa panas. Deven mulai menggerakkan tangannya ke atas dan memainkan tubuh Kyra.Kyra menggigit bibirnya, lalu tersenyum mencela. Deven tentu tidak melihat senyuman itu. Deven masih mengatakan tidak ingin imbalan seperti ini? Sekarang, bukankah dia ingin melakukannya? Pria memang penipu.Kyra membuka mata dan teringat p
Deven menghapus air mata Kyra dengan sabar. Dia pun berpikiran bahwa Kyra terkejut karena disentuh olehnya tadi. Bagaimanapun, suasana hati wanita ini sedang tidak baik. Padahal, Kyra yang dulu sangat menyukai keromantisan."Sudahlah, aku nggak akan menyentuhmu lagi. Tidurlah," ujar Deven dengan dingin sambil menatap Kyra.Kyra mengejapkan matanya, lalu menatap Deven dengan terkejut dan bertanya, "Kamu marah?""Nggak," sahut Deven dengan lirih.Kyra bertanya lagi, "Kalau begitu, apa kamu bakal tetap mempekerjakan pengasuh untuk ayahku?""Ya, tidurlah," timpal Deven sambil merapikan selimut. Sesaat kemudian, dia turun dari ranjang dan keluar.Meskipun langkah kaki Deven sangat ringan dan pintu ditutup dengan pelan, Kyra tetap tahu bahwa pria ini sudah pergi. Bagaimanapun, dia masih belum tidur.Deven jelas-jelas marah, tetapi masih mengatakan tidak. Pria memang tidak suka wanita merusak suasana ketika mereka sedang bergairah.Kyra yang mengantuk akhirnya tertidur. Dia bermimpi menonton
Meskipun listrik padam, kamar tidak segelap yang dibayangkan. Ada sinar bulan yang menyinari masuk.Irish memakai masker sehingga yang terlihat hanya matanya. Ketika dia masuk, Nelson tampak memejamkan mata. Jelas, Nelson sudah tidur.Irish yang memakai sarung tangan pun menghampiri Nelson selangkah demi selangkah. Dia akan membunuh Nelson dengan tangannya sendiri.Kyra bisa melampaui Irish dan menikah dengan Deven hanya karena nasibnya lebih baik. Pengikat hubungan mereka untuk sekarang adalah Nelson.Begitu Nelson mati, Kyra pasti akan memutuskan hubungannya dengan Deven. Sebelum mati, Kyra akan mengantar kepergian ayahnya dulu. Irish yakin Kyra akan senang dengan hadiah ini.Karena takut ketahuan, Irish bertindak dengan sangat hati-hati. Dia sudah tiba di hadapan Nelson, tetapi Nelson sama sekali tidak bangun.Irish pun tersenyum sinis. Dia membatin, 'Dasar tua bangka! Sudah mau mati, tapi masih bisa tidur selelap ini! Baguslah, rencanaku jadi bisa berjalan lancar!'Setelah memikirk
Okto tidak terdengar marah. Dia hanya berkata, "Takutnya nggak akan semudah itu menemukan kesempatan untuk membunuhnya lagi.""Tutup mulutmu." Irish langsung mengakhiri panggilan.Di dalam bangsal, Mia meminta bantuan suster untuk memapah Nelson kembali ke ranjang. Nelson terus bersuara.Mia bertanya apakah Nelson kelaparan atau kehausan, tetapi Nelson terus menggeleng. Nelson yang murka sampai menyapu piring buah dengan tangannya.Melihat ini, suster pun ketakutan dan meninggalkan bangsal. Mia memungut barang-barang yang terjatuh dan berkata, "Nelson, tenang sedikit. Aku cuma mengambil air. Aku tahu kamu nggak ingin aku ke mana-mana.""Hu! Huhu!" Nelson mencoba untuk berteriak. Mia pun kebingungan karena tidak bisa memahami maksudnya.Pada akhirnya, Mia meminta kertas dan pensil dari suster. Dia kembali ke bangsal dan berujar, "Coba tuliskan apa yang ingin kamu katakan."Nelson menggenggam pena dan ingin memberi tahu Mia apa yang terjadi, tetapi tangannya lemas. Pada akhirnya, dia han
Setelah mendengarnya, sorot mata Nelson tampak rumit dan cemas. Dia menggerakkan tangan sambil bersuara.Kyra tahu Nelson mencemaskannya. Apakah Kyra bisa membujuk Deven untuk mengizinkan Nelson pulang? Dia tidak yakin dan merasa cukup tertekan.Meskipun demikian, Kyra menahan kegelisahannya dan menepuk punggung tangan Nelson. Dia berujar dengan lembut, "Ayah, jangan cemas. Serahkan saja kepadaku. Aku pasti akan membawamu pulang."Nelson menatapnya dengan lega. Kyra tersenyum dan meneruskan, "Tunggu kabar baik dariku ya?"Nelson mengangguk. Setelah menenangkan Nelson, Kyra keluar dari bangsal. Dia tidak menelepon Deven karena khawatir Deven mengakhiri panggilannya nanti. Akan lebih baik jika dibicarakan secara langsung.Sebelum pergi ke Grup Scott, Kyra naik taksi ke sebuah toko roti. Ini adalah toko roti favorit Deven. Ketika kuliah, mereka paling sering makan di sini.Bisnis toko roti ini sangat bagus, bahkan makin ramai dari sebelumnya. Dari 1 bangunan menjadi 3 bangunan.Antrean sa
Kyra menggigit bibirnya, lalu menjawab, "Deven di mana? Aku ada urusan dengannya.""Pak Deven di ruang kantornya," sahut Alex."Oke, aku akan menemuinya." Kyra hendak masuk.Alex segera menghentikan dan tampak ragu. Kyra mengernyit sambil bertanya, "Apa ada yang ingin kamu katakan?""Pak Deven lagi marah karena masalah proyek investasi. Harus hati-hati kalau bicara. Kalau bukan masalah penting, sebaiknya tunggu emosinya reda dulu." Alex menatap Kyra dengan cemas.Setelah berjeda, Alex meneruskan, "Kalau Bu Kyra percaya padaku, aku bisa bantu menyampaikan kepada Pak Deven."Kyra menarik napas dalam-dalam. Ternyata suasana hati Deven sedang buruk. Ini memang gawat. Deven mungkin akan menolak permintaannya kalau begini.Kyra merasa berterima kasih kepada Alex karena telah mencemaskannya. Namun, masalah Nelson yang ingin keluar dari rumah sakit bukan masalah sepele. Dia tidak yakin Alex bisa mengatasinya.Lagi pula, ini pertama kalinya Nelson meminta sesuatu kepada Kyra. Kyra harus membant
Deven memejamkan matanya, lalu menyentuh rambut Kyra yang panjang dan wangi. Hati Deven terasa tenang dan dia mencium rambut Kyra untuk waktu yang lama.Deven membuka mata dan mengamati kulit Kyra yang mulus. Dia mulai bergairah. Deven mencium leher Kyra dengan lembut.Tubuh Kyra menegang. Dia teringat dengan pesan dokter yang melarangnya berhubungan intim. Tubuh Kyra sangat lemah. Apalagi dia juga sedang hamil.Apa Deven ingin Kyra mati lebih cepat? Sebelumnya hati Kyra tidak akan bergejolak. Dia akan menerima takdir dengan tenang.Namun, sekarang Nelson sudah sadar. Kyra tidak ingin terlalu cepat mati. Dia ingin menemani Nelson dan Mia melewati tahun baru.Kyra ingin menyaksikan kembang api yang indah dan memastikan orang tuanya bisa hidup tenang. Deven hendak mencium wajah Kyra, tetapi Kyra langsung menghindar. Alhasil, ciuman Deven mendarat di pipi Kyra.Deven menjepit dagu Kyra dan memaksa Kyra menoleh agar bisa bertatapan dengannya. Deven mengernyit dan bertanya dengan ketus, "Ky
"Pak, istirahat saja dulu. Kamu sudah beberapa hari nggak tidur. Kantong matamu sampai hitam sekali," nasihat Alex yang mencemaskan kesehatan Deven.Deven tidak berbicara. Dia langsung masuk ke lift. Setibanya di hotel, Deven menelepon Alvin. Dia belum menyerah.Setelah mengetahui tujuan Deven menelepon, Alvin berujar dengan nada menyesal, "Pak, bukannya aku nggak ingin membantumu. Kakekku memang keras kepala. Kami sudah membujuknya, tapi dia nggak mau dengar.""Benaran nggak ada yang bisa membujuknya lagi?" tanya Deven yang menggenggam ponsel dengan makin erat."Sebenarnya ada.""Siapa?""Justin, anak Pak Farhan. Anak ini punya hubungan dekat dengan kakek kami. Kakek kami anggap dia cucu. Dia pasti bisa membujuknya."Justin .... Deven tersenyum sinis. Dia juga tahu Justin bisa membantu. Akan tetapi, Deven tidak bisa menerima permintaan Justin yang menginginkan Kyra. Mana mungkin dia menyetujui hal seperti ini!"Pasien yang diterima Pak Chokri diperkenalkan Justin?" tanya Deven."Benar
Dulu, Kyra pasti akan menjelaskan saat Deven salah paham padanya. Deven boleh salah paham terhadap hal lain, tetapi tidak untuk perasaannya kepada Deven.Namun, sekarang tidak masalah lagi. Mereka memang tidak bisa kembali seperti dulu lagi, jadi tidak ada gunanya dijelaskan. Itu hanya buang-buang tenaga."Bagus kalau kamu tahu. Jadi, kita sudah bisa cerai belum?" tanya Kyra. Setelah makan obat pereda nyeri, tubuhnya tidak sakit lagi. Dia bahkan menyunggingkan senyuman indah.Meskipun wajahnya pucat pasi, Kyra tetap terlihat cantik dan elegan. Meskipun kehilangan banyak berat badan, itu sama sekali tidak memengaruhi kecantikan Kyra.Deven memang ingin melihat senyuman Kyra. Namun, setelah melihatnya, dia malah tidak merasa senang. Deven merasa Kyra sangat senang jika melihatnya marah. Wanita ini sampai menunjukkan senyuman yang sudah jarang terlihat.Kyra bisa melihat amarah pada tatapan Deven makin memuncak. Deven berkata, "Kamu sendiri yang keras kepala. Terserah kamu kalau ingin mat
Perkataan ini sontak memadamkan hasrat dalam hati Kyra. Benar, orang tuanya telah meninggal. Bagaimana bisa dia berpelukan dan berciuman dengan Deven di sini?'Kyra, kamu terlalu lemah. Deven cuma merendahkan harga dirinya untuk membujukmu, tapi kamu langsung terjebak? Memalukan!' batin Kyra.Sorot mata Kyra seketika menjadi dingin dan penuh ejekan. Namun, Deven masih belum menyadari apa pun. Dengan mata terpejam, dia masih ingin mencium Kyra. Ciuman tadi membuatnya sungguh tak terlupakan.Deven ingin melanjutkan, tetapi Kyra sontak mendorongnya. Sebelum Deven bereaksi, Kyra sudah melayangkan tamparan ke wajahnya. Pipinya terasa perih, membuat Deven termangu.Ketika menatap Kyra kembali, dia melihat tatapan penuh ejekan itu. Kyra mencelanya, "Deven, kalau kamu butuh wanita, cari saja Irish.""Dia bukan istriku. Ngapain aku cari dia?" balas Deven."Waktu kalian melakukan pemotretan pernikahan, kenapa kamu nggak berpikir begitu?" sindir Kyra."Waktu itu, aku ...." Deven ingin mengatakan
"Kalau kita cerai, aku langsung terima pengobatan!" pekik Kyra.Saking kesalnya, Deven sampai tertawa mendengar ucapan Kyra. Di ingatan Deven, Kyra paling takut merasa sakit.Namun, sekarang Kyra begitu tersiksa karena rasa sakitnya. Keringat bercucuran di dahi, wajahnya pucat pasi.Kyra masih terus melakukan perlawanan. Wanita yang dulunya mengatakan akan menemaninya, kini malah ingin meninggalkannya.Hati Deven diliputi kepedihan. Dia benar-benar tersiksa. Pada akhirnya, dengan ekspresi suram, dia memasukkan semua obat itu ke mulut Kyra.Saat berikutnya, Deven meraih pinggang Kyra dan merangkulnya dengan erat. Tubuh Kyra menempel dengan dada kekar Deven. Tidak ada sedikit pun celah di antara keduanya.Kyra ingin mendorong, tetapi tidak punya tenaga sebesar itu. Tenaganya sudah habis, apalagi dia mogok makan belakangan ini. Bagaimana mungkin dia sanggup mendorong Deven?Bibir Deven yang panas sontak mencium bibir Kyra yang kering dan pucat. Kyra ingin meninju Deven, tetapi Deven langs
Ini sudah pasti persekongkolan. Justin dan Kyra saling mencintai, jadi Kyra ingin bercerai. Tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini.Kyra tidak memahami maksud ucapan Deven. Persekongkolan apa yang dimaksudnya? Dia sampai mengira Deven ingin memfitnah Justin, tetapi ini hal yang wajar."Benar, kami memang sekongkol!" Kyra sama sekali tidak berniat untuk menjelaskan.Amarah pada tatapan Deven menjadi makin kuat. "Kamu nggak bisa hidup lama lagi. Apa perceraian begitu penting bagimu? Kamu nggak bisa berhenti berdebat dan fokus pada kesembuhanmu dulu?""Daripada berobat atau hidup, aku lebih ingin terbebas darimu. Masa aku harus mati dengan status masih menjadi istrimu? Aku nggak mungkin bisa tenang di alam sana! Sebelum mati, aku harus memastikan kita nggak punya hubungan apa-apa lagi!" pekik Kyra dengan mata berkaca-kaca sambil terisak-isak."Ternyata menjadi istriku lebih tersiksa daripada mati?""Benar! Yang kamu katakan benar!""Kyra, kamu rasa aku nggak bisa menemukan wanita l
Ucapan ini membuat Kyra termangu sesaat. Nada bicara Deven persis saat dirinya dipaksa makan obat penguat janin. Apakah ini yang dinamakan trauma?Sama seperti sebelumnya, Deven memaksanya makan obat dengan tegas. Pria ini tidak pernah menanyakan pendapatnya dan selalu memaksakan kehendaknya.Kenapa Deven selalu bersikap angkuh dan merasa diri sendiri benar? Deven memang tidak pernah berubah. Egois dan sombong.Kyra mengernyit, mencengkeram perut atasnya. Dia mulai mencium bau amis darah di mulutnya. Sementara itu, Deven menjulurkan tangannya ke hadapan Kyra. "Makan."Kyra bersikeras menelan darahnya. Dia menepis tangan Deven dengan kesal. Obat pereda nyeri pun berserakan. Ada yang jatuh ke dekat kaki Deven, ada yang masuk ke tong sampah.Kyra tidak ingin seperti ini. Bahkan ketika dirinya sudah mau mati, dia masih tidak berkesempatan untuk membuat keputusan. Bukankah hidupnya sangat menyedihkan? Kyra ingin menjadi dirinya sendiri.Pada akhirnya, Deven kehilangan kesabarannya. Dia suda
Kyra benar-benar bahagia. Tidak ada sedikit pun kesedihan dalam hatinya.Tiba-tiba, pintu bangsal terbuka. Angin dingin berembus masuk, membuat Kyra yang berbaring di lantai merasa makin dingin hingga tubuhnya gemetaran.Saat berikutnya, Kyra mendengar suara pintu ditutup dan suara langkah kaki yang terburu-buru. Dia menunduk, lalu melihat sepasang sepatu kulit yang dibelinya sebelum perang dingin dengan Deven.Dulu, Kyra sangat senang melihat Deven memakai sepatu kulit ini. Namun, sekarang dia buru-buru mengalihkan pandangan karena tidak ingin melihatnya.Organ dalamnya terasa makin sakit, seperti ada kapak yang membelah seluruh organ dalamnya. Rasa sakit ini sungguh menusuk.Kyra tidak bisa menahan kesakitan ini. Dia menggigit bibirnya sambil menangis sesenggukan. Deven awalnya marah, tetapi ketika melihat Kyra begitu kasihan, amarahnya langsung sirna dan digantikan dengan rasa iba.Deven berjongkok untuk menggendong Kyra ke ranjang. Kesehatan Kyra sangat buruk. Kyra tidak seharusnya
Sudah gila?Kyra menggigit bibirnya yang kering dan pecah-pecah hingga meneteskan darah. Setelah mengalami semua ini, apa tidak sepantasnya Kyra kehilangan kewarasannya? Dia meringkukkan tubuhnya dan memeluk kedua kakinya dengan erat. Sekujur tubuhnya gemetaran hebat.Perawat itu terkejut melihat situasi ini. Setelah menjadi perawat selama bertahun-tahun, baru kali ini dia melihat pasien yang begitu keras kepala. Karena takut akan terjadi kecelakaan medis, perawat itu buru-buru berlari ke luar ruangan untuk mencari Deven.Pada saat ini, Deven sedang bersandar di koridor. Alex sedang melaporkan sesuatu padanya, "Pak Deven, tubuh Bu Kyra sudah sangat parah sekarang. Kalau masih terus mogok makan, kondisinya akan semakin gawat."Deven mengerutkan alisnya dalam-dalam. Awalnya, dia mengira Kyra hanya bercanda karena ingin membuatnya kesal. Tak disangka, Kyra benar-benar serius. Saat Deven baru hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba terdengar suara perawat."Pak Deven, gawat!" teriak perawat i
Kyra mengulurkan tangannya karena kesakitan. Ternyata rasa sakit yang ditimbulkan karena penyakit kanker begitu menyiksa. Mana mungkin semudah itu tidak mau minum obat? Baru permulaan saja Kyra sudah tidak sanggup bertahan!Kyra ingin minum obat untuk meredakan rasa sakit di tubuhnya. Perawat itu menyerahkan obat pereda nyeri ke telapak tangan Kyra yang dingin. "Ayo cepat diminum."Dalam benak Kyra tiba-tiba teringat dengan ucapan Deven tadi. "Kyra, apa lagi ulahmu? Apa ini saat yang tepat untuk mengambek?""Kamu punya dua pilihan. Pertama, jalani pengobatanmu dan tetap menjadi istriku. Kedua, biarkan dirimu hancur begitu saja, mati sebagai istriku dan terpisah selamanya dari pria murahan yang ada di hatimu."Di depan mata Kyra, kembali terbayang saat Nelson terjatuh dari balkon. Dia terhempas ke tanah dan meninggal dengan mata terbuka. Dengan darah yang dimuntahkannya, Nelson menuliskan kode brankas ruang kerja di tanah. Ternyata kodenya adalah tanggal lahir Kyra.Tak lama kemudian, K