Seorang wanita tua yang menjinjing keranjang bunga bertanya dengan aksen agak aneh, "Nona, mau beli bunga nggak? Bunganya sangat segar dan murah lho.""Kamu yang terus mengikutiku dari tadi?" tanya Kyra."Ya. Dilihat dari penampilanmu, kamu sepertinya sangat kaya. Kuharap kamu membeli semua bunga ini," sahut wanita tua itu.Kyra menatap punggung tangan wanita tua itu. Kulitnya terlihat sangat kering dan kasar karena cuaca yang terlalu dingin. Sungguh kasihan ....Kyra membeli semua bunganya, lalu wanita tua itu menyerahkan keranjang bunga dengan gembira. Ternyata, kecemasannya sudah berlebihan, tidak ada yang berniat jahat padanya.Bus yang menuju ke tempat tujuannya sudah berhenti beroperasi, jadi Kyra harus menunggu sampai jam 9 pagi besok. Dia mencari hotel yang paling dekat dengan terminal. Setelah memesan, dia pun memanggil taksi untuk menuju ke hotel.Kyra memilih hotel bintang 5. Ketika mengurus prosedur check-in, seorang wanita yang memakai topi pet dan masker berjalan masuk. D
"Kamu Nona Kyra?" tanya wanita itu dengan lirih.Kyra mengangguk. "Ya, kenapa mencariku?""Apa aku boleh masuk untuk mengobrol? Ada hal penting yang ingin kusampaikan," ucap wanita itu. Dia menerima telepon dari Irish yang menyuruhnya untuk membunuh Kyra, jadi ingin memberi tahu masalah ini.Kyra pun tidak menolak saat melihat penampilannya tidak seperti orang jahat. Apalagi, mata wanita ini terlihat begitu familier baginya. Dia membuka pintu dan berkata, "Silakan masuk."Kring, kring, kring .... Ponsel wanita itu tiba-tiba berdering. Ekspresinya agak berubah setelah melihat nama si penelepon. Dia berujar, "Sebentar, aku harus menjawab telepon dulu.""Oke." Kyra tidak begitu peduli sehingga berjalan masuk dan membiarkan pintu terbuka. Sementara itu, wanita tadi menaiki lift ke rooftop hotel.Panggilan Irish tiba-tiba terputus. Saat berikutnya, masuk panggilan video. Wanita itu menjawabnya, lalu terlihat wajah mungil seorang anak. Anak itu tersenyum manis sambil memanggil, "Mama ...."K
Alba memasuki kamar suite, lalu mendapati kamar ini sama dengan kamarnya. Bisa dilihat, Kyra benar-benar tulus membantunya.Namun, Alice ada di tangan Irish sekarang. Alba tidak bisa melawan sehingga hanya bisa menyerang Kyra seperti yang diharapkan Irish.Kyra menutup pintu, lalu bertanya, "Mau minum apa?""Nggak perlu repot-repot, aku hanya sebentar," sahut Alba sambil melepaskan maskernya.Kyra tetap menyeduh teh untuknya, lalu menyodorkannya. Alba menerima cangkir kertas, merasakan kehangatan di tangannya.Setelah meletakkan cangkir itu ke meja, Alba menjulurkan tangannya ke saku untuk menggenggam pisau lipat. Dia akan menikam Kyra saat wanita ini sedang lengah.Kyra duduk di pinggir ranjang dengan kaki disilangkan. Dia bertanya dengan penuh perhatian, "Kamu putus cinta, ya?"Alba menatapnya dengan heran. Kyra tersenyum sambil meneruskan, "Aku melihatmu menangis di pesawat. Kamu terlihat sangat sedih, seharusnya karena putus cinta.""Ya, aku berpacaran dengan pria berengsek. Saat a
"Siapa?" Wanita tua itu mengamati Kyra dari atas sampai bawah. Dia bisa menilai bahwa Kyra bukan berasal dari Desa Triron.Kyra tahu wanita tua ini sudah berusia lanjut sehingga pendengarannya kurang baik. Jadi, dia mendekat dan meninggikan suaranya. "Deven! Deven!"Wanita tua itu termangu sejenak, lalu mengangguk dan membalas, "Tentu saja kenal, kami dari desa yang sama."Kyra mengeluarkan selembar kertas dari dompetnya dan menyodorkan sambil berkata, "Bibi, apa kamu bisa membawaku ke rumahnya? Uang ini untukmu.""Bisa, bisa." Tatapan wanita tua yang tadinya terlihat datar seketika menjadi berbinar-binar. Sebagian besar yang tinggal di desa ini adalah orang tua. Anak-anak mereka pergi bekerja dan jarang pulang. Karena sudah tua, tenaga mereka tidak banyak lagi sehingga tidak dapat bekerja dan tidak bisa menghasilkan banyak uang.Wanita tua itu langsung mengambil uang di tangan Kyra karena khawatir Kyra menarik kembali kata-katanya. "Nak, aku akan membawamu ke rumahnya."Sepanjang perj
Wanita tua itu menggeleng sambil membalas, "Bukan karena itu, tapi karena gempa bumi yang terjadi beberapa tahun lalu. Para penduduk sudah merenovasi rumah masing-masing, hanya rumah ini yang terbengkalai. Nak, jangan terlalu lama di dalam. Bangunannya sudah nggak kokoh, jangan sampai kita tertimpa nanti."Wanita tua itu mengikuti Kyra masuk. Di dalam sana, tanahnya tidak rata dan sangat berdebu. Kyra melihat sebuah lubang, tetapi tidak tahu manfaatnya. Terlihat juga setengah balok yang terjatuh ke tanah. Jelas sekali, tempat ini pernah terbakar. Kemudian, wanita tua itu memberitahunya bahwa beberapa kayu pendek di dalam adalah kayu untuk tempat tidur.Ketika melihat ke sekeliling, semuanya adalah reruntuhan. Balok-balok di tanah yang terbakar pun berjamur karena diterpa hujan dan matahari. Udara di dalam sini benar-benar bau apak."Apa kebakaran ini disebabkan orang?" tanya Kyra sembari berjalan ke luar. Ketika menengadah, dia melihat pilar-pilar yang sudah lapuk dan dipenuhi jaring l
Menurut Kyra, pasti ada yang memperbaiki makam ini untuk ayah dan ibu Deven karena mereka begitu baik. Lagi pula, para penduduk desa biasanya sangat baik hati.Wanita tua itu melambaikan tangan sambil menjawab, "Bukan. Memang kami yang memakamkan mereka, tapi kami hanya membuat makam biasa dan datang memberi penghormatan setahun sekali. Beberapa tahun lalu, makam ini tiba-tiba menjadi begitu indah, bahkan ada batu nisan. Seharusnya teman lama mereka yang merenovasinya.""Kami nggak pernah melihat orang misterius itu. Bisa dibilang, buah-buahan dan dupa di makam ini selalu ada."Begitu mendengarnya, Kyra langsung yakin bahwa orang misterius itu adalah Deven. Deven mungkin datang saat malam hari sehingga tidak pernah ada yang melihatnya.Kyra meminjam mancis dari wanita tua itu, lalu menyalakan dupa untuk bersembahyang. Asap yang membubung tinggi membuat mata Kyra berkaca-kaca. Wanita tua itu pun mundur agak jauh saat melihat ini."Ayah, Ibu, ini pertama kalinya kita bertemu. Kalian mung
Namun, setelah menoleh dan mengamati sekitarnya, Kyra tidak melihat apa pun selain pedagang dan kerumunan yang sedang tawar-menawar. Dia pun mengernyit. Apakah dirinya terlalu tegang, sampai-sampai berhalusinasi?Kyra masuk ke kantor polisi. Setelah menyatakan tujuannya, seorang petugas pun mengambilkan dokumen terkait untuknya. Dia menyerahkan setumpuk dokumen itu kepada Kyra.Kyra mengucapkan terima kasih, lalu mulai memeriksa dengan cermat. Ketika melihat laporan itu, dia cukup terkejut. "Kebakarannya disebabkan oleh kabel listrik yang sudah tua?""Benar, ada fotonya di belakang dokumen, coba kamu lihat. Rumah Keluarga Gale itu direnovasi dari generasi ke generasi, tapi mereka nggak pernah mengganti kabel listrik. Umumnya, usia kabel listrik hanya 20 tahun. Kabel rumah mereka sudah melampaui masa pakai dan rusak.""Nggak ada yang tahu saat kabel terbakar, apalagi ada banyak kayu bakar di rumah mereka untuk stok musim dingin," jelas polisi itu.Kyra membaca hasil laporan dengan saksa
"Kenapa kamu bisa di sini?" Kyra cukup terkejut melihatnya, tetapi tetap tersenyum. Sepanjang perjalanan, dia terus bertemu wanita ini. Tidak ada hal yang begitu kebetulan di dunia ini. Jangan-jangan, wanita ini yang membuntutinya?Alba tersenyum sambil menjawab, "Suasana hatiku sedang buruk, makanya aku terus berkeliling. Aku juga nggak nyangka akan bertemu denganmu di sini. Kita benar-benar berjodoh!""Kamu mau hadiah apa?" Kyra menyingkirkan kecurigaannya. Wanita ini ditipu oleh pria berengsek, dia hanya ingin bersantai di luar untuk memperbaiki suasana hatinya. Kyra merasa dirinya tidak seharusnya mencurigainya.Alba tertegun sesaat. Kemudian, dia segera berekspresi normal dan membalas, "Kehadiranmu adalah hadiah terbesar untukku. Kalau kamu, kamu ingin hadiah apa?""Kamu mau memberiku hadiah?" tanya Kyra."Ya, aku akan memberimu barang yang kamu sukai. Tapi, kamu baru bisa mendapatkannya 20-an hari lagi," balas Alba.Kyra tidak bereaksi untuk sesaat. Kemudian, dia berucap dengan t
"Pak, istirahat saja dulu. Kamu sudah beberapa hari nggak tidur. Kantong matamu sampai hitam sekali," nasihat Alex yang mencemaskan kesehatan Deven.Deven tidak berbicara. Dia langsung masuk ke lift. Setibanya di hotel, Deven menelepon Alvin. Dia belum menyerah.Setelah mengetahui tujuan Deven menelepon, Alvin berujar dengan nada menyesal, "Pak, bukannya aku nggak ingin membantumu. Kakekku memang keras kepala. Kami sudah membujuknya, tapi dia nggak mau dengar.""Benaran nggak ada yang bisa membujuknya lagi?" tanya Deven yang menggenggam ponsel dengan makin erat."Sebenarnya ada.""Siapa?""Justin, anak Pak Farhan. Anak ini punya hubungan dekat dengan kakek kami. Kakek kami anggap dia cucu. Dia pasti bisa membujuknya."Justin .... Deven tersenyum sinis. Dia juga tahu Justin bisa membantu. Akan tetapi, Deven tidak bisa menerima permintaan Justin yang menginginkan Kyra. Mana mungkin dia menyetujui hal seperti ini!"Pasien yang diterima Pak Chokri diperkenalkan Justin?" tanya Deven."Benar
Dulu, Kyra pasti akan menjelaskan saat Deven salah paham padanya. Deven boleh salah paham terhadap hal lain, tetapi tidak untuk perasaannya kepada Deven.Namun, sekarang tidak masalah lagi. Mereka memang tidak bisa kembali seperti dulu lagi, jadi tidak ada gunanya dijelaskan. Itu hanya buang-buang tenaga."Bagus kalau kamu tahu. Jadi, kita sudah bisa cerai belum?" tanya Kyra. Setelah makan obat pereda nyeri, tubuhnya tidak sakit lagi. Dia bahkan menyunggingkan senyuman indah.Meskipun wajahnya pucat pasi, Kyra tetap terlihat cantik dan elegan. Meskipun kehilangan banyak berat badan, itu sama sekali tidak memengaruhi kecantikan Kyra.Deven memang ingin melihat senyuman Kyra. Namun, setelah melihatnya, dia malah tidak merasa senang. Deven merasa Kyra sangat senang jika melihatnya marah. Wanita ini sampai menunjukkan senyuman yang sudah jarang terlihat.Kyra bisa melihat amarah pada tatapan Deven makin memuncak. Deven berkata, "Kamu sendiri yang keras kepala. Terserah kamu kalau ingin mat
Perkataan ini sontak memadamkan hasrat dalam hati Kyra. Benar, orang tuanya telah meninggal. Bagaimana bisa dia berpelukan dan berciuman dengan Deven di sini?'Kyra, kamu terlalu lemah. Deven cuma merendahkan harga dirinya untuk membujukmu, tapi kamu langsung terjebak? Memalukan!' batin Kyra.Sorot mata Kyra seketika menjadi dingin dan penuh ejekan. Namun, Deven masih belum menyadari apa pun. Dengan mata terpejam, dia masih ingin mencium Kyra. Ciuman tadi membuatnya sungguh tak terlupakan.Deven ingin melanjutkan, tetapi Kyra sontak mendorongnya. Sebelum Deven bereaksi, Kyra sudah melayangkan tamparan ke wajahnya. Pipinya terasa perih, membuat Deven termangu.Ketika menatap Kyra kembali, dia melihat tatapan penuh ejekan itu. Kyra mencelanya, "Deven, kalau kamu butuh wanita, cari saja Irish.""Dia bukan istriku. Ngapain aku cari dia?" balas Deven."Waktu kalian melakukan pemotretan pernikahan, kenapa kamu nggak berpikir begitu?" sindir Kyra."Waktu itu, aku ...." Deven ingin mengatakan
"Kalau kita cerai, aku langsung terima pengobatan!" pekik Kyra.Saking kesalnya, Deven sampai tertawa mendengar ucapan Kyra. Di ingatan Deven, Kyra paling takut merasa sakit.Namun, sekarang Kyra begitu tersiksa karena rasa sakitnya. Keringat bercucuran di dahi, wajahnya pucat pasi.Kyra masih terus melakukan perlawanan. Wanita yang dulunya mengatakan akan menemaninya, kini malah ingin meninggalkannya.Hati Deven diliputi kepedihan. Dia benar-benar tersiksa. Pada akhirnya, dengan ekspresi suram, dia memasukkan semua obat itu ke mulut Kyra.Saat berikutnya, Deven meraih pinggang Kyra dan merangkulnya dengan erat. Tubuh Kyra menempel dengan dada kekar Deven. Tidak ada sedikit pun celah di antara keduanya.Kyra ingin mendorong, tetapi tidak punya tenaga sebesar itu. Tenaganya sudah habis, apalagi dia mogok makan belakangan ini. Bagaimana mungkin dia sanggup mendorong Deven?Bibir Deven yang panas sontak mencium bibir Kyra yang kering dan pucat. Kyra ingin meninju Deven, tetapi Deven langs
Ini sudah pasti persekongkolan. Justin dan Kyra saling mencintai, jadi Kyra ingin bercerai. Tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini.Kyra tidak memahami maksud ucapan Deven. Persekongkolan apa yang dimaksudnya? Dia sampai mengira Deven ingin memfitnah Justin, tetapi ini hal yang wajar."Benar, kami memang sekongkol!" Kyra sama sekali tidak berniat untuk menjelaskan.Amarah pada tatapan Deven menjadi makin kuat. "Kamu nggak bisa hidup lama lagi. Apa perceraian begitu penting bagimu? Kamu nggak bisa berhenti berdebat dan fokus pada kesembuhanmu dulu?""Daripada berobat atau hidup, aku lebih ingin terbebas darimu. Masa aku harus mati dengan status masih menjadi istrimu? Aku nggak mungkin bisa tenang di alam sana! Sebelum mati, aku harus memastikan kita nggak punya hubungan apa-apa lagi!" pekik Kyra dengan mata berkaca-kaca sambil terisak-isak."Ternyata menjadi istriku lebih tersiksa daripada mati?""Benar! Yang kamu katakan benar!""Kyra, kamu rasa aku nggak bisa menemukan wanita l
Ucapan ini membuat Kyra termangu sesaat. Nada bicara Deven persis saat dirinya dipaksa makan obat penguat janin. Apakah ini yang dinamakan trauma?Sama seperti sebelumnya, Deven memaksanya makan obat dengan tegas. Pria ini tidak pernah menanyakan pendapatnya dan selalu memaksakan kehendaknya.Kenapa Deven selalu bersikap angkuh dan merasa diri sendiri benar? Deven memang tidak pernah berubah. Egois dan sombong.Kyra mengernyit, mencengkeram perut atasnya. Dia mulai mencium bau amis darah di mulutnya. Sementara itu, Deven menjulurkan tangannya ke hadapan Kyra. "Makan."Kyra bersikeras menelan darahnya. Dia menepis tangan Deven dengan kesal. Obat pereda nyeri pun berserakan. Ada yang jatuh ke dekat kaki Deven, ada yang masuk ke tong sampah.Kyra tidak ingin seperti ini. Bahkan ketika dirinya sudah mau mati, dia masih tidak berkesempatan untuk membuat keputusan. Bukankah hidupnya sangat menyedihkan? Kyra ingin menjadi dirinya sendiri.Pada akhirnya, Deven kehilangan kesabarannya. Dia suda
Kyra benar-benar bahagia. Tidak ada sedikit pun kesedihan dalam hatinya.Tiba-tiba, pintu bangsal terbuka. Angin dingin berembus masuk, membuat Kyra yang berbaring di lantai merasa makin dingin hingga tubuhnya gemetaran.Saat berikutnya, Kyra mendengar suara pintu ditutup dan suara langkah kaki yang terburu-buru. Dia menunduk, lalu melihat sepasang sepatu kulit yang dibelinya sebelum perang dingin dengan Deven.Dulu, Kyra sangat senang melihat Deven memakai sepatu kulit ini. Namun, sekarang dia buru-buru mengalihkan pandangan karena tidak ingin melihatnya.Organ dalamnya terasa makin sakit, seperti ada kapak yang membelah seluruh organ dalamnya. Rasa sakit ini sungguh menusuk.Kyra tidak bisa menahan kesakitan ini. Dia menggigit bibirnya sambil menangis sesenggukan. Deven awalnya marah, tetapi ketika melihat Kyra begitu kasihan, amarahnya langsung sirna dan digantikan dengan rasa iba.Deven berjongkok untuk menggendong Kyra ke ranjang. Kesehatan Kyra sangat buruk. Kyra tidak seharusnya
Sudah gila?Kyra menggigit bibirnya yang kering dan pecah-pecah hingga meneteskan darah. Setelah mengalami semua ini, apa tidak sepantasnya Kyra kehilangan kewarasannya? Dia meringkukkan tubuhnya dan memeluk kedua kakinya dengan erat. Sekujur tubuhnya gemetaran hebat.Perawat itu terkejut melihat situasi ini. Setelah menjadi perawat selama bertahun-tahun, baru kali ini dia melihat pasien yang begitu keras kepala. Karena takut akan terjadi kecelakaan medis, perawat itu buru-buru berlari ke luar ruangan untuk mencari Deven.Pada saat ini, Deven sedang bersandar di koridor. Alex sedang melaporkan sesuatu padanya, "Pak Deven, tubuh Bu Kyra sudah sangat parah sekarang. Kalau masih terus mogok makan, kondisinya akan semakin gawat."Deven mengerutkan alisnya dalam-dalam. Awalnya, dia mengira Kyra hanya bercanda karena ingin membuatnya kesal. Tak disangka, Kyra benar-benar serius. Saat Deven baru hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba terdengar suara perawat."Pak Deven, gawat!" teriak perawat i
Kyra mengulurkan tangannya karena kesakitan. Ternyata rasa sakit yang ditimbulkan karena penyakit kanker begitu menyiksa. Mana mungkin semudah itu tidak mau minum obat? Baru permulaan saja Kyra sudah tidak sanggup bertahan!Kyra ingin minum obat untuk meredakan rasa sakit di tubuhnya. Perawat itu menyerahkan obat pereda nyeri ke telapak tangan Kyra yang dingin. "Ayo cepat diminum."Dalam benak Kyra tiba-tiba teringat dengan ucapan Deven tadi. "Kyra, apa lagi ulahmu? Apa ini saat yang tepat untuk mengambek?""Kamu punya dua pilihan. Pertama, jalani pengobatanmu dan tetap menjadi istriku. Kedua, biarkan dirimu hancur begitu saja, mati sebagai istriku dan terpisah selamanya dari pria murahan yang ada di hatimu."Di depan mata Kyra, kembali terbayang saat Nelson terjatuh dari balkon. Dia terhempas ke tanah dan meninggal dengan mata terbuka. Dengan darah yang dimuntahkannya, Nelson menuliskan kode brankas ruang kerja di tanah. Ternyata kodenya adalah tanggal lahir Kyra.Tak lama kemudian, K