Asidi mengangkat kepalanya dan menatap langsung ke mata sang Master. "Master, ada orang bernama Jackson dan Martis. Mereka berdua telah mengambil artefak bola cahaya yang kita incar selama bertahun-tahun. Aku khawatir jika mereka saat ini telah berhasil membuka segel dari artefak tersebut, dan sekarang salah satu dari mereka memiliki kekuatan yang sangat besar. Aku rasa, kita tidak bisa membiarkan Jackson dan Martis terus menguasai artefak itu."Tak lama setelah Asidi mengungkapkan semua fakta yang sudah ditemukan, sang Master langsung mengambil tindakan cepat. "Aku akan melakukan tindakan yang pantas terhadap kedua orang yang bernama Martis dan Jackson itu. Dan kita akan mengambil artefak itu kembali dari tangan yang salah," ujarnya tegas.Asidi merasa lega mendengar jawaban dari sang Master. "Terima kasih, Master. Kami akan siap sedia melaksanakan apapun perintah yang kau berikan. Tapi Master, kita harus berhati-hati. Jujur saja, aku kalah saat bertarung dengan mereka."Mereka pun m
Sementara itu, kembali pada pertarungan Jackson melawan orang yang dijuluki Master oleh Asidi dan anak buah lainnya.Kebetulan, ketika Asidi kembali ke sana, ia melihat bahwa Jackson dalam keadaan terpojok. Jackson juga menerima banyak luka. Yang akhirnya munculah Martis.Martis kemudian melihat Master itu yang berdiri tegap di hadapannya, senyum sombong terukir di wajah Master itu."Jadi, kau akhirnya datang, Martis. Aku sudah menunggumu," kata Master dengan suaranya yang tenang namun tegas."Kau bukan lawan yang bisa mengalahkan aku, Master," jawab Martis dengan percaya diri. Dia merenggangkan otot-ototnya dan berdiri dalam posisi siap tempur."Percuma berbicara banyak, tindakanlah yang menentukan," kata Master sambil mengeluarkan sebilah pedang dari balik punggungnya. "Ayo bermain, Martis."Kedua musuh itu berlari mendekat dan bertabrakan dalam pertarungan pedang yang brutal. Bunyi pedang beradu terdengar di seluruh area, seolah-olah musik yang mengiringi tarian kematian. Martis da
Martis memandang istrinya dengan penuh rasa sedih. "Aku membuka sistem untuk memeriksa identitas Master, dan hasilnya benar-benar mengejutkan. Master bukanlah seseorang yang asing bagiku. Dia adalah Anakku. Anak yang kucari selama ini," jawab Martis."Tolong jangan buang waktu dengan penjelasan yang tidak masuk akal! Siapa sebenarnya kau!?" Mia terus mendesak Martis untuk memberikan penjelasan."Aku adalah Martis, aku adalah suamimu," kata Martis dengan suara pelan, mencoba menenangkan istrinya."Setelah fenomena gerbang dimensi kala itu terjadi, aku telah kehilangan semua keluargaku. Dan akhirnya aku menjalani kehidupan dengan identitas yang berbeda dan terombang-ambing dalam dimensi yang berbeda-beda pula. Tapi sepertinya, sekarang aku mulai mengingat-ingat masa lalu. Kalian adalah orang yang sangat penting bagiku. Aku masih bertahan hidup sampai saat ini pun karena sangat ingin bertemu dengan kalian. Mia, Lancelot, ini aku, Martis, kita adalah keluarga. Kalian adalah dua orang yang
Setelah kejadian ini, Martis dan orang yang kerap dipanggil Master itu, mencoba untuk berbicara secara baik-baik. Dan ternyata ia memang benar adalah Lancelot."Apakah benar, kau adalah Ayahku? Kalau begitu, Ayahku belum mati?" tanya Lancelot yang kondisinya mulai nampak membaik. "Benar, Nak. Dan aku tidak percaya bahwa kau sudah dewasa. Tapi tunggu, kenapa Ibumu masih terlihat sama seperti dulu?" Akhirnya Martis mulai menyadari sesuatu."Martis, aku juga baru menyadari sesuatu. Sepertinya dalam dimensi ini kita tidak mengalami penuaan sama sekali. Lihatlah aku," ucap Jackson, ia tengah berbaring untuk mendapat perawatan."Tunggu! Coba kalian lihat ini...," Martis menggunakan kemampuan dari sistemnya untuk membuat sebuah proyektor.Martis lalu menekan beberapa tombol di pergelangan tangannya dan proyektor itu pun muncul, menampilkan gambaran holografik di udara. Semua orang di ruangan itu menatap dengan kagum dan kebingungan.Gambaran itu menunjukkan bumi dari jarak jauh, dengan gari
Mia menggelengkan kepalanya. "Tidak, sebenarnya kami dulunya sangat dekat. Namun, setelah ia bergabung dengan organisasi rahasia bernama Andromeda, ia berubah menjadi yang lain. Reka sekarang menjadi orang yang sangat berbahaya," jawab Mia sambil tersenyum pahit."Organisasi rahasia Andromeda?" tanya Martis bingung."Iya, organisasi itu memiliki tujuan untuk menguasai dunia dan mereka sudah beraksi sejak beberapa tahun yang lalu, "jelas Lancelot serius."Kalau begitu, apa yang akan kita lakukan sekarang?" tanya Dr. Aeon mencoba untuk membantu menyelesaikan masalah."Ide bagus. Mari kita berkoordinasi dan membuat rencana untuk menghentikan mereka," kata Mia sambil melihat Martis dengan penuh harapan.Martis merasa bingung. Ia tidak terbiasa dengan kehidupan seperti ini. Namun, ia merasa tergugah untuk membantu dan bersama-sama melawan organisasi Andromeda. Terakhir ia pun berkata, "Baiklah, aku tidak akan diam saja. Kita harus menghentikan organisasi ini secepat mungkin."Grup tersebut
"Bagaimana ini bisa terjadi?" ucap Martis dengan suara gemetar. Dia menunjuk ke layar sistem, di mana pemberitahuan dari sistemnya berkedip-kedip dengan ancaman yang tak terduga.Tiba-tiba, layar sistem berubah menjadi portal biru keabuan yang menghubungkan mereka ke dimensi lain. Suara gemuruh semakin keras, dan mereka bisa merasakan angin kencang yang bertiup dari dalam portal. Mereka semua saling pandang, ketakutan dan bingung."Kita harus melompat," kata Mia dengan suara yang penuh keberanian, berusaha untuk menyembunyikan rasa takutnya. "Itu satu-satunya cara kita bisa keluar dari sini."Mereka semua mengangguk, meski dengan ragu. Mereka saling berpegangan tangan, mempersiapkan diri untuk melompat ke dalam portal. Dengan nafas yang terengah-engah, mereka melompat bersama-sama ke dalam portal.Saat mereka mendarat, mereka berada di dunia yang sama sekali berbeda. Semua yang mereka lihat adalah kegelapan dan hening. Tiba-tiba, suara gemuruh kembali terdengar, kali ini lebih keras da
Mia, Lancelot, dan Jackson mengikuti Martis menuju arah cahaya itu. Mereka berjalan melalui jalan yang gelap dan sepi, dengan perasaan cemas yang menghantui pikiran mereka. Namun, setelah beberapa menit berjalan, mereka tiba di sebuah bangunan tua dan besar dengan banyak jendela berwarna-warni."Ini keajaiban!" seru Martis dengan gembira. "Jadi benar, itu adalah jalan keluar dari sini!"Mereka semua mengangguk, merasa lega karena akhirnya menemukan jalan keluar. Mereka berlari menuju bangunan itu, terus-menerus menatap belakang mereka, takut bahwa harus menghadapi bahaya lebih lanjut.Ketika mereka sampai di depan pintu bangunan, pintu itu terbuka dan seorang wanita tua, dengan mata yang cerah dan bersinar, menyambut mereka."Selamat datang di dunia kami," kata wanita itu dengan suara lembut. "Kalian memiliki keberanian yang besar untuk menemukan jalan keluar dari sini."Mereka saling berpandangan, bingung dengan kata-kata wanita tua itu. Namun, seiring berjalannya waktu, mereka mulai
Bangunan itu adalah rumah sakit yang terletak di tengah kota. Mereka terkejut ketika melihat Reka di jendela salah satu kamar rumah sakit yang penuh dengan peralatan medis. Reka tampak lemah dan terlihat sakit."Apa yang terjadi pada Reka?" tanya Martis mengkhawatirkan.Mereka kemudian segera memasuki gedung dan menuju ke kamar Reka. Ketika mereka mencapai kamar itu, mereka melihat Reka dalam kondisi yang sangat parah.Reka terbaring lemah dan wajahnya pucat seperti kertas. Mia dengan cepat mendekati tempat Reka bersandar dan duduk di sampingnya. Ketika Mia mengulurkan tangannya untuk memegang tangan Reka, jari-jarinya kelihatan begitu rapuh dan kering."Apa yang terjadi padamu?" tanya Mia dengan suara rendah.Reka hanya diam, matanya terkatup rapat dan tidak bisa membuka mulutnya. Tetapi, mereka tidak menyerah. Mereka berusaha mencari tahu apa yang sedang terjadi pada Reka dan apakah ada yang bisa mereka lakukan untuk membantunya.Mia mengeluarkan bola kristal kecil dari tasnya, dan
Dalam benaknya, Martis terus berpikir. Dengan konsentrasinya yang sangat baik, Martis mencoba menelaah tentang kejadian hari ini. Dan pada saat ini, Mia sedang berjalan ke arah pintu yang tersembunyi di belakang tirai, dengan Phynoglip dan Emily mengikuti di belakangnya. Martis juga mengikuti mereka, dengan rasa penasaran yang semakin besar. Saat mereka mencapai pintu tersebut, Mia berhenti dan menatap Martis dengan senyumannya yang lembut. "Aku akan menunjukkan kamu bahwa kita tidak memiliki apa-apa yang berharga," ucap Mia. Dan tiba-tiba saja, ada kejadian aneh. Mia menghilang begitu saja di hadapan mereka. Phynoglip serta Emily terkejut dan menatap bayangan tersebut dengan rasa penasaran. "Apa yang terjadi?" tanya Phynoglip heran. "Aku tidak tahu," ucap Emily yang sama herannya. "Tapi aku rasa Mia yang kita lihat sebelumnya bukanlah Mia yang sebenarnya." Dan selang beberapa menit kemudian, Mia muncul kembali. Ternyata..., sosok yang mengaku sebagai Mia ini hanyalah bayang
Mia berjalan ke arah Martis, dengan Phynoglip dan Emily mengikuti di belakangnya. Martis menatap Mia dengan rasa penasaran, kemudian berbicara dengan suara yang keras. "Apa yang kamu ingin lakukan, Mia?" tanya Martis dengan suara yang keras. Mia tetap tersenyum lembut, kemudian berbicara dengan suara yang pelan. "Aku ingin menunjukkan kamu bahwa kita tidak memiliki apa-apa yang berharga," ucap Mia. Martis menatap Mia dengan rasa penasaran, kemudian berbicara dengan suara yang keras. "Apa yang kamu maksud?!" tanya Martis dengan suara yang keras. Dengan senyum lembutnya, Mia kemudian berbicara dengan suara yang pelan. "Aku akan menunjukkan kamu bahwa kita hanya memiliki puisi yang tidak berharga," ucap Mia dengan suara yang masih sama pelannya. Mia kemudian mengambil kertas yang memiliki puisi yang tertulis di dalamnya dari Emily, kemudian memberikannya kepada Martis. Martis menatap kertas tersebut dengan rasa penasaran, kemudian berbicara dengan suara yang keras. "Apa yang
Mia memimpin mereka ke arah mesin tersebut, dengan Phynoglip dan Emily mengikuti di belakangnya. Saat mereka mendekati mesin tersebut, mereka melihat bahwa mesin tersebut memiliki sebuah layar yang besar dan beberapa tombol yang berkilauan. Mia menekan salah satu tombol tersebut, dan layar mesin tersebut langsung menyala. Phynoglip dan Emily terkejut melihat bahwa layar tersebut menampilkan sebuah gambar yang aneh, seperti sebuah peta yang kompleks. "Apa ini?" tanya Phynoglip dengan suara yang penasaran. Mia menjawab, "Ini adalah peta sistem yang kita gunakan untuk mengontrol dunia ini," ucap Mia dengan suara yang pelan. "Dengan peta ini, kita dapat melihat bagaimana sistem tersebut bekerja dan bagaimana kita dapat mengubahnya." Emily kemudian menatap peta tersebut dengan rasa penasaran. "Bagaimana kita dapat mengubahnya?" tanya Emily dengan suara yang pelan. Mia memandang Emily dengan mata yang berbinar. "Kita dapat mengubahnya dengan menggunakan kode yang tepat," ucap Mia
Phynoglip mengangguk, kemudian menatap sekeliling tempat mereka berada. "Tempat ini aneh," ucap Phynoglip dengan suara yang pelan. "Aku merasa seperti berada di dalam komputer atau sesuatu." "Aku juga merasa seperti itu. Sepertinya kita berada di dalam sistem atau dimensi lain." jawab Emily dengan nada yang sama dengan Phynoglip. Keduanya terdiam sejenak, kemudian Phynoglip bertanya lagi. "Kamu pikir apa yang disembunyikan oleh Martis?" Emily memandang Phynoglip dengan serius. "Aku pikir Tuan Martis menyembunyikan sesuatu hal yang sangat penting." Phynoglip mengangguk, kemudian keduanya terdiam lagi. Akan tetapi, kali ini tiba-tiba, Phynoglip berbicara dengan nada yang berbeda. "Emily, aku merasa ada sesuatu yang aneh di sini. Sepertinya kita tidak sendirian." Emily menatap Phynoglip dengan heran, kemudian menoleh ke sekeliling. Tiba-tiba, dia melihat bayangan yang bergerak di kejauhan. "Apa itu?" bisik Emily dengan suara yang pelan. Kemudian Phynoglip berjalan menuju bayangan te
Martis hari ini dipusingkan dengan tingkah laku kedua bayi besarnya, yaitu Emily dan Phyno. Dan tanpa diduga, saat Martis menatap wajah Emily, lagi-lagi ia teringat akan raut wajah istrinya. Sampai tanpa sadar dia berucap, "Mia...?" Martis kemudian tiba-tiba memeluk tubuh Emily. "Maafkan aku, Mia..., aku pasti akan kembali," ucap Martis yang mempererat pelukannya pada Emily. "Aku bersumpah! Akan menemukan cara untuk kembali pada mereka. Tapi kira-kira, apakah mereka masih mengingatku?" Emily yang tidak mengerti apa yang terjadi, menatap wajah Martis dengan heran. la merasa tidak nyaman dengan pelukan Martis yang terlalu erat. Sementara itu, Phyno yang ada di sebelahnya, menatap Martis dengan rasa penasaran. "Martis, apa yang terjadi?" tanya Phyno dengan suara yang pelan. Martis tersadar dari lamunannya dan melepaskan pelukannya pada Emily. la memandang wajah Emily dan tersenyum. "Maaf, Emily," ucap Martis dengan suara yang lembut. "Aku hanya..., teringat pada seseorang yang
Rupanya, Raja Kegelapan telah mempersiapkan strategi untuk menghadapi Martis. Saat ini ia memutuskan bahwa dia dan anaknya masih harus berada di dalam gunung berapi tempat mereka berada saat ini untuk sementara waktu. Nampaknya Raja Kegelapan kali ini lebih waspada dalam menghadapi Martis. Dia telah kehilangan Black Rose karena kala itu telah meremehkan Martis. Padahal ia berpikir bahwa Black Rose akan dapat mengalahkan Martis dengan mudah. Namun kenyataannya, justru sebaliknya. Kekalahan Black Rose sangat membuatnya rugi besar. Sebab, Black Rose beserta semua pengikutnya telah diberantas habis oleh Martis sampai tak tersisa satupun. Sementara Raja Kegelapan masih bersembunyi di dalam gunung berapi, beberapa Minggu kemudian Martis dan yang lainnya kini telah kembali pulih. Dan ternyata, Martis tengah berusaha memisahkan aura kegelapan yang tersisa dalam tubuh Phynoglip. Namun usahanya belum membuahkan hasil. Memang benar, dalam beberapa hari ini ia telah berhasil membuang sebagian
Raja Kegelapan sangat marah karena merasakan hawa keberadaan Black Rose yang terhubung dengan jiwanya kini telah menghilang."Black Rose...? Ti-tidak...!" Raja Kegelapan berteriak histeris di dalam ruangan persembunyiannya."Tidak akan aku maafkan! Black Rose mati dikalahkan oleh manusia bernama Martis itu! Aku tidak boleh bersantai-santai. Yah..., aku akan membalaskan semua yang telah dilakukan oleh Martis! Terutama atas kematian Black Rose!" Raja Kegelapan kemudian bangkit dari tempatnya. Kali ini amarahnya benar-benar berada di puncaknya. Hal yang membuat ia sangat marah tentu saja atas kematian Black Rose, wanita yang sangat dicintainya.Kemudian Raja Kegelapan pergi ke suatu tempat. Tempat itu adalah gunung berapi yang ada di ujung wilayah barat. Gunung berapi ini adalah tempat di mana Raja Kegelapan pernah berlatih bersama Black Rose.Dan rupanya, di gunung berapi ini juga Black Rose pernah menyimpan benih. Benih itu adalah hasil dari perkawinan mereka berdua. Dan selama ini, be
Dan akhirnya, Martis tumbang juga. Setelah energi dan stamina terkuras habis, waktu kembali normal. Dan mereka tetap berada di tempat terakhir kalinya. Gedebugh...! Tubuh Martis yang terkulai lemas akhirnya terkapar di lantai. Karena mendengar ada suara aneh, Emily yang ada di atas ranjang menoleh ke arah sumber suara. Dan ia melihat di sana ada tubuh Martis yang tergeletak di lantai tak sadarkan diri. "Tu-tuan Martis...?" ucap Emily yang kemudian ia turun dari ranjang dan segera memeriksa keadaan Martis. Ia sudah ingat dengan apa yang terjadi. "Martis...? Wah, iya, aku harus membantunya." Begitu pula dengan Phynoglip yang baru sadar dan ingat semaunya. Ia bergegas membantu Emily untuk mengangkat tubuh Martis ke atas ranjang. "Hey, tubuhku masih terluka, tapi aku bisa kok, menjaga Martis agar tetap stabil. Aku akan berbaring di sampingnya sampai ia kembali pulih. Aku tidak keberatan berbagi energi dengan dirinya. Aku bisa melakukan teknik Transfer Energi melalui genggaman
Akhirnya Martis menunda untuk menyelidiki apa yang terjadi sebenarnya.Dan pada esok paginya, barulah Martis kembali menemui mereka berdua di kamar yang sama."Kalian sudah membaik?" sapa Martis seraya mengambil kursi untuk duduk di dekat ranjang yang mereka berdua gunakan untuk tidur."Menurutmu?" Phynoglip menjawab, namun malah balik bertanya."Kalau aku, sudah merasa lebih baik dari kemarin. Rasa pusing di kepala sudah hilang. Kalau kemarin, saat melirik saja kepala langsung terasa pusing." Namun tidak dengan Emily, ia menjawab dan menjalankan keadaannya dengan apa yang ia rasakan saat ini."Baiklah, syukur kalau memang kau merasa lebih baik. Nah sekarang, aku ingin mengatakan sesuatu pada kalian berdua," ungkap Martis menjelaskan maksud dan tujuannya hari ini datang pada mereka berdua.Martis mengatakan bahwa dia telah memiliki sebuah teknik yang dapat memutar waktu. Namun ada resiko yang sangat besar, yaitu kehabisan stamina dan energi setelah berhasil menggunakan teknik itu. Kon