Barnett menghampiri Alexa yang memerhatikannya dengan tatapan heran lalu melewatinya tanpa melirik dan mengucapkan satu kata pun kepadanya. Barnett hendak memasuki ruangannya, ia memberitahu bahwa tetap memberhentikan Yasmin bekerja di departemennya.“Aku tetap memecat Yasmin,” kata Alexa sambil menatap gagang pintu.Barnett tidak merespons ucapannya dan memilih untuk memasuki ruangannya. Alexa pun kembali bekerja dan terdapat penampakan teman Yasmin dan dua orang lainnya memerhatikannya dengan tatapan aneh dan benci.“Kenapa kalian begitu? Ada yang salah dari saya?” tanya Alexa sembari melirik Yasmin terisak.“Kenapa ibu tega sekali memecat Bu Yasmin?” tanya salah satu rekan kerjanya.“Saya memecatnya karena dia memiliki racun yang berbahaya dan bisa membuat lingkungan kantor yang bisa kapanpun panas. Saya sebagai seorang Manajer berhak untuk memecat anak buah saya ketika tidak bekerja sama,” jawab Alexa tegas.Semua terdiam setelah mendapat jawaban darinya. Alexa melanjutkan pekerja
Alexa terdiam saat Frank memahami sikapnya. Ia tidak bisa mengelak ketika dia telah mengatakan demikian. Hanya dia yang bisa memahami perasaannya saat ini.Beribu alasan untuk menutupi permasalahan rumah tangga, Frank tetap hapal kebiasaannya saat berbohong maupun tidak. Namun, Frank tidak meminta untuk menceritakan permasalahannya.Frank berhenti di taman kesukaan Alexa di kala cuaca sedang redup dan angin sepoi-sepoi pun berdatangan. Ia menoleh ke arah Frank yang melepas sabuk pengamannya dengan kelopak mata yang dipenuhi butiran bening.Frank menyeka air matanya. “Ayo turun. Bukankah ini taman kesukaanmu? Taman yang kamu gunakan untuk melampiaskan semua masalahmu?”Alexa masih menutup mulutnya dengan dada yang membekas sakitnya sembari menoleh ke taman sekaligus memperhatikan cuaca diluar. Melihat angin yang berembus kencang dengan dahan yang meliuk-liuk, dedaunan beterbangan yang bertanda tidak lama akan turun hujan.Tanpa memberikan aba-aba kepada Frank, ia keluar dari mobil deng
Pintu lemari ditutup dan berbalik badan dengan mengernyitkan dahi. Pertanyaan yang dilontarkan olehnya sangat aneh. Bagaimana bisa dia melontarkan demikian di saat kemungkinan besar dia juga melakukan perbuatan tersebut?“Apa maksudmu?”“Halah, jangan berpura-pura bodoh.”“Aku sungguh tidak tahu, apa yang kamu bicarakan kepadaku. Aku tidak melakukan hal begitu di belakangmu.”Barnett berdesis sambil sibuk dengan handphone. Ia meletakkan handphone dan hitungan detik, nada singkat milik Alexa berbunyi keras seakan, dia mengirim pesan beberapa detik yang lalu.“Cek pesanmu!”Alexa mengecek pesan masuk darinya lalu membulatkan bola mata sekilas saat sebuah rekaman aksi dirinya sedang dipeluk oleh Frank. Ia menghela napas panjang dan memasukkannya ke dalam tas. “Video yang kamu lihat tidaklah mengatakan hal yang kamu pikirkan. Aku bisa menjelaskannya.”“Tidak perlu. Sikapmu ternyata jauh lebih menjijikkan dari pada Deana yang kamu pikir berusaha merayuku.” Barnett membandingkan dirinya
“Berikan minumnya!” seru Ibu panik.Alexa memberikan gelas berisi air mineral kepada Barnett yang tersedak saat bertanya kepadanya. Apakah suaranya sangat besar sampai tersedak seperti itu? Atau bisa jadi, dia telah membuat janji dengan seseorang sehingga terkejut ketika ia mengajak liburan bersama orang tuanya.Barnett meletakkan gelas yang sudah habis air mineralnya. “A—”“Tidak apa, Nak Barnett, kalau sibuk, jangan dipaksakan. Kami tahu bahwa kalian memiliki jabatan penting sehingga pasti menguras banyak tenaga dan waktu,” sela Ibu yang mengerti dengan keadaan menantunya.Sebelum menolak, Ibu lebih baik mengatakan demikian agar tidak membuat Alexa kecewa dan sedih saat menolak ajakan liburan. Alexa menghela napas panjang lalu pergi meninggalkan mereka menuju kamar Ibu dan Ayah.Ia memasuki kamar Ayah sambil menyapa dan tersenyum lebar kepadanya. Alexa duduk di sampingnya lalu meraih tangan yang sudah keriput dengan mengusap lembut.“Halo, Ayah. Bagaimana kabar, Ayah?”“Ayah baik-ba
“Kenapa kamu tiba-tiba menunjukkan isi pesanmu kepadaku kalau kamu memang benar tidak selingkuh? Padahal aku tidak memintamu untuk melakukan itu.”“Karena untuk membuktikan bahwa aku tidak selingkuh dan tidak memintamu untuk percaya kepadaku.”“Oke. Lihat saja nanti, toh kita sudah sepakat untuk tidak bertanya kegiatan satu sama lain dan semua itu karenamu,” balas Alexa lalu merebahkan badan di atas ranjang dan menutupi tubuhnya menggunakan selimut.Ia melirik Barnett masih berdiri di samping kasur sembari menatapnya dengan dua alis saling bertautan. Alexa tidak peduli dengan apa yang dia rasakan kepadanya karena dia tidak pernah memedulikan perasaannya.Acuh tak acuh terjadi di antara kami karena kesepakatan di ruang kerjanya. Alexa menyetujui hal itu untuk menjaga hati dan air mata agar tidak berlinang selalu.Beberapa jam berlalu, hari pun telah tiba. Alexa dan Barnett melakukan kesibukan di pagi hari untuk berangkat ke kantor. Nada dering panjang berbunyi keras milik Alexa, layar
“Betul. Saya mengira, istri Anda yang ada di samping kanan Pak Barnett.”Pria dalam ruangan menyahuti dan membenarkan ucapan wanita itu terkait fisik yang tidak sebanding dengan pemikiran cerdasnya. Dia malah menunjuk Deana sebagai istri CEO di perusahaan teknologi yang terkenal.Alexa tersenyum seraya mengendalikan amarah yang bergejolak di dalam hati. Dada yang sudah mengepul dan napas naik turun cepat, tetap berusaha berpikir jernih dan melirik Deana yang tersenyum tersipu malu.“Penampilan cantik, tapi otak kosong, percuma saja. Mereka hanya mengandalkan fisik dan tubuh untuk bekerja bukan otak. Penampilan saya memang seperti ini dan tidak seperti wanita yang Anda tunjuk karena saya berdikasi di perusahaan tanpa berdekatan dengan pria lain dan tetap menggunakan otak. Otak adalah alat utama dalam tubuh ini untuk bisa menghasilkan karya dalam hidup bukan merayu dan menumpang nama untuk menghasilkan karya. Semua jabatan yang saya miliki karena otak yang memiliki wawasan luas sehingga
“Kalau ingin dihargai oleh orang, hal pertama yang dilakukan adalah menghargai diri sendiri dengan cara merawat diri untuk kesehatan bukan untuk menarik perhatian. Jika seseorang tertarik kepadamu karena kebersihan dirimu maka itulah bonus,” tutur Frank lembut.Frank memberikan ultimatum kepada Alexa terkait perawatan diri dengan tujuan kesehatan. Alexa memerhatikan kulit tangan yang kusam, pori-pori kulit terbuka lalu memerhatikan wajah yang kusam di kamera handphone dengan mengernyitkan dahi.“Astaga, kulitku begini banget,” gerutu Alexa sambil memiringkan kepala ke kanan dan kiri.Sejak mendapat masukan dari Ayah, hinaan dari dua rekan perusahaan Barnett dan saran dari Frank menjadi mementingkan kulit di tubuhnya. Selama ini, ia tidak pernah memerhatikan kulit sama sekali mulai duduk di bangku SMA hingga kerja.“Sekarang waktunya perawatan dan mumpung belum malam banget, salon masih buka. Jadi, aku mengantarkanmu ke salon yang bagus,” kata Frank antusias sembari menggandeng tangann
Frank menoleh ke sumber suara. Bola mata membulat lebar, reflek berdiri ketika melihat perubahan Alexa seratus delapan puluh derajat. Seorang atlet karate mengenakan pakaian feminin dan memoles wajahnya menggunakan make up membuat sahabatnya terkesima dengan kecantikan yang tersembunyi.Frank menatapnya tanpa berkedip sembari melangkah perlahan. Alexa didorong pelan oleh pria genit itu ketika melihat temannya yang tertarik dengan seorang wanita di depannya hingga terjatuh di pelukannya. Dia reflek menangkap tubuhnya dengan memeluk pinggang kecilnya dan wajah yang sangat berdekatan.“Kamu sangat cantik, Alexa.”“Terima kasih. Semua ini karena kamu, Frank.”Alexa tersenyum sembari menatap lamat ketika wajah berdekatan. Ia bisa merasakan napas hangat di pipi. Bahkan, tatapannya sesekali beralih ke bibir Alexa.“Kalau mau lanjut bermesraan di tempat lain, ya,” kata pria genit itu.Pelukan terlepas ketika dia mengatakan hal itu. Alexa dan Frank berdehem sambil mengalihkan tubuhnya. Alexa m
“Maafkan kami yang tidak bisa menyelamatkan nyawanya. Mas Frank telah meninggalkan kita semua.” Dokter yang pernah menanganinya memberikan kabar buruk kepada Alexa, Barnett, Helena dan Bayu.Ia mematung dengan kaki yang sudah tak kuat menahan apa pun yang didengar dan tubuhnya hingga terduduk lemas sambil menggendong Ali dan ditangkap oleh Barnett yang ikut duduk di lantai. Alexa menggeleng pelan sambil mengalirkan butiran bening di pipi.“Tidak mungkin, Frank orangnya kuat, mana mungkin dia meninggal. Dokter berbohong kepadaku.”Helena mengambil Ali dan menggendong lalu menjauh dari situasi yang memanas dan sedih hingga berdiri di dekat dinding yang masih bisa memantau kakaknya dan Alexa. Alexa berdiri sembari menyingkirkan Barnett lalu menarik jas putih itu.“Katakan pada saya, Dok bahwa Dokter berbohong, kan atas kematian Frank? Dia sudah kuat beberapa tahun untuk melawan penyakitnya, tapi kenapa dia menyerah begitu saja disaat aku dengannya mau menikah, Dok? Katakan kalau itu boho
“Katanya sudah lama, tapi tidak pernah memberitahuku tentang penyakitnya dengan alasan tidak ingin membuatku sedih, tapi kalau sudah seperti ini bag—”“Dia sudah baik melakukannya seperti itu karena kondisimu saat itu sedang terpuruk sehingga menurutnya tidak ingin membebani dan menambah pikiranmu karena aku yang berbuat masalah,” sela Barnett yang mencoba untuk memberi pengertian kepadanya.“Iya, lebih baik seperti itu,” kata Alexa menegaskannya.Barnett terdiam saat Alexa menegaskan kalimatnya. Ia mengusap kening Ali setelah selesai minum ASI lalu memandangi tulisan sedang beroperasi berwarna merah dan menyala dengan harapan hasil yang baik dan bisa melanjutkan hidup bersamanya.“Aku tadi menemukan dua kertas putih di atas nakas di kamar yang berada di kamar utama yang terlipat dan terdapat nama berbeda,” ucap Helena sambil mengeluarkan dua kertas putih itu dan diberikan kepada pemilik yang tertulis di kertas itu.Alexa dan Barnett hendak membuka surat itu, Dokter dan satu perawat k
Nada dering panjang berbunyi keras saat Alexa menuju Apartemen Frank. Ia merogoh wadah kotak di samping kursi mobil dan menemukannya. Nomor tak dikenal menghubunginya beberapa kali lalu mengangkat panggilan masuk dari nomor itu.“Lama sekali mengangkat panggilan masuknya!” sentak seorang pria di balik handphone.Alexa mengernyitkan dahi. “Siapa?”“Bayu!”“Ada apa? Kenapa kamu marah-marah?”“Cepetan ke rumah sakit internasional,” jawab Bayu yang terdengar tangisan bayi yang melengking.“Kamu sedang menggendong anakku?”“Iya, cepetan datang ke Rumah sakit Internasional sekarang! Kondisi Frank drop!” pekik Bayu panik lalu menutup panggilan masuk darinya.Alexa memutar balik arah tujuannya menjadi ke Rumah Sakit Internasional dengan kecepatan di atas rata-rata. Ia harus segera tiba di sana sebelum memasuki jam dua belas siang agar tidak terjebak macet.Ia membunyikan klakson ketika ada mobil yang mencoba untuk mendahuluinya dan menghalangi jalur perjalanannya. Namun, ketika hendak memasuk
Barnett mengalihkan kepala dari tangannya lalu menatap Helena yang berdiri dengan mengalirkan butiran bening di pipi dengan deras. Dia meminta untuk mendekat padanya dan Helena duduk di samping Barnett dan Frank.“Psikologi Papa terganggu, Dik.”“Astaga, Papa,” rengek Helena terisak.Helena memeluk erat Barnett saat mendengar kondisi papanya yang sakit. Mereka terlihat menyesali perbuatan yang sering membantah dan membangkang orang tuanya, apalagi hanya memiliki satu orang tua dalam hidupnya.Alexa melihat adik kaka berpelukan menjadi sedih karena berusaha keras menjaga orang tua yang sudah lansia dan hanya tersisa satu orang. Semua harus didasari oleh kejadian terlebih dahulu untuk merekatkan hubungannya.Semua selalu mengalami keterlambatan untuk menjadi satu. Jika tidak seperti itu maka siapa pun tidak akan pernah merasakan kembali ke keluarga yang sudah retak.“Barnett, Helena, aku pulang dulu, ya. Alexa sudah punya anak kecil, jadi maaf tidak bisa lama-lama seperti biasa.”“Iya,
Kelvin tertawa keras ketika melihat Barnett yang sangat khawatir kepadanya. Dia tidak pernah berbuat khawatir kepada adiknya dan membuatnya merasa aneh. Kelvin semakin menjambak rambut Helena hingga membuatnya mengerang.Sontak, Reynard memegang kaki Kelvin dengan erat. Dia seakan memohon untuk melepas tangan dari rambutnya. Kelvin menyingkirkan tangan pria lansia itu dengan keras sampai tersungkur di lantai.“Kelvin!” teriak Barnett dengan wajah semakin merah padam.“Apa? Jika kamu berniat mengganti hak kuasa maka Raja pengusaha dan adikmu yang cantik ini mati di tanganku!”“Kamu mengancamku juga percuma karena aku sudah mengesahkannya ke notaris.”“Kamu!”Kelvin menembak pundak Helena dan Helena berteriak kesakitan sembari memegang pundaknya yang mengalirkan air berwarna merah segar. Sontak, semua orang membulatkan bola mata dan membuat Alexa memajukan langkahnya, tapi ditahan oleh Frank.Frank memasuki ruangan luas yang kosong terlebih dahulu dengan mengendap-endap dan disusul oleh
Bola menyebar ke seluruh benda yang ada di kamarnya dan berhenti di meja dekat sofa. Meja kayu persegi panjang ter dapat botol yang digunakan wadah untuknya setelah memompa ASI.“Dia pintar juga bisa menidurkan Ali tanpa membangunkanku. Aku sangat bersyukur memilikimu, Sayang karena kamu adalah pria sigap tanpa diberitahu dan diminta tolong. Semoga kamu adalah jodoh terakhirku dalam seumur hidupku dan mudah-mudahan kamu sembuh agar bisa menikah dan punya anak darimu.”Alexa berbicara lirih dengan penuh harapan sembari menatapnya lamat dari kejauhan. Wajah tampan dengan garis rahangnya yang tegas membuat nyaman seakan tidak pernah memaki, menghakimi dan merendahkanku. Bahkan cara menegurnya sangat lembut tanpa membentak, meskipun ia tahu bahwa Frank sangat kesal dan marah kepadanya.Butiran mengalir bening ketika mengingat penyakit yang ganas menginap di tubuhnya. Namun, ia berjanji merawat Frank dengan berusaha keras untuk menyembuhkannya.Frank terbangun dari tidur dengan per
“Dia sakit kanker perut stadium empat. Dia menahan rasa sakit yang luar biasa dan memiliki motivasi sembuh dari penyakitnya karena seorang wanita yang membuatnya lebih baik dan nyaman dalam menjalani hidup.”Dokter membeberkan penyakit Frank yang semakin parah. Sontak, butiran bening mengalir deras sambil menutup bibirnya yang ternganga. Frank tidak pernah memberitahu tentang penyakit yang menggerogoti tubuhnya dan terlihat sehat.Alexa memukul lengannya pelan sembari terisak dan ditinggal oleh Dokter untuk diberi ruang privasi di antara mereka. Dokter yang menanganinya adalah Dokter yang sudah lama merawatnya dan memberi asupan obat.Frank memegang tangannya lalu memeluk erat. Dia tidak pernah tega dan maksud untuk menyembunyikan penyakitnya. Dia selalu memikirkan perasaan orang lain dan mementingkan kebahagiaan orang lain.“Jahat!”“Maaf.”“Kalau kamu sakit seharusnya bilang ke aku, jangan disembunyikan. Aku minta sama kamu untuk selalu berkata jujur atas apa pun yang terjadi. Janga
“Dia baru sadar, Mbak. Sedari tadi belum sadar dan hanya memanggil nama Mbak terus. Apakah Mbak tadi mengajak bicara pasien?”“Iya, Dok. Saya tadi mengajak bicara dan merespons tangan saya dengan menggenggam erat.”“Tidak apa, Mbak. Pasien koma mendengar yang dikatakan oleh kita sehingga dia merespons dan merangsang otaknya untuk sadar. Jadi, kami sangat berterima kasih kepada Mbak karena perkiraan kami tersadar dari koma bakalan lama, ternyata tidak.”“Kalau boleh tahu, kenapa Dokter memvonis dia bakal lama sadar dari komanya? Apa yang mengenainya?”“Selain tembakan, dia juga mengalami gagar otak. Bagian kepalanya pecah sehingga menurut kami lama, tapi takdir tidak ada yang tahu sehingga bangun lebih cepat. Kami akan mengabari keluarganya.”“Baik, Dok. Terima kasih.”Ia pun baru tahu bahwa mengajak bicara orang koma akan mempercepat alam bawah sadar dan meningkatkan fungsi otak. Alexa bersyukur bisa membuat Barnett terbangun dari koma dan dijadikan saksi untuk kasus istri dan sahabat
“Jangan mikirin itu dulu, kamu harus sudah ada di sana secepat mungkin. Ayo berangkat!”Frank menggandeng tangan Alexa lalu berpamitan ke Ibu dan keluar dari rumahnya. Mereka pergi ke rumah sakit menggunakan mobil dengan kecepatan di atas rata-rata. Lima belas menit berlalu, mereka tiba di rumah sakit lalu mengambil langkah seribu menuju IGD dan disuguhkan pemandangan Helena memeluk ayahnya sambil terisak.“Helena, Papa.”“Mbak Alexa!”“Masuk, Nak. Ada perawat yang berjaga di sana untuk menunggumu karena harus menggunakan pakaian rumah sakit.”Alexa bergegas masuk rumah sakit dan melepas tangan Frank. Ia mengenakan pakaian rumah sakit lalu masuk ke ruangan dan melihat Barnett memanggil namanya.“Dia dari tadi memanggil nama saya, Sus?”“Iya, Mbak. Apakah Mbak adalah Mbak Alexa?”“Baiklah. Saya tinggal, ya, Mbak.”Alexa duduk di samping Barnett dengan memegang tangannya yang diinpus. Hati merasa terenyuh saat melihat kondisinya saat ini.“Aku di sini, Barnett,” kata Alexa sambil mengus