Elsa di paksa masuk ke dalam sebuah ruangan hingga jatuh ke lantai yang dingin, tempat itu hanya tersedia sebuah tempat tidur yang cukup untuk satu orang, tidak ada jendela atau sesuatu yang bisa Elsa manfaatkan untuk melarikan diri.
Pintu tertutup dengan kasar, Elsa langsung berdiri berusaha untuk membuka pintu. Namun sayang, pintu terkunci dari luar dan ia tak bisa membukanya.
"Argh, sialan!" umpatnya sambil mengacak rambutnya frustasi.
Sekarang bagaimana caranya melarikan diri, Elsa benar-benar merasa buntu. Tubuhnya kembali dibawa oleh anak buah keluarga Dawson, tapi disisi lain Elsa penasaran siapa orang dibalik semua ini. Dan siapa orang yang Emilio sebut sebagai ketua?
Apakah orang tua Dustin? Atau ada orang lain yang turut serta di belakangnya? Elsa tidak tau, na
Elsa tidak merespon apapun saat Dustin menciumnya, tubuhnya membeku hingga pria itu menarik diri dan menatap Elsa dengan sorot mata yang berbeda. Elsa jadi bertanya tanya, ada apa sebenarnya sampai seorang Dustin yang tidak pernah mencium bibir orang lain mendadak menciumnya?Elsa tidak mau berspekulasi terlalu tinggi, pria di depannya ini sangat licik. Apa yang Dustin lakukan, pasti ada kaitan dengan pikiran mesum pria itu."Kau tidak mungkin mengkhawatirkan diriku, kan?" tebaknya.Dustin tersenyum simpul, dengan raut wajah angkuhnya, Dustin justru menaikkan satu alis hingga Elsa berdecak. Perempuan itu memilih untuk melewati Dustin, hari-harinya yang buruk mulai kembali lagi dengan pria itu."Saat dirimu di periksa oleh dokter, apa dokter tidak mengatakan kau sudah ham
Melewati tanaman liar yang mulai tumbuh di musim semi. Elsa mengikuti bekas jejak kaki Dustin, entah kemana pria itu mengajaknya tapi Elsa tetap mengikuti Dustin dari belakang.Sejenak Elsa diam, menyentuh perutnya. "Aku lapar, tadi mereka hanya memberikan aku roti dan air minum," gumamnya. Saat ia melihat Dustin semakin jauh, Elsa pun kembali berlari."Sebenarnya kita mau kemana?" seru Elsa.Dustin menoleh, namun tetap melanjutkan langkahnya. Elsa dengan kesulitan melewati tumbuhan liar, ia takut kalau tak sengaja menginjak ular."Tempat ini tidak sekecil yang aku pikirkan," gerutu Elsa.Cukup lama mereka berjalan, Dustin akhirnya berhenti. "Kita sudah sampai," katanya.Els
"Setiap kali ingin makan makanan seperti ini apa kamu akan menangkapnya sendiri?" tanya Elsa sambil menikmati lobster besar hasil tangkapan Dustin. Tidak bisa Elsa pungkiri, Lobster tersebut rasanya sangat fresh. Manis dari daging terasa berbeda dari yang pernah Elsa makan, ia tidak bisa berhenti menyantap makanan tersebut meskipun perutnya sudah mulai kenyang."Tergantung cuaca, ketika air sedang pasang maka aku tidak akan bisa menangkap Lobster ini di perairan dangkal." jawabnya.Elsa mengangguk anggukkan kepala, secara tidak sadar kedekatannya bersama Dustin jadi lebih bagus dari sebelumnya. Semoga saja akan berlanjut terus seperti ini agar Elsa merasa lebih betah tinggal ketimbang harus melayani nafsu Dustin setiap hari.Diam-diam Dustin memperhatikan cara makan Elsa, ia menahan senyum geli karena Elsa menghabis
Keesokan harinya, Elsa mencari keberadaan Dustin untuk melanjutkan pembicaraan mereka semalam. Tapi Dustin tidak terlihat dimanapun, mungkin pria itu sedang berada di tempat yang tidak Elsa ketahui.Sekitar pukul sepuluh siang, Dustin masih juga belum terlihat. Dan akhirnya Elsa menemukan pria itu sedang di ruang baca, Elsa pun mendekat melihat kalau kini pria itu sedang membaca teori untuk menerbangkan sebuah helikopter."Kamu setuju untuk melakukan saran yang aku berikan semalam?"Dustin menoleh kemudian menjawab. "Seperti yang kamu bilang, tidak ada salahnya untuk di coba. Sebelumnya aku melakukannya sendiri, tapi mereka menghentikan diriku. Tapi jika menggunakan dirimu, aku rasa ada kesempatan yang lebih besar untuk berhasil."Elsa menarik kursi kayu untuk ikut memba
Dengan hanya penerangan cahaya yang minim, Elsa masih dapat melihat tatapan Dustin yang begitu dalam padanya. Tangan pria itu juga terasa kuat merangkul pinggangnya, dan anehnya Elsa menyukai sentuhan tangan Dustin kali ini.Tangannya pun terangkat menyentuh wajah Dustin, untuk pertama kalinya Elsa melakukannya tanpa ada rasa takut yang ia rasakan. Hari ini terasa begitu panjang menurutnya, namun jauh lebih baik dari hari-hari sebelum Elsa jatuh sakit dan dibawa ke kota."Mengapa kamu tiba-tiba menjadi baik padaku?" tanya Elsa lirih.Dustin tidak langsung menjawab, jakunnya naik turun tampak menelan sesuatu. "Percuma juga kalau aku memperlakukanmu dengan kasar, kamu juga tidak akan berani melawanku.""Bagaimana kalau kau salah? Aku berani melawanmu," sahut Elsa dengan berani.Keduanya kembali saling beradu tatapan, kegelapan malam menjadi teman mereka. Dustin menarik pinggang Elsa lebih dekat, tangannya mengusap punggung perempuan di depannya di balik baju kaos tipis yang Elsa pakai.
Jantung Elsa sudah berdebar tidak karuan seiring Dustin mendekatinya, pikirannya kemana mana kalau pria ini akan melakukan hubungan dewasa di ruang buku. Saat tangan Dustin terangkat, spontan Elsa memejamkan matanya.Tapi Elsa tidak merasakan apapun hingga ia melihat Dustin sudah kembali ke meja untuk melanjutkan membaca buku."Kembalilah ke kamarmu, jangan menggangguku." suaranya mendadak menjadi dingin.Tanpa pikir panjang, Elsa meraih lilin yang dia bawa tadi menuju kamarnya kembali. Kali ini ia sebaiknya menurut atau besok pagi kakinya tidak akan bisa jalan karena ulah pria satu itu.Begitu langit sudah cerah, tidur nyenyak yang tidak mendapat gangguan adalah hari yang istimewa. Elsa segera mengganti bajunya, membasuh muka kemudian turun ke bawa untuk membuat sarapan
Elsa masih penasaran dengan sosok wanita yang menemuinya waktu itu. Dia siapa dan kenapa wanita itu seolah mengetahui kehidupan Dustin akan seperti apa jika Dustin kembali ke kota membawa keturunannya."Tidak ada yang bisa menjawab pertanyaanku disini, tapi aku yakin sekali kalau Marley mengetahui sesuatu." gumam Elsa.Sayangnya satu-satunya orang yang mengetahui jawabannya tidak ingin buka suara. Elsa menghembuskan nafas dalam sambil membaringkan tubuhnya, langit sudah gelap dan seharian ini dirinya sudah terlalu banyak berpikir.Matanya terpejam, dengan mudahnya Elsa terlelap dalam mimpi. Namun baru satu jam Elsa tertidur, perempuan itu kembali terbangun karena rasa haus yang tiba-tiba. Dan sialnya, persediaan minum sudah habis.
Langit tampak cerah, terlihat beberapa jenis kupu-kupu mulai terbang di taman menyapa bunga yang baru mekar. Elsa melihat Dustin dari kejauhan, pria itu terlihat tengah olahraga.Waktu yang mereka butuhkan sampai helikopter membawa persediaan makanan tiba adalah lima hari lagi. Persiapan harus Dustin dan Elsa siapkan, mereka pasti akan menghadapi tiga bodyguard yang kemampuan bela dirinya sangat kuat.Elsa mendekati Dustin, beberapa hari terakhir hubungannya dengan pria itu mulai membaik. Tidak ada hubungan yang membuat Elsa merasa tertekan, Dustin juga tidak begitu sering menyentuhnya seperti dulu."Kau butuh minum?" Elsa menyerahkan sebotol minuman yang dia buat dari buah berry yang di haluskan.Dustin mendekat, pria itu menyeka keringat di wajah dengan baju kaosnya. T