Kyra berpikir bahwa ini mungkin akan jadi pertemuan terakhir mereka. Seharusnya tidak masalah jika dia memberi tahu Justin.Kyra menghela napas, lalu tersenyum pahit dan berkata, "Pak Justin, nggak ada cinta dan dendam yang tanpa alasan di dunia ini. Begitu juga sikap Deven padaku.""Maksudnya?" tanya Justin dengan bingung.Kyra balik bertanya sambil tersenyum, "Kalau kematian orang tuamu disebabkan secara tidak langsung oleh ayah mertuamu, apa kamu akan menyalahkan istrimu?"Justin tidak menyahut. Dia tidak menjawab iya ataupun tidak."Itulah alasan Deven membenciku. Aku nggak menyalahkannya karena akulah yang berutang padanya," ucap Kyra lagi."Apa kamu pernah curiga kalau dia yang membuat Pak Nelson kecelakaan?" tanya Justin.Kyra tertegun. Deven berniat menjebloskan ayahnya ke penjara, tetapi dia menahan diri karena kekurangan bukti.Yang bisa Deven lakukan hanyalah memenjarakan si sopir. Si sopir yang bernama Raul dimasukkan ke penjara karena memang bersalah.Dengan statusnya saat
Mata keduanya bertemu, saling terjalin. Sorot mata Deven tajam dan dingin. Tatapannya sedingin hujan di luar jendela, salju yang turun di musim dingin, dan es tebal yang membeku selama ribuan tahun.Kyra tidak punya energi untuk beradu pandang dengan Deven. Mungkin karena dia tahu sel kankernya sudah menyebar ke seluruh tubuh dan hidupnya tidak panjang lagi. Ibarat bola karet kempes, Kyra merasa seluruh energi di tubuhnya luruh.Mereka hanya bertatapan sedetik sebelum Kyra melengos dan berjalan melewati Deven. Seolah-olah pria itu hanya udara atau orang asing di matanya.Dari arah dapur, tercium aroma sayuran dan daging yang dimasak. Maya yang mengenakan celemek tiba-tiba keluar dari dapur sambil membawa piring makanan.Begitu melihat Kyra, Maya langsung berujar dengan senang, "Akhirnya Nona Kyra pulang juga. Nona nggak tahu betapa kami sangat mencemaskanmu. Syukurlah Nona pulang dengan selamat."Maya hanya seorang pembantu. Dia bukan teman Kyra ataupun keluarganya, tetapi dia sangat p
Selesai bekerja, Deven berniat pulang lebih awal. Kemudian, dia kebetulan melihat Kyra di jalan.Bukannya menjelaskan, Deven malah berujar dengan marah, "Kamu merasa bersalah?"Merasa bersalah? Kyra sakit hati mendengar ucapan Deven. Memangnya kejahatan apa yang sudah dibuatnya hingga dia perlu merasa bersalah?Jika Deven memang mengawasi gerak-geriknya, mengapa pria itu bisa tidak tahu soal kondisi tubuh Kyra? Bagaimana dia bisa tidak tahu tentang perlakuan Irish padanya?Hanya ada satu jawabannya, yakni kebenaran yang menyakitkan. Deven berpihak pada Irish!Kyra mengerjapkan matanya yang sembap dan bengkak. Perutnya begah karena makan terlalu banyak nasi.Kyra merasa tidak nyaman dan ingin menangis. Hanya saja, dia tidak ingin menangis di depan Deven. Itu terlalu menyedihkan.Bukankah semua yang dilakukan Deven memang bertujuan membuat Kyra sedih dan menderita? Kyra tidak ingin memberi pria itu kepuasan.Kyra menaruh peralatan makannya dengan asal di meja, menimbulkan bunyi bising. N
Kyra tidak tahu apa yang sedang ditangisinya. Tadinya dia mengira air matanya sudah kering.Kyra sudah lama tahu dan pasrah pada akhir kisahnya. Sejak pertama kali Deven mendekatinya, sejak Nelson menabrak ayah Deven, dan sejak Raul membakar rumah Deven. Semua karma sudah ditentukan.Namun, ketika hari itu benar-benar tiba, Kyra sadar dia tidak setangguh yang dia sangka. Hatinya juga tidak sekuat itu. Kyra masih takut mati. Dia masih ingin hidup!Hanya saja, seberapa keras pun Kyra berjuang melawan takdir, dia tetap kembali ke titik awal. Dia tetap akan pergi ke tempat yang sudah ditakdirkan untuknya.Kyra menangis sedih selama satu jam penuh. Pancuran air bahkan sudah kehabisan air panas.Lantaran Kyra belum juga keluar dari kamar mandi, Deven mulai merasa cemas. Dia pun menghampiri pintu kamar mandi.Deven tidak mendengar suara tangisan Kyra. Hanya terdengar suara air mengalir. Deven mengira Kyra ketiduran.Tok, tok, tok. Deven mengetuk pintu kamar mandi dan bertanya, "Kamu belum sel
Kyra mengambil pengering rambut itu, lalu menutup laci. Dia mencolokkan steker pengering rambut itu ke dalam soket listrik.Deven tiba-tiba mendongak dan menutup bukunya. Wajahnya tanpa ekspresi dan bibirnya bergerak-gerak, sepertinya sedang bicara dengan Kyra.Kyra mengira Deven kesal karena suara pengering rambut mengganggu agenda membacanya. Jadi, dia segera mematikan pengering rambut dengan peka."Aku keringkan di luar saja," ucap Kyra sambil mengerucutkan bibirnya.Raut wajah Deven bertambah muram. Dia turun dari ranjang dan melangkah ke depan Kyra. Kemudian, dia mengambil pengering rambut dari tangannya.Deven melirik ke tepi ranjang dan berkata, "Duduk.""Kamu nggak perlu membantuku," ucap Kyra.Kyra baru sadar bahwa Deven barusan memintanya memberikan pengering rambut itu. Tadinya dia mengira pria itu menyuruhnya mengeringkan rambut di luar.Kyra tidak ingin berdekatan dengan Deven. Waktunya sudah tidak lama lagi, dia harus terbiasa sendirian. Kalau tidak, dia akan makin nggak
Mata Deven berkilat senang sekaligus kaget. Jika tidak salah ingat, ini pertama kalinya Kyra merendahkan diri untuk bersikap manja dan meminta bantuannya sejak mereka perang dingin.Deven merasa Kyra yang dahulu sudah kembali. Dahulu, Kyra senang bicara dengan lembut dan manis padanya.Deven membungkukkan badan dan menatap pipi pucat Kyra. Jari-jari rampingnya memainkan surai hitam wanita itu. Dia tidak bisa menahan diri untuk mengelus ujung rambutnya dengan lembut.Rambut Kyra wangi sampo yang ringan. Aroma segar yang samar itu perlahan-lahan tercium di hidung Deven.Bibir lembut Kyra berwarna merah muda, satu-satunya warna yang tersisa di wajahnya. Sebelum Kyra sempat bereaksi, Deven sudah mencium bibirnya.Deven sudah berkali-kali mencium Kyra. Setiap ciuman ini seperti hukuman, alat baginya untuk melampiaskan amarah. Namun, ciuman kali ini berbeda.Kali ini, Deven mencium Kyra dengan hati-hati dan lembut. Seolah-olah Kyra adalah harta rapuh yang bisa hancur kapan saja jika dia cero
Kyra mencengkeram selimut dengan erat. Dia memaki Deven dalam hatinya. Bukannya dia tidak mau disentuh pria itu, tetapi dia mengidap penyakit kronis! Apa Deven begitu senang berpura-pura bodoh meski jelas-jelas sudah mengetahui hal ini?Kyra mengerjapkan matanya yang kering. Dia segera menyadari bahwa alasan Deven melakukan ini tidak lain adalah untuk menyiksanya.Deven mengawasinya, jadi dia tidak mungkin tidak mengetahui kondisi tubuh Kyra. Hobi pria itu sungguh lain dari orang lain, bercinta dengan orang sekarat.Hati Kyra terasa sangat sesak. Dia mengerucutkan bibirnya dan berucap dengan nada tercekat, "Deven, kalau aku tidur denganmu, apa kamu akan cari cara agar ayahku bisa siuman lebih cepat?""Itu tergantung pelayananmu, Nyonya Gale," balas Deven dengan menekankan kata "Nyonya Gale". Seolah-olah dia sedang memperingatkan Kyra untuk tidak melupakan statusnya.Kyra mempertimbangkan baik dan buruk pilihannya. Dia ingin bertaruh, mungkin saja ayahnya benar-benar akan siuman lebih c
Kyra terkejut dengan invasi tiba-tiba Deven. Wajahnya memucat, matanya membelalak dan bibirnya sedikit menganga.Kyra tidak menyangka Deven akan menerobos masuk. Apalagi, dia dalam keadaan seperti ini sekarang. Biarpun mereka baru saja bercinta, dia tetap tidak terbiasa melihat ketelanjangan pria itu.Reaksi pertama Kyra adalah menyuruh Deven keluar. Dia tidak ingin mandi bersama pria itu. Namun, sebelum kata-kata itu sempat terucap, Kyra terpeleset dan terhuyung ke bawah, hampir jatuh ke lantai yang keras.Pinggang Kyra tiba-tiba ditarik oleh sebuah lengan yang kokoh, lalu dia pun jatuh ke pelukan Deven. Pipinya membentur dada berotot pria itu.Air perlahan mengalir turun dari pancuran, menyusuri tubuh Deven. Wajah, tubuh, hingga bulu mata Kyra ikut basah.Kedekatan yang datang tiba-tiba ini membuat jantung Kyra berdegup kencang. Ujung telinganya seketika memerah.Ketika Kyra hendak mendorong Deven, pria itu tiba-tiba mengimpitnya ke dinding. Biarpun suhu air di kamar mandi cukup hang
"Pak, istirahat saja dulu. Kamu sudah beberapa hari nggak tidur. Kantong matamu sampai hitam sekali," nasihat Alex yang mencemaskan kesehatan Deven.Deven tidak berbicara. Dia langsung masuk ke lift. Setibanya di hotel, Deven menelepon Alvin. Dia belum menyerah.Setelah mengetahui tujuan Deven menelepon, Alvin berujar dengan nada menyesal, "Pak, bukannya aku nggak ingin membantumu. Kakekku memang keras kepala. Kami sudah membujuknya, tapi dia nggak mau dengar.""Benaran nggak ada yang bisa membujuknya lagi?" tanya Deven yang menggenggam ponsel dengan makin erat."Sebenarnya ada.""Siapa?""Justin, anak Pak Farhan. Anak ini punya hubungan dekat dengan kakek kami. Kakek kami anggap dia cucu. Dia pasti bisa membujuknya."Justin .... Deven tersenyum sinis. Dia juga tahu Justin bisa membantu. Akan tetapi, Deven tidak bisa menerima permintaan Justin yang menginginkan Kyra. Mana mungkin dia menyetujui hal seperti ini!"Pasien yang diterima Pak Chokri diperkenalkan Justin?" tanya Deven."Benar
Dulu, Kyra pasti akan menjelaskan saat Deven salah paham padanya. Deven boleh salah paham terhadap hal lain, tetapi tidak untuk perasaannya kepada Deven.Namun, sekarang tidak masalah lagi. Mereka memang tidak bisa kembali seperti dulu lagi, jadi tidak ada gunanya dijelaskan. Itu hanya buang-buang tenaga."Bagus kalau kamu tahu. Jadi, kita sudah bisa cerai belum?" tanya Kyra. Setelah makan obat pereda nyeri, tubuhnya tidak sakit lagi. Dia bahkan menyunggingkan senyuman indah.Meskipun wajahnya pucat pasi, Kyra tetap terlihat cantik dan elegan. Meskipun kehilangan banyak berat badan, itu sama sekali tidak memengaruhi kecantikan Kyra.Deven memang ingin melihat senyuman Kyra. Namun, setelah melihatnya, dia malah tidak merasa senang. Deven merasa Kyra sangat senang jika melihatnya marah. Wanita ini sampai menunjukkan senyuman yang sudah jarang terlihat.Kyra bisa melihat amarah pada tatapan Deven makin memuncak. Deven berkata, "Kamu sendiri yang keras kepala. Terserah kamu kalau ingin mat
Perkataan ini sontak memadamkan hasrat dalam hati Kyra. Benar, orang tuanya telah meninggal. Bagaimana bisa dia berpelukan dan berciuman dengan Deven di sini?'Kyra, kamu terlalu lemah. Deven cuma merendahkan harga dirinya untuk membujukmu, tapi kamu langsung terjebak? Memalukan!' batin Kyra.Sorot mata Kyra seketika menjadi dingin dan penuh ejekan. Namun, Deven masih belum menyadari apa pun. Dengan mata terpejam, dia masih ingin mencium Kyra. Ciuman tadi membuatnya sungguh tak terlupakan.Deven ingin melanjutkan, tetapi Kyra sontak mendorongnya. Sebelum Deven bereaksi, Kyra sudah melayangkan tamparan ke wajahnya. Pipinya terasa perih, membuat Deven termangu.Ketika menatap Kyra kembali, dia melihat tatapan penuh ejekan itu. Kyra mencelanya, "Deven, kalau kamu butuh wanita, cari saja Irish.""Dia bukan istriku. Ngapain aku cari dia?" balas Deven."Waktu kalian melakukan pemotretan pernikahan, kenapa kamu nggak berpikir begitu?" sindir Kyra."Waktu itu, aku ...." Deven ingin mengatakan
"Kalau kita cerai, aku langsung terima pengobatan!" pekik Kyra.Saking kesalnya, Deven sampai tertawa mendengar ucapan Kyra. Di ingatan Deven, Kyra paling takut merasa sakit.Namun, sekarang Kyra begitu tersiksa karena rasa sakitnya. Keringat bercucuran di dahi, wajahnya pucat pasi.Kyra masih terus melakukan perlawanan. Wanita yang dulunya mengatakan akan menemaninya, kini malah ingin meninggalkannya.Hati Deven diliputi kepedihan. Dia benar-benar tersiksa. Pada akhirnya, dengan ekspresi suram, dia memasukkan semua obat itu ke mulut Kyra.Saat berikutnya, Deven meraih pinggang Kyra dan merangkulnya dengan erat. Tubuh Kyra menempel dengan dada kekar Deven. Tidak ada sedikit pun celah di antara keduanya.Kyra ingin mendorong, tetapi tidak punya tenaga sebesar itu. Tenaganya sudah habis, apalagi dia mogok makan belakangan ini. Bagaimana mungkin dia sanggup mendorong Deven?Bibir Deven yang panas sontak mencium bibir Kyra yang kering dan pucat. Kyra ingin meninju Deven, tetapi Deven langs
Ini sudah pasti persekongkolan. Justin dan Kyra saling mencintai, jadi Kyra ingin bercerai. Tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini.Kyra tidak memahami maksud ucapan Deven. Persekongkolan apa yang dimaksudnya? Dia sampai mengira Deven ingin memfitnah Justin, tetapi ini hal yang wajar."Benar, kami memang sekongkol!" Kyra sama sekali tidak berniat untuk menjelaskan.Amarah pada tatapan Deven menjadi makin kuat. "Kamu nggak bisa hidup lama lagi. Apa perceraian begitu penting bagimu? Kamu nggak bisa berhenti berdebat dan fokus pada kesembuhanmu dulu?""Daripada berobat atau hidup, aku lebih ingin terbebas darimu. Masa aku harus mati dengan status masih menjadi istrimu? Aku nggak mungkin bisa tenang di alam sana! Sebelum mati, aku harus memastikan kita nggak punya hubungan apa-apa lagi!" pekik Kyra dengan mata berkaca-kaca sambil terisak-isak."Ternyata menjadi istriku lebih tersiksa daripada mati?""Benar! Yang kamu katakan benar!""Kyra, kamu rasa aku nggak bisa menemukan wanita l
Ucapan ini membuat Kyra termangu sesaat. Nada bicara Deven persis saat dirinya dipaksa makan obat penguat janin. Apakah ini yang dinamakan trauma?Sama seperti sebelumnya, Deven memaksanya makan obat dengan tegas. Pria ini tidak pernah menanyakan pendapatnya dan selalu memaksakan kehendaknya.Kenapa Deven selalu bersikap angkuh dan merasa diri sendiri benar? Deven memang tidak pernah berubah. Egois dan sombong.Kyra mengernyit, mencengkeram perut atasnya. Dia mulai mencium bau amis darah di mulutnya. Sementara itu, Deven menjulurkan tangannya ke hadapan Kyra. "Makan."Kyra bersikeras menelan darahnya. Dia menepis tangan Deven dengan kesal. Obat pereda nyeri pun berserakan. Ada yang jatuh ke dekat kaki Deven, ada yang masuk ke tong sampah.Kyra tidak ingin seperti ini. Bahkan ketika dirinya sudah mau mati, dia masih tidak berkesempatan untuk membuat keputusan. Bukankah hidupnya sangat menyedihkan? Kyra ingin menjadi dirinya sendiri.Pada akhirnya, Deven kehilangan kesabarannya. Dia suda
Kyra benar-benar bahagia. Tidak ada sedikit pun kesedihan dalam hatinya.Tiba-tiba, pintu bangsal terbuka. Angin dingin berembus masuk, membuat Kyra yang berbaring di lantai merasa makin dingin hingga tubuhnya gemetaran.Saat berikutnya, Kyra mendengar suara pintu ditutup dan suara langkah kaki yang terburu-buru. Dia menunduk, lalu melihat sepasang sepatu kulit yang dibelinya sebelum perang dingin dengan Deven.Dulu, Kyra sangat senang melihat Deven memakai sepatu kulit ini. Namun, sekarang dia buru-buru mengalihkan pandangan karena tidak ingin melihatnya.Organ dalamnya terasa makin sakit, seperti ada kapak yang membelah seluruh organ dalamnya. Rasa sakit ini sungguh menusuk.Kyra tidak bisa menahan kesakitan ini. Dia menggigit bibirnya sambil menangis sesenggukan. Deven awalnya marah, tetapi ketika melihat Kyra begitu kasihan, amarahnya langsung sirna dan digantikan dengan rasa iba.Deven berjongkok untuk menggendong Kyra ke ranjang. Kesehatan Kyra sangat buruk. Kyra tidak seharusnya
Sudah gila?Kyra menggigit bibirnya yang kering dan pecah-pecah hingga meneteskan darah. Setelah mengalami semua ini, apa tidak sepantasnya Kyra kehilangan kewarasannya? Dia meringkukkan tubuhnya dan memeluk kedua kakinya dengan erat. Sekujur tubuhnya gemetaran hebat.Perawat itu terkejut melihat situasi ini. Setelah menjadi perawat selama bertahun-tahun, baru kali ini dia melihat pasien yang begitu keras kepala. Karena takut akan terjadi kecelakaan medis, perawat itu buru-buru berlari ke luar ruangan untuk mencari Deven.Pada saat ini, Deven sedang bersandar di koridor. Alex sedang melaporkan sesuatu padanya, "Pak Deven, tubuh Bu Kyra sudah sangat parah sekarang. Kalau masih terus mogok makan, kondisinya akan semakin gawat."Deven mengerutkan alisnya dalam-dalam. Awalnya, dia mengira Kyra hanya bercanda karena ingin membuatnya kesal. Tak disangka, Kyra benar-benar serius. Saat Deven baru hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba terdengar suara perawat."Pak Deven, gawat!" teriak perawat i
Kyra mengulurkan tangannya karena kesakitan. Ternyata rasa sakit yang ditimbulkan karena penyakit kanker begitu menyiksa. Mana mungkin semudah itu tidak mau minum obat? Baru permulaan saja Kyra sudah tidak sanggup bertahan!Kyra ingin minum obat untuk meredakan rasa sakit di tubuhnya. Perawat itu menyerahkan obat pereda nyeri ke telapak tangan Kyra yang dingin. "Ayo cepat diminum."Dalam benak Kyra tiba-tiba teringat dengan ucapan Deven tadi. "Kyra, apa lagi ulahmu? Apa ini saat yang tepat untuk mengambek?""Kamu punya dua pilihan. Pertama, jalani pengobatanmu dan tetap menjadi istriku. Kedua, biarkan dirimu hancur begitu saja, mati sebagai istriku dan terpisah selamanya dari pria murahan yang ada di hatimu."Di depan mata Kyra, kembali terbayang saat Nelson terjatuh dari balkon. Dia terhempas ke tanah dan meninggal dengan mata terbuka. Dengan darah yang dimuntahkannya, Nelson menuliskan kode brankas ruang kerja di tanah. Ternyata kodenya adalah tanggal lahir Kyra.Tak lama kemudian, K