Clarissa tersenyum licik dan perlahan mulai mendekatkan tubuhnya sambil berbisik untuk mengatakan semua rencananya itu.Mata Luna seketika langsung terbelalak dengan sempurna dan dia menarik tubuhnya kembali sambil memasang tatapan penuh keterkejutan. "Lo gila ya, Sa?! Kalau ketahuan gimana coba?""Ah, santai deh!" Clarissa mengibaskan tangannya dengan acuh. "Gue kan udah bilang, gue bakalan pakai cara yang cerdik. Gue nggak sebodoh itu sampai bikin kekacauan."Sebelum memutuskan untuk membuat rencana itu tentunya dia sudah memikirkan konsekuensinya nanti. Clarissa bukanlah orang yang bodoh dan tentu saja dia tak mau disalahkan nanti jika ada masalah yang terjadi.Luna menatap sahabatnya itu sambil menghela nafas berat. Rasanya percuma saja jika dia mencoba untuk bernegosiasi dengan sahabat karena Clarissa tak akan pernah mau mendengarkannya."Ya udah, gue mah ngikut aja deh."Clarissa tersenyum lega. Sekarang, dia hanya perlu menunggu waktu yang tepat untuk melakukan, dengan itu dia b
Bab 299. Chloe yang Licik Setelah Daniel selesai menelepon untuk memberikan kabar pada sang istri, dia langsung memutuskan panggilannya itu dan meletakkan ponselnya ke atas meja."Dion, bagaimana keadaan di luar?" Daniel segera melirik ke arah sang asisten pribadi yang berdiri tak jauh darinya. "Apa para wartawan masih berkumpul?" tanyanya lagi.Dion selaku sang asisten pribadi Itu tampak menganggukkan kepalanya perlahan dan jauh di dalam lubuk hatinya yang paling dalam menyimpan rasa takut karena Daniel tetap bersikap tenang, tapi raut wajahnya itu memperlihatkan kemarahan yang pekat."Para wartawan masih berkumpul sepertinya mereka tidak akan pergi sebelum mendapatkan informasi dari Anda, Bos."Daniel menghela nafas berat dan meletakkan kedua tangannya itu di meja, lalu memangku dagunya. Dia tahu kalau kejadian seperti ini pasti akan terjadi dan tentu saja itu tak jauh dari rencana busuk Chloe."Bos, sekarang apa yang harus kita lakukan?" "Biarkan saja dulu. Kepulanganku terpaksa
Nadia mengaduk minuman di dalam gelasnya itu dengan pandangan kosong. Putri yang duduk tepat di hadapannya pun terlihat memandangnya dengan kebingungan."Nad, kamu ada masalah?"Nadia mengangkat pandangannya dan tersenyum tipis sambil menggelengkan kepalanya."Kalau kamu emang gak ada masalah kenapa dari tadi malah bengong?""Uhm, nggak ada yang perlu dikatakan sih." Nadia masih mencoba untuk menutupi kebenarannya karena masalah ini menyangkut Daniel. "Cuma masalah keluarga aja," kilahnya."Oh … kalau kamu butuh tempat cerita jangan sungkan, ya."Nadia kembali menganggukkan kepalanya. Dia bersyukur karena memiliki teman seperti Putri. Walaupun memang saat ini sudah dekat, dia masih belum berniat untuk mengungkapkan yang sejujurnya."Woy, kenapa diem mulu dari tadi?" Tiba-tiba saja seseorang menepuk pundak Nadia dan ketika menoleh, dia mendapati sosok Alvin.Melihat hal yang kurang menyenangkan itu, Nadia langsung memutar bola matanya dengan malas dan menghela nafas. Tapi Alvin menang
"Nadia! Tunggu, Nad!" Putri yang sejak tadi mengikuti dari belakang itu tampak ngos-ngosan karena Nadia memang terus melangkahkan kakinya dengan perasaan kesal.Akhirnya Nadia menghentikan langkahnya dan menghela nafas berat sambil berbalik menatap teman barunya itu. "Maaf, Put. Kayaknya aku nggak bisa nemenin kamu pergi ke perpustakaan hari ini."Dengan perasaan yang sedang campur aduk dan masih merasa kesal akibat mendengar pernyataan cinta dari Alvin, Nadia tak bisa menutup mata serta telinganya karena saat ini dia memang merasa sangat kecewa akibat perbuatan pria slengean itu."Nadia, aku tahu kalau kamu pasti sekarang lagi terkejut banget kan? Nggak apa-apa, kamu nggak perlu minta maaf." Putri melihat teman barunya itu sedang dilanda masalah dan tentu saja dia tak akan mempermasalahkan sesuatu yang kecil seperti ini. "Kamu pulang aja dulu buat nenangin. Jangan lupa buat ngabarin aku nanti, ya?"Nadia menganggukkan kepalanya perlahan dan dia segera berlalu pergi meninggalkan Putri.
"Monica, ayo makan dulu." Dewi menepuk pelan pundak sosok wanita yang sedari tadi terus melamun.Monica mengangkat kepalanya, dia menggeleng pelan. "Belum lapar, Tante."Tak mudah baginya untuk kembali hidup seperti biasanya setelah tahu kalau ayahnya itu enggan memaafkannya. Monica juga dari awal sudah bisa menebaknya, tapi kenapa rasanya sesakit ini?"Kamu emang nggak ngerasa lapar. Tapi kesehatan yang paling penting." Dewi kembali mengingatkan, "Katanya kamu mau ketemu sama anakmu. Kamu mau berteman dengannya dalam keadaan kayak gini?"Degh!Ada perasaan nyeri yang muncul di dalam hatinya. Seketika langsung tertampar oleh kenyataan yang ada. Benar, seharusnya dia tak larut dalam rasa sedih. Ada Sean yang menunggunya, ada kebahagiaan di luar sana. Walaupun memang ayahnya itu sempat mengutuknya dan mewanti-wanti, Monica tak akan pernah bahagia.Dengan sedikit terpaksa, Monica mengaduk makanannya itu dan memasukkannya ke dalam mulutnya. Rasanya hambar, seperti biasanya. Tapi kali ini
Sosok penengah yang sejak tadi merasa bahwa keadaan semakin tak memungkinkan, langsung membuka suara karena dia memiliki tanggung jawab supaya pertemuan kali ini berjalan lancar. Pria itu seketika langsung menatap Daniel dan berkata, "Tuan Daniel, Anda pasti sudah tahu alasan mengapa diundang ke tempat ini. Saya harap, Anda bisa memberikan kesaksian yang serius dan juga jujur supaya masalah segera selesai."Setelah sosok penengah itu membuka suaranya, semua orang seketika langsung menatapnya.Daniel menganggukkan kepalanya karena dia juga tak mau membuang waktu lebih lama lagi hanya untuk mengurusi masalah seperti ini."Apakah Anda benar-benar melakukan pelecehan pada Nona Chloe?"Pertanyaan tanpa basa-basi itu seketika langsung dilontarkan pada Daniel.Daniel terdiam sejenak ketika semua orang menatapnya dengan rasa penasaran. Menyangkalnya tentu akan membuat keributan semakin besar. Tapi tentu saja dia tak mau membenarkannya karena memang tak melakukan hal keji seperti itu sama sekal
Mata Chloe memicing, dia mencoba untuk melirik ke arah asisten pribadinya supaya mendapatkan sedikit ide dan bisa menyangkal semua tuduhan Daniel.Sang asisten langsung mengerti dan menganggukkan kepalanya. Asistennya itu segera berbalik menatap Daniel dan berkata, "Tuan Daniel, Anda punya bukti? Nona Chloe tidak mungkin melakukan hal murahan seperti itu. Banyak orang yang sudah tahu, Nona Chloe telah jadi incaran puluhan pria. Tidak mungkin beliau sengaja datang untuk menggoda Anda."Daniel terdiam sejenak. Dia tahu kalau hal seperti ini akan terjadi. Tanpa basa-basi sedikitpun dia langsung mengulurkan sebuah ponsel dan mengangkat dagunya sambil berkata, "Kamu meminta bukti, kan? Di dalam ponsel itu, ada banyak bukti yang jauh lebih akurat."Kali ini, Chloe merasakan sesuatu di dalam hatinya mulai menegang. Bukti apa yang dimiliki Daniel?Tanpa diperintah, sosok penengah itu langsung memeriksa ponsel Daniel dan sekarang sebuah rekaman suara diputar. Suara itu jelas milik Chloe dan dar
"Istrimu?" Ada sesuatu yang menghantam hati Chloe. Itu adalah rasa cemburu. "Kalau kamu memang sangat mencintai istrimu … kenapa dia tidak diperlihatkan ke hadapan publik? Kenapa kamu tidak membangga-banggakannya? Jelas kamu hanya merasa malu dengan istrimu itu."Chloe memang sudah tahu mengenai pernikahan Daniel, tapi sampai saat ini istrinya itu masih belum diperlihatkan ke publik dan dia yakin ada sesuatu yang memang sengaja disembunyikan.Daniel memicingkan matanya dengan tajam dan kedua bola matanya itu terlihat merah. Tentu saja dia merasa tak terima ketika istrinya dibawa-bawa mengenai masalah ini.Namun Chloe tak merasa bersalah sama sekali dan kini justru tersenyum sinis. "Kenapa menatapku seperti itu? Pasti kamu merasa tersinggung, kan? Lagi pula memangnya ada seseorang yang sengaja mencoba untuk menutupi identitas istrinya sendiri kalau bukan karena ada sesuatu?""Aku sudah memberimu kesempatan. Tapi Sepertinya kau tak akan menggunakannya." Bersamaan dengan ucapannya, Daniel