Ethan menatap ke arah Selina heran, karena pemikiran wanita itu sudah terlalu jauh."Sepertinya efek kepala kamu terbentur sangat hebat. Kamu semakin aneh saja," balas Ethan sembari memicingkan matanya."Pokoknya kita sekarang sudah menjadi sepasang kekasih," putus Selina final."Saya tidak akan menganggap kamu kekasih. Itu hanya keputusan dari sebelah pihak saja." Ethan mengelak.Selina melipat kedua tangannya di depan dada angkuh. "Terserah, yang penting sekarang Pak Ethan pacar saya." Selina tetap kukuh dengan pendirinya."Saya bukan pacar kamu, dan tidak akan pernah menjadi pacar kamu. Camkan itu!" tegas Ethan. "Bodo amat, pokoknya Bapak pacar saya sekarang. Titik gak pakai koma." Selina menekan semua kalimatnya.Ethan mendesah kesal, pusing melihat tingkah Selina."Saya tidak menganggap kita pacaran!" putus Ethan final."Oh, tidak bisa begitu, tadi Pak Ethan diam saja pas saya tanya. Udahlah, Pak, gak usah malu-malu buat ngaku kalau sebenarnya Bapak mau jadi pacar saya." Selina
"Pak Ethan mau jenguk Selina juga?" tanya Reno sembari menatap heran pria itu.Ethan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Jujur saja dia amat kebingungan saat ini. Pasalnya, dia sudah tertangkap basah oleh para mahasiswanya ini. "Emm, saya kayaknya salah kamar. Sebetulnya saya hendak menjenguk teman saya yang di rawat di rumah sakit ini juga. Saya tidak tahu jika ini kamar rawat milik Selina," jawab Ethan berbohong.Wajahnya tampak sangat cemas, dia berharap para mahasiswanya ini bisa percaya dengan alasan yang dirinya buat."Owalah, kirain Pak Ethan mau jenguk Selina juga. Kok tumben banget, padahal kalian kan kayak kucing sama tikus kalau di kampus. Alias gak pernah akur," seru Bella dengan jujurnya.Semua pun melayang tatapan tajam ke arah wanita itu. Karena mereka takut Ethan akan marah saat mendengar ucapan ceplas-ceplos dari Bella. "Hm, kalau begitu saya permisi dulu." Ethan hendak keluar dari ruangan ini, sebelum suara seseorang mengintrupsinya untuk berhenti."Pak Ethan ga
Ethan berlari kencang menghampiri Selina, dia langsung membopong tubuh wanita itu dan membawanya ke ruang rawat kembali. Wajah panik terlihat begitu jelas. Ditaruhnya tubuh Selina dia atas ranjang kembali, lantas Ethan membiarkan dokter untuk memeriksa bagaimana keadaan Selina kali ini."Kenapa kamu nekat sekali, Selina? Seharunya memang kamu beristirahat, tidak malah jalan-jalan keluar seperti ini," gumam Ethan saat menunggu Selina di luar ruangan.Dia berjalan ke sana kemari dengan wajah cemasnya. Ethan merasa menyesal telah menolak permintaan Selina tadi."Andai saja tadi aku mau mengantarkan dia kembali ke ruang rawat. Pasti kejadiannya tidak akan seperti ini," gumam Ethan menyalahkan dirinya sendiri.Waktu tidak bisa diputar, dan nasi pun sudah menjadi bubur. Penyesalan memang selalu berada di akhir. Itulah yang Ethan rasakan untuk saat ini.Selina tidak lama diperiksa, sekarang pun dia sudah boleh masuk ke dalam ruangan Selina kembali. Melihat kondisi Selina yang tergeletak beg
Ethan mengambil jeruk dari dalam plastik kresek itu. Mengupasnya dan memberikannya ke Selina. Membuat wanita itu mengerutkan keningnya heran."Katanya tadi gak mau ngupasin. Bilang saja Bapak lagi mengalihkan perhatian dari pembicaraan kita tadi, kan," ujar Selina sembari menaik turunkan alisnya."Tidak mau ya sudah." Ethan kembali menaruh jeruk itu ke meja."Suapin," pinta Selina dengan manjanya."Ngelunjak," ketus Ethan.Tapi anehnya, walaupun dengan ketus begitu, Ethan tetap mengulurkan tangannya dan menyuapi Selina buah jeruk itu. "Pak Ethan itu kalau mau perhatian sama saya ya bilang saja. Mau senyum juga tidak masalah. Gak capek apa nunjukin wajah datar begitu terus? Senyum itu perlu, biar awet muda. Kalau ditekuk terus, yang ada cepat keriput dan tua," ejek Selina, membuat Ethan langsung melotot."Apa tidak bisa sekali saja kamu tidak cerewet?" tanya Ethan dengan wajah seriusnya."Gak bisa, Pak, udah bawaan dari lahir begini," jawab Selina dengan bangganya.Ethan hanya bisa ge
Ethan masih menatap tak percaya wanita yang kini berdiri di depannya. Banyak pertanyaan bersarang di otaknya. Tentang kenapa wanita itu ada di sini dan untuk apa datang kemari?"Kenapa kamu menatap Mama dengan ekspresi seperti itu?" tanya wanita paruh baya itu, sembari mengandeng tangan Lukas dan Lily."Justru aku yang seharunya bertanya. Ada urusan apa Mama datang kemari?" Ethan mengajukan pertanyaan balik."Lukas dan Lily merengek untuk di antar datang kemari. Mereka ingin bertemu dengan pengasuhnya. Memangnya, Mama tidak boleh datang kemari? Mama juga ingin berkenalan dengan pengasuh baru cucu-cucu Mama." Wanita paruh baya itu menjelaskan.Ethan berdecak, dia merasa semuanya menjadi semakin rumit. Terlebih dengan sikap Lily dan Lukas. Dia tidak percaya jika kedua anaknya itu merengek untuk bertemu Selina. "Daddy, Kak Selina baik-baik saja, kan?" tanya Lukas, mendongak menatapnya."Hm, masuklah, Lukas," perintah Ethan dengan wajah datarnya."Ayo, Nenek, kita masuk ke dalam." Lukas
Perdebatan antara kedua anak kembar itu terus terjadi. Saling memperebutkan buah jeruk. Membuat kepala Selina semakin berdenyut nyeri."Lukas, Lily, jangan berebut." Ethan mengeluarkan suaranya, meminta kedua anaknya untuk diam."Buat aku pokoknya!""Ini buah jeruk punyaku!"Namun sayangnya, kedua anak kecil itu terus saja berebut. Mengabaikan ucapan Ethan untuk diam. Membuat pria itu juga pusing saat melihatnya.Sedangkan Selina, dia cukup menyesal karena memberikan mereka buah jeruk. Tahu begini, mungkin tadi dia tidak menawarinya."Hei-hei! Tidak bisakah kalian tak berebut?" tanya Selina dengan suara agak keras.Sama saja, Lukas dan Lily mengabaikan ucapan Selina. Mereka sekarang saling berteriak satu sama lain. Buah apel bahkan sudah berhamburan di lantai."Astaga! Lukas! Lily! Jika kalian terus ribut, kepala Kakak semakin sakit!!" sentak Selina dengan wajah frustasi.Melihat Selina, membuat Ethan merasa tidak tega. Selina belum sembuh betul, tapi harus melihat perbedaan ini."Tid
Ethan memghela nafas beratnya, ketika dia kembali berjalan di koridor rumah sakit pada malam hari ini. Tadi, Selina memang memanggil namanya dan meminta dia untuk datang kemari pada malam harinya. "Huf, entah kenapa aku menuruti wanita itu untuk kemari lagi." Ethan tidak paham dengan dirinya sendiri, mau-mau saja saat Selina menyuruhnya.Setelah sampai di depan pintu kamar, Ethan segera masuk ke dalam. Terlihat Selina sedang memainkan ponselnya dan tidak menyadari keberadaannya."Hais!" Dengan cepat, Ethan merebut ponsel yang Selina pegang."Pak Ethan," rengek Selina, merasa tidak terima."Kamu itu masih sakit, seharunya beristirahat. Bukan malah main sosmed seperti ini." Ethan memberikan peringatan."Ya biasa anak muda. Potret lalu unggah jadi status dengan caption 'semoga aku cepat sembuh deh, udah gak betah di rumah sakit' langsung cowok-cowok pada berebut ngasih perhatian dong ya," jelas Selina sembari memamerkan deretan gigi ratanya.Ethan melotot saat mendengarnya. Dia lantas m
Ethan dan Selina sama-sama syok dengan kejadian barusan. Ethan bahkan langsung menjauhkan wajahnya dari Selina. Niat hati dia hanya ingin mengakut-nakuti Selina semata.'Kenapa aku tadi malah menciuminya? Astaga aku rasa pikiranmu sudah tidak waras, Ethan,' batin Ethan menyalahkan dirinya sendiri."Hm." Ethan berdehem pelan, seolah sedang mencairkan suasana yang menegang di antara mereka berdua.Ethan pun kembali mendudukan dirinya di sofa yang tersedia. Berpura-pura fokus kembali ke layar laptopnya. Suasana di antara mereka berdua tampak canggung.'Astaga, barusan Pak Ethan mencium keningku? Hei, ada apa dengan jantungku? Kenapa berdebar-debar hebat begini?' batin Selina sembari memegangi dadanya sendiri.Selina meneguk salivanya susah payah. Saat dia memejamkan mata, bayang-bayang Ethan yang sedang mengecup keningnya tampak sangat jelas di pikirannya."A–apa yang barusan Pak Ethan lakukan?" tanya Selina sembari menatap lekat ke arah pria itu.Ethan tampak menghentikan ketikannya di
Sore ini, Ethan mengajak keluarganya untuk pergi ke taman kota. Banyak sekali para keluarga kecil yang datang kemari. Ada banyak penjual juga di sini. Terlebih sekarang hari Minggu, membuat suasana menjadi semakin ramai. "Dad, mau beli eskrim," pinta Lily, sembari menaik-narik baju yang Ethan pakai. "Iya, Dad, ayo kita beli ekskrim." Lukas menimpali. Ethan yang sedang mendorong stroller bayinya pun menoleh ke arah Selina. Seolah meminta pendapat istrinya itu."Iya, kalian beli eskrim saja. Nanti biar aku cari tempat duduk." Selina memperbolehkan. "Ya sudah, mari kita beli eskrim anak-anak," ajak Ethan."Yee beli eskrim!" Sorak kesenangan keluar dari mulut Lukas dan Lily. Akhirnya, Ethan mengandeng tangan kedua anaknya itu pergi mencari eskrim. Sedangkan Selina kini ganti mendorong stroller anaknya menuju ke arah tempat duduk yang tersedia di taman ini. "Kita jalan-jalan, Liora," ujar Selina, mengajak putrinya berbicara. Memang, bayi mereka yang bernama Liora Naomi Bratawijaya k
Selina beberapa kali tertawa keras saat melihat kedua anaknya dan Ethan sedang bermain bersama. Karena siapa yang kalah, akan dicoret dengan tepung wajahnya. "Hewan yang menggunakan huruf X?" Lukas memberikan pertanyaan ke Ethan, mereka memang sedang bermain tebak-tebakan."Hm, apa ya." Ethan tengah berpikir keras."Hewan pakai huruf X, kira-kira apa yah." Ethan masih saja berpikir keras, dia tidak tahu. "Satu, dua, tiga." Lukas, Lily, dan Selina tampak menghitung bersama. Ethan semakin gusar, dia tidak tahu harus menjawab apa."Empat, lima!!""Daddy kalah!!"Teriak mereka kompak, tawa canda pun keluar dari wajah mereka. "Yah, kalah. Baiklah, Daddy akan menerima hukumannya," pasrah Ethan, mau bagaimana lagi bukan. Lukas dan Lily pun mengambil tepung, dan mengusapkannya ke wajah Ethan. Membuat tawa melengking kembali keluar. "Daddy lucu, kayak pakai bedak yang tebal. Hihi, lucu seperti badut," kekeh Lily, dia tampak sangat bahagia."Ya ampun, bener yang Lily bilang. Kamu lucu ban
Dua bulan berlalu, setelah pernikahan Selina dan Ethan. Tidak ada kesediaan yang mendera mereka lagi. Pernikahan mereka benar-benar diselimuti dengan kebahagiaan yang tak terhingga."Sibuknya istriku yang satu ini," ujar Ethan, sembari memeluk tubuh Selina dari belakang dan menyempatkan untuk mengecup pipi Selina. "Mas, kamu ngagetin aku aja deh. Jangan peluk-peluk gini, nanti kalau anak-anak lihat malu," ujar Selina, meminta suaminya itu untuk menyingkir.Dia memang pagi ini sedang membuat sarapan untuk mereka. Karena hari Minggu memang asisten rumah tangga mereka libur. Jadi, Selina yang harus memasak. "Anak-anak lagi mandi kayaknya, kamu tenang aja." Ethan bukannya menyingkir tapi malah semakin mengeratkan pelukannya itu. "Jangan begini, Mas, aku jadi sudah masaknya. Mau sarapannya terlalu siang karena gak matang-matang masakan aku?" tanya Selina, dia berusaha melepaskan pelukan dari suaminya."Maaf, sayang, habisnya Mas selalu kangen sama kamu," cletuk Ethan, membuat Selina mem
Acara resepsi pernikahan yang digelar sudah selesai, para tamu undangan juga sudah pulang ke rumah masing-masing. Tapi malam ini, Selina dan Ethan memang menginap di hotel, besok pagi mereka baru pulang ke rumah."Haduh, kenapa aku deg-degan banget begini, sih? Rasanya sangat mendebarkan," gumam Selina, sembari mondar-mandir di dalam kamar hotelnya. Kamar ini sudah dihias sedemikian rupa, terlihat sangat cantik dan romantis. Dengan taburan bunga mawar di atas ranjang putih."Tarik nafas buang, tarik nafas lagi, buang lagi," gumam Selina, dia berusaha menetralkan perasaanya.Malam ini adalah malam pertamanya dengan Ethan. Walaupun mereka memang sudah pernah tinggal satu rumah. Tapi jujur saja mereka tidak pernah satu kamar. Semua ini hal baru dan pertama untuk Selina. Dia sampai berkeringat dingin kali ini, padahal tadi dia yang paling bersemangat menggoda Ethan."Semoga Mas Ethan lama deh mandinya," ujar Selina, dia mengusap-usap tangannya sendiri untuk mengurangi rasa gugupnya.Tub
Satu bulan pun berlalu, dan sesuai dengan kesepakatan mereka waktu itu. Hari ini, pernikahan Selina dan Ethan digelar cukup meriah. Banyak tamu undangan yang datang. Hubungan mereka pun tidak dirahasiakan lagi di kampus. Karena Ethan juga sudah tidak menjabat sebagai dosennya lagi. Pria itu memutuskan untuk mengurus perusahaannya. "Ini tamu undangan gak selesai-selesai perasaan dari tadi. Pegel banget kaki aku, Mas," rintih Selina, dia memang tidak terbiasa menggunakan heels begini.Khusus pada acara resepsi pernikahannya kali ini. Selina memang berdandan dengan sangat cantik. Menggunakan gaun pernikahan warna abu-abu muda, senada dengan jas yang Ethan pakai. "Sabar ya, Sayang. Maklum saja, teman-teman Mas kan banyak. Apalagi teman-teman kedua orang tua kita," pinta Ethan, dia mengelus pelan lengan istrinya.Beberapa jam yang lalu, mereka memang sudah sah menjadi pasangan suami istri. Dan sekarang, mereka tengah melangsungkan resepsi pernikahan. "Kalau aku lepas aja heels ini bole
Selina menatap wajah Ethan serius, dia meneguk salivanya susah payah. Kini, Selina melihat Ethan berpindah tempat duduk. Tepat berada di sampingnya dan menatap dia serius. "Selina, will you marry me?" tanya Ethan, sembari mengenggam kedua tangan Selina erat.Beberapa detik kemudian, Selina tersenyum tipis dan langsung mengangguk. Membuat mata Ethan berbinar-binar. "Ya?" tanya Ethan memastikan."Tidak ada alasan apapun untuk menolak Bapak. Saya siap menikah dengan Bapak, dan menjadi ibu sambung dari anak-anak Bapak," jawab Selina dengan begitu gugup."Yang benar? Kamu tidak bercanda bukan?" Ethan kembali bertanya, dia saking senangnya. "Untuk apa saya bercanda? Bukannya dosen dingin saya yang mirip es batu ini tidak suka bercanda. Saya serius, Pak," jawab Selina, senyuman manis pun terbit di wajahnya."Selina, terima kasih banyak." Ethan saking bahagianya langsung mendekap tubuh Selina erat, melampiaskan rasa bahagianya.Selina meresapi pelukan yang Ethan berikan kepadanya. Rasanya
"Pak Ethan," ujar Selina dengan mata terbelalak. Selina tidak tahu apa maksud semua ini. Apa teman Papa itu adalah Mamanya Pak Ethan? Sungguh, semua ini menjadi teka-teki untuknya.Sedangkan Ethan, dia benar-benar kaget. Mama tadi mengajaknya untuk bertemu dengan wanita yang hendak dijodohkan dengannya bukan? Tetapi, kenapa mereka sekarang malah bertemu keluarga Selina?"Ayo silahkan duduk," ajak Papa, kepada Ethan dan Mamanya. Ethan dan Mamanya pun mendudukkan dirinya di sofa yang tersedia. Pertemuan dengan Selina kali ini benar-benar membuat hatinya sesak, dia merindukan wanita itu."Bagaimana perjalanan ke sini, jeng? Lancar, kan?" tanya Mama Selina, memulai pembicaraan."Aman terkendali, ya walaupun kena macet sedikit," balas Mama Ethan, sembari tersenyum ramah.Selina menatap mereka semua satu persatu, dengan tatapan bingungnya. "Tunggu-tunggu, ini sebenarnya maksudnya apa? Tadi Mama bilang kita mau kedatangan teman Papa. Dan sekarang kita lihat siapa yang datang. Sebenarnya a
"Ethan, nanti malam kamu tidak ada acara, kan?" tanya Mama kepadanya, saat ini dia memang sedang berada di ruang kerjanya.Meskipun kini dia sudah pindah ke luar kota. Tetapi, dia tetap memantau perusahaannya dari jauh. Ethan masih belum siap untuk kembali ke kota kelahirannya lagi. "Memangnya ada apa, Mah?" tanya Ethan penasaran, dia pun mengalihkan tatapannya dari layar laptopnya miliknya ke arah Mama. "Rencananya, nanti malam Mama akan mengajak kamu untuk bertemu dengan perempuan pilihan Mama. Kamu sudah siap, kan? Jangan menolaknya, Ethan. Karena kamu sudah menyetujui untuk Mama carikan jodoh," ujar Mama, menatap wajahnya lekat.Ethan pun menghela nafas, dia memandang ke arah wajah Mamanya. "Iya, Mah, nanti malam aku bisa kok. Tetapi, anak-anak bagaimana?" Dia menghawatirkan kedua anak-anaknya."Kamu tidak udah khawatir, anak buah Mama yang akan menjaganya. Lagian, acaranya juga tidak lama," jawab Mama, menatapnya hangat."Nanti aku akan menemui wanita itu. Mama ikut juga?""Iy
Ethan sedang membaca koran di ruang tengah dengan secangkir kopinya. Dia tampak begitu menikmatinya, sedangkan kini kedua anaknya tidur siang. "Ethan, Mama mau bicara hal penting denganmu," ujar Mama yang tiba-tiba datang.Memang, kemarin Mama tiba di Bali untuk menemuinya beserta Lukas dan Lily. Dan kini, Mama pun mulai mendudukan dirinya di depan Ethan.Mendengar itu pun, Ethan lantas menaruh koran yang dirinya pegang ke meja kaca. Lantas, menatap serius ke arah Mamanya. Entah apa yang akan wanita paruh baya itu sampaikan kepadanya."Ada apa, Mah?" tanya Ethan to the point, dia tidak mau basa-basi apapun."Mama berencana untuk mulai mencarikan kamu jodoh lagi seperti dulu. Ya seperti yang kita ketahui, jika hubunganmu dengan Selina sudah selesai. Mama hanya ingin kamu segera menikah kembali, agar ada yang membantumu mengurus kedua anakmu itu," ujar Mama sembari menatapnya serius. Ethan tahu, pembahasan ini pasti akan Mama sampaikan kepadanya. Dan sekarang adalah waktunya, Mama lag