“Sanggup, Bos.”“Oke, sip. Aku tunggu kabar baiknya.”Frank melakukan segala cara yang benar, meskipun terkadang diluar prosedur yang ada. Semua demi kebaikan Alexa untuk bertemu dengan ibu dan ayahnya. Detik demi detik berlalu, dia menunggu hingga ketiduran di sofa kamar setelah mematikan lampu kamar tidur dan nada panjang berbunyi keras handphone-nya tidak terdengar oleh dua insan yang terlelap dalam tidur karena kelelahan.Alexa tertidur pulas hingga berganti hari dan lampu kamar mati. Ia pun terbangun seraya mengucap kedua mata dan melirik jam dinding yang berada di samping lemarinya. Waktu telah menunjukkan pukul empat pagi hingga membuat bola mata terbelalak.“Aku tidur lama banget,” gumamnya sambil menggaruk kepala lalu meregangkan tubuhnya perlahan.Alexa menyalakan lampu tidur yang berada di sisi kasur dan atas nakas. Ia pun turun dari kasur lalu merapikan selimut untuk menutupi tubuhnya.Ia hendak melangkah keluar kamar, nada dering panjang berbunyi keras di handphone yang t
“Aku menjualnya secara digital. Kamu jangan khawatir,” jawab Alexa sembari memasukkan handphone di tas.“Oke.”Frank mengambil seluruh ruangan dari beberapa sudut Apartemen untuk membantu menjual Apartemen mewah di sana dengan harga yang pantas. Setelah mengambil gambar, Alexa pergi menuju bandara bersama Frank. Seluruh barang bawaannya dibawa olehnya dengan menggandeng tangan dan merapikan rambut yang berantakan di daerah pipi.Mereka mengikuti seluruh prosedur maskapai penerbangan untuk menaiki pesawat. Seluruh prosedur berjalan dengan lancar hingga pesawat pun terbang. Alexa meletakkan kepala di bahunya sambil memejamkan mata.Beberapa jam berlalu, mereka mendarat di pulau Jawa dengan selamat. Alexa turun dari pesawat dengan bantuan awak maskapai dan Frank. Alexa duduk di kursi roda dengan didorong salah satu karyawan di sana karena kondisi perut yang membesar lalu ditemani berbicara olehnya sampai Frank mengambil semua barang bawaannya.Tidak lama, Frank datang dengan semua barang
“Tidak.”“Baik, Bu. Aku istirahat dulu.”Alexa membersihkan diri terlebih dahulu sebelum merebahkan badan di kasur. Setelah semuanya bersih, ia istirahat di kasur yang sudah lama tidak ditiduri olehnya. Alexa memeluk guling dengan erat lalu memejamkan mata dengan rapat.Beberapa jam berlalu, hari telah berganti, Alexa terbangun pukul setengah tiga pagi. Ia keluar dari kamar menuju dapur untuk minum air hangat dengan menggunakan lampu senter handphone. Ia meminum air hangat dengan duduk di kursi dapur dan nada dering panjang berbunyi keras.Nama Barnett ada pada layar handphone-nya. Sontak, dahi mengernyit dan alis bertautan ketika melihat nama seorang pria yang pernah menghancurkan hidupnya. Ia mengacuhkan panggilan masuk darinya hingga menghabiskan air hangatnya.Alexa kembali ke kamar dengan nada dering panjang berbunyi berkali-kali dan melihat nama pria itu di layar. Ia masuk kamar lalu mengangkat panggilan masuk darinya.“Ada apa?”“Eh, kok, marah-marah? Kamu gak kangen sama aku?”
“Apa-apaan, sih, Pa?!”Barnett meninggi ketika Reynard tidak mengesahkan pernikahannya saat mengucapkan kalimat sakral dalam hidup. Reynard hanya terdiam sambil memerhatikan keadaan sekitarnya lalu pergi dari kerumunan.Alexa mengikuti langkah perginya yang menuju pojok ruangan dan diikuti oleh Frank. Ia memegang tangan Reynard perlahan hingga membuatnya menoleh ke arahnya.“Alexa?”“Ada apa, Pa?”“Deana punya rencana jahat untuk Barnett dan ternyata dia juga menjalin hubungan dengan temannya yang bernama Kelvin. Mereka bersekongkol untuk merebut perusahaan teknologi yang sedang maju dan dipegang oleh Barnett.”“Kata siapa aku punya rencana jahat untuk suamiku, Pa? mana mungkin aku jahat kepada suami yang sangat kucintai,” sambar Deana santai dengan senyuman miring dan melirik Alexa yang sedang bunting.“Apa pun yang kamu katakan, kami percaya dengan perkataan Pak Reynard. Pernikahan ini gak sah karena Pak Reynard tampak gak setuju.”“Oh, ya? Pengaruh orang tua untuk anak lelakinya ya
“Pesan saja.”Alexa memajukan bibir seraya melirik Frank yang tertawa pelan. Ia memesan makanan dan minuman yang sedang menjadi incarannya saat ini. Makanan laut menjadi santapan utama untuknya saat ini.Alexa selesai memesan makanan lalu jemari sibuk di layar handphone dengan memasuki sebuah sosial media yang dimainkan oleh banyak orang. Sebuah postingan foto pernikahan Barnett dengan Deana pun hadir di depannya dengan keterangan foto yang romantis menggunakan bahasa inggris.Tanpa sengaja ia menekan tulisan komentar pada foto tersebut lalu membaca komentar dari beberapa temannya. Beberapa komentar ada yang negatif dan ada yang positif. Ia hanya tersenyum miring ketika membaca komentar yang dituliskan oleh beberapa temannya.Tidak lama, ia membaca komentar itu, sebuah akun menekan nama akunnya lalu membaca komentar yang membedakan antara dirinya dengan Deana. Nama akun itu tidak asing untuknya dan ternyata, dia adalah sahabatnya yang berbicara banyak tentang hubungannya dengan Barnet
Frank mengeluarkan sebuah cincin berwarna putih dengan satu mata, seperti mahkota yang mengkilap. Dia menyematkan cincin di jari manisnya dengan senyuman lebar.Alexa tiada henti tersenyum ketika melihat cincin yang sangat bagus melingkar di jari manisnya. Cincin itu pas di jarinya, entah dari mana dia tahu ukuran cincin yang pas di jarinya.“Cantik sekali dan pas di jariku.”“Kamu suka?”“Aku sangat suka dan bagaimana kamu tahu ukuran cincinku?”“Tahu, dong. Aku hanya melihat ukuran jarimu saja tanpa mengukurnya dan langsung tahu ukuran berapa.”“Dasar.”“Cincin itu artinya aku melamarmu dan jangan dilepas, ya agar orang lain tahu bahwa kamu sudah memiliki yang lain dan penggantinya.”“Iya. Terima kasih.”“Masuk, gih. Kamu istirahat dan jangan lupa rendam kakimu pakai air hangat agar tidak bengkak kakimu.”“Siap, Bos. Hati-hati di jalan, ya.”“Iya. Aku kabari kalau sudah sampai rumah.”“Iya.”Alexa keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumah sembari membawa bingkisan darinya. Ia melih
“Kekasihku, Mbak terus ini Kak Barnett.”“Kalau Barnett angkat saja, tapi jangan bilang kalau kamu lagi sama kita.”“Iya, Mbak.”Helena mengangkat panggilan masuk dari Barnett. Tangan Alexa dipegang dan digenggam oleh Frank sembari dielus perlahan ketika melihatnya yang sedikit emosi.“Tarik napas, gih!”Alexa mengangguk lalu mengikuti saran darinya beberapa dan berulang kali. Ia memejamkan mata sekilas untuk mengembuskan napas perlahan ketika kepala sudah mulai penat dan hati sudah mulai mendingin.Helena menutup panggilan masuk dari Barnett lalu mematikan handphone-nya. Suasana dalam mobil hening dan hanya suara angin pendingin mobil yang terdengar di telinga mereka.“Mbak, aku minta maaf sudah merepotkan Kak Frank.”“Santai saja. Kamu mau diantar ke mana?” tanya Frank ramah.“Pulang ke rumah, Kak. Kak Barnett menungguku karena dia sedang sakit demam, batuk dan flu.”“Semoga dia cepat sembuh.” Alexa mendoakan Barnett sedang sakit.“Terima kasih, Mbak. Mbak dan Kak Frank nanti mau ma
Frank tersenyum lebar sambil mengusap kedua paha ketika Ayah Alexa melontarkan pertanyaan yang pasti terjadi. Walaupun tidak ada yang tahu ke depannya. Namun, Ayah hanya berjaga-jaga untuk risiko menikahi wanita yang sudah menikah dan memiliki anak.Alexa tersenyum sembari memegang satu tangannya yang mengusap paha. Ia pun menunjukkan cincin yang diberi olehnya kepada orang tua.“Kami sudah membicarakan hal itu, Yah. Dia siap untuk melakukan itu dan tidak ingin ada jarak di antara anak dengan bapak kandungnya. Dia pun tahu kondisinya sehingga memberi kebebasan pada anak dan bapaknya nanti untuk bertemu. Namun, suatu hari ada sesuatu yang mencurigakan hingga membuat anak kita sikapnya berubah maka tidak boleh bertemu dengannya dan kalau perlu didatangkan bapaknya lalu berbicara secara kekeluargaan,” jelas Alexa detail.Ayah dan Ibu mengangguk tanpa berekspresi sama sekali. Mereka tampak memahami cara mengatur dan mengelola keluarganya suatu hari nanti. Bahkan, mereka juga tampak memerc
“Maafkan kami yang tidak bisa menyelamatkan nyawanya. Mas Frank telah meninggalkan kita semua.” Dokter yang pernah menanganinya memberikan kabar buruk kepada Alexa, Barnett, Helena dan Bayu.Ia mematung dengan kaki yang sudah tak kuat menahan apa pun yang didengar dan tubuhnya hingga terduduk lemas sambil menggendong Ali dan ditangkap oleh Barnett yang ikut duduk di lantai. Alexa menggeleng pelan sambil mengalirkan butiran bening di pipi.“Tidak mungkin, Frank orangnya kuat, mana mungkin dia meninggal. Dokter berbohong kepadaku.”Helena mengambil Ali dan menggendong lalu menjauh dari situasi yang memanas dan sedih hingga berdiri di dekat dinding yang masih bisa memantau kakaknya dan Alexa. Alexa berdiri sembari menyingkirkan Barnett lalu menarik jas putih itu.“Katakan pada saya, Dok bahwa Dokter berbohong, kan atas kematian Frank? Dia sudah kuat beberapa tahun untuk melawan penyakitnya, tapi kenapa dia menyerah begitu saja disaat aku dengannya mau menikah, Dok? Katakan kalau itu boho
“Katanya sudah lama, tapi tidak pernah memberitahuku tentang penyakitnya dengan alasan tidak ingin membuatku sedih, tapi kalau sudah seperti ini bag—”“Dia sudah baik melakukannya seperti itu karena kondisimu saat itu sedang terpuruk sehingga menurutnya tidak ingin membebani dan menambah pikiranmu karena aku yang berbuat masalah,” sela Barnett yang mencoba untuk memberi pengertian kepadanya.“Iya, lebih baik seperti itu,” kata Alexa menegaskannya.Barnett terdiam saat Alexa menegaskan kalimatnya. Ia mengusap kening Ali setelah selesai minum ASI lalu memandangi tulisan sedang beroperasi berwarna merah dan menyala dengan harapan hasil yang baik dan bisa melanjutkan hidup bersamanya.“Aku tadi menemukan dua kertas putih di atas nakas di kamar yang berada di kamar utama yang terlipat dan terdapat nama berbeda,” ucap Helena sambil mengeluarkan dua kertas putih itu dan diberikan kepada pemilik yang tertulis di kertas itu.Alexa dan Barnett hendak membuka surat itu, Dokter dan satu perawat k
Nada dering panjang berbunyi keras saat Alexa menuju Apartemen Frank. Ia merogoh wadah kotak di samping kursi mobil dan menemukannya. Nomor tak dikenal menghubunginya beberapa kali lalu mengangkat panggilan masuk dari nomor itu.“Lama sekali mengangkat panggilan masuknya!” sentak seorang pria di balik handphone.Alexa mengernyitkan dahi. “Siapa?”“Bayu!”“Ada apa? Kenapa kamu marah-marah?”“Cepetan ke rumah sakit internasional,” jawab Bayu yang terdengar tangisan bayi yang melengking.“Kamu sedang menggendong anakku?”“Iya, cepetan datang ke Rumah sakit Internasional sekarang! Kondisi Frank drop!” pekik Bayu panik lalu menutup panggilan masuk darinya.Alexa memutar balik arah tujuannya menjadi ke Rumah Sakit Internasional dengan kecepatan di atas rata-rata. Ia harus segera tiba di sana sebelum memasuki jam dua belas siang agar tidak terjebak macet.Ia membunyikan klakson ketika ada mobil yang mencoba untuk mendahuluinya dan menghalangi jalur perjalanannya. Namun, ketika hendak memasuk
Barnett mengalihkan kepala dari tangannya lalu menatap Helena yang berdiri dengan mengalirkan butiran bening di pipi dengan deras. Dia meminta untuk mendekat padanya dan Helena duduk di samping Barnett dan Frank.“Psikologi Papa terganggu, Dik.”“Astaga, Papa,” rengek Helena terisak.Helena memeluk erat Barnett saat mendengar kondisi papanya yang sakit. Mereka terlihat menyesali perbuatan yang sering membantah dan membangkang orang tuanya, apalagi hanya memiliki satu orang tua dalam hidupnya.Alexa melihat adik kaka berpelukan menjadi sedih karena berusaha keras menjaga orang tua yang sudah lansia dan hanya tersisa satu orang. Semua harus didasari oleh kejadian terlebih dahulu untuk merekatkan hubungannya.Semua selalu mengalami keterlambatan untuk menjadi satu. Jika tidak seperti itu maka siapa pun tidak akan pernah merasakan kembali ke keluarga yang sudah retak.“Barnett, Helena, aku pulang dulu, ya. Alexa sudah punya anak kecil, jadi maaf tidak bisa lama-lama seperti biasa.”“Iya,
Kelvin tertawa keras ketika melihat Barnett yang sangat khawatir kepadanya. Dia tidak pernah berbuat khawatir kepada adiknya dan membuatnya merasa aneh. Kelvin semakin menjambak rambut Helena hingga membuatnya mengerang.Sontak, Reynard memegang kaki Kelvin dengan erat. Dia seakan memohon untuk melepas tangan dari rambutnya. Kelvin menyingkirkan tangan pria lansia itu dengan keras sampai tersungkur di lantai.“Kelvin!” teriak Barnett dengan wajah semakin merah padam.“Apa? Jika kamu berniat mengganti hak kuasa maka Raja pengusaha dan adikmu yang cantik ini mati di tanganku!”“Kamu mengancamku juga percuma karena aku sudah mengesahkannya ke notaris.”“Kamu!”Kelvin menembak pundak Helena dan Helena berteriak kesakitan sembari memegang pundaknya yang mengalirkan air berwarna merah segar. Sontak, semua orang membulatkan bola mata dan membuat Alexa memajukan langkahnya, tapi ditahan oleh Frank.Frank memasuki ruangan luas yang kosong terlebih dahulu dengan mengendap-endap dan disusul oleh
Bola menyebar ke seluruh benda yang ada di kamarnya dan berhenti di meja dekat sofa. Meja kayu persegi panjang ter dapat botol yang digunakan wadah untuknya setelah memompa ASI.“Dia pintar juga bisa menidurkan Ali tanpa membangunkanku. Aku sangat bersyukur memilikimu, Sayang karena kamu adalah pria sigap tanpa diberitahu dan diminta tolong. Semoga kamu adalah jodoh terakhirku dalam seumur hidupku dan mudah-mudahan kamu sembuh agar bisa menikah dan punya anak darimu.”Alexa berbicara lirih dengan penuh harapan sembari menatapnya lamat dari kejauhan. Wajah tampan dengan garis rahangnya yang tegas membuat nyaman seakan tidak pernah memaki, menghakimi dan merendahkanku. Bahkan cara menegurnya sangat lembut tanpa membentak, meskipun ia tahu bahwa Frank sangat kesal dan marah kepadanya.Butiran mengalir bening ketika mengingat penyakit yang ganas menginap di tubuhnya. Namun, ia berjanji merawat Frank dengan berusaha keras untuk menyembuhkannya.Frank terbangun dari tidur dengan per
“Dia sakit kanker perut stadium empat. Dia menahan rasa sakit yang luar biasa dan memiliki motivasi sembuh dari penyakitnya karena seorang wanita yang membuatnya lebih baik dan nyaman dalam menjalani hidup.”Dokter membeberkan penyakit Frank yang semakin parah. Sontak, butiran bening mengalir deras sambil menutup bibirnya yang ternganga. Frank tidak pernah memberitahu tentang penyakit yang menggerogoti tubuhnya dan terlihat sehat.Alexa memukul lengannya pelan sembari terisak dan ditinggal oleh Dokter untuk diberi ruang privasi di antara mereka. Dokter yang menanganinya adalah Dokter yang sudah lama merawatnya dan memberi asupan obat.Frank memegang tangannya lalu memeluk erat. Dia tidak pernah tega dan maksud untuk menyembunyikan penyakitnya. Dia selalu memikirkan perasaan orang lain dan mementingkan kebahagiaan orang lain.“Jahat!”“Maaf.”“Kalau kamu sakit seharusnya bilang ke aku, jangan disembunyikan. Aku minta sama kamu untuk selalu berkata jujur atas apa pun yang terjadi. Janga
“Dia baru sadar, Mbak. Sedari tadi belum sadar dan hanya memanggil nama Mbak terus. Apakah Mbak tadi mengajak bicara pasien?”“Iya, Dok. Saya tadi mengajak bicara dan merespons tangan saya dengan menggenggam erat.”“Tidak apa, Mbak. Pasien koma mendengar yang dikatakan oleh kita sehingga dia merespons dan merangsang otaknya untuk sadar. Jadi, kami sangat berterima kasih kepada Mbak karena perkiraan kami tersadar dari koma bakalan lama, ternyata tidak.”“Kalau boleh tahu, kenapa Dokter memvonis dia bakal lama sadar dari komanya? Apa yang mengenainya?”“Selain tembakan, dia juga mengalami gagar otak. Bagian kepalanya pecah sehingga menurut kami lama, tapi takdir tidak ada yang tahu sehingga bangun lebih cepat. Kami akan mengabari keluarganya.”“Baik, Dok. Terima kasih.”Ia pun baru tahu bahwa mengajak bicara orang koma akan mempercepat alam bawah sadar dan meningkatkan fungsi otak. Alexa bersyukur bisa membuat Barnett terbangun dari koma dan dijadikan saksi untuk kasus istri dan sahabat
“Jangan mikirin itu dulu, kamu harus sudah ada di sana secepat mungkin. Ayo berangkat!”Frank menggandeng tangan Alexa lalu berpamitan ke Ibu dan keluar dari rumahnya. Mereka pergi ke rumah sakit menggunakan mobil dengan kecepatan di atas rata-rata. Lima belas menit berlalu, mereka tiba di rumah sakit lalu mengambil langkah seribu menuju IGD dan disuguhkan pemandangan Helena memeluk ayahnya sambil terisak.“Helena, Papa.”“Mbak Alexa!”“Masuk, Nak. Ada perawat yang berjaga di sana untuk menunggumu karena harus menggunakan pakaian rumah sakit.”Alexa bergegas masuk rumah sakit dan melepas tangan Frank. Ia mengenakan pakaian rumah sakit lalu masuk ke ruangan dan melihat Barnett memanggil namanya.“Dia dari tadi memanggil nama saya, Sus?”“Iya, Mbak. Apakah Mbak adalah Mbak Alexa?”“Baiklah. Saya tinggal, ya, Mbak.”Alexa duduk di samping Barnett dengan memegang tangannya yang diinpus. Hati merasa terenyuh saat melihat kondisinya saat ini.“Aku di sini, Barnett,” kata Alexa sambil mengus