Tidak ada waktu untuk bersedih, sebulan sebelum perceraian di resmikan dalam persidangan, Dustin justru membantu Katrina mengembangkan pembukaan lahan tambang yang kini sudah berlanjut sekitar satu bulan.Orang-orang kepercayaan Blenda dulu, kini berpihak pada Dustin. Dan berkat bantuan itulah, perkembangan lahan tambang semakin terbuka untuk mempermudah para pekerja. Tidak hanya itu, satu bulan terakhir, Dustin yang tadinya jarang pergi ke kator, kini pria itu bahkan jarang ada di rumah. Tapi bukan berarti Dustin mengabaikan Elsa dengan putranya."Kau menerima perceraian itu?" Deon yang berjalan di sebelah Dustin bertanya, mereka berjalan bersamaan menuju mobil.Dustin berhenti di sebelah kendaraan saat melihat Deon, "Satu bulan adalah waktu perpisahan," lalu ia masuk ke mobil, Deon pun ikut ke mobil yang sama dengan Dustin."Ayah sudah tau kalau anak yang wanita itu lahirkan bukan putraku," ucap Deon, "Aku pikir dia akan marah, namun sikapnya yang biasa saja malah membuatku merasa
Kellan hampir menyiapkan segalanya, bahkan dengan bangga Kellan mencari tempat untuk pesta pernikahan Dustin. Padahal, sidang perceraian Dustin dan Elsa saja masih beberapa minggu lagi."Halo, Tuan Dawson. Bisakah Anda meminta Dustin menemuiku hari ini? Kami perlu memilih cincin dan gaun pernikahan bersama." ucap Cassie.Kellan yang masih sibuk, rela menghentikan pekerjaannya demi menjawab telepon Cassie. "Tentu, aku akan menyuruh Dustin untuk menemuimu." jawabnya.Cassie ada di butik, memilih desain gaun yang bagus untuk ia pakai di hari pernikahannya dengan Dustin. Tidak lama setelah ia menghubungi Kellan, suara langkah kaki berat terdengar mendekat dari belakangnya.Dengan santai Cassie berbalik, tersenyum manis saat melihat Dustin benar-benar datang. Meskipun wajah pria itu dingin, menunjukkan raut wajah yang tidak senang bertemu dengannya. "Akan lebih baik kalau kau tersenyum saat datang menghampiri calon istrimu, Dustin.""Apa kau tidak malu?" cibir Dustin.Tapi, kelihatannya Ca
Akhirnya Dustin mengabulkan keinginan Elsa untuk datang ke pameran wisata akuarium dengan anak mereka, Jacob. Wajah Elsa terlihat senang melihat ikan-ikan yang ada di dalam akuarium, sementara Dustin menggendong Jacob.Beberapa foto mereka abadikan bersama sebagai memori yang harus disimpan, tidak ada wajah kesedihan yang ditunjukkan. Mereka seperti keluarga bahagia yang diidamkan oleh banyak orang, suami yang tampan dan istri yang cantik, lengkap dengan seorang anak menggemaskan.Tapi dibalik pemandangan indah itu, ada hal yang membuat mereka harus mengubur dalam-dalam kenangan hari ini."Kau tahu ikan apa yang bentuknya lebar itu?" Dustin menunjuk salah satu ikan besar yang meluncur dengan anggun di air.Elsa menoleh dan tersenyum tipis. "Maksudmu ikan pari?""Ya, lihat cara dia berenang. Aneh, seperti bukan ikan," Dustin terkekeh, mencoba mencairkan suasana.Elsa tersenyum kecil, matanya menyipit saat ia balas menunjuk. "Lihat ikan yang di sebelah sana... mirip denganmu," godanya,
Hari yang tidak Dustin dan Elsa inginkan tiba hari ini, keduanya berat jika harus berpisah karena paksaan dari orang lain. Namun, keduanya sepakat karena baik itu Elsa dan Dustin tidak ingin membuat putra mereka, Jacob, mendapat ancaman terus menerus dari Kellan Dawson.Perjalanan menuju tempat sidang perceraian berlangsung dengan hening, Dustin menggenggam tangan Elsa yang dingin. Wajahnya menunjukkan kalau semua ini akan baik-baik saja, tapi tetap saja berat bagi Elsa bercerai dengan Dustin setelah ia benar-benar bisa menerima sosok Dustin dengan versi terbaiknya.Mobil berhenti, Dustin dan Elsa turun. Gedung di depan mereka terlihat menakutkan, karena di tempat itulah keduanya akan mengakhiri status pernikahan."Kita benar-benar akan melakukannya?" Elsa berbisik, ragu, seakan masih berharap ada jalan lain.Tapi sebelum Dustin menjawab, sosok Kellan Dawson muncul dari sebuah mobil hitam yang di kendarai oleh Deon. Wajah dingin Kellan adalah jawaban dari pertanyaan Elsa, bahwa apapun
Persiapan pernikahan, sesuatu yang seharusnya menjadi kenangan yang menyenangkan justru malah sebaliknya. Tidak ada kebahagiaan yang Dustin rasakan, karena kebahagiaannya hanya ada pada satu wanita, Elsa Lenora.Hari demi hari berlalu bagaikan siksaan batin, namun hanya untuk sebentar, Dustin perlu bersabar sampai ia bisa melewati semua ini."Mawar merah muda terlihat cantik, bagaimana kalau menjadi salah satu bunga yang ada di pesta pernikahan kita nanti?" tanya Cassie, namun dibalas sikap dingin Dustin.Cassie semangat melakukannya sendiri, toh perempuan itu juga sadar bahwa pernikahannya dengan Dustin hanyalah pernikahan bisnis tanpa didasari oleh perasaan. "Gaun pernikahan kita sudah selesai, begitu juga tuksedo mu. Hari ini kita bisa mengambilnya," ucap Cassie sambil merangkul lengan Dustin. Namun Dustin dengan kasar menyingkirkan tangan itu, membuat Cassie melangkah lebih dulu ke dalam butik memasuki butik untuk melihat gaun pernikahannya. Gaun cantik itu tampak berkilau saat t
"Lepaskan aku!" teriak seorang wanita yang terus memberontak di tangan dua pria berbadan kekar, tubuhnya dipaksa masuk ke dalam mobil.Mobil hitam itu melaju membelah jalanan kota New York, berhenti di depan sebuah rumah yang tampak suram berada jauh dari pusat kota. Wanita tadi dipaksa turun dari kendaraan, langkahnya terhenti sejenak, tapi dua orang kembali menariknya paksa untuk memasuki rumah."Lepas!" bentak Elsa, dua orang melepaskannya dan Elsa mendapati seorang pria yang dengan kasar meletakkan dokumen di atas meja."Tempat ini sudah dijual." kata pria itu dengan nada dingin.Elsa terpaku, meraih berkas yang baru saja dilemparkan di depannya. Saat matanya menyusuri angka-angka di atas kertas, bibirnya bergetar, tenggorokannya tercekat dan tatapan matanya kaget.“Apa-apaan ini?!” serunya."Tanda tangani surat itu, dan kami akan mengantarkanmu ke tempat tinggal barumu." perintah pria tersebut dengan nada tak sabar.Elsa tidak bisa menahan keterkejutannya, beberapa saat lalu ia d
Berada di tempat baru membuat Elsa tidak bisa tidur. Ketika matahari mulai terbit, Elsa terkejut melihat pemandangan dari jendela. Kegelapan yang ia lihat semalam ternyata menyembunyikan keindahan yang luar biasa."Elsa, ikut denganku sebentar," ucap wanita paruh baya yang semalam mengantarkan Elsa ke kamar itu. Dengan patuh, ia mengikuti wanita tersebut.Rumah itu ternyata sangat besar dan luas, saat langit terang maka pemandangan furnitur di rumah tersebut terlihat lebih jelas dan mewah. Tidak bisa dipungkiri kalau Elsa pun pada akhirnya terpesona oleh rumah itu."Mulai sekarang kamu akan bertugas untuk membersihkan rumah di bagian sisi kanan. Di rumah ini tidak memiliki banyak pelayan, dan apapun yang kamu lihat secara tidak sengaja, berpura-puralah tidak tau."Elsa mengedarkan pandangan, rumah sisi kanan yang dimaksud termasuk kamar dari pemilik rumah. Elsa melihat denah rumah tersebut yang ditunjukkan oleh wanita bernama Marley, bagaimana bisa rumah sebesar ini hanya ditinggali o
Hari pertama Elsa bekerja di kediaman Dustin, ia baru menyadari kalau tempat tersebut ada di tengah-tengah sebuah pulau, dimana bahan makanan yang didapat dari hasil para pelayan menanam dan juga sebagian dikirim langsung melalui helikopter.Tidak ada kendaraan laut atau darat, tempat tersebut sangat sulit diakses dan mungkin juga tersembunyi dari peta dunia. Elsa tidak pernah melihat kalau ada pulau seperti ini ketika menjelajah peta melalui ponselnya.Pantas saja Marley sempat berkata kalau Elsa akan sulit keluar dari sana. Rupanya memang benar, satu-satunya akses untuk keluar masuk pulau adalah menggunakan kendaraan udara."Jadi selama ini Dustin tinggal begitu jauh dari peradaban manusia pada umumnya? Dia tidak tau internet, dia tidak tau mall atau sesuatu yang ada di kota besar. Dia bahkan tidak pernah melihat gedung pencakar langit." batin Elsa turut merasa kasihan.Tapi ketika ia bekerja di balkon untuk membersihkan lantai, Elsa melihat Dustin sedang olahraga di luar ruangan. J