Di ruang rapat Grup Scott, Deven dan Justin menandatangani kontrak kerja sama. Setelah semua beres, Justin bangkit dan hendak pergi."Pak Justin, kulihat kamu nggak muda lagi. Kenapa masih belum menikah? Apa keluargamu nggak mendesakmu?" tanya Deven tiba-tiba.Justin menoleh, lalu tersenyum menatap Deven yang bersandar di kursi kulit dan menyahut, "Sejak kapan kamu menjadi makcomblang?""Bukannya aku takut barangku dicuri, tapi takut barangku diincar maling," sindir Deven."Kyra bukan barangmu," ujar Justin."Dia akan menjadi istriku untuk selamanya. Kamu tahu betapa dia mencintaiku? Demi aku, dia rela kehilangan harga diri. Jadi, kamu nggak pantas berebutan denganku," ejek Deven yang tersenyum.Justin tidak marah. Dengan tatapan rumit, dia berkata, "Pak Deven, sebagai mitramu, aku cuma ingin menasihatimu satu hal. Hargai orang yang ada di sekitarmu, jangan sampai kamu menyesal setelah kehilangan.""Apa maksudmu?" tanya Deven yang ekspresinya sontak berubah."Seperti yang kukatakan tad
Kyra terkekeh-kekeh, lalu menimpali dengan ekspresi lelah, "Kalau ingin jalan-jalan, suruh Irish temani kamu saja."Begitu ucapan ini dilontarkan, Kyra bisa melihat Deven mengepalkan tangannya dengan erat. Apa Deven marah dan ingin memukulnya?"Sudah kubilang, aku nggak akan ingkar janji. Aku sudah makan obat. Anak itu baik-baik saja. Kamu mau apa lagi?" tanya Kyra sambil menatap Deven dengan heran.Deven merasa tidak nyaman mendengar ucapan Kyra. Mereka masih suami istri, tetapi Kyra malah menyuruhnya jalan-jalan dengan wanita lain."Kamu kira aku sedang mengajakmu berdiskusi? Keputusanku sudah bulat," tutur Deven sambil tersenyum sinis."Benar. Kalau begitu, ngapain tanya pendapatku?" balas Kyra."Kyra, kamu bisa mati kalau nggak melawanku ya?" tegur Deven."Maaf sekali. Aku hanya melontarkan apa yang ada di hatiku. Kalau kamu ingin mendengar kalimat yang dipenuhi kasih sayang, cari saja Irish. Dia pasti bersedia mengatakan semua itu," ucap Kyra.Parahnya, Kyra bahkan tersenyum menge
Kyra dan Deven duduk bersama. Namun, Kyra sama sekali tidak menghiraukannya. Sejak dipaksa makan obat, Kyra merasa sangat lelah terhadapnya. Kapan pembalasan dendam ini akan berakhir?Nelson mencelakai orang tua Deven, Deven mengambil alih Grup Scott dan membuat Keluarga Scott memerosot. Gara-gara Deven, kehidupan Kyra yang seharusnya layaknya tuan putri malah menjadi menyedihkan seperti ini.Parahnya, Kyra tidak bisa menyalahkan Deven karena Keluarga Scott memang berutang budi pada Deven. Jadi, diam adalah cara terbaik untuk sekarang.Kyra memandang awan di luar jendela sambil mengejapkan mata. Dia merasa sungguh frustrasi!"Kamu nggak bisa tidur beberapa hari ini, 'kan? Kenapa nggak istirahat saja dulu?" bisik Deven.Deven adalah maniak kerja. Sejak bergabung dengan Grup Scott, dia tidak pernah berhenti bekerja. Jadi, dulu Kyra berharap Deven bisa mengesampingkan pekerjaan dan menemaninya bertamasya, meskipun itu hanya sehari atau sejam!Namun, Deven selalu memberinya berbagai alasan
Kyra merasa Deven sangat munafik. Mereka jelas-jelas saling membenci, apalagi Deven ingin menyiksanya hingga mati, tetapi masih bersikap sok baik seperti ini.Namun, Kyra tidak ingin berdebat dengannya. Dia hanya tersenyum sinis sambil menggeleng dan membiarkan Deven menyelimutinya. Kemudian, dia memejamkan mata dan berpura-pura tidur.Deven tentu tahu Kyra berpura-pura tidur karena malas meladeninya. Dia tidak membongkarnya ataupun marah. Mungkin karena sedang hamil, Kyra menjadi begitu emosional dan selalu ingin berdebat dengannya.Sementara itu, Irish yang duduk di belakang tidak tahu apa yang mereka bicarakan dan hanya merasa mereka begitu mesra. Deven bahkan menyuruh Kyra bersandar di bahunya.Irish gusar hingga menggertakkan giginya. Kecemburuannya ini hampir membuatnya kehilangan akal sehat! Dia telah menemani Deven selama bertahun-tahun, tetapi Deven selalu menolak untuk menyentuhnya. Kini, Deven malah begitu dekat dengan Kyra?Tiga jam kemudian, pesawat mendarat di bandara Kot
Pada saat yang sama, di kamar Irish. Dia menatap Deven dengan tulus. Uang memang bisa mengubah segalanya. Ketika bertemu Deven di panti asuhan, pria ini tampak lusuh dan dikucilkan teman-temannya.Namun, Deven yang sekarang jelas jauh berbeda. Dia mengenakan setelan dan arloji mahal. Sorot matanya tajam. Hanya dengan duduk diam, auranya sudah cukup untuk membuat orang merasa tertekan.Ketika datang kemari, Irish telah mengubah strateginya. Dia harus tetap berada di Kota Nanrio dan menunggu kesempatan untuk bertindak."Jadi, apa jawabanmu?" tanya Deven sambil mengernyit.Irish tersenyum lembut dan menyahut, "Kamu masih ingat yang kukatakan dulu? Aku mendanaimu karena merasa kamu pantas mendapatkannya. Aku bukan membantumu untuk mendapat imbalan. Cinta memang nggak bisa dipaksakan. Kalau kamu menyukai Kyra, kamu boleh bersamanya.""Kyra memang butuh perlindungan, apalagi dia lagi hamil anakmu. Tunjukkan padanya kalau kamu adalah pria yang baik. Aku nggak masalah. Kamu bisa melindunginya
"Ada urusan pekerjaan tadi," sahut Deven.Ketika melihat Deven yang begitu tenang saat berbohong, Kyra terkekeh-kekeh dan bertanya lagi, "Kamu yakin?""Kenapa kamu jadi curigaan begini?" tegur Deven sambil mengernyit.Kyra tidak bisa menahan tawanya. Deven jelas-jelas berselingkuh, tetapi masih menyalahkannya. Kyra akhirnya memejamkan mata karena malas meladeninya lagi.Saat ini, ponsel Deven berdering. Dia menatap layar, lalu menatap lagi Kyra yang berpura-pura tidur. Kemudian, dia bertanya, "Aku keluar sebentar. Kamu mau makan apa? Biar kubawakan."Kyra tidak meladeninya, tetapi Deven tetap pergi. Pintu kamar perlahan-lahan ditutup. Kyra yang merasa gusar pun bangkit dari ranjang, lalu berdiri di depan jendela. Dia memandang ke bawah.Terlihat Irish berdiri di depan pintu hotel dengan beberapa koper di sampingnya. Kyra pun berpikir, apakah Deven akan muncul nanti? Demi membuktikan spekulasinya ini, dia terus mengamati dari tempatnya.Sesuai dugaan, dalam waktu kurang dari setengah me
Sebenarnya apa yang diinginkan wanita ini? Jelas-jelas Keluarga Scott berutang 2 nyawa kepada Keluarga Gale! Deven sudah sangat mengalah kepadanya, tetapi Kyra malah merajalela! Dulu, Kyra tidak sesulit ini untuk dibujuk!Kyra menyantap makanannya sambil berkata dengan tidak acuh, "Ya sudah, terserah kamu saja.""Kyra ...." Deven masih ingin berbicara, tetapi Kyra menyela dengan tidak sabar, "Jangan bicara kalau lagi makan."Selesai makan, mereka kembali ke hotel. Kyra bertanya, "Kamu yang tidur di sofa atau aku?""Kenapa? Kita belum cerai, tapi kamu sudah mau pisah ranjang?" tanya Deven balik.Kyra mengerlingkan matanya, lalu berkata dengan lelah, "Ya sudah, aku saja yang tidur di sofa."Kyra tidak ingin bertengkar dengan Deven. Dia tidak punya tenaga untuk itu lagi. Ketika Kyra hendak keluar dari kamar, Deven sontak menariknya. Begitu mendongak, Kyra pun bertemu pandang dengan tatapan Deven yang dipenuhi amarah. Jelas, pria ini sedang menahan diri."Kyra, kamu ini nggak ada habis-hab
Kyra menyuruh Deven melepaskannya, tetapi Deven menolak. Kyra hanya bisa mengernyit sambil melepaskan jari Deven satu per satu."Aku lagi bicara denganmu. Kamu nggak dengar?" tanya Deven."Sudahlah, jangan dibahas lagi. Aku lelah," sahut Kyra dengan dingin. Kemudian, dia berjalan keluar.Teriakan Deven terdengar di belakang. "Aku akan ingin tidur di sofa! Kamu tidur di ranjang!"Langkah kaki Kyra seketika terhenti. Kemudian, Deven meneruskan, "Aku mengalah untuk anak di kandunganmu. Sebaiknya kamu jangan bersikap keterlaluan!"Deven pun menyeringai. Karena Kyra tidak ingin mendengar penjelasannya, Deven pun tidak ingin menjelaskannya lagi. Dia keluar dan membanting pintu!Kyra merasa sangat frustrasi. Setelah mandi, dia berbaring di ranjang. Tiba-tiba, masuk pesan dari nomor tak dikenal.[ Kamu ingin tahu soal si Bisu? Kalau ingin tahu, datang ke alamat ini jam 8 pagi besok. ]Kemudian, orang itu mengirim sebuah lokasi yang asing dan jauh. Kelopak mata Kyra pun berkedut. Apa mungkin su
"Pak, istirahat saja dulu. Kamu sudah beberapa hari nggak tidur. Kantong matamu sampai hitam sekali," nasihat Alex yang mencemaskan kesehatan Deven.Deven tidak berbicara. Dia langsung masuk ke lift. Setibanya di hotel, Deven menelepon Alvin. Dia belum menyerah.Setelah mengetahui tujuan Deven menelepon, Alvin berujar dengan nada menyesal, "Pak, bukannya aku nggak ingin membantumu. Kakekku memang keras kepala. Kami sudah membujuknya, tapi dia nggak mau dengar.""Benaran nggak ada yang bisa membujuknya lagi?" tanya Deven yang menggenggam ponsel dengan makin erat."Sebenarnya ada.""Siapa?""Justin, anak Pak Farhan. Anak ini punya hubungan dekat dengan kakek kami. Kakek kami anggap dia cucu. Dia pasti bisa membujuknya."Justin .... Deven tersenyum sinis. Dia juga tahu Justin bisa membantu. Akan tetapi, Deven tidak bisa menerima permintaan Justin yang menginginkan Kyra. Mana mungkin dia menyetujui hal seperti ini!"Pasien yang diterima Pak Chokri diperkenalkan Justin?" tanya Deven."Benar
Dulu, Kyra pasti akan menjelaskan saat Deven salah paham padanya. Deven boleh salah paham terhadap hal lain, tetapi tidak untuk perasaannya kepada Deven.Namun, sekarang tidak masalah lagi. Mereka memang tidak bisa kembali seperti dulu lagi, jadi tidak ada gunanya dijelaskan. Itu hanya buang-buang tenaga."Bagus kalau kamu tahu. Jadi, kita sudah bisa cerai belum?" tanya Kyra. Setelah makan obat pereda nyeri, tubuhnya tidak sakit lagi. Dia bahkan menyunggingkan senyuman indah.Meskipun wajahnya pucat pasi, Kyra tetap terlihat cantik dan elegan. Meskipun kehilangan banyak berat badan, itu sama sekali tidak memengaruhi kecantikan Kyra.Deven memang ingin melihat senyuman Kyra. Namun, setelah melihatnya, dia malah tidak merasa senang. Deven merasa Kyra sangat senang jika melihatnya marah. Wanita ini sampai menunjukkan senyuman yang sudah jarang terlihat.Kyra bisa melihat amarah pada tatapan Deven makin memuncak. Deven berkata, "Kamu sendiri yang keras kepala. Terserah kamu kalau ingin mat
Perkataan ini sontak memadamkan hasrat dalam hati Kyra. Benar, orang tuanya telah meninggal. Bagaimana bisa dia berpelukan dan berciuman dengan Deven di sini?'Kyra, kamu terlalu lemah. Deven cuma merendahkan harga dirinya untuk membujukmu, tapi kamu langsung terjebak? Memalukan!' batin Kyra.Sorot mata Kyra seketika menjadi dingin dan penuh ejekan. Namun, Deven masih belum menyadari apa pun. Dengan mata terpejam, dia masih ingin mencium Kyra. Ciuman tadi membuatnya sungguh tak terlupakan.Deven ingin melanjutkan, tetapi Kyra sontak mendorongnya. Sebelum Deven bereaksi, Kyra sudah melayangkan tamparan ke wajahnya. Pipinya terasa perih, membuat Deven termangu.Ketika menatap Kyra kembali, dia melihat tatapan penuh ejekan itu. Kyra mencelanya, "Deven, kalau kamu butuh wanita, cari saja Irish.""Dia bukan istriku. Ngapain aku cari dia?" balas Deven."Waktu kalian melakukan pemotretan pernikahan, kenapa kamu nggak berpikir begitu?" sindir Kyra."Waktu itu, aku ...." Deven ingin mengatakan
"Kalau kita cerai, aku langsung terima pengobatan!" pekik Kyra.Saking kesalnya, Deven sampai tertawa mendengar ucapan Kyra. Di ingatan Deven, Kyra paling takut merasa sakit.Namun, sekarang Kyra begitu tersiksa karena rasa sakitnya. Keringat bercucuran di dahi, wajahnya pucat pasi.Kyra masih terus melakukan perlawanan. Wanita yang dulunya mengatakan akan menemaninya, kini malah ingin meninggalkannya.Hati Deven diliputi kepedihan. Dia benar-benar tersiksa. Pada akhirnya, dengan ekspresi suram, dia memasukkan semua obat itu ke mulut Kyra.Saat berikutnya, Deven meraih pinggang Kyra dan merangkulnya dengan erat. Tubuh Kyra menempel dengan dada kekar Deven. Tidak ada sedikit pun celah di antara keduanya.Kyra ingin mendorong, tetapi tidak punya tenaga sebesar itu. Tenaganya sudah habis, apalagi dia mogok makan belakangan ini. Bagaimana mungkin dia sanggup mendorong Deven?Bibir Deven yang panas sontak mencium bibir Kyra yang kering dan pucat. Kyra ingin meninju Deven, tetapi Deven langs
Ini sudah pasti persekongkolan. Justin dan Kyra saling mencintai, jadi Kyra ingin bercerai. Tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini.Kyra tidak memahami maksud ucapan Deven. Persekongkolan apa yang dimaksudnya? Dia sampai mengira Deven ingin memfitnah Justin, tetapi ini hal yang wajar."Benar, kami memang sekongkol!" Kyra sama sekali tidak berniat untuk menjelaskan.Amarah pada tatapan Deven menjadi makin kuat. "Kamu nggak bisa hidup lama lagi. Apa perceraian begitu penting bagimu? Kamu nggak bisa berhenti berdebat dan fokus pada kesembuhanmu dulu?""Daripada berobat atau hidup, aku lebih ingin terbebas darimu. Masa aku harus mati dengan status masih menjadi istrimu? Aku nggak mungkin bisa tenang di alam sana! Sebelum mati, aku harus memastikan kita nggak punya hubungan apa-apa lagi!" pekik Kyra dengan mata berkaca-kaca sambil terisak-isak."Ternyata menjadi istriku lebih tersiksa daripada mati?""Benar! Yang kamu katakan benar!""Kyra, kamu rasa aku nggak bisa menemukan wanita l
Ucapan ini membuat Kyra termangu sesaat. Nada bicara Deven persis saat dirinya dipaksa makan obat penguat janin. Apakah ini yang dinamakan trauma?Sama seperti sebelumnya, Deven memaksanya makan obat dengan tegas. Pria ini tidak pernah menanyakan pendapatnya dan selalu memaksakan kehendaknya.Kenapa Deven selalu bersikap angkuh dan merasa diri sendiri benar? Deven memang tidak pernah berubah. Egois dan sombong.Kyra mengernyit, mencengkeram perut atasnya. Dia mulai mencium bau amis darah di mulutnya. Sementara itu, Deven menjulurkan tangannya ke hadapan Kyra. "Makan."Kyra bersikeras menelan darahnya. Dia menepis tangan Deven dengan kesal. Obat pereda nyeri pun berserakan. Ada yang jatuh ke dekat kaki Deven, ada yang masuk ke tong sampah.Kyra tidak ingin seperti ini. Bahkan ketika dirinya sudah mau mati, dia masih tidak berkesempatan untuk membuat keputusan. Bukankah hidupnya sangat menyedihkan? Kyra ingin menjadi dirinya sendiri.Pada akhirnya, Deven kehilangan kesabarannya. Dia suda
Kyra benar-benar bahagia. Tidak ada sedikit pun kesedihan dalam hatinya.Tiba-tiba, pintu bangsal terbuka. Angin dingin berembus masuk, membuat Kyra yang berbaring di lantai merasa makin dingin hingga tubuhnya gemetaran.Saat berikutnya, Kyra mendengar suara pintu ditutup dan suara langkah kaki yang terburu-buru. Dia menunduk, lalu melihat sepasang sepatu kulit yang dibelinya sebelum perang dingin dengan Deven.Dulu, Kyra sangat senang melihat Deven memakai sepatu kulit ini. Namun, sekarang dia buru-buru mengalihkan pandangan karena tidak ingin melihatnya.Organ dalamnya terasa makin sakit, seperti ada kapak yang membelah seluruh organ dalamnya. Rasa sakit ini sungguh menusuk.Kyra tidak bisa menahan kesakitan ini. Dia menggigit bibirnya sambil menangis sesenggukan. Deven awalnya marah, tetapi ketika melihat Kyra begitu kasihan, amarahnya langsung sirna dan digantikan dengan rasa iba.Deven berjongkok untuk menggendong Kyra ke ranjang. Kesehatan Kyra sangat buruk. Kyra tidak seharusnya
Sudah gila?Kyra menggigit bibirnya yang kering dan pecah-pecah hingga meneteskan darah. Setelah mengalami semua ini, apa tidak sepantasnya Kyra kehilangan kewarasannya? Dia meringkukkan tubuhnya dan memeluk kedua kakinya dengan erat. Sekujur tubuhnya gemetaran hebat.Perawat itu terkejut melihat situasi ini. Setelah menjadi perawat selama bertahun-tahun, baru kali ini dia melihat pasien yang begitu keras kepala. Karena takut akan terjadi kecelakaan medis, perawat itu buru-buru berlari ke luar ruangan untuk mencari Deven.Pada saat ini, Deven sedang bersandar di koridor. Alex sedang melaporkan sesuatu padanya, "Pak Deven, tubuh Bu Kyra sudah sangat parah sekarang. Kalau masih terus mogok makan, kondisinya akan semakin gawat."Deven mengerutkan alisnya dalam-dalam. Awalnya, dia mengira Kyra hanya bercanda karena ingin membuatnya kesal. Tak disangka, Kyra benar-benar serius. Saat Deven baru hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba terdengar suara perawat."Pak Deven, gawat!" teriak perawat i
Kyra mengulurkan tangannya karena kesakitan. Ternyata rasa sakit yang ditimbulkan karena penyakit kanker begitu menyiksa. Mana mungkin semudah itu tidak mau minum obat? Baru permulaan saja Kyra sudah tidak sanggup bertahan!Kyra ingin minum obat untuk meredakan rasa sakit di tubuhnya. Perawat itu menyerahkan obat pereda nyeri ke telapak tangan Kyra yang dingin. "Ayo cepat diminum."Dalam benak Kyra tiba-tiba teringat dengan ucapan Deven tadi. "Kyra, apa lagi ulahmu? Apa ini saat yang tepat untuk mengambek?""Kamu punya dua pilihan. Pertama, jalani pengobatanmu dan tetap menjadi istriku. Kedua, biarkan dirimu hancur begitu saja, mati sebagai istriku dan terpisah selamanya dari pria murahan yang ada di hatimu."Di depan mata Kyra, kembali terbayang saat Nelson terjatuh dari balkon. Dia terhempas ke tanah dan meninggal dengan mata terbuka. Dengan darah yang dimuntahkannya, Nelson menuliskan kode brankas ruang kerja di tanah. Ternyata kodenya adalah tanggal lahir Kyra.Tak lama kemudian, K