“Dia tidak menggangguku, tapi aku ….”“Kepikiran Barnett? Kapan kami kembali ke Jakarta?”“Iya. Kapan kamu kembali ke Jakarta?”“Aku kembali ke Jakarta setelah kamu melahirkan,” jawab Frank santai tanpa beban.Alexa reflek menoleh dengan mengangkat kedua pundak bahwa dia akan kembali ke Jakarta sampai melahirkan. Bagaimana bisa dia melakukan itu? Sedangkan, pekerjaan tidak bisa ditinggal? Apakah hidupnya sudah tidak berarti lagi sampai harus berkorban?“Kamu jangan khawatir, kerjaanku bisa diatasi dan sudah ada yang bertanggung jawab di sana.”“Kenapa?” tanya Alexa menunduk dengan memerhatikan jemari yang digenggam.“Apanya yang kenapa?”“Kenapa kamu mementingkan urusan orang lain dari pada kepentinganmu?” tanya Alexa lirih yang merasa tidak enak dengannya.Mobil Frank berhenti lalu dia melepas sabuk pengaman. Alexa mengalihkan pandangan ke arahnya dengan tatapan sendu, seakan ingin tahu jawabannya.“Pergi periksa dulu, aku menjawab setelah kamu periksa kandungan.”“Janji?”Frank meng
“Ada Frank, Bu. Frank ada proyek di sini dan Alexa bersamanya sekarang.”“Alhamdulillah.”“Ayah bisa bicara sama dia?” tanya Ayah Alexa yang terdengar serius.“Bisa,” jawab Alexa seraya menoleh ke arah Frank yang fokus menyetir sambil tersenyum karena mendengar Alexa berbicara dengan orang tuanya.Alexa menekan pengeras suara yang bisa mendengar pembicaraan Frank dengan ayahnya. Ia memberikan handphone kepadanya lalu diambil oleh Frank.“Assalamualaikum, Ayah dan Ibu.”“Waalaikumsalam. Bagaimana kabarmu, Nak?”“Baik, Ayah. Bagaimana kabar Ayah?”“Baik juga. Baiklah, saya tidak ingin berbasa-basi pada langsung intinya saja. Saya ingin kamu menjaga anak saya dari apa pun dan siapa pun yang bisa membahayakan dia. Buat dia tertawa dan jangan sampai ada air mata yang menetes di pipinya sampai kapanpun. Lalu, jaga dia saat persalinan dan temani dia persalinan karena saya tidak bisa datang ke sana karena ada pekerjaan yang mendadak.”“Iya, Ayah. Saya sedang menjalani yang Ayah sampaikan. Jad
“Terima kasih sudah jujur tentang perasaanmu kepadaku dan baik kepadaku. Tapi, maaf banget sebelumnya, aku tidak bisa menerima perasaanmu karena keadaanku begini dan pasti tidak dapat persetujuan dari orang tuamu, apalagi usia kita sama dan kamu masih single ditambah belum pernah menikah. Jadi, aku memikirkan kebaikan kita berdua dan memutuskan tidak bisa hidup bersama karena banyak faktor.”“Aku sudah mendapatkan persetujuan dari orang tua karena usiaku sudah matang dan bisa dikatakan mapan. Aku bisa menyayangi anak yang bukan dari darahku dan tidak akan membeda-bedakannya. Aku janji, aku ak—”“Sayang.” Suara berat hadir di antara pembicaraannya dengan Andika.Alexa reflek menoleh ke sumber suara yang berasal dari arah kanan. Bola mata membulat ketika melihat keberadaan Frank yang sudah berdiri di belakang kanannya dengan penampilan keren.“Siapa kamu?!” tanya Andika dengan intonasi penekanan sambil berdiri dan mendelik.Frank mengulurkan tangannya kepada Andika. “Kenalin, aku adalah
Frank tersenyum sambil meletakkan wadah berisi air hangat di atas nakas dan mengeringkan tangan menggunakan tisu. Alexa melihat ekspresinya yang tidak menampakkan kemarahan sama sekali membuatnya bingung.Alexa menarik dan menggenggam tangannya erat seraya menepuk perlahan. Ia menghela napas panjang dan meminta dia untuk tidak menjawab pertanyaan dari rasa penasarannya.“Kamu tidak perlu menjawabnya.”Frank duduk di sampingnya. “Karena melihatmu bahagia bersama orang lain sudah membuatku tenang. Aku tahu bahwa cinta gak harus memiliki dan siap dengan situasi itu.”Nada lembut saat menjawab pertanyaan disertai dengan senyuman merekah yang terlukis di bibirnya itu membuat perasaan yang mengguncang dalam dirinya. Alexa tidak tahu tentang perasaannya saat ini, tapi memiliki kenyamanan sendiri saat bersamanya.Alexa meletakkan kepala di bahunya sambil menggenggam erat tangannya dan mendekatkan tubuh kepadanya. Ia memejamkan mata untuk menikmati kenyamanan bersamanya.“Tetaplah disisiku. Ak
“Kecupan.”Frank menyingkirkan tubuhnya dengan terduduk di tepi ranjang lalu membantunya untuk posisi duduk. Ia menyadari bahwa tangan kiri menyentuh perut sobeknya hingga disingkirkan secepat kilat dari sana.Keduanya terdiam tanpa pergerakan dan satu kata keluar. Mereka hanya saling melirik sambil tersenyum lebar. Alexa terkejut ketika diberi kecupan pagi hari oleh pria yang mencintainya dengan waktu yang lama.Pertama kali dalam hidup mendapatkan kecupan manis itu. Selama menikah dengan Barnett tidak pernah mendapat satu kecupan pagi darinya.“Maaf.”“Tidak apa. Aku mandi dulu, kamu bersiap saja.”Alexa pergi menuju kamar mandi dan meninggalkan dia dengan mempercepat jalan seraya memegang punggung dan pinggang yang masih terasa sakit. Ia tidak ingin terjadi sesuatu di antara mereka sebelum memberi jawaban untuknya.Alexa memejamkan mata sambil menggerakkan kakinya perlahan saat mengingat kecupan pagi hari dan posisi tanpa sengaja memegang perut sobeknya. Pesona seorang pria berpara
“Dua puluh lima biji. Aku lupa mau tanya kamu, mau pakai lontong atau nasi.”Frank mengambil satu porsi nasi putih di piring tanpa sate dan satu porsi lontong yang sudah dipotong. “Aku makan keduanya.”Alexa tersenyum lebar ketika melihat Frank yang mengambil dua piring dengan isi berbeda. Dia terlihat menghargai yang dilakukan olehnya tanpa bertanya terlebih dahulu.“Kenapa gak marah dan protes atas yang sudah kupesan?” tanya Alexa pelan sambil memakan sate kelapa.“Semua orang gak luput dari kesalahan. Aku juga pernah ngelakuin hal yang sama kepada ibuku dan dia gak marah kepadaku malah mengambil dan menerima yang sudah kupesan atau kubelikan untuknya.”Alexa hanya tersenyum lebar saat mendengar jawaban darinya. Ibunya memang lembut dan tidak pernah memarahinya sedikit pun. Walaupun Frank pernah melakukan kesalahan yang besar.Kelembutan yang disalurkan oleh seorang ibu tersalurkan dan diterima baik olehnya sehingga seorang anak bisa menirunya. Sikap lembut Frank jarang dimiliki pri
“Sanggup, Bos.”“Oke, sip. Aku tunggu kabar baiknya.”Frank melakukan segala cara yang benar, meskipun terkadang diluar prosedur yang ada. Semua demi kebaikan Alexa untuk bertemu dengan ibu dan ayahnya. Detik demi detik berlalu, dia menunggu hingga ketiduran di sofa kamar setelah mematikan lampu kamar tidur dan nada panjang berbunyi keras handphone-nya tidak terdengar oleh dua insan yang terlelap dalam tidur karena kelelahan.Alexa tertidur pulas hingga berganti hari dan lampu kamar mati. Ia pun terbangun seraya mengucap kedua mata dan melirik jam dinding yang berada di samping lemarinya. Waktu telah menunjukkan pukul empat pagi hingga membuat bola mata terbelalak.“Aku tidur lama banget,” gumamnya sambil menggaruk kepala lalu meregangkan tubuhnya perlahan.Alexa menyalakan lampu tidur yang berada di sisi kasur dan atas nakas. Ia pun turun dari kasur lalu merapikan selimut untuk menutupi tubuhnya.Ia hendak melangkah keluar kamar, nada dering panjang berbunyi keras di handphone yang t
“Aku menjualnya secara digital. Kamu jangan khawatir,” jawab Alexa sembari memasukkan handphone di tas.“Oke.”Frank mengambil seluruh ruangan dari beberapa sudut Apartemen untuk membantu menjual Apartemen mewah di sana dengan harga yang pantas. Setelah mengambil gambar, Alexa pergi menuju bandara bersama Frank. Seluruh barang bawaannya dibawa olehnya dengan menggandeng tangan dan merapikan rambut yang berantakan di daerah pipi.Mereka mengikuti seluruh prosedur maskapai penerbangan untuk menaiki pesawat. Seluruh prosedur berjalan dengan lancar hingga pesawat pun terbang. Alexa meletakkan kepala di bahunya sambil memejamkan mata.Beberapa jam berlalu, mereka mendarat di pulau Jawa dengan selamat. Alexa turun dari pesawat dengan bantuan awak maskapai dan Frank. Alexa duduk di kursi roda dengan didorong salah satu karyawan di sana karena kondisi perut yang membesar lalu ditemani berbicara olehnya sampai Frank mengambil semua barang bawaannya.Tidak lama, Frank datang dengan semua barang
“Maafkan kami yang tidak bisa menyelamatkan nyawanya. Mas Frank telah meninggalkan kita semua.” Dokter yang pernah menanganinya memberikan kabar buruk kepada Alexa, Barnett, Helena dan Bayu.Ia mematung dengan kaki yang sudah tak kuat menahan apa pun yang didengar dan tubuhnya hingga terduduk lemas sambil menggendong Ali dan ditangkap oleh Barnett yang ikut duduk di lantai. Alexa menggeleng pelan sambil mengalirkan butiran bening di pipi.“Tidak mungkin, Frank orangnya kuat, mana mungkin dia meninggal. Dokter berbohong kepadaku.”Helena mengambil Ali dan menggendong lalu menjauh dari situasi yang memanas dan sedih hingga berdiri di dekat dinding yang masih bisa memantau kakaknya dan Alexa. Alexa berdiri sembari menyingkirkan Barnett lalu menarik jas putih itu.“Katakan pada saya, Dok bahwa Dokter berbohong, kan atas kematian Frank? Dia sudah kuat beberapa tahun untuk melawan penyakitnya, tapi kenapa dia menyerah begitu saja disaat aku dengannya mau menikah, Dok? Katakan kalau itu boho
“Katanya sudah lama, tapi tidak pernah memberitahuku tentang penyakitnya dengan alasan tidak ingin membuatku sedih, tapi kalau sudah seperti ini bag—”“Dia sudah baik melakukannya seperti itu karena kondisimu saat itu sedang terpuruk sehingga menurutnya tidak ingin membebani dan menambah pikiranmu karena aku yang berbuat masalah,” sela Barnett yang mencoba untuk memberi pengertian kepadanya.“Iya, lebih baik seperti itu,” kata Alexa menegaskannya.Barnett terdiam saat Alexa menegaskan kalimatnya. Ia mengusap kening Ali setelah selesai minum ASI lalu memandangi tulisan sedang beroperasi berwarna merah dan menyala dengan harapan hasil yang baik dan bisa melanjutkan hidup bersamanya.“Aku tadi menemukan dua kertas putih di atas nakas di kamar yang berada di kamar utama yang terlipat dan terdapat nama berbeda,” ucap Helena sambil mengeluarkan dua kertas putih itu dan diberikan kepada pemilik yang tertulis di kertas itu.Alexa dan Barnett hendak membuka surat itu, Dokter dan satu perawat k
Nada dering panjang berbunyi keras saat Alexa menuju Apartemen Frank. Ia merogoh wadah kotak di samping kursi mobil dan menemukannya. Nomor tak dikenal menghubunginya beberapa kali lalu mengangkat panggilan masuk dari nomor itu.“Lama sekali mengangkat panggilan masuknya!” sentak seorang pria di balik handphone.Alexa mengernyitkan dahi. “Siapa?”“Bayu!”“Ada apa? Kenapa kamu marah-marah?”“Cepetan ke rumah sakit internasional,” jawab Bayu yang terdengar tangisan bayi yang melengking.“Kamu sedang menggendong anakku?”“Iya, cepetan datang ke Rumah sakit Internasional sekarang! Kondisi Frank drop!” pekik Bayu panik lalu menutup panggilan masuk darinya.Alexa memutar balik arah tujuannya menjadi ke Rumah Sakit Internasional dengan kecepatan di atas rata-rata. Ia harus segera tiba di sana sebelum memasuki jam dua belas siang agar tidak terjebak macet.Ia membunyikan klakson ketika ada mobil yang mencoba untuk mendahuluinya dan menghalangi jalur perjalanannya. Namun, ketika hendak memasuk
Barnett mengalihkan kepala dari tangannya lalu menatap Helena yang berdiri dengan mengalirkan butiran bening di pipi dengan deras. Dia meminta untuk mendekat padanya dan Helena duduk di samping Barnett dan Frank.“Psikologi Papa terganggu, Dik.”“Astaga, Papa,” rengek Helena terisak.Helena memeluk erat Barnett saat mendengar kondisi papanya yang sakit. Mereka terlihat menyesali perbuatan yang sering membantah dan membangkang orang tuanya, apalagi hanya memiliki satu orang tua dalam hidupnya.Alexa melihat adik kaka berpelukan menjadi sedih karena berusaha keras menjaga orang tua yang sudah lansia dan hanya tersisa satu orang. Semua harus didasari oleh kejadian terlebih dahulu untuk merekatkan hubungannya.Semua selalu mengalami keterlambatan untuk menjadi satu. Jika tidak seperti itu maka siapa pun tidak akan pernah merasakan kembali ke keluarga yang sudah retak.“Barnett, Helena, aku pulang dulu, ya. Alexa sudah punya anak kecil, jadi maaf tidak bisa lama-lama seperti biasa.”“Iya,
Kelvin tertawa keras ketika melihat Barnett yang sangat khawatir kepadanya. Dia tidak pernah berbuat khawatir kepada adiknya dan membuatnya merasa aneh. Kelvin semakin menjambak rambut Helena hingga membuatnya mengerang.Sontak, Reynard memegang kaki Kelvin dengan erat. Dia seakan memohon untuk melepas tangan dari rambutnya. Kelvin menyingkirkan tangan pria lansia itu dengan keras sampai tersungkur di lantai.“Kelvin!” teriak Barnett dengan wajah semakin merah padam.“Apa? Jika kamu berniat mengganti hak kuasa maka Raja pengusaha dan adikmu yang cantik ini mati di tanganku!”“Kamu mengancamku juga percuma karena aku sudah mengesahkannya ke notaris.”“Kamu!”Kelvin menembak pundak Helena dan Helena berteriak kesakitan sembari memegang pundaknya yang mengalirkan air berwarna merah segar. Sontak, semua orang membulatkan bola mata dan membuat Alexa memajukan langkahnya, tapi ditahan oleh Frank.Frank memasuki ruangan luas yang kosong terlebih dahulu dengan mengendap-endap dan disusul oleh
Bola menyebar ke seluruh benda yang ada di kamarnya dan berhenti di meja dekat sofa. Meja kayu persegi panjang ter dapat botol yang digunakan wadah untuknya setelah memompa ASI.“Dia pintar juga bisa menidurkan Ali tanpa membangunkanku. Aku sangat bersyukur memilikimu, Sayang karena kamu adalah pria sigap tanpa diberitahu dan diminta tolong. Semoga kamu adalah jodoh terakhirku dalam seumur hidupku dan mudah-mudahan kamu sembuh agar bisa menikah dan punya anak darimu.”Alexa berbicara lirih dengan penuh harapan sembari menatapnya lamat dari kejauhan. Wajah tampan dengan garis rahangnya yang tegas membuat nyaman seakan tidak pernah memaki, menghakimi dan merendahkanku. Bahkan cara menegurnya sangat lembut tanpa membentak, meskipun ia tahu bahwa Frank sangat kesal dan marah kepadanya.Butiran mengalir bening ketika mengingat penyakit yang ganas menginap di tubuhnya. Namun, ia berjanji merawat Frank dengan berusaha keras untuk menyembuhkannya.Frank terbangun dari tidur dengan per
“Dia sakit kanker perut stadium empat. Dia menahan rasa sakit yang luar biasa dan memiliki motivasi sembuh dari penyakitnya karena seorang wanita yang membuatnya lebih baik dan nyaman dalam menjalani hidup.”Dokter membeberkan penyakit Frank yang semakin parah. Sontak, butiran bening mengalir deras sambil menutup bibirnya yang ternganga. Frank tidak pernah memberitahu tentang penyakit yang menggerogoti tubuhnya dan terlihat sehat.Alexa memukul lengannya pelan sembari terisak dan ditinggal oleh Dokter untuk diberi ruang privasi di antara mereka. Dokter yang menanganinya adalah Dokter yang sudah lama merawatnya dan memberi asupan obat.Frank memegang tangannya lalu memeluk erat. Dia tidak pernah tega dan maksud untuk menyembunyikan penyakitnya. Dia selalu memikirkan perasaan orang lain dan mementingkan kebahagiaan orang lain.“Jahat!”“Maaf.”“Kalau kamu sakit seharusnya bilang ke aku, jangan disembunyikan. Aku minta sama kamu untuk selalu berkata jujur atas apa pun yang terjadi. Janga
“Dia baru sadar, Mbak. Sedari tadi belum sadar dan hanya memanggil nama Mbak terus. Apakah Mbak tadi mengajak bicara pasien?”“Iya, Dok. Saya tadi mengajak bicara dan merespons tangan saya dengan menggenggam erat.”“Tidak apa, Mbak. Pasien koma mendengar yang dikatakan oleh kita sehingga dia merespons dan merangsang otaknya untuk sadar. Jadi, kami sangat berterima kasih kepada Mbak karena perkiraan kami tersadar dari koma bakalan lama, ternyata tidak.”“Kalau boleh tahu, kenapa Dokter memvonis dia bakal lama sadar dari komanya? Apa yang mengenainya?”“Selain tembakan, dia juga mengalami gagar otak. Bagian kepalanya pecah sehingga menurut kami lama, tapi takdir tidak ada yang tahu sehingga bangun lebih cepat. Kami akan mengabari keluarganya.”“Baik, Dok. Terima kasih.”Ia pun baru tahu bahwa mengajak bicara orang koma akan mempercepat alam bawah sadar dan meningkatkan fungsi otak. Alexa bersyukur bisa membuat Barnett terbangun dari koma dan dijadikan saksi untuk kasus istri dan sahabat
“Jangan mikirin itu dulu, kamu harus sudah ada di sana secepat mungkin. Ayo berangkat!”Frank menggandeng tangan Alexa lalu berpamitan ke Ibu dan keluar dari rumahnya. Mereka pergi ke rumah sakit menggunakan mobil dengan kecepatan di atas rata-rata. Lima belas menit berlalu, mereka tiba di rumah sakit lalu mengambil langkah seribu menuju IGD dan disuguhkan pemandangan Helena memeluk ayahnya sambil terisak.“Helena, Papa.”“Mbak Alexa!”“Masuk, Nak. Ada perawat yang berjaga di sana untuk menunggumu karena harus menggunakan pakaian rumah sakit.”Alexa bergegas masuk rumah sakit dan melepas tangan Frank. Ia mengenakan pakaian rumah sakit lalu masuk ke ruangan dan melihat Barnett memanggil namanya.“Dia dari tadi memanggil nama saya, Sus?”“Iya, Mbak. Apakah Mbak adalah Mbak Alexa?”“Baiklah. Saya tinggal, ya, Mbak.”Alexa duduk di samping Barnett dengan memegang tangannya yang diinpus. Hati merasa terenyuh saat melihat kondisinya saat ini.“Aku di sini, Barnett,” kata Alexa sambil mengus