Sesampainya di rumah, Selina langsung bergerak cepat. Dia pun berjalan ke arah kamar Ethan. Karena harus mencari kunci ruang rahasia itu sebelum Ethan pulang ke rumah. Selina pun mencari-cari kunci itu di kamar Ethan. Untung saja kamarnya tidak di kunci, sehingga memudahkan Selina untuk masuk ke dalam."Hais, di mana sih Pak Ethan nyipem kuncinya." Selina tampak menggaruk kepalanya yang tidak gatal, karena dia benar-benar sangat bingung.Selina membuka laci-laci meja milik Ethan, mencarinya di rak buku, di lemari Ethan dan di manapun yang menurutnya dapat ditemukan. Walaupun sampai sekarang belum juga ketemu."Pak Ethan kalau nyimpen barang pinter banget sih. Sampai-sampai gak bisa ditemukan begini. Atau jangan-jangan, kunci itu sebenarnya dibawa sama Pak Ethan joging ya?" gumam Selina dengan kebingungannya.Bukan Selina namanya jika langsung menyerah begitu saja. Selina kembali mencari, bahkan sampai ke kolong tempat tidur milik Ethan. Seketika, matanya terbelalak saat melihat sebua
Selina kini hanya mampu menyunggikan senyumnya sembari menatap lekat ke arah Ethan."Em, tadi saya pikir Pak Ethan udah pulang ke rumah. Jadinya saya mau pamitan deh," balas Selina, dia berharap Ethan akan percaya dengan perkataannya barusan. "Memangnya kamu mau pergi ke mana?" Ethan tampak menaikkan sebelah alisnya."Loh, Pak Ethan memangnya lupa kalau sekarang hari Sabtu? Bukankah sesuai perjanjian sayembara itu, hari Sabtu saya libur menjadi pengasuh dan boleh pulang ke rumah saya." Selina pun menjelaskan. Ethan sampai lupa akan hal itu, padahal dulu dia sendiri yang membuat peraturannya. Tapi wajar saja jika dirinya lupa, karena selama ini Selina memang bisa dibilang tidak pulang ke rumahnya sendiri. Dan setiap hari Sabtu pun, Selina tetap berada di rumahnya ini. "Tunggu kalau begitu, saya akan siap-siap lebih dulu," pinta Ethan, membuat Selina kebingungan."Eh, Pak Ethan memangnya mau ke mana?""Ya saya kan mau nganterin kamu pulang, sekaligus saya juga ingin mengetahui di man
Selina masuk ke dalam rumahnya, baru saja dia dibukakan pintu oleh salah satu asisten rumah tangga. Kebetulan memang di rumahnya ini, memiliki beberapa asiten rumah tangga yang bekerja."Papa sama Mama di mana, Bi?" tanya Selina pada salah satu asisten rumah tangganya itu."Nyonya sama Tuan ada di ruang tengah, Non," jawabnya. Selina pun menganggukkan kepalanya, lantas mengucapkan terima kasih kepada wanita paruh baya tersebut. Dengan cepat, Selina berjalan menuju ruang tengah.Rasanya sangat tidak sabar untuk bertemu dengan kedua orangtuanya kembali. Terlebih Mama, yang sudah hampir satu bulan ini mereka tidak berjumpa."Mamah, Papah!" teriak Selina dengan hebohnya, hingga membuat kedua orangtua itu menoleh ke arahnya. "Selina! Astaga, Mama tidak menyangka kamu akan pulang ke rumah." Mama dengan semangatnya langsung berjalan dan menyambutnya dengan pelukan."Mama kangen sekali sama kamu. Kenapa kamu tidak pernah pulang ke rumah selama ini?" tanya Mama tanpa berniat untuk melepaskan
Papa tampak sangat kaget saat mendengar penuturan Selina barusan. Matanya melotot tak percaya, dengan kedua tangan yang mengepal kuat. Seolah tidak terima atas pengakuan jujur dari putrinya. "Papa tidak izinkan kamu untuk menjalin hubungan apapun dengan duda itu, Selina! Tugas kamu bukan untuk menjalin asmara, namun untuk mengungkap kasus korupsi ini. Kamu harus fokus di misi ini dan tinggalkan Ethan!" perintah Papa, dari raut wajahnya terlihat tidak bisa diganggu gugat. Selina rasanya ingin menangis saat ini juga. Hubungannya dengan Ethan benar-benar tidak mendapatkan restu dari Papa. Bukankah suatu hal yang sangat menyakitkan untuknya? "Memangnya salah jika aku jatuh cinta, Pah?" tanya Selina dengan beraninya."Tidak salah apapun, hanya saja kamu salah jatuh cinta kepada orang. Bagaimana mungkin kamu bisa jatuh cinta dengan seorang duda yang sudah memiliki anak? Apakah kamu yakin jika duda itu sudah benar-benar melupakan mantan istrinya? Apakah kamu tidak takut jika ternyata diri
Selina merasa tidak memiliki nafsu makan lagi. Entah kenapa Papanya harus bertanya soal keputusannya itu sekarang. Padahal dia baru menyantap satu potong ayam goreng."Pah, lebih baik kita makan malam dulu. Baru membahas yang lainnya," pinta Mama yang baru saja ikut bergabung di meja makan. "Ya sudahlah kalau begitu, mari kita makan malam bersama," pasrah Papa."Maaf, aku sudah kenyang." Selina tiba-tiba saja beranjak dari kursinya dan hendak meninggalkan meja makan."Selina, duduk sekarang juga. Papa tidak akan membiarkan kamu pergi sebelum kita makan malam bersama!" perintah Papa dengan tegas.Selina memutar bola matanya malas, dia pun kembali duduk di kursi itu bersama kedua orang tuanya. Dan terakhir dirinya harus ikut makan malam bersama mereka. Padahal dia saja belum sempat mandi. Tidak ada pembicaraan apapun di meja makan ini. Hanya terdengar dentingan sendok dan garpu yang beradu menjadi satu. Selina pun hanya menyantap makanannya dengan malas. "Makan yang benar, Selina. Ja
Ethan cukup kaget dengan perlakuan Selina kepadanya. Padahal, dia memang mengutarakan jujur perasaanya saat ini. Jika dia memang sangat-sangat merindukan kekasihnya itu. Setelah mereka tidak bertemu sehari."Kamu marah sama saya?" tanya Ethan, dengan wajah seriusnya. Selina menatap nyalang pria yang berada di depannya kini. Dia mengepalkan tangannya kuat-kuat. Selina benar-benar merasa sangat kesal dengan Ethan. Bisa-bisanya pria itu bertanya demikian setelah apa yang terjadi."Kenapa gak dijawab? Memangnya, saya ada salah apa sama kamu? Saya kan sudah jujur, jika saya juga merindukan kamu. Lantas, apa lagi yang harus diperdebatkan?" tanya Ethan, sembari menaikkan sebelah alisnya."Pak Ethan bertanya? Kenapa tidak dipikirkan sendiri saja apa salahnya? Kan Pak Ethan itu dosen, jadi pasti pintar dong," sindir Selina, dia merasa sangat kesal dengan ketidakpekaan dari Ethan. Bisa-bisanya pria itu masih bertanya, padahal sudah jelas kesalahannya adalah tidak menghubunginya sama sekali ke
Akhirnya, setelah drama-drama tidak jelas. Kini mereka berempat pun memutuskan jalan-jalan ke mall. Sekalian Ethan hendak membeli ponsel baru. Ethan duduk di kursi kemudi, Selina berada di sebelahnya. Sedangkan Lukas dan Lily, dua anak itu tampak asik duduk bersama di jog belakang. Mereka terlihat begitu senang karena akan jalan-jalan."Dad, nanti kita mampir ke timezone, kan?" tanya Lukas dengan semangatnya."Tentu saja, kalian nanti akan bisa bermain sepuasnya," jawab Ethan, sembari fokus menyetir mobilnya."Yeee asik!!" teriak Luka dan Lily secara bersamaan.Ethan tampak tersenyum senang, begitu juga dengan Selina. Dia bahagia karena momen indah ini akan selalu dia kenang, sebelum dirinya harus meninggalkan keluarga Ethan."Beli eskrim juga kan, Dad?" tanya Lily dengan wajah berharap."Tentu saja, cantik. Kita akan membeli eskrim untuk kalian." Ethan kembali berbicara, membuat dua anak kecil itu kegirangan bukan main.Ethan cukup senang, walaupun akhirnya dia tidak jadi hanya perg
Selina semakin panik, dia tidak tahu kenapa Bella dan teman-teman kelasnya bisa pergi ke mall ini juga. "Kita langsung ketemu di Timezone saja, Pak," ujar Selina, dia segara berjalan pergi meninggalkan Ethan beserta dua anak kembar itu."Daddy, Kak Selina kenapa pergi?" tanya Lily, sembari mendongak menatap Ayahnya."Mau ke kamar mandi, nanti menyusul. Ayo, kita pergi ke Timezone sekarang saja," ajak Ethan, sembari mengandeng dua anaknya di kiri dan kanan.Ethan terus berjalan ke arah tujuan. Dengan kedua anaknya yang terlihat sangat senang itu. Tak lama, Ethan melihat Bella dan teman-temannya melihat ke arahnya. Lantas, mereka berjalan menuju dirinya."Pak Ethan, wah tidak menyangka kita bisa berjumpa di sini," ujar Bella dengan semangatnya."Iya." Hanya itu jawaban dari Ethan, sudah biasa bukan jika pria itu memang dingin.Bella menatap ke arah dua anak Ethan yang sangat lucu-lucu itu. Terlihat begitu menggemaskan di mata mereka."Hai ganteng, cantik, nama kalian siapa? Perkenalkan
Sore ini, Ethan mengajak keluarganya untuk pergi ke taman kota. Banyak sekali para keluarga kecil yang datang kemari. Ada banyak penjual juga di sini. Terlebih sekarang hari Minggu, membuat suasana menjadi semakin ramai. "Dad, mau beli eskrim," pinta Lily, sembari menaik-narik baju yang Ethan pakai. "Iya, Dad, ayo kita beli ekskrim." Lukas menimpali. Ethan yang sedang mendorong stroller bayinya pun menoleh ke arah Selina. Seolah meminta pendapat istrinya itu."Iya, kalian beli eskrim saja. Nanti biar aku cari tempat duduk." Selina memperbolehkan. "Ya sudah, mari kita beli eskrim anak-anak," ajak Ethan."Yee beli eskrim!" Sorak kesenangan keluar dari mulut Lukas dan Lily. Akhirnya, Ethan mengandeng tangan kedua anaknya itu pergi mencari eskrim. Sedangkan Selina kini ganti mendorong stroller anaknya menuju ke arah tempat duduk yang tersedia di taman ini. "Kita jalan-jalan, Liora," ujar Selina, mengajak putrinya berbicara. Memang, bayi mereka yang bernama Liora Naomi Bratawijaya k
Selina beberapa kali tertawa keras saat melihat kedua anaknya dan Ethan sedang bermain bersama. Karena siapa yang kalah, akan dicoret dengan tepung wajahnya. "Hewan yang menggunakan huruf X?" Lukas memberikan pertanyaan ke Ethan, mereka memang sedang bermain tebak-tebakan."Hm, apa ya." Ethan tengah berpikir keras."Hewan pakai huruf X, kira-kira apa yah." Ethan masih saja berpikir keras, dia tidak tahu. "Satu, dua, tiga." Lukas, Lily, dan Selina tampak menghitung bersama. Ethan semakin gusar, dia tidak tahu harus menjawab apa."Empat, lima!!""Daddy kalah!!"Teriak mereka kompak, tawa canda pun keluar dari wajah mereka. "Yah, kalah. Baiklah, Daddy akan menerima hukumannya," pasrah Ethan, mau bagaimana lagi bukan. Lukas dan Lily pun mengambil tepung, dan mengusapkannya ke wajah Ethan. Membuat tawa melengking kembali keluar. "Daddy lucu, kayak pakai bedak yang tebal. Hihi, lucu seperti badut," kekeh Lily, dia tampak sangat bahagia."Ya ampun, bener yang Lily bilang. Kamu lucu ban
Dua bulan berlalu, setelah pernikahan Selina dan Ethan. Tidak ada kesediaan yang mendera mereka lagi. Pernikahan mereka benar-benar diselimuti dengan kebahagiaan yang tak terhingga."Sibuknya istriku yang satu ini," ujar Ethan, sembari memeluk tubuh Selina dari belakang dan menyempatkan untuk mengecup pipi Selina. "Mas, kamu ngagetin aku aja deh. Jangan peluk-peluk gini, nanti kalau anak-anak lihat malu," ujar Selina, meminta suaminya itu untuk menyingkir.Dia memang pagi ini sedang membuat sarapan untuk mereka. Karena hari Minggu memang asisten rumah tangga mereka libur. Jadi, Selina yang harus memasak. "Anak-anak lagi mandi kayaknya, kamu tenang aja." Ethan bukannya menyingkir tapi malah semakin mengeratkan pelukannya itu. "Jangan begini, Mas, aku jadi sudah masaknya. Mau sarapannya terlalu siang karena gak matang-matang masakan aku?" tanya Selina, dia berusaha melepaskan pelukan dari suaminya."Maaf, sayang, habisnya Mas selalu kangen sama kamu," cletuk Ethan, membuat Selina mem
Acara resepsi pernikahan yang digelar sudah selesai, para tamu undangan juga sudah pulang ke rumah masing-masing. Tapi malam ini, Selina dan Ethan memang menginap di hotel, besok pagi mereka baru pulang ke rumah."Haduh, kenapa aku deg-degan banget begini, sih? Rasanya sangat mendebarkan," gumam Selina, sembari mondar-mandir di dalam kamar hotelnya. Kamar ini sudah dihias sedemikian rupa, terlihat sangat cantik dan romantis. Dengan taburan bunga mawar di atas ranjang putih."Tarik nafas buang, tarik nafas lagi, buang lagi," gumam Selina, dia berusaha menetralkan perasaanya.Malam ini adalah malam pertamanya dengan Ethan. Walaupun mereka memang sudah pernah tinggal satu rumah. Tapi jujur saja mereka tidak pernah satu kamar. Semua ini hal baru dan pertama untuk Selina. Dia sampai berkeringat dingin kali ini, padahal tadi dia yang paling bersemangat menggoda Ethan."Semoga Mas Ethan lama deh mandinya," ujar Selina, dia mengusap-usap tangannya sendiri untuk mengurangi rasa gugupnya.Tub
Satu bulan pun berlalu, dan sesuai dengan kesepakatan mereka waktu itu. Hari ini, pernikahan Selina dan Ethan digelar cukup meriah. Banyak tamu undangan yang datang. Hubungan mereka pun tidak dirahasiakan lagi di kampus. Karena Ethan juga sudah tidak menjabat sebagai dosennya lagi. Pria itu memutuskan untuk mengurus perusahaannya. "Ini tamu undangan gak selesai-selesai perasaan dari tadi. Pegel banget kaki aku, Mas," rintih Selina, dia memang tidak terbiasa menggunakan heels begini.Khusus pada acara resepsi pernikahannya kali ini. Selina memang berdandan dengan sangat cantik. Menggunakan gaun pernikahan warna abu-abu muda, senada dengan jas yang Ethan pakai. "Sabar ya, Sayang. Maklum saja, teman-teman Mas kan banyak. Apalagi teman-teman kedua orang tua kita," pinta Ethan, dia mengelus pelan lengan istrinya.Beberapa jam yang lalu, mereka memang sudah sah menjadi pasangan suami istri. Dan sekarang, mereka tengah melangsungkan resepsi pernikahan. "Kalau aku lepas aja heels ini bole
Selina menatap wajah Ethan serius, dia meneguk salivanya susah payah. Kini, Selina melihat Ethan berpindah tempat duduk. Tepat berada di sampingnya dan menatap dia serius. "Selina, will you marry me?" tanya Ethan, sembari mengenggam kedua tangan Selina erat.Beberapa detik kemudian, Selina tersenyum tipis dan langsung mengangguk. Membuat mata Ethan berbinar-binar. "Ya?" tanya Ethan memastikan."Tidak ada alasan apapun untuk menolak Bapak. Saya siap menikah dengan Bapak, dan menjadi ibu sambung dari anak-anak Bapak," jawab Selina dengan begitu gugup."Yang benar? Kamu tidak bercanda bukan?" Ethan kembali bertanya, dia saking senangnya. "Untuk apa saya bercanda? Bukannya dosen dingin saya yang mirip es batu ini tidak suka bercanda. Saya serius, Pak," jawab Selina, senyuman manis pun terbit di wajahnya."Selina, terima kasih banyak." Ethan saking bahagianya langsung mendekap tubuh Selina erat, melampiaskan rasa bahagianya.Selina meresapi pelukan yang Ethan berikan kepadanya. Rasanya
"Pak Ethan," ujar Selina dengan mata terbelalak. Selina tidak tahu apa maksud semua ini. Apa teman Papa itu adalah Mamanya Pak Ethan? Sungguh, semua ini menjadi teka-teki untuknya.Sedangkan Ethan, dia benar-benar kaget. Mama tadi mengajaknya untuk bertemu dengan wanita yang hendak dijodohkan dengannya bukan? Tetapi, kenapa mereka sekarang malah bertemu keluarga Selina?"Ayo silahkan duduk," ajak Papa, kepada Ethan dan Mamanya. Ethan dan Mamanya pun mendudukkan dirinya di sofa yang tersedia. Pertemuan dengan Selina kali ini benar-benar membuat hatinya sesak, dia merindukan wanita itu."Bagaimana perjalanan ke sini, jeng? Lancar, kan?" tanya Mama Selina, memulai pembicaraan."Aman terkendali, ya walaupun kena macet sedikit," balas Mama Ethan, sembari tersenyum ramah.Selina menatap mereka semua satu persatu, dengan tatapan bingungnya. "Tunggu-tunggu, ini sebenarnya maksudnya apa? Tadi Mama bilang kita mau kedatangan teman Papa. Dan sekarang kita lihat siapa yang datang. Sebenarnya a
"Ethan, nanti malam kamu tidak ada acara, kan?" tanya Mama kepadanya, saat ini dia memang sedang berada di ruang kerjanya.Meskipun kini dia sudah pindah ke luar kota. Tetapi, dia tetap memantau perusahaannya dari jauh. Ethan masih belum siap untuk kembali ke kota kelahirannya lagi. "Memangnya ada apa, Mah?" tanya Ethan penasaran, dia pun mengalihkan tatapannya dari layar laptopnya miliknya ke arah Mama. "Rencananya, nanti malam Mama akan mengajak kamu untuk bertemu dengan perempuan pilihan Mama. Kamu sudah siap, kan? Jangan menolaknya, Ethan. Karena kamu sudah menyetujui untuk Mama carikan jodoh," ujar Mama, menatap wajahnya lekat.Ethan pun menghela nafas, dia memandang ke arah wajah Mamanya. "Iya, Mah, nanti malam aku bisa kok. Tetapi, anak-anak bagaimana?" Dia menghawatirkan kedua anak-anaknya."Kamu tidak udah khawatir, anak buah Mama yang akan menjaganya. Lagian, acaranya juga tidak lama," jawab Mama, menatapnya hangat."Nanti aku akan menemui wanita itu. Mama ikut juga?""Iy
Ethan sedang membaca koran di ruang tengah dengan secangkir kopinya. Dia tampak begitu menikmatinya, sedangkan kini kedua anaknya tidur siang. "Ethan, Mama mau bicara hal penting denganmu," ujar Mama yang tiba-tiba datang.Memang, kemarin Mama tiba di Bali untuk menemuinya beserta Lukas dan Lily. Dan kini, Mama pun mulai mendudukan dirinya di depan Ethan.Mendengar itu pun, Ethan lantas menaruh koran yang dirinya pegang ke meja kaca. Lantas, menatap serius ke arah Mamanya. Entah apa yang akan wanita paruh baya itu sampaikan kepadanya."Ada apa, Mah?" tanya Ethan to the point, dia tidak mau basa-basi apapun."Mama berencana untuk mulai mencarikan kamu jodoh lagi seperti dulu. Ya seperti yang kita ketahui, jika hubunganmu dengan Selina sudah selesai. Mama hanya ingin kamu segera menikah kembali, agar ada yang membantumu mengurus kedua anakmu itu," ujar Mama sembari menatapnya serius. Ethan tahu, pembahasan ini pasti akan Mama sampaikan kepadanya. Dan sekarang adalah waktunya, Mama lag