“Pesan saja.”Alexa memajukan bibir seraya melirik Frank yang tertawa pelan. Ia memesan makanan dan minuman yang sedang menjadi incarannya saat ini. Makanan laut menjadi santapan utama untuknya saat ini.Alexa selesai memesan makanan lalu jemari sibuk di layar handphone dengan memasuki sebuah sosial media yang dimainkan oleh banyak orang. Sebuah postingan foto pernikahan Barnett dengan Deana pun hadir di depannya dengan keterangan foto yang romantis menggunakan bahasa inggris.Tanpa sengaja ia menekan tulisan komentar pada foto tersebut lalu membaca komentar dari beberapa temannya. Beberapa komentar ada yang negatif dan ada yang positif. Ia hanya tersenyum miring ketika membaca komentar yang dituliskan oleh beberapa temannya.Tidak lama, ia membaca komentar itu, sebuah akun menekan nama akunnya lalu membaca komentar yang membedakan antara dirinya dengan Deana. Nama akun itu tidak asing untuknya dan ternyata, dia adalah sahabatnya yang berbicara banyak tentang hubungannya dengan Barnet
Frank mengeluarkan sebuah cincin berwarna putih dengan satu mata, seperti mahkota yang mengkilap. Dia menyematkan cincin di jari manisnya dengan senyuman lebar.Alexa tiada henti tersenyum ketika melihat cincin yang sangat bagus melingkar di jari manisnya. Cincin itu pas di jarinya, entah dari mana dia tahu ukuran cincin yang pas di jarinya.“Cantik sekali dan pas di jariku.”“Kamu suka?”“Aku sangat suka dan bagaimana kamu tahu ukuran cincinku?”“Tahu, dong. Aku hanya melihat ukuran jarimu saja tanpa mengukurnya dan langsung tahu ukuran berapa.”“Dasar.”“Cincin itu artinya aku melamarmu dan jangan dilepas, ya agar orang lain tahu bahwa kamu sudah memiliki yang lain dan penggantinya.”“Iya. Terima kasih.”“Masuk, gih. Kamu istirahat dan jangan lupa rendam kakimu pakai air hangat agar tidak bengkak kakimu.”“Siap, Bos. Hati-hati di jalan, ya.”“Iya. Aku kabari kalau sudah sampai rumah.”“Iya.”Alexa keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumah sembari membawa bingkisan darinya. Ia melih
“Kekasihku, Mbak terus ini Kak Barnett.”“Kalau Barnett angkat saja, tapi jangan bilang kalau kamu lagi sama kita.”“Iya, Mbak.”Helena mengangkat panggilan masuk dari Barnett. Tangan Alexa dipegang dan digenggam oleh Frank sembari dielus perlahan ketika melihatnya yang sedikit emosi.“Tarik napas, gih!”Alexa mengangguk lalu mengikuti saran darinya beberapa dan berulang kali. Ia memejamkan mata sekilas untuk mengembuskan napas perlahan ketika kepala sudah mulai penat dan hati sudah mulai mendingin.Helena menutup panggilan masuk dari Barnett lalu mematikan handphone-nya. Suasana dalam mobil hening dan hanya suara angin pendingin mobil yang terdengar di telinga mereka.“Mbak, aku minta maaf sudah merepotkan Kak Frank.”“Santai saja. Kamu mau diantar ke mana?” tanya Frank ramah.“Pulang ke rumah, Kak. Kak Barnett menungguku karena dia sedang sakit demam, batuk dan flu.”“Semoga dia cepat sembuh.” Alexa mendoakan Barnett sedang sakit.“Terima kasih, Mbak. Mbak dan Kak Frank nanti mau ma
Frank tersenyum lebar sambil mengusap kedua paha ketika Ayah Alexa melontarkan pertanyaan yang pasti terjadi. Walaupun tidak ada yang tahu ke depannya. Namun, Ayah hanya berjaga-jaga untuk risiko menikahi wanita yang sudah menikah dan memiliki anak.Alexa tersenyum sembari memegang satu tangannya yang mengusap paha. Ia pun menunjukkan cincin yang diberi olehnya kepada orang tua.“Kami sudah membicarakan hal itu, Yah. Dia siap untuk melakukan itu dan tidak ingin ada jarak di antara anak dengan bapak kandungnya. Dia pun tahu kondisinya sehingga memberi kebebasan pada anak dan bapaknya nanti untuk bertemu. Namun, suatu hari ada sesuatu yang mencurigakan hingga membuat anak kita sikapnya berubah maka tidak boleh bertemu dengannya dan kalau perlu didatangkan bapaknya lalu berbicara secara kekeluargaan,” jelas Alexa detail.Ayah dan Ibu mengangguk tanpa berekspresi sama sekali. Mereka tampak memahami cara mengatur dan mengelola keluarganya suatu hari nanti. Bahkan, mereka juga tampak memerc
“Alexa mencintainya, Yah dari melihat usaha yang selalu ada untukku, berada di sisiku untuk kapanpun dan membahagiakanku disaat air mata sering jatuh karena banyak hal yang menyakitkan yang diketahui dan dilihat langsung olehku. Aku juga memintanya waktu untuk jujur terhadap perasaanku karena selama ini merasa tidak pernah jujur dengan perasaanku. Awal memang terpaksa untuk mencintai Barnett, tapi seiring berjalannya waktu, aku mencintainya dan dikhianati olehnya sehingga trauma itu pun muncul.”“Lalu, apa jawaban dia saat kamu meminta waktu untuk menjawab semuanya?”“Dia tidak keberatan dan memahami situasiku saat itu. Dia tidak pernah memaksa kehendakku, mengaturku untuk ini dan itu. Bahkan, dia berusaha untuk mengurus surat Dokter dalam penerbanganku ke Pulau Jawa karena sudah tidak betah tinggal di sana, padahal aku sedang memegang proyek besar di sana dan diberi tanggung jawab oleh Papa Reynard untuk mengurus dan mengelola perusahaan kontraktor yang terbesar di negara ini. Dia ya
“Iya, saya mengizinkanmu untuk melakukan itu.”Frank tersenyum lebar ketika mendapatkan izin mengazankan anak Alexa sambil mengecup punggung tangannya. Dia tidak ingin melangkahi Barnett sebelum mendapatkan izin dari orang tuanya.“Permisi, siapa yang mengazani anak ibu Alexa?”“Saya, Dok.”“Baik, ikut saya.”Beberapa perawat keluar ruangan dengan sebuah kotak yang terdapat bayi berkulit merah sedang tertidur lalu berhenti ketika Ayah Alexa menghadang mereka. Ayah tersenyum haru melihat kondisi cucu pertamanya dan dikerumuni oleh Nenek dan kakeknya dengan senyuman lebar.“Cucuku tampan sekali,” kata Reynard dengan mata berbinar.“Dok, saya boleh ambil foto keponakan saya?” tanya Helena yang meminta izin untuk mengambil foto.“Silakan, tapi jangan menggunakan lampu handphone, ya.”“Oke, Dok.”Helena mengambil foto anak Alexa beberapa kali lalu Dokter dan perawat membawa bayi itu ke ruang inkubator bersama Frank. Mereka masuk ruangan terlebih dahulu sembari menunggu Frank mengenakan pak
“Aku telah mengazani anakmu dan memberi nama juga.”Alexa dengan mata membulat dan tampak marah kepadanya malah tersenyum lebar sambil memegang tangannya. Dugaan Frank terhadapnya pun salah.“Tidak apa. Kamu calon suamiku, kan dan belajar jadi Ayah sejak dini,” balas Alexa lembut yang memahami keadaan saat ini.“Kamu gak marah?”Alexa menggeleng pelan. “Untuk apa aku marah? Kamu juga pasti sudah dapat izin dari Ibu dan Ayah untuk mengazani anakku.”Frank mengangguk cepat sambil tersenyum lebar. “Aku sudah mendapatkan izin dari mereka dan Pak Reynard, selaku kakek dari bayimu.”Alis terangkat beberapa menit setelah mendengar pengakuan dari Frank yang ternyata Reynard memberikan izin padanya untuk mengazani cucunya. Ia heran dengan sikapnya karena tidak ada kakek mana pun di dunia ini yang mengizinkan pria lain mengazani cucu pertama dari anaknya.Namun, berdasarkan yang dikatakan oleh Frank bahwa Reynard telah mempertimbangkan banyak hal setelah melihat kejadian yang tidak diinginkan.
“Rumah orang tua Nyonya Alexa dan rumah sebagai hadiah pernikahannya terbakar! Tetangga gotong royong untuk memadamkan apinya dan menunggu kedatangan damkar. Saya tanya tadi siapa yang tahu kejadian ini adalah satu keluarga yang baru saja datang dari liburan, rumahnya tepat berada di seberang rumah orang tua Nyonya Alexa. Seorang pria yang bernama Aldi itu melihat dua orang berpakaian hitam dengan penutup wajah sambil berlarian secepat mungkin dan mau mengejarnya, tapi tidak jadi karena anaknya menangis ketakutan saat melihat api.”“Astaga, lalu bagaimana yang ada di rumah Alexa? Apakah ada saksi yang melihat?” tanya Frank dengan intonasi penekanan.“Saya belum sempat tanya pada Paijo yang bertugas di rumah Nyonya Alexa, Bos. Sepertinya ada telpon masuk yang mengantre dan kemungkinan itu Paijo, Bos.”“Oke. Kabari saya terus.”Frank mematikan panggilan masuk dari anak buah yang memantau rumah orang tua Alexa. Hitungan detik, dia mendapatkan panggilan masuk dari Paijo yang tertulis di l
“Maafkan kami yang tidak bisa menyelamatkan nyawanya. Mas Frank telah meninggalkan kita semua.” Dokter yang pernah menanganinya memberikan kabar buruk kepada Alexa, Barnett, Helena dan Bayu.Ia mematung dengan kaki yang sudah tak kuat menahan apa pun yang didengar dan tubuhnya hingga terduduk lemas sambil menggendong Ali dan ditangkap oleh Barnett yang ikut duduk di lantai. Alexa menggeleng pelan sambil mengalirkan butiran bening di pipi.“Tidak mungkin, Frank orangnya kuat, mana mungkin dia meninggal. Dokter berbohong kepadaku.”Helena mengambil Ali dan menggendong lalu menjauh dari situasi yang memanas dan sedih hingga berdiri di dekat dinding yang masih bisa memantau kakaknya dan Alexa. Alexa berdiri sembari menyingkirkan Barnett lalu menarik jas putih itu.“Katakan pada saya, Dok bahwa Dokter berbohong, kan atas kematian Frank? Dia sudah kuat beberapa tahun untuk melawan penyakitnya, tapi kenapa dia menyerah begitu saja disaat aku dengannya mau menikah, Dok? Katakan kalau itu boho
“Katanya sudah lama, tapi tidak pernah memberitahuku tentang penyakitnya dengan alasan tidak ingin membuatku sedih, tapi kalau sudah seperti ini bag—”“Dia sudah baik melakukannya seperti itu karena kondisimu saat itu sedang terpuruk sehingga menurutnya tidak ingin membebani dan menambah pikiranmu karena aku yang berbuat masalah,” sela Barnett yang mencoba untuk memberi pengertian kepadanya.“Iya, lebih baik seperti itu,” kata Alexa menegaskannya.Barnett terdiam saat Alexa menegaskan kalimatnya. Ia mengusap kening Ali setelah selesai minum ASI lalu memandangi tulisan sedang beroperasi berwarna merah dan menyala dengan harapan hasil yang baik dan bisa melanjutkan hidup bersamanya.“Aku tadi menemukan dua kertas putih di atas nakas di kamar yang berada di kamar utama yang terlipat dan terdapat nama berbeda,” ucap Helena sambil mengeluarkan dua kertas putih itu dan diberikan kepada pemilik yang tertulis di kertas itu.Alexa dan Barnett hendak membuka surat itu, Dokter dan satu perawat k
Nada dering panjang berbunyi keras saat Alexa menuju Apartemen Frank. Ia merogoh wadah kotak di samping kursi mobil dan menemukannya. Nomor tak dikenal menghubunginya beberapa kali lalu mengangkat panggilan masuk dari nomor itu.“Lama sekali mengangkat panggilan masuknya!” sentak seorang pria di balik handphone.Alexa mengernyitkan dahi. “Siapa?”“Bayu!”“Ada apa? Kenapa kamu marah-marah?”“Cepetan ke rumah sakit internasional,” jawab Bayu yang terdengar tangisan bayi yang melengking.“Kamu sedang menggendong anakku?”“Iya, cepetan datang ke Rumah sakit Internasional sekarang! Kondisi Frank drop!” pekik Bayu panik lalu menutup panggilan masuk darinya.Alexa memutar balik arah tujuannya menjadi ke Rumah Sakit Internasional dengan kecepatan di atas rata-rata. Ia harus segera tiba di sana sebelum memasuki jam dua belas siang agar tidak terjebak macet.Ia membunyikan klakson ketika ada mobil yang mencoba untuk mendahuluinya dan menghalangi jalur perjalanannya. Namun, ketika hendak memasuk
Barnett mengalihkan kepala dari tangannya lalu menatap Helena yang berdiri dengan mengalirkan butiran bening di pipi dengan deras. Dia meminta untuk mendekat padanya dan Helena duduk di samping Barnett dan Frank.“Psikologi Papa terganggu, Dik.”“Astaga, Papa,” rengek Helena terisak.Helena memeluk erat Barnett saat mendengar kondisi papanya yang sakit. Mereka terlihat menyesali perbuatan yang sering membantah dan membangkang orang tuanya, apalagi hanya memiliki satu orang tua dalam hidupnya.Alexa melihat adik kaka berpelukan menjadi sedih karena berusaha keras menjaga orang tua yang sudah lansia dan hanya tersisa satu orang. Semua harus didasari oleh kejadian terlebih dahulu untuk merekatkan hubungannya.Semua selalu mengalami keterlambatan untuk menjadi satu. Jika tidak seperti itu maka siapa pun tidak akan pernah merasakan kembali ke keluarga yang sudah retak.“Barnett, Helena, aku pulang dulu, ya. Alexa sudah punya anak kecil, jadi maaf tidak bisa lama-lama seperti biasa.”“Iya,
Kelvin tertawa keras ketika melihat Barnett yang sangat khawatir kepadanya. Dia tidak pernah berbuat khawatir kepada adiknya dan membuatnya merasa aneh. Kelvin semakin menjambak rambut Helena hingga membuatnya mengerang.Sontak, Reynard memegang kaki Kelvin dengan erat. Dia seakan memohon untuk melepas tangan dari rambutnya. Kelvin menyingkirkan tangan pria lansia itu dengan keras sampai tersungkur di lantai.“Kelvin!” teriak Barnett dengan wajah semakin merah padam.“Apa? Jika kamu berniat mengganti hak kuasa maka Raja pengusaha dan adikmu yang cantik ini mati di tanganku!”“Kamu mengancamku juga percuma karena aku sudah mengesahkannya ke notaris.”“Kamu!”Kelvin menembak pundak Helena dan Helena berteriak kesakitan sembari memegang pundaknya yang mengalirkan air berwarna merah segar. Sontak, semua orang membulatkan bola mata dan membuat Alexa memajukan langkahnya, tapi ditahan oleh Frank.Frank memasuki ruangan luas yang kosong terlebih dahulu dengan mengendap-endap dan disusul oleh
Bola menyebar ke seluruh benda yang ada di kamarnya dan berhenti di meja dekat sofa. Meja kayu persegi panjang ter dapat botol yang digunakan wadah untuknya setelah memompa ASI.“Dia pintar juga bisa menidurkan Ali tanpa membangunkanku. Aku sangat bersyukur memilikimu, Sayang karena kamu adalah pria sigap tanpa diberitahu dan diminta tolong. Semoga kamu adalah jodoh terakhirku dalam seumur hidupku dan mudah-mudahan kamu sembuh agar bisa menikah dan punya anak darimu.”Alexa berbicara lirih dengan penuh harapan sembari menatapnya lamat dari kejauhan. Wajah tampan dengan garis rahangnya yang tegas membuat nyaman seakan tidak pernah memaki, menghakimi dan merendahkanku. Bahkan cara menegurnya sangat lembut tanpa membentak, meskipun ia tahu bahwa Frank sangat kesal dan marah kepadanya.Butiran mengalir bening ketika mengingat penyakit yang ganas menginap di tubuhnya. Namun, ia berjanji merawat Frank dengan berusaha keras untuk menyembuhkannya.Frank terbangun dari tidur dengan per
“Dia sakit kanker perut stadium empat. Dia menahan rasa sakit yang luar biasa dan memiliki motivasi sembuh dari penyakitnya karena seorang wanita yang membuatnya lebih baik dan nyaman dalam menjalani hidup.”Dokter membeberkan penyakit Frank yang semakin parah. Sontak, butiran bening mengalir deras sambil menutup bibirnya yang ternganga. Frank tidak pernah memberitahu tentang penyakit yang menggerogoti tubuhnya dan terlihat sehat.Alexa memukul lengannya pelan sembari terisak dan ditinggal oleh Dokter untuk diberi ruang privasi di antara mereka. Dokter yang menanganinya adalah Dokter yang sudah lama merawatnya dan memberi asupan obat.Frank memegang tangannya lalu memeluk erat. Dia tidak pernah tega dan maksud untuk menyembunyikan penyakitnya. Dia selalu memikirkan perasaan orang lain dan mementingkan kebahagiaan orang lain.“Jahat!”“Maaf.”“Kalau kamu sakit seharusnya bilang ke aku, jangan disembunyikan. Aku minta sama kamu untuk selalu berkata jujur atas apa pun yang terjadi. Janga
“Dia baru sadar, Mbak. Sedari tadi belum sadar dan hanya memanggil nama Mbak terus. Apakah Mbak tadi mengajak bicara pasien?”“Iya, Dok. Saya tadi mengajak bicara dan merespons tangan saya dengan menggenggam erat.”“Tidak apa, Mbak. Pasien koma mendengar yang dikatakan oleh kita sehingga dia merespons dan merangsang otaknya untuk sadar. Jadi, kami sangat berterima kasih kepada Mbak karena perkiraan kami tersadar dari koma bakalan lama, ternyata tidak.”“Kalau boleh tahu, kenapa Dokter memvonis dia bakal lama sadar dari komanya? Apa yang mengenainya?”“Selain tembakan, dia juga mengalami gagar otak. Bagian kepalanya pecah sehingga menurut kami lama, tapi takdir tidak ada yang tahu sehingga bangun lebih cepat. Kami akan mengabari keluarganya.”“Baik, Dok. Terima kasih.”Ia pun baru tahu bahwa mengajak bicara orang koma akan mempercepat alam bawah sadar dan meningkatkan fungsi otak. Alexa bersyukur bisa membuat Barnett terbangun dari koma dan dijadikan saksi untuk kasus istri dan sahabat
“Jangan mikirin itu dulu, kamu harus sudah ada di sana secepat mungkin. Ayo berangkat!”Frank menggandeng tangan Alexa lalu berpamitan ke Ibu dan keluar dari rumahnya. Mereka pergi ke rumah sakit menggunakan mobil dengan kecepatan di atas rata-rata. Lima belas menit berlalu, mereka tiba di rumah sakit lalu mengambil langkah seribu menuju IGD dan disuguhkan pemandangan Helena memeluk ayahnya sambil terisak.“Helena, Papa.”“Mbak Alexa!”“Masuk, Nak. Ada perawat yang berjaga di sana untuk menunggumu karena harus menggunakan pakaian rumah sakit.”Alexa bergegas masuk rumah sakit dan melepas tangan Frank. Ia mengenakan pakaian rumah sakit lalu masuk ke ruangan dan melihat Barnett memanggil namanya.“Dia dari tadi memanggil nama saya, Sus?”“Iya, Mbak. Apakah Mbak adalah Mbak Alexa?”“Baiklah. Saya tinggal, ya, Mbak.”Alexa duduk di samping Barnett dengan memegang tangannya yang diinpus. Hati merasa terenyuh saat melihat kondisinya saat ini.“Aku di sini, Barnett,” kata Alexa sambil mengus