Beranda / Romansa / Pengasuh Duda Lima Puluh Juta / Bab 7. Merasa Bersalah

Share

Bab 7. Merasa Bersalah

Penulis: Anggrek Bulan
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-02 13:56:55

"Kamu ini gimana sih, kenapa tadi diam saja dan nggak minta tolong? Apa kamu nggak takut jika Nyonya Monica melakukan hal lebih sama kamu?" Kepala pelayan mengomeli Nadia selagi dirinya mengobati tangan gadis itu. “Lihat ini, lukanya dalam sekali!”

Nadia pun tertawa dengan canggung. Jujur saja, dirinya di zaman sekolah dulu adalah seorang berandal, suka berkelahi, bahkan dengan para laki-laki. Luka yang Nadia derita sekarang bukan apa-apa kalau dibandingkan dengan luka bekas tawuran dulu.

"Saya lebih takut jika dipecat dari sini sih, Kak,” balas Nadia sembari menggaruk kepalanya. “Ibu masih butuh banyak uang untuk bisa kembali sehat," jawabnya sembari tertawa untuk menceriakan suasana.

Akan tetapi, ucapan Nadia malah membuat Kepala Pelayan menjadi semakin tidak enak. Dia pun menasehati, “Lain kali, kalau Bu Monica datang, jangan biarkan masuk tanpa seizin Pak Daniel. Selain itu, kalau ada yang berani bersikap seperti ini lagi atau kurang ajar sama kamu, teriak aja. Kami semua yang di sini pasti akan sebisa mungkin bantu.”

Nadia hanya mengangguk-angguk mendengar omongan sang kepala pelayan. Namun, mendengar wanita tersebut mengungkit soal izin yang harus didapatkan dari Daniel apabila Monica ingin menemui Sean membuatnya penasaran.

"Kepala Pelayan–”

“Panggil saya Kak Anggun,” potong sang kepala pelayan, merasa aneh semakin sering Nadia memanggilnya demikian.

“O-oh, baik Kak Anggun,” balas Nadia. “Kalau boleh tahu, apa sebenarnya yang terjadi dengan Tuan Daniel sama Nyonya Monica? Kenapa sampai harus minta izin segala untuk ketemu Sean?” Walau memang harus Nadia akui kalau Monica terlewat keras kepada Sean, tapi bagaimana pun, wanita itu adalah ibunya. “Masa ketemu anaknya saja harus minta izin?”

Kepala pelayan terlihat kesulitan. Sebelumnya, dia berpikir akan lebih baik kalau Nadia tidak tahu apa pun. Akan tetapi, karena memang pertemuan dengan Monica tidak dapat dihindari, dan ada kemungkinan wanita itu akan datang lagi, dia pun mengambil satu keputusan.

"Nyonya Monica itu punya ambisi yang besar soal karier, dan hal itu berlangsung bahkan setelah dia menikah,” ucap kepala pelayan, membuat Nadia sedikit bingung dengan maksudnya. “Oleh karena itu, walau dia tahu Tuan Daniel sangat mengharapkan seorang anak, dia diam-diam meminum pil anti-kehamilan dan terus menggugurkan kandungannya ketika mengetahui dirinya hamil.”

Mata Nadia seketika membulat. "Apa?"

Anggun mengangguk pelan. "Sewaktu Tuan Daniel tahu soal ini, dia marah besar. Akan tetapi, Nyonya Monica enggan mengalah dengan alasan kariernya sedang berada di puncak.” Helaan napas terdengar dari sisi wanita itu. “Pada akhirnya, kalau bukan karena Tuan Daniel menjamin soal pekerjaan modelling besar yang bisa dia berikan kepada Nyonya Monica, Tuan Muda Sean nggak akan ada di dunia ini.”

Nadia mengernyitkan dahinya. ‘Kenapa jadi lebih ke transaksi daripada hubungan suami-istri?’ batinnya.

Melihat ekspresi Nadia, Anggun pun tersenyum pahit, tahu apa yang dipikirkan gadis itu. “Saat Tuan Muda Sean berusia dua tahun … sebuah insiden terjadi,” jelasnya dengan wajah suram. “Nyonya Monica tertangkap oleh Tuan Daniel sedang berusaha mencekik Tuan Muda Sean.”

Nadia terkesiap. “Apa dia sudah gila?!” Gadis itu tak mampu menahan keterkejutannya. “Kenapa dia begitu tega?!”

“Setelah melahirkan Sean, bahkan dengan bantuan Tuan Daniel, pekerjaan modelling Nyonya Monica tidak selancar dulu. Bentuk tubuhnya sulit untuk dipertahankan dan sering kali dia dituding sebagai model gagal oleh orang sekeliling.” Kepala pelayan melanjutkan, “Alhasil, dia melampiaskan amarahnya kepada Tuan Muda Sean dan berujung diceraikan oleh Tuan Daniel.”

Nadia terdiam membisu setelah mengetahui hal ini. Ternyata, alasan dibalik perintah Daniel tidak mengizinkan Monica bertemu dengan Sean adalah … karena itu.

‘Astaga, aku bahkan menganggap Daniel orang yang egois karena menghalangi seorang ibu bertemu anaknya.’ Nadia merasa begitu bersalah. Jika saja dia mengetahui cerita itu sebelumnya, jelas Nadia tidak akan membukakan pintu untuk Monica. Menelan egonya, gadis itu membatin, ‘Aku … harus minta maaf.’

**

Tok! Tok! Tok!

“Tuan, ini Nadia, boleh saya masuk?” tanya Nadia dengan jantung berdebar, merasa sedikit takut bertemu dengan Daniel.

Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam, tapi Nadia masih belum bisa tidur karena dihantui perasaan bersalah kepada majikannya itu. Alhasil, ketika berkeliaran di taman depan, dia malah bertemu dengan kepala pelayan dan dititipkan sebuah dokumen untuk diantarkan ke ruangan Daniel.

Sudah berapa kali Nadia mengetuk pintu, tapi tidak ada balasan dari dalam. Nadia curiga Daniel mengenali suaranya dan enggan membukakan pintu karena marah.

"Tuan, saya datang untuk mengantarkan dokumen," ulang Nadia lagi, mulai tidak sabar dan mempercepat ketukannya. ‘Masa harus kukembalikan ke Kak Anggun sih dokumennya? Nanti dibilangnya aku nggak kompeten lagi sama si Tuan Kulkas!’ gerutu Nadia dalam hati, mulai memaki Daniel karena menyimpan dendam padanya.

Dengan kekesalan yang menumpuk, Nadia pun menggedor pintu dengan kencang.

“Tuan Daniel, ini dokumennya–”

Ucapan Nadia terhenti lantaran pintu mendadak terbuka. Wajah Daniel muncul dan tampak menatapnya dengan pandangan tajam. Aura yang mengelilingi pria tersebut terasa sangat dingin, membuat Nadia seketika membeku di tempat tanpa bicara.

Apa Daniel marah padanya?

Saat mendapatkan kembali suaranya, Nadia berkata dengan tergagap, “A-anu, Tuan … maaf ganggu.” Karena begitu terintimidasi dengan pandangan Daniel, gadis itu pun menjatuhkan pandangannya ke lantai sembari menyodorkan dokumen ke arah majikannya tersebut. “S-saya ke sini mau antar dokumen sekaligus minta maaf karena sudah buka pintu untuk Nyonya Monica!”

Selama sesaat, hanya keheningan yang menyambut Nadia. Daniel tidak membalasnya. Hal tersebut membuat gadis itu tersebut menangis dalam hati.

‘Dia pasti marah besa–’

Tidak sempat Nadia menuntaskan percakapan batinnya, mendadak tangannya ditarik seseorang. Saat gadis itu tersadar dari keterkejutannya, dia mendapati dirinya telah berada dalam ruangan Daniel dengan pintu tertutup rapat di belakangnya.

Nadia yang kebingungan hanya bisa berakhir menatap wajah Daniel. "T-Tuan?! Apa yang Anda lakukan?" teriaknya dengan bingung. Apa Daniel akan meninjunya?!

Namun, detik berikutnya, Nadia menyadari ada yang aneh dari pandangan pria di depannya. Netra hitam Daniel yang biasa memancarkan aura dingin terlihat tidak fokus, seakan pikirannya sedang mengawang entah ke mana. Tidak hanya itu, napas pria itu terdengar pendek, seperti terengah-engah.

Khawatir ada yang salah, Nadia bertanya, “Tuan … apa Anda baik-baik sa– Ah!”

Tanpa menunggu Nadia menyelesaikan ucapannya, Daniel menarik gadis itu dan melemparkannya ke atas kasur.

Nadia meringis kesakitan, pandangannya pun membuyar karena benturan yang dialami kepalanya dengan kepala ranjang.

“Monica, kamu ….”

Suara parau dan rendah milik Daniel bisa terdengar. Hal itu membuat fokus Nadia kembali.

Mendapati Daniel telah berada di atas tubuhnya, Nadia mencoba untuk mendorong pria itu menjauh. "Tuan! Saya bukan Nyonya Monica! Saya Nadi– umh!”

Sebelum Nadia bisa mengatakan semuanya, Daniel sudah lebih dulu membekap mulut gadis itu dengan bibirnya. Mata Nadia membulat. Pria yang mengungkungnya saat ini jelas tidak berada di dalam akal sehatnya.

‘Ini … bau alkohol!’ pekik Nadia dalam hati.

Sekuat tenaga Nadia mencoba mendorong Daniel untuk menjauh, tapi dia tidak mampu. Dia mencoba menggunakan kemahirannya dalam beladiri, tapi tidak berhasil lantaran Daniel berakhir mengunci kedua tangannya di atas kepala.

Netra hitam yang menghipnotis itu memandang Nadia lurus, terlihat buas dan liar. “Jangan menolakku,” desisnya dengan hawa napas panas yang membuat darah Nadia berdesir. “Kamu harus … menolongku ….”

Komen (20)
goodnovel comment avatar
Asreyanah Debby Tina
knpa harus pakai koin utk membuka cerita
goodnovel comment avatar
Hairiahdzulkifli Dzulkifli
terbaikkk... Daniel telah jatuh cinta
goodnovel comment avatar
nepi norhayati
mesti beli koin ternyata
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 8. Bercak Merah

    Nadia membuka matanya perlahan. Gadis itu merasakan nyeri di sekujur tubuhnya, tapi rasa nyeri yang paling kentara berasal dari area intimnya."Ugh … sakit," lirihnya.Samar, dia menatap ruangan yang tak asing, namun juga tak terlalu akrab. Suara deru napas seseorang membuatnya menoleh ke samping. Seketika, matanya membulat.Pria tampan itu masih memejamkan matanya rapat. Jantung Nadia berdetak semakin kencang. Apa ini semua? Pikirnya.Dia bukan gadis bodoh. Mereka kini berada di ranjang yang sama!Wajah Nadia mulai memucat seolah darah dikuras habis dari tubuhnya. Dia lantas memeriksa tubuhnya dan kembali terkejut ketika sadar tak ada sehelai benang pun yang melekat di kulitnya.Wajah Nadia seketika jadi pias. Ingatan kemarin malam kembali muncul dan membuatnya hampir berteriak.'Ini nggak mungkin,' batinnya lagi sambil menggigit bibirnya.Perlahan, Nadia menyibakkan selimut dan duduk di sisi ranjang. Dia meremas sprei dengan perasaan yang campur aduk. Bisa dilihat, kulitnya kini dihi

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-02
  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 9. Apa yang Kamu Inginkan?

    Bab 9“Papa!” seru Sean yang turun dengan Nadia ke ruang makan.Melihat sosok Nadia yang berada di samping Sean, jantung Daniel berdetak kencang. Dia hanya menganggukkan kepala kepada putranya dan terdiam setelah meminta anaknya untuk duduk.Sesekali, netra hitam Daniel mendarat pada sosok Nadia. Mengingat kembali akan kesalahannya semalam, juga dengan kenyataan dia telah merenggut kesucian gadis tersebut, rasa bersalah pria itu menjadi semakin besar.Akan tetapi, ketenangan Nadia membuat Daniel bertanya-tanya. 'Kenapa … dia tidak membuat keributan dan meminta pertanggungjawaban?' batin Daniel. Sejak bangun tadi, Daniel sudah bersiap akan keributan yang mungkin saja terjadi. Tapi apa ini? Nadia malah lebih sibuk mengurus Sean dibandingkan mencari penyelesaian masalah mereka?!Nadia yang tengah sibuk menyuapi Sean, juga merasa seseorang sejak tadi meliriknya. Tapi, gadis ini pura-pura tak tahu. Tidak Daniel ketahui, dalam pikiran gadis itu, hanya ada satu pertanyaan penting. Apa dirin

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-02
  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 10. 'Perhiasan'

    “Operasi ibumu berhasil. Sekarang, kita hanya perlu menunggu kapan beliau sadar,” jelas seorang dokter yang di sampingnya ditemani seorang suster. “Seharusnya, tidak lama lagi.”Mendengar hal itu, senyuman merekah di wajah Nadia dan matanya berkaca-kaca. Dia membungkuk hormat kepada sang dokter seraya berkata, “Terima kasih, Dok! Terima kasih!”Ketika dokter keluar dari ruangan, Nadia pun duduk di samping tempat tidur sang ibu. Dia menggenggam tangan ibunya yang begitu kurus sampai tulang terlihat menonjol.“Ibu dengar kata dokter, ‘kan? Ibu sudah baik-baik saja,” ucapnya dengan suara rendah sembari mengelus wajah sang ibu. “Ibu akan segera sadar."Setelah sekian lama ibunya berada dalam keadaan koma, hari ini adalah hari pertama dia mendapatkan kabar baik mengenai sang ibu. Ibunya akan sadar, dan Nadia percaya itu.Walau memang operasi ini berlangsung setelah sebuah malapetaka terjadi, tapi Nadia rela. Demi sang ibu, bahkan harga diri rela gadis itu jual.Tanpa Nadia ketahui, ada sepa

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-02
  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 11. Gadis Bodoh

    "Apa ini?" Nadia tampak kebingungan saat menerima sebuah surat dari Daniel di ruang kerja pria itu. Dia mendongakkan kepalanya dan menatap sosok pria yang memasang wajah datar itu."Mulai minggu depan kamu akan kuliah khusus di hari Sabtu dan Minggu."Mata Nadia membulat dengan sempurna. Apa telinganya tak salah dengar? Kuliah? Kenapa sangat mendadak?"A-apa? Kenapa Anda tiba-tiba--""Tak ada alasan khusus. Aku hanya ingin baby sitter anakku tidak bersikap memalukan dan mengajarkan kata-kata yang tidak benar," kilahnya penuh kebohongan. Daniel tak ingin mengatakan yang sebenarnya. Cukup dia seorang saja yang tahu alasannya.Nadia tersentak kaget. Kata-kata Daniel barusan terkesan menyinggungnya sebagai gadis yang 'bodoh' dan tak berpendidikan.Gadis itu pun menurunkan pandangannya, lalu terkejut dengan jurusan yang didaftarkan Daniel untuknya. “Sastra?” Matanya berbinar, dan tangan Nadia menutup mulutnya. Dia melirik pria di hadapannya. ‘Bagaimana … bisa dia tahu aku–’Sebelum dirinya

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-03
  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 12. Sebuah Kebetulan?

    "Oh, jadi maksud kamu saya nggak pantas jadi suami kamu?"DEG!Detik itu juga, tubuh Nadia membeku. Suara bariton familier itu mengakibatkan mata gadis itu membulat, mulutnya bahkan menganga lebar. Perlahan, pandangan Nadia terangkat, melihat sosok Daniel kini sudah bersandar tepat di kusen pintu kamar Sean dengan kedua tangannya terlipat di depan dada.‘Sejak kapan pria dingin itu ada di sini? Seberapa banyak yang dia dengar? Ya Tuhan! Habis sudah!’Dengan tatapan tajam netra hitamnya, Daniel mengulangi pertanyaannya, “Gimana Nadia, saya nggak layak jadi suami kamu? Gitu maksud kamu?”"A-anu itu … saya cuma bicara tentang fakta, Tuan.” Nadia memutar otak. “S-saya ‘kan bawel, Tuan ‘kan jutek– Eh! Maksudnya kalem, jadi nggak cocok.” Dia menutup mata rapat dan berbicara cepat setengah berseru, “Intinya, nggak kebayang deh kalau kita nikah!”Semakin Nadia mencoba menjelaskan, dia malah menggali masalah makin dalam. Gadis itu bisa melihat tatapan tajam Daniel seolah-olah ingin mengulitiny

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-06
  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 13. Jatuh Pingsan

    Bab 13“Kenapa kamu bisa kenal ayah saya?”Di saat pertanyaan Daniel terlontar, Nadia menjawab, "Ayah Tuan langganan di minimarket saya bekerja dulu." Gadis itu tersenyum sumringah pada ayah Daniel."Benarkah?" tanya Daniel sedikit kaget dengan alis kanannya terangkat, terlihat mempertahankan kebenaran ucapan Nadia. Netra coklatnya tampak mengarah pada sang ayah, meminta konfirmasi.“Itu benar,” jawab ayah daniel, Hendrawan Adhitama, dengan sebuah senyuman ramah. Pria itu pun menoleh kepada sang istri dan berkata, “Dia gadis yang aku bilang selalu berceramah tentang cokelat yang kubeli.”Martha Nugroho, istri dari Hendrawan dan ibu dari Daniel, tertawa kecil. “Oh, jadi ini.” Dia pun menepuk kecil pundak suaminya. “Memang Bapak bandel, harusnya nggak boleh makan cokelat masih makan,” ucapnya membuat Nadia terkekeh selagi Hendrawan memasang wajah tak berdaya.Melihat keakraban Nadia dengan kedua orang tuanya membuat Daniel merasa aneh. Kenapa sepertinya orang-orang di sekelilingnya selal

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-06
  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 14. Sihir Nadia

    "Nek, Kak Nadia baik-baik saja, kan?" Sean–yang sekarang berada di ruang tunggu bersama ayah dan kakek-neneknya–menatap lekat Martha. Walau telah berhenti menangis karena keterkejutannya tadi, mata bulat bocah kecil itu masih terlihat berkaca-kaca. Martha yang tengah memangku cucunya Itu tampak mengelus pelan puncak kepala Sean dengan lembut. "Semuanya pasti baik-baik saja, kita tunggu kabar dari dokter ya, Sean."Daniel yang duduk tak jauh dari ibunya Itu tampak menatap lekat anaknya yang sejak tadi menangis, tampak sangat khawatir pada Nadia. Dia bisa merasakan perasaan sang putra karena dia pun merasakan hal yang sama.'Apa yang sebenarnya terjadi pada gadis itu?' batin Daniel dengan kening berkerut. Dia menjatuhkan pandangan dan menatap tangannya. Tubuh gadis itu terasa begitu ringan dan mungil, Baru saja pertanyaan tersebut dilontarkan dalam benaknya, tiba-tiba saja pintu ruangan pemeriksaan terbuka. Sosok dokter yang tadi masuk untuk memeriksa keadaan Nadia tampak keluar dari r

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-07
  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 15. Itu Bayiku

    Bab 15‘Apa … jangan-jangan Daniel juga sama seperti Sean? Terkena hipnotis gadis itu?!’Namun, tanpa berpikir panjang, Martha pun ikut masuk bersama Hendrawan.Di dalam ruangan, Nadia tampak tengah duduk tepat di sisi ranjang. Wajah gadis muda itu terlihat pucat pasi karena dia sudah diberitahu lebih dulu oleh perawat mengenai kehamilannya.“Nadia,” panggil sebuah suara bariton yang familier di telinga gadis itu.Nadia menoleh, mendapati sosok Daniel yang menatapnya dengan wajah gelap. ‘Dia … pasti marah.’ Jantungnya berdebar kencang. ‘Pasti dia akan memecatku, atau mungkin memintaku menggugurkan kandungan ini,’ duga Nadia dengan pandangan diselimuti ketakutan mendalam. Bibir Daniel terpisah. “Kamu–”“Kak Nadia!” panggil Sean yang berlari kecil di belakang sang ayah. “Sean …,” panggil Nadia dengan tatapan kosong, masih belum sepenuhnya sembuh dari kekagetannya.Namun, sebelum Sean berhasil mencapai Nadia, bocah kecil itu langsung ditarik oleh sang nenek. "Nenek udah bilang tadi, kan

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-07

Bab terbaru

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 347. Beruntung Memilihmu (Ending)

    "Bagaimana perasaan kamu? Apa sudah lega?" Daniel bertanya pada Nadia yang saat ini memakai gaun berwarna marron, yang membuat dia nampak elegan.Nadia menghela nafas panjang dan kemudian menarik kedua sudut bibirnya. "Tentu saja, rasanya plong banget!" ucapnya dengan mata berbinar.Daniel tersenyum lega juga, karena bahagia Nadia tentu bahagianya juga. "Aku nggak mau lagi keras kepala deh! Yang kamu bilang, memang bener banget!" Nadia kecuali berucap, dia menyesalkan kejadian di kampus. Jika saja dulu dia mengikuti perkataan Daniel, tentu kejadian memalukan dan menyesakkan di kampus itu tak akan pernah terjadi. Keras kepala Nadia ternyata berakhir dengan derita saat ini. Daniel mengacak sedikit rambut Nadia karena merasa sangat gemas saat itu. Tak ayal hal itu langsung membantu Nadia protes. "Duh jail banget sih!? Kalau sampai riasan ini rusak, kamu harus tanggung jawab!" seru Nadia kesal. Daniel malah terkekeh dan malah memencet hidung Nadia. "Salah sendiri menggemaskan! Nanti m

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 346. Ungkapkan Semuanya

    "Kak, aku ingin bicara sama kamu. Penting."Pagi itu, Nadia menemui Alvin ketika kelas belum dimulai.Alvin menarik sudut bibirnya, senyum manis terpancar disana. "Tumben. Ok! Mau kapan?"Dari raut wajahnya nampak jika saat ini Alvin merasa sangat senang.Pemuda itu pun sebenarnya bingung tetapi juga bercampur dengan rasa bahagia. Selama ini Nadia selalu saja menghindar darinya, tetapi kini malah sang gadis pujaan hati itu mengajaknya bicara. Ini bukan mimpi kan?"Sekarang! Ayo!" Nadia yang masih nampak kecewa dengan wajah seriusnya pun langsung berjalan tanpa memperdulikan banyak mata yang sampai saat ini masih nampak menatap sinis padanya. Tanpa banyak tanya lagi Alvin pun mengekori dari belakang."Lo mau ngajak gue kemana sih?" tanya Alvin ketika Nadia malah menuju ke area parkiran. "Kenapa ngobrolnya nggak di tempat yang privat aja?"Nadia mendengus kasar dan sesaat menoleh sebentar ke belakang. " Jangan banyak tanya! Bentar lagi sampai!" Kemudian dia pun meneruskan langkahnya.S

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 345. Harusnya Sejak Dulu

    "Daniel! Mengapa kamu merahasiakan semua ini dari mama dan papa?" Ketika Daniel baru saja sampai di rumah, Martha dan Hendrawan pun langsung menghampiri putranya itu. Mengejar dengan banyak pertanyaan yang intinya mereka merasa tak suka jika Daniel terus menyembunyikan apa pun tentang Nadia."Rahasia ap---" Daniel mencoba mengelak karena memang sebenarnya dia belum mengerti, beberapa hal yang terjadi di kantor membuatnya harus sedikit melupakan tentang yang terjadi di rumah.Martha langsung memotong ucapan anaknya itu. " Nadia di teror dan difitnah seperti itu, tapi kenapa sepertinya kamu malah tenang tenang saja?" Wanita tua itu tak dapat menyembunyikan raut wajahnya yang khawatir. Nadia menghampiri ketiga orang yang masih berdiri di ambang pintu itu, ada rasa tak enak karena sang suami menjadi bahan kemarahan orang tuanya karena dia."Maaf, tadi aku memang sudah menceritakan semuanya pada Mama," tukas Nadia yang seperti biasa malah merasa bersalah.Daniel menarik kedua sudut bibir

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 344. Ceritakan Nadia!

    "Apa aku sekarang juga harus mengatakan semuanya ya?" Nadia makin bimbang saat ini. Dua pilihan yang nyatanya membuat dia merasa sangat dilema. Pilihan A akan membuat semua orang di kampus mengetahui jati dirinya dan itu berarti akan membuat semua orang mengetahui jika dia bukan dari kalangan biasa. Tetapi dengan begitu justru akan membuat dia lebih tenang menjalani perkuliahan. Sedangkan pilihan B, dengan diam dan membiarkan semua orang menganggapnya misterius, justru mungkin akan membuat berita keliru itu semakin menjadi-jadi saja. Sempat terbersit dalam pikiran Nadia untuk tak lagi melanjutkan kuliah dan fokus pada keluarganya. Tetapi itu sama saja artinya dengan dia menghapus mimpi dan cita-cita yang dulu pernah dia pupuk semenjak kecil."Kenapa kamu terlihat sedih, Sayang?"Ketika Nadia sendang melamun seperti itu, terdengar suara lembut Martha. Sang mertua yang baik hati itu ternyata kini sudah berada tepat di sampingnya."Ah Mama." Dengan sigap Nadia pun langsung menyalami

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 343. Siap Tanggung Jawab

    Putri mengepalkan tangannya dengan arah ketika merasakan sesuatu mulai terbakar di hatinya. Dia tak terima sama sekali setelah mendengar perkataan Alvin dan itu sudah berhasil membuat hatinya sangat sakit."Kak Alvin kenapa masih belain dia? Nadia itu …" Putri merasa tak kuasa untuk melanjutkan ucapannya, dia hanya bisa menahan diri dan memalingkan wajahnya.Namun Alvin tahu dengan jelas apa yang ingin dikatakan oleh Putri dan dia dengan cepat pun langsung menegaskan segalanya sambil meraih tangan kanan Nadia. "Nggak peduli gimana masa lalunya, gue bakalan tetap suka sama dia dan perasaan ini nggak bakalan berubah," tuturnya.Nadia terlihat sedikit kaget ketika mendapatkan perlakuan itu dan tentu saja dia sekarang berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman Alvin.Perkataan Alvin barusan terlalu berlebihan dan mengisyaratkan bahwa dia akan melakukan apapun demi bisa mendapatkannya.Nadia merasa kalau ini semua tak benar dan dia harus kembali meluruskannya. Tapi yang paling penting

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 342. Karena Iri

    "Jangan bawa-bawa namaku untuk memvalidasi akal busukmu!"Putri dan Alvin seketika langsung menoleh, mereka berdua mendapati sosok Nadia. Nadia berjalan mendekat dengan langkah yang dipenuhi dengan amarah. Sudah cukup rasanya karena sejak tadi dia memang telah mendengarkan perkataan Putri dan itu sudah berhasil membuatnya merasa sangat kecewa karena sempat menganggapnya sebagai teman."Aku pikir kamu nggak pernah memiliki niatan buruk untuk menghancurkanku sampai seperti ini, Put. Aku pikir kamu benar-benar menganggapku sebagai teman. Tapi apa?"Putri terlihat kaget, tapi dia dengan cepat langsung mengelaknya. "Ngomong apaan sih?! Jangan–""Aku sudah punya buktinya dan aku bahkan juga tahu kalau kamu membayar seseorang untuk mencelakaiku, kan?" Bersamaan dengan perkataannya itu, Nadia segera memberikan bukti-bukti yang akurat dan menambahkan, "Aku nggak nyangka kalau kamu bisa bertindak seperti ini untuk menghancurkanku. Apa aku pernah melakukan kesalahan padamu?"Hubungan keduanya da

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 341. Dalang

    "Bawa orangnya ke hadapan Bos!" Dion segera memerintahkan setelah dia berhasil menangkap pelaku yang sedari awal memang dicurigai telah meneror Nadia.Dua pasang bodyguard yang memang sudah berhasil menangkap pelakunya itu pun segera mematuhi perintah dari Dion, mendekat ke sebuah kereta versi berwarna hitam pekat.Nadia dan Daniel sedari tadi sudah menunggu tepat di dalam mobil. Jantung Nadia terasa berdetak semakin kencang karena memang dia sangat ingin tahu pelaku yang telah tega membuatnya jadi dibenci banyak orang.Suara ketukan di kaca mobil telah menyadarkan Daniel dan Nadia. Daniel melirik ke arah sang istri sambil meremas tangannya perlahan karena dia tahu dengan jelas bagaimana perasaan Nadia. Dia mencoba untuk tetap kuat dan juga tegar sambil tersenyum tipis, "Semuanya pasti baik-baik aja, Nadia. Keinginan kamu terkabul dan kita berhasil menangkap pelakunya. Kamu sudah siap untuk melihatnya?""Iya," jawab Nadia dengan singkat. Pandangan matanya itu terlihat semakin tajam dan

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 340. Berita Baru

    "Itu orangnya! Bener kan dia? Wah gila … nggak nyangka banget kalau dia cewek kayak gitu," tutur salah satu mahasiswa sambil menatap Nadia dan memandangnya dengan tajam.Nadia yang kebetulan sedang melangkahkan kakinya setelah dia sampai di kampus itu pun tampak mengerutkan kening karena sadar saat ini menjadi bahan omongan.Ketika Nadia sedang merasa bingung seperti itu tiba-tiba saja seseorang menarik tangannya, membawanya ke tempat yang sedikit sepi."Kak Alvin? Lepasin!""Gue nggak bakalan lepasin lo di sini sebelum kita bisa bicara berdua," tolaknya. Alvin lantas mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan sadar bahwa sekarang tak ada terlalu banyak mahasiswa yang sedang memperhatikan. Dia langsung berbalik untuk menatap Nadia dengan lekat dan berkata, "Lo … ngapain lo malah datang ke kampus?""Apa?" Nadia merasa bingung dengan pertanyaan yang baru dilontarkan oleh Alvin dan sontak saja dia mencoba untuk menepis tangan pria itu karena tak suka jika disentuh seenaknya. "Kenapa pula

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 339. Salah Sangka

    "Cukup!" Putri langsung memotong perkataan Nadia. Napasnya memburu naik turun bersamaan dengan emosi yang semakin menggebu-gebu. "Padahal aku baru aja maafin kamu, tapi sekarang malah kayak gini lagi. Kalau kamu emang nggak percaya, mendingan kita nggak usah temenan lagi aja."Sesuatu terasa sakit di dalam hati Nadia karena memang selama ini temannya hanyalah Putri.Tapi dia tak mencegahnya sama sekali dan melepaskan cengkramannya dari pergelangan tangan Putri. Selalu meremas tangan kanannya sendiri dan menekan perasaannya sampai mengangkat kepalanya setelah sudah siap, "Maaf, aku harusnya emang nggak merasa curiga kayak gini. Tapi aku juga nggak akan memaksa kamu untuk tetap berteman denganku.""Oh?" Putri terlihat sedikit terkejut. Tapi dia kini tertawa sinis. "Harusnya dari awal aku dengerin perkataan teman-teman yang lain aja. Kamu emang nggak sepantasnya punya teman apalagi ada di kampus ini," tambahnya.Nadia seperti mendengar suara hatinya retak. Kenapa Putri sampai mengatakan h

DMCA.com Protection Status