"Pegang yang erat. Aku kalau naik motor suka ngebut soalnya. Khawatir kamu jatuh," ujar Pandu kepada Maya. Saat mereka akan pergi ke kampus bersama untuk melakukan pendaftaran ulang sebagai mahasiswa baru
Saat mereka mereka melintas di jalan raya itu seseorang yang naik mobil di belakang Maya melihatnya.
"Kurang ajar anak itu," ujar pengemudi mobil tersebut geram.
Siapa lagi kalau bukan Firman. Saat itu dia sedang ada agenda kunjungan ke sebuah perusahaan yang akan mengadakan family gathering di restonya. "Aku harus segera mendapatkan Maya, apapun caranya. Sebelum laki-laki itu mengungkapkan rasa cintanya," ujar Firman dalam hati.
Sementara itu motor yang dikendarai Pandu dan Maya sudah sampai di kampus yang dituju. Di sana sudah banyak calon mahasiswa lain yang juga melakukan pendaftaran ulang.
Maya dan Pandu segera mengambil formulir dan mengisinya. Mereka mengambil tempat duduk yang kosong di antara puluhan calon mahasiswa baru yang
Sepulang dari kampus Maya kembali ke kantor. Tepatnya setelah istirahat siang. Menyelesaikan pekerjaan yang sudah Mata tinggal beberapa jam. Setelah itu seperti biasanya Mata pulang jalan kaki.Hari masih sore saat itu. Namun, di depan rumah sudah ada mobil Firman di parkir di sana. "Tumben jam segini Bang Firman sudah pulang," batin Maya. Dia mengikuti teman-teman kost yang memanggil dengan sebutan Bang.Ternyata tidak hanya mobilnya yang ada di sana. Orangnya juga sedang duduk di teras. "Maya sini," panggil Bang Firman."Ya Bang. Tumben sore gini sudah pulang," sapa Maya."Sengaja menunggumu," jawabnya."Hmm, benarkah? Aku jadi tersanjung," ujar Maya."Ya dong. Aku tunggu ya, bersih diri. Aku ingin mentraktirmu," ujarnya."Rezeki anak kost. Mana ada anak kost yang tidak suka ditraktir. Tunggu ya Bang," ujar Maya segera berlalu ke kamar untuk bersih diri dan ganti baju.Tidak sampai 30 menit Maya sudah siap.
Belum sempat Maya menjawab pertanyaan itu, tiba-tiba matanya berkunang-kunang. Kepalanya pusing dan lama-lama dia tidak bisa melihat sekitarnya."Ada yang pingsan. Tolong," teriak seorang pengunjung perempuan.Seorang pramusaji laki-laki tergopoh-gopoh untuk membantu mengangkat tubuh Maya. "Tidak usah. Biar saya saja. Tolong bantu saya chek in kan kamar di resort untuk merawat dia agar tenang," ujar FirmanMeskipun tubuh Maya sudah lunglai, tapi dia masih bisa merasakan tubuhnya dibopong oleh Firman yang membawanya masuk ke salah satu kamar di resort tersebut. Sedangkan pramusaji yang mengikutinya mengantarkan sambil membawa kunci kamar. Setelah itu Maya sudah tidak merasakan apa-apa lagi.Firman membaringkan tubuh Maya di kasur yang empuk. Sedangkan pramusaji tadi sudah kembali ke resto. Suasana kamar sepi kembaliFirman tersenyum puas melihat Maya yang sudah terbaring lemah di depannya. Mata jalangnya menjelajahi tubuh Maya yang
"Apa yang akan kamu lakukan?" tanya Maya dengan kaget. Ia segera memalingkan mata. Maya merasa matanya sudah ternoda dengan pemandangan laki-laki nyaris tanpa busana di depannya.Maya sangat kecewa dengan laki-laki di depannya. Tidak disangka laki-laki yang menjadi idola teman-teman kostnya itu tega berbuat tidak senonoh terhadap dirinya.Dia sudah tidak bisa berpikir, apa yang harus dilakukannya. Tubuhnya masih agak lemah, sementara sebentar lagi dia akan menjadi korban perkosaan. Mau menangis juga percuma. Air mata tidak bisa menyelesaikan masalah."Bersikap lembut saja Sayang. Aku akan melakukannya dengan pelan-pelan. Nanti kamu tidak akan sakit," rayu Firman.Maya masih memalingkan wajahnya menurut telinganya dengan kedua tangan. Mengapa ya mendengar suara Firman perut Meus jadi mual. Dia ingin muntah saking kecewanya dengan pemuda itu."Aku berjanji setelah ini aku akan menikahimu. Aku hanya ingin memberi tanda bahwa kamu adalah milikku
Setelah kepergian Firman bersama polisi yang menangkapnya, Maya berencana pulang. Namun dicegah oleh Pak Robert."Kamu mau ke mana Maya?""Pulang Pak," jawab Maya."Saya antar. Ini sudah malam. Jangan sampai kamu jadi korban perkosaan lagi," kata Pak Robert."Tidak usah Pak. Saya bisa pulang sendiri dengan menggunakan taksi online," jawab Maya."Kamu ini keras kepala. Sudah ikuti saya saja," kata Pak Robert.Sebenarnya Maya masih trauma juga untuk pulang sendiri. Apalagi beberapa menit yang lalu hampir saja dia menjadi korban perkosaan. Bahkan sebenarnya dia juga sudah menjadi korban pencabulan, meskipun dia sendiri tidak menyadarinya.Namun, untuk menerima terus menerus bantuan Pak Robert, dia merasa tidak pantas. Apalagi ternyata bos nya di perusahaan itu juga pemilik resort dan resto terkenal ini."Di mana kamu tinggal?" tanya Pak Robert saat mereka sudah dalam perjalanan pulang.Beruntung Pak Robert membawa sop
Mobil yang membawa Maya dan Pak Robert sampai di sebuah rumah besar di kawasan elite. Hati Maya berdebar khawatir atas tanggapan istri Pak Robert. Meskipun dia sudah pernah bertemu, bisa jadi pikiran lain muncul terkait kedatangannya yang tengah malam begini.Tampak satpam membuka pintu dengan tergopoh. Mungkin tadi ketiduran sehingga beberapa kali diingatkan pintu gerbang belum juga terbuka."Maaf Tuan," ujar satpam sambil menaikkan kedua tangannya di dada.Mobil menuju tepat di depan pintu utama. "Ayo Maya turun," titah Pak Robert.Maya tampak ragu, namun dia tidak punya pilihan lain selain menuruti perintah bosnya tersebut. Pun saat Pak Robert membuka pintu utama, dia hanya bisa mengekor di belakangnya.Suasana rumah yang cukup besar itu sepi sekali. Tidak ada penghuninya yang masih terjaga. Ruang tamu di rumah ini tidak cukup luas. Justru yang luas itu ruang keluarga. Yang menyatu dengan ruang makan, kamar tamu dan nyambung ke teras belakang. D
Mobil yang membawa Maya dan Pak Robert sampai di sebuah rumah besar di kawasan elite. Hati Maya berdebar khawatir atas tanggapan istri Pak Robert. Meskipun dia sudah pernah bertemu, bisa jadi pikiran lain muncul terkait kedatangannya yang tengah malam begini.Tampak satpam membuka pintu dengan tergopoh. Mungkin tadi ketiduran sehingga beberapa kali diingatkan pintu gerbang belum juga terbuka."Maaf Tuan," ujar satpam sambil menaikkan kedua tangannya di dada.Mobil menuju tepat di depan pintu utama. "Ayo Maya turun," titah Pak Robert.Maya tampak ragu, namun dia tidak punya pilihan lain selain menuruti perintah bosnya tersebut. Pun saat Pak Robert membuka pintu utama, dia hanya bisa mengekor di belakangnya.Suasana rumah yang cukup besar itu sepi sekali. Tidak ada penghuninya yang masih terjaga. Ruang tamu di rumah ini tidak cukup luas. Justru yang luas itu ruang keluarga. Yang menyatu dengan ruang makan, kamar tamu dan nyambung ke teras belakang. D
"Baiklah. Saya akan bersiap-siap. Kita berangkat sama sopir saja," kata Bu Robert lagi.Sepanjang perjalanan Maya masih diliputi perasaan gundah. Khawatir tidak mampu menghadapi Bu Hadi. Di satu sisi dia adalah korban. Di satu sisi selama ini Bu Hadi baik sekali kepadanya.Mobil yang membawa mereka sampai di kost Maya. Dari luar tampak sepi. Anak kost sepertinya sedang beraktivitas di luar semua. Maklum yang kost di situ adalah para karyawan dan sebagian anak kuliahan. Jadi jam pagi seperti ini sudah keluar semua. Beberapa kali Maya mengetuk pintu. Namun tidak ada sahutan dari dalam."Sepertinya tidak ada orang Bu Robert. Anak kost sudah berangkat semua. Mungkin ibu kost sedang keluar juga,"" kataku. "Hmm apa tidak coba kamu telepon dahulu?" Saran Bu Robert."Baiklah," ujar Maya. Dia segera mencari ponselnya di dalam tas, untuk melakukan panggilan kepada Bu Hadi, ibu kostnya.Namun belum sempat teleponnya diangkat tiba-tiba terdengar pintu yang dibuka. Tampak wajah pucat Bu Hadi di
Keesokan harinya, seperti biasa Maya berangkat bekerja. Ia berangkat bersama Adel dengan berjalan kaki. Jarak kost mereka ke kantor hanya 10 menit berjalan kaki. Jadi, sangat hemat transport."Bagaimana di kost baru Maya?" tanya Adel saat mereka berangkat."Merasa aman," jawab Maya."Memang di kost lama tidak aman?" tanya Adel lagi.Maya menghela nafas panjang. Mau bercerita rasanya dia belum bisa. Apalagi peristiwa percobaan pemerkosaan yang dialaminya baru saja terjadi dua hari lalu. Siapa yang tidak trauma dengan hal seperti itu, sedangkan dia di posisi sebagai korban?"Ceritanya panjang Adel. Tidak cukup aku ceritakan dalam waktu 10 menit sampai di kantor," jawab Maya."Hmm, sepertinya ada sebuah peristiwa yang sangat membekas," ujar Adel."Iya. Sangat membekas, bahkan aku tidak akan bisa melupakan seumur hidupku," ujar Maya."Wah, kamu ini bikin aku penasaran saja Maya. Pokoknya kamu punya hutang cerita ke aku," kata Adel."Memang ada hutang cerita? Bukannya yang lazim itu hutang
Jonathan kecil tampak begitu bahagia. Dia membalas pelukan papanya dengan erat. "Horee, Papa sudah datang." Teriaknya histeris.Berputar putar mengelilingi toko yang mulai sepi karena hendak tutup. Sedangkan Jonathan besar tanpa menunda langsung memeluk kekasih hatinya itu. Segala rindu dia tumpahkan malam itu Sedangkan Maya awalnya sedikit malu malu dan khawatir dengan status Jonathan. Karena terakhir kali dia mendengar informasi dari satpam bahwa Jonathan sedang dalam persiapan menikah dengan gadis Eropa. "Mas, sudah. Tidak enak dilihat anak-anak. Lagian nanti ada yang cemburu lho," ujar Maya seraya mengurai pelukan Jonathan besar."Siapa yang cemburu? Apakah kamu sudah memiliki pacar?" tanya Jonathan sedikit ragu. Kalau suami, dari informasi yang dia dapatkan, Maya tidak sedang menikah dengan siapapun. Namun bisa jadi dia sedang menjalin hubungan dengan laki-laki lain untuk me jadi ayah tiri buat Jonathan yunior. Hal ini yang tidak dia pikirkan selama ini. Jonathan hanya berpik
"Tolong dikirimi list foto-fotonya ya," jawab Jonathan.Tidak beberapa lama kemudian belasan foto contoh buket bunga dikirim ke nomor Jonathan. Jonathan sendiri bingung mana yang harus dia pilih. Karena menurutnya semua bagus."Apakah semua bunga ini dirangkai sendiri oleh pemilik toko?" tanya Jonathan."Dulu begitu، namun sejak ada pegawai ibu sudah jarang ikut merangkai sendiri. Hanya bantu kalau toko ramai saja," jawab nomor tersebut."Boleh tahu nama pemilik tokonya siapa ya?" tanya Jonathan."Ibu Maya."Deg. Namun Jonathan sendiri tidak tahu nama panjang kekasihnya itu, jadi percuma juga dia menanyakan nama panjang Maya. Malah membuat penyidikannya diketahui saja."Oh ya ya, pernah sekali saya ke toko antar mama pesan bunga. Itu Bu Maya yang sudah memiliki anak laki-laki kecil itu ya?" tanya Jonathan."Anda benar sekali," jawab admin toko."Lucu dan ganteng. Sampai saya pingin mencubit pipinya," kata Jonathan."Banyak customer toko kami yang bilang begitu. Semua gemes gemes sama
Lima tahun kemudian...."Mama, mama belikan es krim itu dong," teriak seorang anak kecil berusia sekitar empat tahun di taman balau kota. "Di rumah kan sudah banyak es krim, mengapa harus beli lagi?" tanya seorang perempuan berusia sekitar 27 tahun yang merupakan ibu dari anak itu Tidak jauh dari ibu dan anak tersebut, seorang laki-laki mengamati dengan takjub. Disampingnya ada perempuan paro baya, yang merupakan ibu dari laki-laki dewasa itu."Mama kok merasa wajah anak kecil itu sangat familier ya. Tapi siapa?" tanya perempuan paro baya yang rambutnya hampir separuhnya beruban.Laki-laki dewasa disampingnya menoleh. Memandang ke arah yang ditunjuk sang mama. Deg.Dia sangat hapal dengan wajah perempuan yang menjadi mama dari bocil imut itu. "Bukankah, bukanlah itu...""Siapa Jo? Kamu mengenalnya?" tanya sang mama."Oh maaf bukan Ma, justru Jo melihat anak kecil itu mirip dengan fotoku saat kecil," ujar laki-laki dewasa yang ternyata adalah Jonathan."Hmm masak sih. Iya juga ya.
Sementara itu di Jerman, Jonathan uring-uringan. Dia mulai merasakan bahwa papanya sengaja mengirimnya ke Jerman untuk dijodohkan dengan Caroline. Bahkan Caroline sendiri tampak aktif untuk mendekati Jonathan."Ma, maksud papa ini apa sengaja menjebak saya untuk dijodohkan dengan Caroline. Jo tidak mau Ma. Jo sudah punya pacar," kata Jonathan saat menelepon mamanya. "Jo, dengarkan dulu. Tidak ada ceritanya orang tua yang ingin menjebak anaknya. Semua orang tua itu ingin memulihkan yang terbaik untuk anaknya. Termasuk untukmu. Apalagi kamu anak tunggal," jawab mamanya di tanah air."Ingat Ma, kalau untuk urusan kerja,oke. Tapi kalau untuk perjodohan,no way" tegas Jonathan sambil menutup panggilan telepon.Nyonya Mulia sedang sarapan pagi dengan suaminya saat Jonathan telepon. "Ada apa dengan Jonathan, Ma?" tanya Tuan Mulia."Biasa curhat," jawab Nyonya Mulia. Dia tidak ingin Jonathan akan terlalu dipaksa dalam perjodohan yang memang sudah mereka rencanakan ini.Memang Nyonya Mulia jug
Maya menyeret kopernya keluar unitnya. Dia membuka pintu dan mengunci dari luar. Sesaat dia memandang dari luar, menitikkan air mata. Tempat yang membuat dirinya sempat melambung, namun kini terhempas ke dasar lembah yang paling dalam."Selamat tinggal," bisiknya lirih.Surat pengunduran diri dan surat untuk Adel sudah dia letakkan di atas meja makan. Agar Adel dengan mudah menemukan. Setelah mengunci apartemennya, dia menuju lift dan turun ke loby. Dia menuju ke resepsionis untuk menitipkan kartu masuk unitnya di sana. Sebab, apartemen tersebut adalah fasilitas perusahaannya. Sehingga pastinya cepat atau lambat akan diminta kembali perusahaan, seiring dengan kepergian dirinya. Dengan pengunduran dirinya."Mbak nitip kartu akses ya. Mungkin nanti akan ada temanku yang mengambilnya," kata Maya.Setelah itu dia memesan taksi online yang akan membawanya ke stasiun terdekat. Maya sudah memiliki kota tujuan yang ingin dia datangi. Yakni Kota Baru Malang. Di sana merupakan kota wisata. Ud
Mobil taksi online segera meninggalkan rumah tersebut. Maya memandang sekilas rumah yang dulu pernah dia tinggali sebulan. Berharap bisa melihat Jonathan di sana. "Sekuriti tersebut tidak berbohong, pasti saat ini Jonathan sedang berbahagia menyambut hari pernikahannya bersama gadis bule," batin Maya. Dadanya terasa sesak mengingat itu. Sampai taksi yang dia tumpangi sampai di bundaran air mancur di tengah tengah perumahan itu. Posisi taman air mancur tersebut memang di tengah tengah perumahan, sehingga siapapun yang masuk ke perumahanku itu akan melewatinya. Demikian juga saat keluar nanti."Pak, boleh berhenti beberapa menit di sini,"ujar Maya masih dengan suara habis menangis.Tanpa menjawab sopir taksi tersebut menepi dan mobil benar-benar berhenti. Maya tidak keluar, tapi hanya memandang air mancur tersebut dari mobil. Kaca jendelanya dia buka. Sehingga dia bisa menghirup udara segar dibawah rerimbunan pohon yang tumbuh sepanjang jalan. Pohon trembesi. Yang terkenal mampu mengi
Maya memejamkan mata. Namun pikirannya justru melayang kemana-mana. Bahkan dia tidak mandi atau mengganti pakaian kerjanya untuk beberapa saat."Akh, mungkin berendam di air hangat membuat pikiranku lebih fresh," ujar Mata sambil melangkah ke kamar mandi.Benar saja, dia berendam di sana. Dalam waktu yang cukup lama. Bahkan hampir satu jam. Bahkan Adel yang mencari Maya untuk diajak makan malam sempat khawatir sahabatnya itu pingsan di kamar mandi."Maya, kamu di kamar mandi kah?" tanya Adel.Tidak ada jawaban untuk beberapa saat. Barulah panggilan ketiga Maya baru menyahut."Iya, aku di dalam," jawab Maya."Syukurlah. Khawatirnya kamu pingsan lagi."Tidak lama kemudian, Maya keluar dari kamar mandi dengan wajah yang lebih bugar. "Aku sudah pesan makanan untuk kita berdua," kata Adel."Kamu memang sahabat terbaik.""Aku pesan nasi goreng. Semoga kamu suka," kata Adel lagi."Pasti suka. Kita belum sempat makan sejak siang tadi," kata Maya."Iya, aku sendiri tidak tega meninggalkanmu m
Tidak lama setelah itu, mobil perusahaan disiapkan untuk membawa Maya ke rumah sakit. Bagaimanapun juga kejadian ini terjadi di kantor saat Maya bekerja. Sehingga dihitung sebagai kecelakaan kerja. Adel ikut mengantar Maya ke rumah sakit. Setelah ditangani di UGD lalu dibawa ke ruang perawatan. Di sana Maya baru siuman. Adel ingat saat suster meninggalkan ruangan terserah sempat berpesan, apabila pasien sadar untuk segera menghubungi perawat dengan menekan tombol yang tidak jauh dari tempat tidur Maya. Adel menekan tombol itu.Tidak beberapa lama seorang perawat datang. "Ada yang bisa dibantu?" tanya perempuan berbaju dan rok sebatas lutut berwarna putih itu dengan rambut diikat rapi ke belakang. Di atas rambutnya ada topi kecil. Tampak rapi."Pasien bangun Suster," kata Adel."Syukurlah. Habis ini akan ada dokter jaga yang melakukan visite ke mari. Anda bisa bertanya seputar masalah sakitnya pasien," ujar Suster tersebut kepada Adel."Apa saya tidak boleh bertanya sesuatu Suster?"
Pagi itu Maya bangun dengan malas. Dia merasakan tubuhnya kurang enak badan. Malas beraktivitas dan dada serta perutnya terasa penuh."Apa yang salah denganku?" batinnya.Namun, dia berusaha beranjak bangun dan menuju ke kamar mandi. Menyalakan shower air hangat untuk mandi. Agar tubuhnya bisa kembali bersemangat untuk menjalani aktivitas hari ini.Baru saja dia melepas pakaiannya untuk mandi, perutnya terasa mual. Huek huek huek.Dia menuju wastafel dan menumpahkan isi perutnya di sana. Namun karena belum makan apapun tidak ada yang keluar dari mulut Maya, selain air yang agak berwarna kuning. "Sepertinya aku masuk angin. Maklum cuaca begitu dingin di luar di bulan Juli ini," kata Maya.Usai mandi dan berganti baju, Maya berencana ke dapur. Seperti biasa, dia ingin menyiapkan sarapan pagi. Sebelum itu dia ingin membuat minuman jahe panas agar tubuhnya sedikit hangat. Baru saja dia memanaskan air dan menuang serbuk jahe instan di gelas, perutnya kembali mual. Dia kembali ingin memun