Selina semakin panik, dia tidak tahu kenapa Bella dan teman-teman kelasnya bisa pergi ke mall ini juga. "Kita langsung ketemu di Timezone saja, Pak," ujar Selina, dia segara berjalan pergi meninggalkan Ethan beserta dua anak kembar itu."Daddy, Kak Selina kenapa pergi?" tanya Lily, sembari mendongak menatap Ayahnya."Mau ke kamar mandi, nanti menyusul. Ayo, kita pergi ke Timezone sekarang saja," ajak Ethan, sembari mengandeng dua anaknya di kiri dan kanan.Ethan terus berjalan ke arah tujuan. Dengan kedua anaknya yang terlihat sangat senang itu. Tak lama, Ethan melihat Bella dan teman-temannya melihat ke arahnya. Lantas, mereka berjalan menuju dirinya."Pak Ethan, wah tidak menyangka kita bisa berjumpa di sini," ujar Bella dengan semangatnya."Iya." Hanya itu jawaban dari Ethan, sudah biasa bukan jika pria itu memang dingin.Bella menatap ke arah dua anak Ethan yang sangat lucu-lucu itu. Terlihat begitu menggemaskan di mata mereka."Hai ganteng, cantik, nama kalian siapa? Perkenalkan
Pagi ini, Selina ikut Ethan mengantar Lukas dan Lily ke sekolah. Sekalian dia menebeng ke kampus, karena memang satu tujuan dengan Ethan. Walaupun sebenarnya, kelas Selina dimulai jam 10 pagi. Dan sekarang baru jam 7.30. Mungkin nanti Selina akan ke kantin, sembari menunggu jam kuliahnya. "Yee udah sampai," ujar Lily dengan semangatnya.Memang, Ethan baru saja menghentikan mobilnya di depan TK kedua anaknya itu. Lukas dan Lily pun menyalami dirinya, lantas keluar dari mobil yang diikuti oleh Selina."Kalian sekolahnya yang benar, jangan nakal-nakal. Harus patuh sama Ibu guru, gak boleh membantah. Kalian berdua mengerti?" Selina memberikan pengertian, dia harap kedua anak Ethan ini paham."Iya, Kak, kita pasti akan menurut sama Ibu guru," balas Lukas, dengan wajah seriusnya."Bagus, kalau begitu cepat kalian masuk. Nanti keburu Bu guru masuk ke kelas lebih dulu," pinta Selina.Kedua anak kecil itu pun menurut, mereka langsung menyalami tangan Selina dan berlarian masuk ke dalam sekol
"Pak, kita ke kampus sekarang aja, yuk. Saya takut telat ini, saya kan mau jadi anak rajin," ujar Selina tiba-tiba, dia seolah mengganti topik pembicaraan mereka.Ethan menghela nafas, Selina tidak menjawab pertanyaannya. Ethan pun menatap ke arah jam tangannya. Memang waktu berjalan begitu cepat."Ya sudah, ayo kita ke kampus. Saya juga harus mengajar," ajak Ethan cepat."Bapak memang gak kerja di kantor ini?" Selina merasa penasaran."Nanti siang, setelah saya mengajar," balas Ethan, Selina pun hanya mengangguk-anggukan kepalanya saja.Mereka pun berjalan beriringan keluar dari kantor ini. Menuju parkiran tentunya. Selina hanya mampu terdiam saat mereka berada di dalam mobil. Wajahnya tampak sangat lesu dan sedih.Ethan pun melirik ke arah kekasihnya itu, dia merasa benar-benar ada yang aneh dengan Selina. Entah mengapa kini dia merasa sangat takut kehilangan Selina. Kehilangan separuh jiwanya."Kamu kalau semisal ada masalah tidak apa bercerita sama saya. Mungkin, saya bisa memberi
Tanpa terasa, hari telah berlalu, dan hari ini terkahir dirinya akan tinggal di rumah Ethan. Sudah satu bulan lamannya dia tinggal bersama pria itu dan kedua anaknya. Banyak kenangan yang tercipta di antara mereka. Selina sudah mengemasi barang-barangnya tadi malam. Kebetulan hari ini dia memang ada kuliah sampai malam. Jadi, besok pagi dia tinggal berpamitan kepada Ethan. "Ngelamun aja, Bun," ujar seorang pria sembari menepuk pundaknya. Selina yang sedang menyeruput jus mangga miliknya terlonjak kaget. Untung saja dia tidak tersedak minumannya sendiri. Selina melotot karena Reno datang tiba-tiba dan mengganggunya. "Bisa gak sih kalau datang gak ngagetin!" kesal Selina, dengan wajah ditekuk."Mang, baksonya satu sama es teh satu ya," pinta Reno kepada sang petugas kantin.Reno kini menatap ke arah Selina lekat. Detik berikutnya, pria itu pun tertawa. Padahal tidak ada yang lucu."Gila emang," kesal Selina, sembari menyeruput jus mangganya kembali.Selina kembali merenung, untung sa
Selina menatap haru Ethan yang kini berjalan dengan perlahan ke arahnya. Dia merasa, bibirnya terasa kelu untuk berbicara barang sepatah katapun. "Ini, bunga cantik untuk wanita cantik sepertimu." Ethan memberikan buket bunga mawar itu kepadanya.Selina menerimanya perlahan-lahan, dia menatap lekat wajah Ethan yang tampak begitu tampan di balik cahaya remang-remang rumah ini. "Satu bulan sudah, kamu tinggal bersama saya. Satu bulan itu, banyak kenangan indah yang sudah kita bagun. Kamu memberikan warna yang begitu indah di hidup saya. Membuat saya benar-benar jatuh hati kepadamu," gumam Ethan dengan wajah seriusnya.Selina hanya diam dan menyimak semua perkataan Ethan kepadanya. "Tidak hanya itu saja, kamu telah membuat kedua anak-anak saya berubah. Mendidik mereka dengan sangat baik. Kamu adalah wanita hebat yang pernah saya kenal. Maaf, jika dulu sikap saya terlalu kasar kepadamu. Jika saya dulu sering melukai kamu," tutur Ethan, suaranya mengalun begitu lembut."Kamu adalah wani
Selina tidak mampu berkutik apapun lagi, mendengar suara rintihan dari Ethan mampu membuat hatinya berdenyut nyeri. Pelukan dari pria itu terasa sangat erat di tubuhnya. Seolah-olah Ethan memang tidak ingin kehilangan dirinya. Dan sangat menyayanginya dengan sepenuh hati. Terlepas dari dirinya yang sudah berbohong tidak mencintai pria itu."Saya mohon, Selina, tetaplah berada di samping saya. Sudah cukup dulu Rosalin meninggalkan saya, dan saya tidak mau kamu melakukan hal yang sama. Saya sangat mencintai kamu, tolong jangan pergi," lirih Ethan, suaranya terdengar serak.Selina tak mampu membendung air matanya lagi. Dia benar-benar mendengar tangisan dari Ethan berserta Lukas dan Lily. Mereka bertiga benar-benar tak ingin dia tinggalkan."Lebih baik Pak Ethan melupakan saya. Daripada Bapak terus merasakan sakit akibat terbelenggu dengan cinta satu pihak. Saya yakin, Pak Ethan pasti bisa mendapatkan wanita yang jauh lebih baik daripada saya. Tapi untuk tetap berada di samping Bapak, m
Selina masih diam, membiarkan Papanya mengetuk pintu kamar tanpa henti. Tetapi, lambat laun dirinya menjadi terganggu. Papa memang sangat keras kepala bukan."Selina, Papa mau bicara sama kamu. Buka pintunya dulu," ujar Papa dari balik pintu kamarnya.Selina menghela nafas beratnya, dia pun beranjak dari ranjang. Berjalan gontai ke arah pintu kamar. Dengan cepat, membuka pintu kamarnya. Menatap Papa datar, pria paruh baya itu masih berada di depan kamar. Papa tampak kesal, karena tidak dia buka-bukaan pintu sedari tadi."Ada apa, Pah?" tanya Selina malas."Papa bawakan kamu makan. Papa tahu kamu belum makan kan pasti." Papa menyodorkan sepiring makanan untuknya."Aku lagi gak nafsu makan, Pah. Aku ingin sendiri lebih dulu. Maaf, Papa bisa pergi dari kamarku sekarang juga." Selina tidak bermaksud mengusir Papa, dia hanya ingin menenangkan diri untuk sementara waktu. "Papa boleh masuk?" Bukannya pergi, Papa malah bertanya kepadanya.Selina menatap pria paruh baya di depannya kini. Pap
Reno mengetuk pintu ruangan milik Ethan, dia tidak tahu mengapa dosennya itu memanggil dirinya. Karena dia merasa tidak memiliki salah apapun kepada Ethan. "Masuk!" Mendengar suara itu, Reno bergegas membuka pintu ruangan. Menatap Ethan yang kini tengah duduk di kursi kebesarannya itu. "Duduklah, Reno," pinta Ethan tegas.Dengan cepat, Reno pun mendudukan dirinya di kursi yang berhadapan dengan Ethan. Tubuhnya menegang, takut Ethan akan memarahinya."Maaf, tapi ada perlu apa Bapak memanggil saya kemarin?" tanya Reno penasaran.Ethan bingung, harus darimana dia memulai pembicaraan mereka. Karena sebenernya, ini menyangkut ranah pribadi. Bukan lagi hubungan antar dosen dan mahasiswa."Reno, saya minta maaf jika pertanyaan saya akan menyinggung kamu. Saya hanya ingin tahu, kamu ada hubungan apa dengan Selina?" tanya Ethan to the point.Ethan tidak bisa menahan diri lagi, dia benar-benar harus mencari tahu hubungan Reno dan Selina. Reno terbelalak, dia tidak menyangka Ethan akan berta
Sore ini, Ethan mengajak keluarganya untuk pergi ke taman kota. Banyak sekali para keluarga kecil yang datang kemari. Ada banyak penjual juga di sini. Terlebih sekarang hari Minggu, membuat suasana menjadi semakin ramai. "Dad, mau beli eskrim," pinta Lily, sembari menaik-narik baju yang Ethan pakai. "Iya, Dad, ayo kita beli ekskrim." Lukas menimpali. Ethan yang sedang mendorong stroller bayinya pun menoleh ke arah Selina. Seolah meminta pendapat istrinya itu."Iya, kalian beli eskrim saja. Nanti biar aku cari tempat duduk." Selina memperbolehkan. "Ya sudah, mari kita beli eskrim anak-anak," ajak Ethan."Yee beli eskrim!" Sorak kesenangan keluar dari mulut Lukas dan Lily. Akhirnya, Ethan mengandeng tangan kedua anaknya itu pergi mencari eskrim. Sedangkan Selina kini ganti mendorong stroller anaknya menuju ke arah tempat duduk yang tersedia di taman ini. "Kita jalan-jalan, Liora," ujar Selina, mengajak putrinya berbicara. Memang, bayi mereka yang bernama Liora Naomi Bratawijaya k
Selina beberapa kali tertawa keras saat melihat kedua anaknya dan Ethan sedang bermain bersama. Karena siapa yang kalah, akan dicoret dengan tepung wajahnya. "Hewan yang menggunakan huruf X?" Lukas memberikan pertanyaan ke Ethan, mereka memang sedang bermain tebak-tebakan."Hm, apa ya." Ethan tengah berpikir keras."Hewan pakai huruf X, kira-kira apa yah." Ethan masih saja berpikir keras, dia tidak tahu. "Satu, dua, tiga." Lukas, Lily, dan Selina tampak menghitung bersama. Ethan semakin gusar, dia tidak tahu harus menjawab apa."Empat, lima!!""Daddy kalah!!"Teriak mereka kompak, tawa canda pun keluar dari wajah mereka. "Yah, kalah. Baiklah, Daddy akan menerima hukumannya," pasrah Ethan, mau bagaimana lagi bukan. Lukas dan Lily pun mengambil tepung, dan mengusapkannya ke wajah Ethan. Membuat tawa melengking kembali keluar. "Daddy lucu, kayak pakai bedak yang tebal. Hihi, lucu seperti badut," kekeh Lily, dia tampak sangat bahagia."Ya ampun, bener yang Lily bilang. Kamu lucu ban
Dua bulan berlalu, setelah pernikahan Selina dan Ethan. Tidak ada kesediaan yang mendera mereka lagi. Pernikahan mereka benar-benar diselimuti dengan kebahagiaan yang tak terhingga."Sibuknya istriku yang satu ini," ujar Ethan, sembari memeluk tubuh Selina dari belakang dan menyempatkan untuk mengecup pipi Selina. "Mas, kamu ngagetin aku aja deh. Jangan peluk-peluk gini, nanti kalau anak-anak lihat malu," ujar Selina, meminta suaminya itu untuk menyingkir.Dia memang pagi ini sedang membuat sarapan untuk mereka. Karena hari Minggu memang asisten rumah tangga mereka libur. Jadi, Selina yang harus memasak. "Anak-anak lagi mandi kayaknya, kamu tenang aja." Ethan bukannya menyingkir tapi malah semakin mengeratkan pelukannya itu. "Jangan begini, Mas, aku jadi sudah masaknya. Mau sarapannya terlalu siang karena gak matang-matang masakan aku?" tanya Selina, dia berusaha melepaskan pelukan dari suaminya."Maaf, sayang, habisnya Mas selalu kangen sama kamu," cletuk Ethan, membuat Selina mem
Acara resepsi pernikahan yang digelar sudah selesai, para tamu undangan juga sudah pulang ke rumah masing-masing. Tapi malam ini, Selina dan Ethan memang menginap di hotel, besok pagi mereka baru pulang ke rumah."Haduh, kenapa aku deg-degan banget begini, sih? Rasanya sangat mendebarkan," gumam Selina, sembari mondar-mandir di dalam kamar hotelnya. Kamar ini sudah dihias sedemikian rupa, terlihat sangat cantik dan romantis. Dengan taburan bunga mawar di atas ranjang putih."Tarik nafas buang, tarik nafas lagi, buang lagi," gumam Selina, dia berusaha menetralkan perasaanya.Malam ini adalah malam pertamanya dengan Ethan. Walaupun mereka memang sudah pernah tinggal satu rumah. Tapi jujur saja mereka tidak pernah satu kamar. Semua ini hal baru dan pertama untuk Selina. Dia sampai berkeringat dingin kali ini, padahal tadi dia yang paling bersemangat menggoda Ethan."Semoga Mas Ethan lama deh mandinya," ujar Selina, dia mengusap-usap tangannya sendiri untuk mengurangi rasa gugupnya.Tub
Satu bulan pun berlalu, dan sesuai dengan kesepakatan mereka waktu itu. Hari ini, pernikahan Selina dan Ethan digelar cukup meriah. Banyak tamu undangan yang datang. Hubungan mereka pun tidak dirahasiakan lagi di kampus. Karena Ethan juga sudah tidak menjabat sebagai dosennya lagi. Pria itu memutuskan untuk mengurus perusahaannya. "Ini tamu undangan gak selesai-selesai perasaan dari tadi. Pegel banget kaki aku, Mas," rintih Selina, dia memang tidak terbiasa menggunakan heels begini.Khusus pada acara resepsi pernikahannya kali ini. Selina memang berdandan dengan sangat cantik. Menggunakan gaun pernikahan warna abu-abu muda, senada dengan jas yang Ethan pakai. "Sabar ya, Sayang. Maklum saja, teman-teman Mas kan banyak. Apalagi teman-teman kedua orang tua kita," pinta Ethan, dia mengelus pelan lengan istrinya.Beberapa jam yang lalu, mereka memang sudah sah menjadi pasangan suami istri. Dan sekarang, mereka tengah melangsungkan resepsi pernikahan. "Kalau aku lepas aja heels ini bole
Selina menatap wajah Ethan serius, dia meneguk salivanya susah payah. Kini, Selina melihat Ethan berpindah tempat duduk. Tepat berada di sampingnya dan menatap dia serius. "Selina, will you marry me?" tanya Ethan, sembari mengenggam kedua tangan Selina erat.Beberapa detik kemudian, Selina tersenyum tipis dan langsung mengangguk. Membuat mata Ethan berbinar-binar. "Ya?" tanya Ethan memastikan."Tidak ada alasan apapun untuk menolak Bapak. Saya siap menikah dengan Bapak, dan menjadi ibu sambung dari anak-anak Bapak," jawab Selina dengan begitu gugup."Yang benar? Kamu tidak bercanda bukan?" Ethan kembali bertanya, dia saking senangnya. "Untuk apa saya bercanda? Bukannya dosen dingin saya yang mirip es batu ini tidak suka bercanda. Saya serius, Pak," jawab Selina, senyuman manis pun terbit di wajahnya."Selina, terima kasih banyak." Ethan saking bahagianya langsung mendekap tubuh Selina erat, melampiaskan rasa bahagianya.Selina meresapi pelukan yang Ethan berikan kepadanya. Rasanya
"Pak Ethan," ujar Selina dengan mata terbelalak. Selina tidak tahu apa maksud semua ini. Apa teman Papa itu adalah Mamanya Pak Ethan? Sungguh, semua ini menjadi teka-teki untuknya.Sedangkan Ethan, dia benar-benar kaget. Mama tadi mengajaknya untuk bertemu dengan wanita yang hendak dijodohkan dengannya bukan? Tetapi, kenapa mereka sekarang malah bertemu keluarga Selina?"Ayo silahkan duduk," ajak Papa, kepada Ethan dan Mamanya. Ethan dan Mamanya pun mendudukkan dirinya di sofa yang tersedia. Pertemuan dengan Selina kali ini benar-benar membuat hatinya sesak, dia merindukan wanita itu."Bagaimana perjalanan ke sini, jeng? Lancar, kan?" tanya Mama Selina, memulai pembicaraan."Aman terkendali, ya walaupun kena macet sedikit," balas Mama Ethan, sembari tersenyum ramah.Selina menatap mereka semua satu persatu, dengan tatapan bingungnya. "Tunggu-tunggu, ini sebenarnya maksudnya apa? Tadi Mama bilang kita mau kedatangan teman Papa. Dan sekarang kita lihat siapa yang datang. Sebenarnya a
"Ethan, nanti malam kamu tidak ada acara, kan?" tanya Mama kepadanya, saat ini dia memang sedang berada di ruang kerjanya.Meskipun kini dia sudah pindah ke luar kota. Tetapi, dia tetap memantau perusahaannya dari jauh. Ethan masih belum siap untuk kembali ke kota kelahirannya lagi. "Memangnya ada apa, Mah?" tanya Ethan penasaran, dia pun mengalihkan tatapannya dari layar laptopnya miliknya ke arah Mama. "Rencananya, nanti malam Mama akan mengajak kamu untuk bertemu dengan perempuan pilihan Mama. Kamu sudah siap, kan? Jangan menolaknya, Ethan. Karena kamu sudah menyetujui untuk Mama carikan jodoh," ujar Mama, menatap wajahnya lekat.Ethan pun menghela nafas, dia memandang ke arah wajah Mamanya. "Iya, Mah, nanti malam aku bisa kok. Tetapi, anak-anak bagaimana?" Dia menghawatirkan kedua anak-anaknya."Kamu tidak udah khawatir, anak buah Mama yang akan menjaganya. Lagian, acaranya juga tidak lama," jawab Mama, menatapnya hangat."Nanti aku akan menemui wanita itu. Mama ikut juga?""Iy
Ethan sedang membaca koran di ruang tengah dengan secangkir kopinya. Dia tampak begitu menikmatinya, sedangkan kini kedua anaknya tidur siang. "Ethan, Mama mau bicara hal penting denganmu," ujar Mama yang tiba-tiba datang.Memang, kemarin Mama tiba di Bali untuk menemuinya beserta Lukas dan Lily. Dan kini, Mama pun mulai mendudukan dirinya di depan Ethan.Mendengar itu pun, Ethan lantas menaruh koran yang dirinya pegang ke meja kaca. Lantas, menatap serius ke arah Mamanya. Entah apa yang akan wanita paruh baya itu sampaikan kepadanya."Ada apa, Mah?" tanya Ethan to the point, dia tidak mau basa-basi apapun."Mama berencana untuk mulai mencarikan kamu jodoh lagi seperti dulu. Ya seperti yang kita ketahui, jika hubunganmu dengan Selina sudah selesai. Mama hanya ingin kamu segera menikah kembali, agar ada yang membantumu mengurus kedua anakmu itu," ujar Mama sembari menatapnya serius. Ethan tahu, pembahasan ini pasti akan Mama sampaikan kepadanya. Dan sekarang adalah waktunya, Mama lag