Selina dengan senang hati membawa kertas soal dan jawaban itu. Mengikuti Ethan berjalan dari belakang. Mereka menyusuri lorong-lorong kampus, hingga sampailah di ruangan Ethan."Ini ditaruh di mana, Pak?" tanya Selina kebingungan."Situ saja." Ethan menunjuk sebuah box kosong di samping mejanya.Selina menurut, lantas dia pun segera menaruh kertas-kertas yang dia bawa itu. Setelahnya, hanya berdiri sembari menatap Ethan yang sedang sibuk menaruh barang-barangnya di meja. "Kenapa masih berdiri di situ? Ada perlu?" tanya Ethan sembari menaikkan sebelah alisnya."Loh, Pak Ethan nyuruh saja bawa kertas-kertas itu ke ruangan cuman modus aja, kan? Biar bisa mesra-mesraan sama saya di ruangan ini," tanya Selina dengan percaya dirinya.Ethan mengerutkan keningnya, lantas berjalan mendekat ke arah Selina. "Saya murni menyuruh kamu. Lagian, ini di kampus. Bahaya jika ada mahasiswa atau dosen lain yang tahu tentang hubungan kita. Sudahlah, lebih baik kamu keluar saja sekarang. Lagian, kamu ada
Selina tampak kebingungan harus menjawab pertanyaan Ethan bagaimana. Dia sangat terdesak, tidak mungkin pula dia mengatakan kejujuran tentang identitas yang sebenarnya. "Pak Ethan, maaf, Bapak sudah di tunggu oleh teman-teman di kelas," ujar salah satu mahasiswa yang tiba-tiba datang.Seketika, helaan nafas keluar dari mulut Selina. Mahasiswa itu bagaikan dewa penyelamat untuknya. Setidaknya untuk saat ini, Ethan tidak akan bertanya lagi."Baik, saya akan segera ke kelas. Kamu bisa ke kelas lebih dulu dan beri tahu para teman-temamu," jawab Ethan tegas, seperti biasanya.Selina mengigit bibir bawahnya. Kenapa Ethan tidak langsung pergi dari hadapannya? Sekarang, Ethan tampak menatapnya curiga. "Saya pergi dulu ya, Pak. Mau ke kantin, cacing-cacing di perut sudah keroncong minta diisi ini," ujar Selina dengan cenggiran di sudut bibirnya.Belum sempat Ethan menjawabnya, Selina sudah kabur lebih dulu dari hadapan Ethan. 'Kamu hutang penjelasan kepada saya, Selina,' batin Ethan dengan
Sedikit lagi pintu ruang kerja Ethan akan terbuka. Membuat jantung Selina berdebar-debar begitu hebat."Apa yang kamu lakukan, Selina?!" Suara seorang pria terdengar menggema. Selina membulatkan matanya, dia lantas menarik tangannya dari knop pintu. Seketika, tubuhnya pun membeku di tempat. Dia tahu suara siapa yang barusan memanggilnya."Pak Ethan, udah pulang?" tanya Selina sembari memamerkan deretan gigi ratanya.Dia tertangkap basah hendak masuk ke ruang kerja Ethan. Atau bisa disebut sebagai orang rahasia milik pria itu. "Kamu mau masuk ke dalam ruangan saya? Walaupun kamu tinggal di rumah saya ini, tapi bukan berarti kamu bisa seenaknya masuk ke ruangan saya ini. Banyak dokumen-dokumen penting di dalamnya. Kalau sampai hilang, kamu mau tanggung jawab?" tanya Ethan sembari menatap tajam ke arah Selina.Ethan tampak sangat heran dengan perempuan itu. Kenapa bisa hendak masuk ke dalam ruangannya. Ethan pun lupa mengunci kembali ruangan itu."Saya belum sempat masuk kok, Pak," bala
Ethan kini pun ikut bersama kedua anaknya dan juga Selina. Dia tidak melanjutkan membaca koran lagi. Mengingat koran miliknya sudah sobek karena kelakuan kedua anaknya."Dad, yang benar dong memasangnya. Itu salah!" kesal Lukas, karena Ethan tampak memasang asal-asalan puzzle yang sedang mereka mainkan."Maaf-maaf, Daddy kan tidak tahu," balas Ethan tak enak hati. Dia memang bisa dikatakan sangat jarang menemani kedua anaknya bermain. Mungkin memang benar apa yang Selina katakan. Jika kedua anaknya kurang perhatian darinya. "Daddy pengacau! Sudahlah, lebih baik sekarang Daddy baca koran lagi saja!" kesal Lukas. Ethan tampak tertegun mendengar penuturan Lukas. Dia diusir secara kasar oleh putranya sendiri. "Tidak boleh seperti itu, Lukas. Daddy kan tidak sengaja dan sudah minta maaf. Jadi, kamu juga harus memaafkannya dong. Memangnya kalian gak mau main sama Daddy lagi?" Selina memberikan nasihat kepada kedua anak kembar itu. "Siapa suruh Daddy menyebalkan!" Lukas mengerucutkan bi
Pagi ini, Selina tampak sangat bosan berada di rumah Ethan. Karena dia hari ini tidak memiliki mata kuliah sama sekali. Sebenarnya ada satu mata kuliah nanti siang, tetapi dosennya tidak bisa mengajar. Sedari tadi pun, Selina hanya menonton drakor di laptopnya sembari memakan camilan. Dia juga bingung harus melakukan apa. Sesekali dia membalas chat yang dikirimkan oleh Ethan kepadanya. [Masih nonton drakor?] Pesan dari Ethan untuknya. Selina tampak menyunggingkan senyumannya saat membaca pesan itu. Memang sejak pelukan mereka semalam, Ethan semakin menyayanginya. [Iya nih, pengennya sih ditemenin sama Bapak. Tapi mau bagaimana lagi, Pak Ethan kan lagi ngajar di kampus.] Selina mengirimkan pesan balik kepada Ethan. Dia tampak cekikikan tidak jelas, karena merasa sangat bahagia. Meskipun Ethan sibuk dengan pekerjaannya, tetapi pria itu masih menyempatkan waktu untuk menghubunginya. [Ya sudah, nanti malam saya temani. Mumpung besok hari libur] balas Ethan."Huuaaaa!! Senangnya hati
Selina sudah memejamkan matanya, karena dia paham apa yang akan Ethan lakukan kepada. Tetapi, Selina merasa kecupan justru mendarat di keningnya. Dengan cepat, Selina pun membuka matanya. Menatap ke arah Ethan sembari mengkedipkan matanya sejenak. "Takut khilaf saya kalau seperti di drakor tadi," ujar Ethan, seolah tahu apa isi pikiran Selina. Karena merasa malu, Selina pun langsung membuang wajah dari Ethan. Entah kenapa dia tadi terlalu percaya diri jika Ethan hendak mencium bibirnya. Akhirnya, suasana di antara mereka pun menjadi canggung. Selina lebih memilih terus menatap ke arah layar televisi. Menonton drakor dengan keterdiamannya itu. Hingga tiba-tiba saja. "Pak Ethan, kok di matiin sih. Saya kan belum selesai nonton drakornya. Nanggung, kurang sebentar lagi!" Selina tampak sangat kesal, dia menatap marah ke arah Ethan saat ini. "Ini sudah malam, Selina. Kamu harus tidur, tidak boleh begadang," balas Ethan dengan wajah datarnya. Namun dibalik itu semua, Ethan menampakan
Sesampainya di rumah, Selina langsung bergerak cepat. Dia pun berjalan ke arah kamar Ethan. Karena harus mencari kunci ruang rahasia itu sebelum Ethan pulang ke rumah. Selina pun mencari-cari kunci itu di kamar Ethan. Untung saja kamarnya tidak di kunci, sehingga memudahkan Selina untuk masuk ke dalam."Hais, di mana sih Pak Ethan nyipem kuncinya." Selina tampak menggaruk kepalanya yang tidak gatal, karena dia benar-benar sangat bingung.Selina membuka laci-laci meja milik Ethan, mencarinya di rak buku, di lemari Ethan dan di manapun yang menurutnya dapat ditemukan. Walaupun sampai sekarang belum juga ketemu."Pak Ethan kalau nyimpen barang pinter banget sih. Sampai-sampai gak bisa ditemukan begini. Atau jangan-jangan, kunci itu sebenarnya dibawa sama Pak Ethan joging ya?" gumam Selina dengan kebingungannya.Bukan Selina namanya jika langsung menyerah begitu saja. Selina kembali mencari, bahkan sampai ke kolong tempat tidur milik Ethan. Seketika, matanya terbelalak saat melihat sebua
Selina kini hanya mampu menyunggikan senyumnya sembari menatap lekat ke arah Ethan."Em, tadi saya pikir Pak Ethan udah pulang ke rumah. Jadinya saya mau pamitan deh," balas Selina, dia berharap Ethan akan percaya dengan perkataannya barusan. "Memangnya kamu mau pergi ke mana?" Ethan tampak menaikkan sebelah alisnya."Loh, Pak Ethan memangnya lupa kalau sekarang hari Sabtu? Bukankah sesuai perjanjian sayembara itu, hari Sabtu saya libur menjadi pengasuh dan boleh pulang ke rumah saya." Selina pun menjelaskan. Ethan sampai lupa akan hal itu, padahal dulu dia sendiri yang membuat peraturannya. Tapi wajar saja jika dirinya lupa, karena selama ini Selina memang bisa dibilang tidak pulang ke rumahnya sendiri. Dan setiap hari Sabtu pun, Selina tetap berada di rumahnya ini. "Tunggu kalau begitu, saya akan siap-siap lebih dulu," pinta Ethan, membuat Selina kebingungan."Eh, Pak Ethan memangnya mau ke mana?""Ya saya kan mau nganterin kamu pulang, sekaligus saya juga ingin mengetahui di man
Sore ini, Ethan mengajak keluarganya untuk pergi ke taman kota. Banyak sekali para keluarga kecil yang datang kemari. Ada banyak penjual juga di sini. Terlebih sekarang hari Minggu, membuat suasana menjadi semakin ramai. "Dad, mau beli eskrim," pinta Lily, sembari menaik-narik baju yang Ethan pakai. "Iya, Dad, ayo kita beli ekskrim." Lukas menimpali. Ethan yang sedang mendorong stroller bayinya pun menoleh ke arah Selina. Seolah meminta pendapat istrinya itu."Iya, kalian beli eskrim saja. Nanti biar aku cari tempat duduk." Selina memperbolehkan. "Ya sudah, mari kita beli eskrim anak-anak," ajak Ethan."Yee beli eskrim!" Sorak kesenangan keluar dari mulut Lukas dan Lily. Akhirnya, Ethan mengandeng tangan kedua anaknya itu pergi mencari eskrim. Sedangkan Selina kini ganti mendorong stroller anaknya menuju ke arah tempat duduk yang tersedia di taman ini. "Kita jalan-jalan, Liora," ujar Selina, mengajak putrinya berbicara. Memang, bayi mereka yang bernama Liora Naomi Bratawijaya k
Selina beberapa kali tertawa keras saat melihat kedua anaknya dan Ethan sedang bermain bersama. Karena siapa yang kalah, akan dicoret dengan tepung wajahnya. "Hewan yang menggunakan huruf X?" Lukas memberikan pertanyaan ke Ethan, mereka memang sedang bermain tebak-tebakan."Hm, apa ya." Ethan tengah berpikir keras."Hewan pakai huruf X, kira-kira apa yah." Ethan masih saja berpikir keras, dia tidak tahu. "Satu, dua, tiga." Lukas, Lily, dan Selina tampak menghitung bersama. Ethan semakin gusar, dia tidak tahu harus menjawab apa."Empat, lima!!""Daddy kalah!!"Teriak mereka kompak, tawa canda pun keluar dari wajah mereka. "Yah, kalah. Baiklah, Daddy akan menerima hukumannya," pasrah Ethan, mau bagaimana lagi bukan. Lukas dan Lily pun mengambil tepung, dan mengusapkannya ke wajah Ethan. Membuat tawa melengking kembali keluar. "Daddy lucu, kayak pakai bedak yang tebal. Hihi, lucu seperti badut," kekeh Lily, dia tampak sangat bahagia."Ya ampun, bener yang Lily bilang. Kamu lucu ban
Dua bulan berlalu, setelah pernikahan Selina dan Ethan. Tidak ada kesediaan yang mendera mereka lagi. Pernikahan mereka benar-benar diselimuti dengan kebahagiaan yang tak terhingga."Sibuknya istriku yang satu ini," ujar Ethan, sembari memeluk tubuh Selina dari belakang dan menyempatkan untuk mengecup pipi Selina. "Mas, kamu ngagetin aku aja deh. Jangan peluk-peluk gini, nanti kalau anak-anak lihat malu," ujar Selina, meminta suaminya itu untuk menyingkir.Dia memang pagi ini sedang membuat sarapan untuk mereka. Karena hari Minggu memang asisten rumah tangga mereka libur. Jadi, Selina yang harus memasak. "Anak-anak lagi mandi kayaknya, kamu tenang aja." Ethan bukannya menyingkir tapi malah semakin mengeratkan pelukannya itu. "Jangan begini, Mas, aku jadi sudah masaknya. Mau sarapannya terlalu siang karena gak matang-matang masakan aku?" tanya Selina, dia berusaha melepaskan pelukan dari suaminya."Maaf, sayang, habisnya Mas selalu kangen sama kamu," cletuk Ethan, membuat Selina mem
Acara resepsi pernikahan yang digelar sudah selesai, para tamu undangan juga sudah pulang ke rumah masing-masing. Tapi malam ini, Selina dan Ethan memang menginap di hotel, besok pagi mereka baru pulang ke rumah."Haduh, kenapa aku deg-degan banget begini, sih? Rasanya sangat mendebarkan," gumam Selina, sembari mondar-mandir di dalam kamar hotelnya. Kamar ini sudah dihias sedemikian rupa, terlihat sangat cantik dan romantis. Dengan taburan bunga mawar di atas ranjang putih."Tarik nafas buang, tarik nafas lagi, buang lagi," gumam Selina, dia berusaha menetralkan perasaanya.Malam ini adalah malam pertamanya dengan Ethan. Walaupun mereka memang sudah pernah tinggal satu rumah. Tapi jujur saja mereka tidak pernah satu kamar. Semua ini hal baru dan pertama untuk Selina. Dia sampai berkeringat dingin kali ini, padahal tadi dia yang paling bersemangat menggoda Ethan."Semoga Mas Ethan lama deh mandinya," ujar Selina, dia mengusap-usap tangannya sendiri untuk mengurangi rasa gugupnya.Tub
Satu bulan pun berlalu, dan sesuai dengan kesepakatan mereka waktu itu. Hari ini, pernikahan Selina dan Ethan digelar cukup meriah. Banyak tamu undangan yang datang. Hubungan mereka pun tidak dirahasiakan lagi di kampus. Karena Ethan juga sudah tidak menjabat sebagai dosennya lagi. Pria itu memutuskan untuk mengurus perusahaannya. "Ini tamu undangan gak selesai-selesai perasaan dari tadi. Pegel banget kaki aku, Mas," rintih Selina, dia memang tidak terbiasa menggunakan heels begini.Khusus pada acara resepsi pernikahannya kali ini. Selina memang berdandan dengan sangat cantik. Menggunakan gaun pernikahan warna abu-abu muda, senada dengan jas yang Ethan pakai. "Sabar ya, Sayang. Maklum saja, teman-teman Mas kan banyak. Apalagi teman-teman kedua orang tua kita," pinta Ethan, dia mengelus pelan lengan istrinya.Beberapa jam yang lalu, mereka memang sudah sah menjadi pasangan suami istri. Dan sekarang, mereka tengah melangsungkan resepsi pernikahan. "Kalau aku lepas aja heels ini bole
Selina menatap wajah Ethan serius, dia meneguk salivanya susah payah. Kini, Selina melihat Ethan berpindah tempat duduk. Tepat berada di sampingnya dan menatap dia serius. "Selina, will you marry me?" tanya Ethan, sembari mengenggam kedua tangan Selina erat.Beberapa detik kemudian, Selina tersenyum tipis dan langsung mengangguk. Membuat mata Ethan berbinar-binar. "Ya?" tanya Ethan memastikan."Tidak ada alasan apapun untuk menolak Bapak. Saya siap menikah dengan Bapak, dan menjadi ibu sambung dari anak-anak Bapak," jawab Selina dengan begitu gugup."Yang benar? Kamu tidak bercanda bukan?" Ethan kembali bertanya, dia saking senangnya. "Untuk apa saya bercanda? Bukannya dosen dingin saya yang mirip es batu ini tidak suka bercanda. Saya serius, Pak," jawab Selina, senyuman manis pun terbit di wajahnya."Selina, terima kasih banyak." Ethan saking bahagianya langsung mendekap tubuh Selina erat, melampiaskan rasa bahagianya.Selina meresapi pelukan yang Ethan berikan kepadanya. Rasanya
"Pak Ethan," ujar Selina dengan mata terbelalak. Selina tidak tahu apa maksud semua ini. Apa teman Papa itu adalah Mamanya Pak Ethan? Sungguh, semua ini menjadi teka-teki untuknya.Sedangkan Ethan, dia benar-benar kaget. Mama tadi mengajaknya untuk bertemu dengan wanita yang hendak dijodohkan dengannya bukan? Tetapi, kenapa mereka sekarang malah bertemu keluarga Selina?"Ayo silahkan duduk," ajak Papa, kepada Ethan dan Mamanya. Ethan dan Mamanya pun mendudukkan dirinya di sofa yang tersedia. Pertemuan dengan Selina kali ini benar-benar membuat hatinya sesak, dia merindukan wanita itu."Bagaimana perjalanan ke sini, jeng? Lancar, kan?" tanya Mama Selina, memulai pembicaraan."Aman terkendali, ya walaupun kena macet sedikit," balas Mama Ethan, sembari tersenyum ramah.Selina menatap mereka semua satu persatu, dengan tatapan bingungnya. "Tunggu-tunggu, ini sebenarnya maksudnya apa? Tadi Mama bilang kita mau kedatangan teman Papa. Dan sekarang kita lihat siapa yang datang. Sebenarnya a
"Ethan, nanti malam kamu tidak ada acara, kan?" tanya Mama kepadanya, saat ini dia memang sedang berada di ruang kerjanya.Meskipun kini dia sudah pindah ke luar kota. Tetapi, dia tetap memantau perusahaannya dari jauh. Ethan masih belum siap untuk kembali ke kota kelahirannya lagi. "Memangnya ada apa, Mah?" tanya Ethan penasaran, dia pun mengalihkan tatapannya dari layar laptopnya miliknya ke arah Mama. "Rencananya, nanti malam Mama akan mengajak kamu untuk bertemu dengan perempuan pilihan Mama. Kamu sudah siap, kan? Jangan menolaknya, Ethan. Karena kamu sudah menyetujui untuk Mama carikan jodoh," ujar Mama, menatap wajahnya lekat.Ethan pun menghela nafas, dia memandang ke arah wajah Mamanya. "Iya, Mah, nanti malam aku bisa kok. Tetapi, anak-anak bagaimana?" Dia menghawatirkan kedua anak-anaknya."Kamu tidak udah khawatir, anak buah Mama yang akan menjaganya. Lagian, acaranya juga tidak lama," jawab Mama, menatapnya hangat."Nanti aku akan menemui wanita itu. Mama ikut juga?""Iy
Ethan sedang membaca koran di ruang tengah dengan secangkir kopinya. Dia tampak begitu menikmatinya, sedangkan kini kedua anaknya tidur siang. "Ethan, Mama mau bicara hal penting denganmu," ujar Mama yang tiba-tiba datang.Memang, kemarin Mama tiba di Bali untuk menemuinya beserta Lukas dan Lily. Dan kini, Mama pun mulai mendudukan dirinya di depan Ethan.Mendengar itu pun, Ethan lantas menaruh koran yang dirinya pegang ke meja kaca. Lantas, menatap serius ke arah Mamanya. Entah apa yang akan wanita paruh baya itu sampaikan kepadanya."Ada apa, Mah?" tanya Ethan to the point, dia tidak mau basa-basi apapun."Mama berencana untuk mulai mencarikan kamu jodoh lagi seperti dulu. Ya seperti yang kita ketahui, jika hubunganmu dengan Selina sudah selesai. Mama hanya ingin kamu segera menikah kembali, agar ada yang membantumu mengurus kedua anakmu itu," ujar Mama sembari menatapnya serius. Ethan tahu, pembahasan ini pasti akan Mama sampaikan kepadanya. Dan sekarang adalah waktunya, Mama lag