Setelah melalui proses yang tidak sebentar, ruang pengadilan penuh ketegangan saat hakim mengetukkan palunya, menandakan bahwa keputusan telah diambil. Katrina dinyatakan sebagai pemilik sah lahan tambang, dan kemenangan yang diidam-idamkan akhirnya terwujud. Di sisi lain, pihak Ironclad menundukkan kepala mereka, kekecewaan tergambar jelas di wajah mereka yang suram. Kekalahan mereka terasa berat, sementara Katrina berdiri dengan kepala tegak, memamerkan kemenangannya di depan lawan-lawannya yang terpaksa menerima nasib.Dengan senyum kemenangan yang tak bisa disembunyikan, Katrina melangkah menghampiri Dustin. "Tanpa bantuanmu, aku pasti sudah kehilangan semuanya," katanya dengan nada penuh syukur. "Terima kasih sudah membantuku, Dustin."Dustin menoleh, "Aku hanya sedikit membantu," ucapnya merendah. "Kalau kau ingin berterima kasih, berikan pada Zico." jawab Dustin, sementara remaja yang Dustin maksud berjalan di belakangnya.Katrina menoleh ke arah remaja yang dimaksud, yang bera
Tanpa memberitahu Elsa, Dustin menghapus pesan dari Kellan dan menghampiri wanita cantik yang tengah menyiapkan sarapan pagi untuknya. Entah sudah berapa lama Elsa mendapat pesan kecaman dari Kellan, Dustin tak sempat membaca semua pesan karena satu kalimat terakhir yang Kellan kirim untuk Elsa sudah cukup membuat Dustin naik darah."Ayo kita jalan-jalan, sejauh ini aku terlalu sibuk dengan pekerjaan sampai aku lupa kalau hiburan singkat juga kamu butuhkan." ucap Dustin.Elsa menoleh, mengangguk setuju. Ketika ia duduk dan siap menyantap sarapannya, Elsa menatap Dustin dengan ragu-ragu, bagaimana caranya mengatakan pada Dustin untuk menceraikannya?Dilihat dari apa yang sudah Dustin lakukan, pria itu tidak mungkin menyetujui perceraian. Elsa juga tidak ingin bercerai dengan Dustin, ia telah jatuh hati pada pria di depannya. Namun, Elsa tidak ingin berpisah dengan Jacob.Kepalanya menunduk saat menyuapkan makanan, tapi setelah itu menatap Dustin kembali. "Ada yang ingin aku bicarakan p
Satu minggu berlalu, dunia yang penuh kedamaian ini akhirnya bisa Dustin rasakan. Kunjungan dari Sierra ke rumah Dustin pagi ini membuat Elsa lebih banyak tersenyum, terlebih ketika Sierra mengajari Elsa seni merangkai buah.Kedua wanita itu terlihat akrab, seperti orang yang sudah sering bertemu. Dustin memperhatikan dari kejauhan, tentunya sambil menjaga Jacob. Dua wanita berharga yang tersisa dalam hidupnya, senang rasanya melihat kondisi Sierra semakin membaik.Dering panggilan mengalihkan perhatian Dustin, ia menerima panggilan tersebut hingga suara di seberang panggilan terdengar."Tuan, kami sudah melakukan tugas yang Anda minta.""Apa semuanya lancar?" tanya Dustin, dia pun sibuk berbicara dengan orang di seberang panggilan sementara Sierra melihat dari arah dapur dengan Elsa."Bagaimana kamu bisa mengenal Dustin dan menikah dengannya?" tanyanya penasaran.Elsa ragu menjawab dengan jujur, yang dikhawatirkan nanti Sierra akan terkena serangan jantung dadakan kalau ia menjawabny
Upaya Dustin mencari putranya segera dilakukan, bermodalkan anak buah yang setia pada Blenda, Dustin meminta bantuan mereka untuk menemukan Jacob. Kini Dustin hanya melihat wajah sembab Elsa yang mengharapkan putranya kembali,Namun sudah enam jam berlalu dan mereka juga belum ada yang mengetahui dimana Kellan menyembunyikan bayi itu. Dustin mulai frustasi, ia harus menemukan Jacob karena ia tidak mau menikah dengan Cassie.Tapi bagaimana kalau Kellan melakukan sesuatu yang membahayakan Jacob? Bayi itu masih berusia tiga bulan, sangat rentan terhadap sesuatu."Kapan Jacob akan ditemukan?" tanya Elsa, wajahnya sembab dan suaranya serak karena menangis sejak tadi mengharapkan putranya kembali.Namun saat mereka tiba di rumah dengan harapan Jacob telah kembali, kenyataan hampa membuat Elsa kembali menangis. Dustin mendekapnya, mencoba menenangkan Elsa."Bagaimana kalau terjadi sesuatu dengan Jacob, Dustin? Dia pasti kelaparan diluar sana, siapa yang akan memberinya susu? Siapa yang bisa
Rasa takut menghantui Elsa, bagaimana kalau Kellan benar-benar akan melakukan sesuatu yang berbahaya terhadap Jacob? Sebagai seorang ibu, rasa takut kehilangan itu kini Elsa rasakan. Sialnya, ia tak bisa melaporkan tindakan Kellan pada kepolisian, takutnya Kellan malah semakin tidak segan lagi mencelakai Jacob."Elsa, jangan gegabah memilih pilihan. Apapun yang kamu pilih suatu hari nanti mungkin bisa merugikan dirimu, apalagi anak yang kamu lahirkan itu adalah keturunan orang yang cukup berpengaruh." ucap Katrina yang mengetahui kegundahan Elsa sekarang.Langkah Elsa yang tak tenang berhenti, menoleh ke arah Katrina dengan wajah cemasnya. "Aku takut, Katrina. Jacob masih tiga bulan, sesuatu mudah saja mecelakai putraku. Bagaimana bisa aku tenang, aku tidak bisa memastikan kondisi putraku apakah dia menangis kelaparan atau tidak. Apakah tidurnya nyaman, lalu siapa yang merawatnya?"Katrina terdiam, sudah sejak tadi ia berusaha meminta Elsa untuk diam dan menunggu hasil saat Dustin pula
"Kau gila?!" suara Katrina yang marah tak bisa menghentikan keputusan Dustin dan Elsa, dengan wajah yang menyimpan kesedihan, Dustin menghembuskan nafasnya."Kalau itu julukan yang tepat untuk menyebutku gila, aku tidak akan mengelak." jawab Dustin.Pagi ini, setelah ia dan Elsa bicara dan sepakat. Dustin menghubungi Kellan kalau Elsa berhasil membujuknya untuk bercerai, tapi dengan syarat kalau hari ini juga Kellan datang sambil membawa Jacob.Sekitar pukul dua sore, Kellan datang ke rumah Dustin bersama seorang pengacara yang membawakan surat perceraian sekaligus dokumen yang harus Elsa dan Dustin tanda tangani. Kellan duduk bagaikan boss, menantikan Dustin menandatangani surat perceraian. Kellan harus memastikan dengan mata kepalanya sendiri kalau Dustin membubuhkan tanda tangannya di dokumen tersebut.Pengacara yang Kellan bawa menyerahkan dokumennya, tampak keraguan di wajah Dustin saat menerima dokumen dan pena."Tanda tangani segera," perintah Kellan."Setelah aku tanda tangan
Tidak ada waktu untuk bersedih, sebulan sebelum perceraian di resmikan dalam persidangan, Dustin justru membantu Katrina mengembangkan pembukaan lahan tambang yang kini sudah berlanjut sekitar satu bulan.Orang-orang kepercayaan Blenda dulu, kini berpihak pada Dustin. Dan berkat bantuan itulah, perkembangan lahan tambang semakin terbuka untuk mempermudah para pekerja. Tidak hanya itu, satu bulan terakhir, Dustin yang tadinya jarang pergi ke kator, kini pria itu bahkan jarang ada di rumah. Tapi bukan berarti Dustin mengabaikan Elsa dengan putranya."Kau menerima perceraian itu?" Deon yang berjalan di sebelah Dustin bertanya, mereka berjalan bersamaan menuju mobil.Dustin berhenti di sebelah kendaraan saat melihat Deon, "Satu bulan adalah waktu perpisahan," lalu ia masuk ke mobil, Deon pun ikut ke mobil yang sama dengan Dustin."Ayah sudah tau kalau anak yang wanita itu lahirkan bukan putraku," ucap Deon, "Aku pikir dia akan marah, namun sikapnya yang biasa saja malah membuatku merasa
Kellan hampir menyiapkan segalanya, bahkan dengan bangga Kellan mencari tempat untuk pesta pernikahan Dustin. Padahal, sidang perceraian Dustin dan Elsa saja masih beberapa minggu lagi."Halo, Tuan Dawson. Bisakah Anda meminta Dustin menemuiku hari ini? Kami perlu memilih cincin dan gaun pernikahan bersama." ucap Cassie.Kellan yang masih sibuk, rela menghentikan pekerjaannya demi menjawab telepon Cassie. "Tentu, aku akan menyuruh Dustin untuk menemuimu." jawabnya.Cassie ada di butik, memilih desain gaun yang bagus untuk ia pakai di hari pernikahannya dengan Dustin. Tidak lama setelah ia menghubungi Kellan, suara langkah kaki berat terdengar mendekat dari belakangnya.Dengan santai Cassie berbalik, tersenyum manis saat melihat Dustin benar-benar datang. Meskipun wajah pria itu dingin, menunjukkan raut wajah yang tidak senang bertemu dengannya. "Akan lebih baik kalau kau tersenyum saat datang menghampiri calon istrimu, Dustin.""Apa kau tidak malu?" cibir Dustin.Tapi, kelihatannya Ca
15 tahun kemudian.Seorang remaja berlari cepat keluar dari mobil, nyaris tersandung saat memasuki rumah. Nafasnya terengah, tapi wajahnya dipenuhi kegembiraan. Dustin, yang baru saja selesai menutup laptopnya setelah bekerja seharian, langsung tersentak melihat putranya datang tergesa-gesa."Jacob, ada apa?"Dengan bangga Jacob menunjukkan sertifikat berprestasi pada Dustin, "Kakek menyuruhku untuk menyelesaikan pendidikan tepat waktu, tapi aku bisa melakukannya dengan lebih cepat."Dustin memandang putranya dengan ekspresi bingung. "Maksudmu?""Aku lulus, aku menjadi mahasiswa termuda yang akan lulus tahun ini." teriak Jacob sangat bangga, belum sempat Dustin bereaksi, Jacob sudah berlari ke halaman belakang untuk memamerkannya pada Elsa.Terlihat remaja dua puluh tahun itu sangat antusias saat pamer prestasinya di depan Elsa, senyum Dustin menghiasi wajahnya. Dulu ia sempat berprasangka buruk dengan pilihan Kellan Dawson saat pria itu meminta agar mengutamakan pendidikan Jacob.Dan
Beberapa hari berlalu, dan Dustin akhirnya memberi tahu Elsa keputusan yang sudah ia buat. Mulai hari ini, mereka akan tinggal di New York tanpa batas waktu yang pasti. Kekhawatiran Dustin soal kesehatan Elsa, terutama kandungannya yang masih rentan, membuatnya merasa pulau itu terlalu jauh dari fasilitas medis yang memadai. Ia tidak ingin mengambil risiko.Namun hari ini, ketakutan Elsa yang selama ini membayangi akhirnya tiba. Kellan Dawson, pria yang selama ini menghantui pikirannya, berdiri di depan rumah. Sementara itu Elsa hanya di rumah dengan Jacob berdua, Dustin pergi tanpa memberi tahu tujuannya.Melihat sosok Kellan dari balik jendela saja membuat seluruh tubuh Elsa gemetar. Detak jantungnya berpacu, pikiran-pikiran buruk menyerbu benaknya. Apakah dia datang untuk memisahkanku dari Dustin lagi? Refleks, Elsa memeluk perutnya, seolah melindungi bayinya dari ancaman.Pintu terbuka, dan seketika atmosfer di dalam rumah berubah. Udara terasa lebih tebal, seolah setiap molekul di
Setelah menunggu dengan cemas, Elsa akhirnya membuka matanya. Dua belas jam ia tak sadarkan diri, dan begitu ia terbangun, rasa pusing langsung menyerang kepalanya, membuat dunia di sekitarnya seakan bergelombang. Dengan gerakan lemah, tangan Elsa menyentuh kepalanya, mencoba meredakan rasa sakit yang berdenyut di dalamnya.“Dustin,” desisnya pelan, nyaris tak terdengar.Dustin yang tertidur di kursi sebelahnya langsung terbangun. Kantuk masih terlihat jelas di wajahnya, namun kekhawatiran segera menggantikan saat ia melihat Elsa mulai bergerak.“Els, kamu sudah sadar? Apa kau baik-baik saja sekarang?” tanyanya cemas, suaranya penuh harap.Elsa menggeleng lemah. “Tidak... aku tidak baik-baik saja.” Suaranya serak, dan kepalanya masih terasa berat. “Di mana Jacob?” tanyanya, pikirannya langsung melayang pada anak mereka.“Dia bersama Deon,” jawab Dustin.Elsa sontak menatap Dustin, matanya menyiratkan kebingungan. Jacob? Dengan Deon? Pikiran Elsa berkecamuk, namun sebelum ia sempat melo
Perjalanan dari pulau menuju kota setidaknya membutuhkan waktu dua jam, selama dua jam dalam perjalanan itu keringat dingin membasahi tubuh Dustin. Di belakang, Jacob menangis di sebelah Elsa yang tidak sadarkan diri.Setelah menempuh perjalanan udara, helikopter berhenti di helipad gedung rumah sakit. Saat itu juga Dustin membopong tubuh Elsa yang lemas tidak berdaya, di belakangnya Jacob berlari mengikuti sambil menangis."Dokter, cepat selamatkan istriku!" teriak Dustin, raut wajah pucatnya menunjukkan kekhawatiran yang luar biasa. Karena terlalu cemas dengan kondisi Elsa, Dustin tidak sadar kalau dia kehilangan Jacob saat keluar dari lift.Pihak medis segera membawa Elsa ke ruangan, suasana semakin menegangkan bagi Dustin. Dia hanya berjalan kesana kemari dengan khawatir menunggu hasil pemeriksaan Elsa keluar. Dustin cemas, bagaimana kalau tindakannya kemarin yang kelewatan membuat Elsa jadi seperti ini?Sambil menyugar rambutnya frustasi, Dustin tak henti-hentinya berdoa agar Els
Rencana untuk memiliki anak kedua ternyata bukan candaan, dan untuk membuat keinginan tersebut menjadi nyata tentunya Elsa dan Dustin perlu melakukan tindakan yang lebih sering lagi berbagi kehangatan bersama. Sejak beberapa malam yang lalu, Dustin dan Elsa sepakat kalau mereka akan memberikan seorang adik untuk Jacob.Hari ini Elsa sedang melihat hasil fermentasi anggur dari kebun pribadi mereka, tiba-tiba saja Dustin datang dari belakang memeluk pinggang Elsa."Coba anggur ini, sepertinya ada yang salah dengan cara pembuatannya." Elsa memberikan percobaan pertama untuk Dustin, pria itu mencobanya lalu menggeleng."Tidak, memang seperti ini rasanya. Kita tidak bisa membuka botol anggur yang difermentasi kecuali jika ingin meminumnya, karena setelah dibuka maka rasa dari minuman anggur ini akan berbeda dalam hitungan jam." jawabnya.Elsa mengangguk mengerti, dia baru tau kalau dalam fermentasi wine dengan cara seperti ini. Di dalam ruangan bawah tanah itu, ada banyak sekali tong berisi
Musim demi musim terus berganti, tak terasa kini Jacob sudah berusia lima tahun. Keseharian yang selalu dilakukan Elsa dan Dustin selama lima tahun terakhir memang tidak banyak berubah, namun tentu saja kehidupan sederhana mereka sangatlah menyenangkan.Terik matahari tidak menghalangi Elsa untuk duduk bersantai, melihat Dustin dan putranya sedang bermain papan seluncur menerjang ombak yang bergelombang cukup tinggi pagi itu. Ditemani sebuah kacamata hitam, Elsa menikmati momen yang ia rasakan."Hidup tanpa internet ternyata tak seburuk yang kuduga," gumamnya, tersenyum pada keheningan di sekelilingnya.Dari kejauhan terlihat Jacob berlari menghampiri, di belakangnya Dustin mengikuti Jacob. Kedua lelaki itu seperti duplikat versi kecil dan besar, Jacob sangat mirip dengan Dustin kecuali rambutnya sedikit pirang seperti Elsa."Ibu, aku sudah bisa berselancar sendiri!" seru Jacob dengan gembira, matanya berkilauan penuh kebanggaan.Dustin tersenyum dan mengusap kepala putranya. "Kamu he
Setahun berlalu dengan cepat, dan selama satu tahun itu Dustin hanya sekali keluar pulau untuk melihat anak-anak panti asuhan dan juga perkembangan perusahaannya. Namun di hari yang sama juga, Dustin kembali ke pulau sehingga Kellan tak bisa melacak keberadaannya.Beberapa waktu terakhir adalah pergantian musim semi, sehingga udara lebih hangat dari biasanya. Banyak kelinci berkeliaran bebas, bahkan Jacob yang kini usianya lebih dari setahun sudah lincah berlarian mengejar beberapa kelinci yang ada di belakang rumah."Dustin!" panggil Elsa sambil menuruni tangga, namun ia hanya melihat Jacob yang bermain di temani oleh seorang pengasuh di luar. "Dimana Dustin?" tanya Elsa.Pengasuh Jacob menoleh, "Tuan ke arah sana membawa jaring, Nyonya." jawabnya sambil menunjuk sebuah arah.Elsa mendengus tipis, pasti Dustin pergi untuk mencari udang. Pria itu tidak pernah berubah, setiap ada waktu pasti akan mencari udang-udang liar itu. "Kamu jaga putraku," kata Elsa.Dengan langkah cepat, Elsa m
Tidak ada masalah, tidak ada pengganggu. Suasana tenang dalam kedamaian, bahkan untuk melakukan apapun di pulau itu bebas tanpa ada yang melarang. Dustin bisa mengekspresikan dirinya seperti apa adanya, tetap menjadi Dustin yang menginginkan kebebasan.Dan ternyata, kehidupan di pulau tersebut adalah kebebasan yang sebenarnya Dustin cari. Kehidupan di kota tak begitu menyenangkan seperti yang pernah Dustin bayangkan, justru kehidupan di kota sangatlah mengerikan, karena di sana Dustin tak bisa tenang menjalani hidupnya dengan Elsa.Tapi di pulau ini, apapun yang Dustin inginkan dengan Elsa bisa mereka lakukan bersama tanpa takut ancaman dari orang lain. Tidak ada yang akan terluka, tidak ada hati yang akan merasa terkhianati. Hanya ada kedamaian, rasa tenang dan kehidupan yang benar-benar santai.Musim panas masih berlangsung, Elsa duduk di tepi pantai melihat Dustin menerjang ombang dengan papan seluncur. Terlihat sangat mahir, pria itu juga terlihat semakin tampan dan eksotis saat ku
Setelah menempuh perjalanan dua hari dua malam melalui jalur laut yang cukup berbahaya, Dustin dan Elsa akhirnya tiba di pulau tempat tinggal Dustin sebelumnya pada pukul delapan pagi. Tidak ada yang berbeda dari tempat itu, setidaknya lebih dari setahun Elsa meninggalkan pulau sebelum kembali lagi.Elsa turun dari yacht, ia baru tau ada dermaga yang di bangun khusus untuk parkir kendaraan air berukuran besar itu. Dustin mengikuti Elsa setelah mengikat tali kapan dan menurunkan jangkar."Udara yang aku rindukan," ucap Dustin sambil merentangkan tangan."Jangan lupa bawa barang milik Jacob," tegur Elsa.Dustin berdecih lirih, tapi tetap menenteng tas yang berisi barang kebutuhan putranya. Mereka menuju ke rumah satu-satunya di tempat itu, sebelum masuk ke dalam rumah, langkah Elsa berhenti."Sepertinya ada yang aneh," ucapnya.Dustin tersenyum tipis, tanpa menjawab, dia mendahului Elsa masuk ke rumah. Dan benar saja, ada yang aneh. Rumah itu terlihat lebih baru dan terawat, halaman yan