Layla mengeluarkan sesuatu dari dalam tas miliknya. Terlihat ada sebuah kotak kecil yang ternyata berisikan makanan. Ternyata makanan itu adalah semur ayam kesukaan Reka. Layla bisa tahu kalau Reka menyukai semur ayam karena sempat beberapa kali mengobrol guna saling mengakrabkan diri."Wah...! Ini adalah semur ayam favoritku! Kak Layla, sepertinya kau saja yang aku pilih menjadi Kaka Iparku." Sangking senangnya, Reka langsung meraih kotak kecil yang dibawa oleh Layla itu. Dan tanpa sadar, ucapan Reka membuat wajah Layla langsung merah merona dan tersipu malu."Re-reka, apa yang kau katakan? Kau ini, bisa saja." Dengan wajah yang sangat jelas terlihat berwarna merah merona, Layla memegangi ujung bajunya dan rasa gugup juga langsung menghampirinya."Ehem, ehem!" Namun Martis langsung berdeham.Ketika mendengar Reka mengatakan tentang kakak ipar, tentu saja Selena yang ada di sana langsung merasa cemburu. Selena langsung merubah posisi duduknya dan mendekati Martis."Martis, apakah sete
Sepertinya Martis merasakan bahwa ada sesuatu makhluk di dasar sungai. Melihat dari ekspresi dari wajah Martis, sangat jelas kalau hal ini sangat serius. Reka pun menunggu apa yang akan Martis katakan selanjutnya.Martis berjalan ke tepi sungai untuk memastikannya. Kalau dilihat dari teknik Sensorik miliknya tadi, ukuran makhluk itu sangatlah besar. Hal itulah yang membuat Martis menjadi waspada."Mungkin aku coba saja, siapa tahu berhasil." Rencana Martis adalah menarik keluar mahkluk yang ada di dasar sungai itu dengan cara menyemburkan kekuatan elemen apinya.Bur...!Kekuatan elemen api langsung menyebar ke dalam air.Ternyata Martis benar-benar berniat untuk menaikkan suhu air di sungai itu sampai mendidih, guna membuat mahluk besar yang terdeteksi oleh teknik sensor miliknya tadi agar mau keluar ke permukaan.Tring!"Tugas bonus, kalahkan makhluk Yanga ada di dalam dasar sungai, dan dapatkan hadiahnya." Ternyata sistem kembali memberikan satu tugas pada Martis.Tring!"Tugas tamb
Martis menendang beberapa kali kepala ular putih besar itu guna memastikan lagi, apakah ular putih besar ini benar-benar sudah mati atau belum.Brak!Ternyata ular putih besar ini belum mati. Ular putih besar tiba-tiba bergerak dan langsung mengibaskan ekornya guna menghempaskan tubuh Martis yang posisinya Menag sangatlah dekat.Bam!Sepertinya hempasan dari ekor ular putih besar ini memang sangatlah kuat. Itu terbukti dari suara yang dihasilkan ketika menghantam tubuh Martis. Tubuh Martis akhirnya meluncur seperti anak panah yang dilesatkan dari busurnya.Siuw...!"Argh! Sial!" Karena memang tidak seberapa siap, serangan dadakan itu berhasil membuat tubuh Martis terpental puluhan meter.Bam!Kemudian tubuh Martis berhenti setelah menabrak beberapa batang pohon besar. Dan beberapa batang pohon yang ukurannya cukup besar itu langsung roboh karena tidak sanggup menahan tubuh Martis yang terpental dengan sangat kuat ini.Krak, krak, krak!Beberapa detik kemudian pohon besar yang lainnya
Sepertinya energi dan stamina milik Reka sudah cukup pulih. Yah..., walaupun belum sepenuhnya tapi nampaknya Reka merasa sudah cukup untuk kembali menyerang ular putih besar menggunakan teknik sinar lasernya.Nging...!Kembali terdengar suara dengungan.Slash...!Boom!Sepersekian detik kemudian sinar laser milik Reka berhasil menembus badan ular putih besar."Huh, huh, huh." Nafas Reka kembali tersengal setelah melepaskan satu tembakan sinar laser miliknya.Ular putih besar itu pun menggeliat karena merasa kesakitan. Tubuh pada bagian pangkal ekor ular putih besar itu terlihat dengan jelas dan nampak ada bekas luka yang berbentuk bulat, dan luka itu juga tembus.Sinar laser milik Reka memang sangatlah luar biasa. Padahal sisik yang dimiliki ular putih besar ini sangatlah keras. Akan tetapi Reka mampu melukainya hanya dengan satu serangan saja. Namun Reka langsung merasakan efek samping setelah melakukan serangan tadi.Martis berterima kasih kepada Reka yang telah membantunya menahan
Martis sempat menyuruh Reka untuk diam beberapa menit. Dan beberapa menit kemudian Reka masih belum mengerti juga, kenapa Martis menyuruhnya diam?"Tunggu saja sebentar lagi," bisik Martis.Reka hanya menganggukkan kepalanya menjawab bisikan dari Martis.Krak!Kali ini terdengar seperti ada suara ranting kayu yang patah karena terinjak.Reka baru sadar apa yang Martis maksudkan setelah mendengar suara ranting kayu yang diinjak itu. Namun tetap tidak ada pergerakan juga. Alhasil, Reka jadi merasa penasaran."Eh? Siapa yang tadi itu ya Kak? Coba aku lihat saja." Dengan sangat percaya dirinya Reka berjalan menuju sumber suara ranting kayu yang terinjak tadi.Martis ingin menahan Reka tapi ia telat. Reka sudah berlari kecil ke arah semak-semak yang ada di dekatnya."Huft, dia sangat ceroboh." Melihat sikap Reka ini, Martis hanya mempu menghela nafasnya."Siapa di sana? Halo...?" Di dalam benak Reka, ia membayangkan kalau di balik semak ini adalah kelinci. Entah apa yang dipikirkan Reka, b
Martis tadinya ingin kembali memastikan apakah harimau besar yang berhasil ia pukul tadi sudah mati atau belum. Namun ia mengurungkannya. Sebab Martis berpikir kalau saja harimau itu masih hidup, pasti akan kembali menyerang mereka berdua. Dan nyatanya harimau besar itu masih tetap terlihat dari kejauhan sudah terkapar dan tidak lagi bergerak sedikitpun.Niat Martis awalnya datang ke daerah puncak pegunungan ini ingin melatih kekuatan Reka. Tapi ternyata, malah terjadi hal yang tidak diinginkan. Sebenarnya Martis malah merasa senang, dengan adanya musuh yang tak diduga seperti ini juga bisa dikatakan termasuk latihan bagi Reka. Buktinya saja, tadi Reka dapat bekerja sama bersama Martis dengan baik untuk mengalahkan ular dan harimau buas itu.Martis kembali mengaktifkan teknik Sensorik miliknya guna memastikan keadaan bahwa benar-benar sudah aman.'Sepertinya sudah aman.' Martis mengedarkan pandangannya tapi tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan seperti tadi."Bagaimana Kak? Apakah
Martis merasa tidak tega saat melihat adik sepupunya ini yang bernafas dengan terengah-engah. Martis juga merasa sangat kagum melihat semangat dan kerja keras Reka untuk berlatih agar menjadi lebih kuat."Huh, huh, huh..., Kak Martis, aku memang masih ingin meneruskan latihan ini. Tapi maafkan aku Kak, sepertinya batas kekuatan fisikku hanya sebatas ini saja. Huh, huh, huh." Kedua tangan Reka akhirnya menyentuh lutut. Dan nafas Reka pun sudah terdengar sangat berat."Reka, jangan terlalu memaksakan diri. Kalau begitu ayo kita beristirahat sejenak. Dan lagi, jangan kau samakan kemampuan fisikmu dengan kemampuan fisik yang aku miliki. Sudah, ayo kita beristirahat. Lagi pula langit sudah gelap." Melihat Reka yang kelelahan seperti ini, Martis mendekati Reka dan memapahnya menuju tenda yang sudah mereka siapkan siang tadi. Dan benar saja, kalau tidak di papah oleh Martis, Reka benar-benar tidak sanggup lagi untuk melangkahkan kedua kakinya. Saat berjalan pun Martis melihat kalau kedua kak
Lagi-lagi ada pemberitahuan dari sistem milik Martis yang memberi peringatan bahwa adanya pengintai. Padahal ketika tadi Martis mengaktifkan teknik Sensorik miliknya, ia tidak mendeteksi adanya keberadaan atau sesuatu yang mencurigakan. Namun saat ini, tiba-tiba ada yang mengintainya. Alhasil Martis jadi merasa penasaran.'Aktifkan teknik Sensorik.' Martis kembali mengaktifkan teknik Sensorik miliknya guna mastikan posisi pengintai itu.Namun ketika Martis mengedarkan indera sensornya, ia tidak juga berhasil menangkap keberadaan pengintai yang dimaksud oleh sistem tadi. Kedua alis Martis langsung terangkat. Baru kali ini ia kedatangan pengintai yang memiliki kemampuan tingkat tinggi seperti ini. Padahal biasanya, bahkan lalat pun mampu ia deteksi dengan cara menggunakan teknik Sensorik miliknya. Namun tidak untuk kali ini.'Eh? Sebenarnya siapa yang mengintaiku? Kenapa aku tidak dapat mendeteksi keberadaanya?' Martis masih terus mencoba mendeteksi keberadaan pengintai itu.Namun setel