Share

3. Sosok Misterius

Author: Ary
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Apa yang kau lakukan pada Ibuku?"

Tatapan Dallen terlihat begitu menyala ketika ia bicara dengan Elena yang membawa ibunya ke rumah sakit. Dallen tidak sempat pulang setelah dari bandara, tapi langsung ke rumah sakit setelah ia meminta Elena untuk langsung membawa ibunya ke sebuah rumah sakit.

"Apa kau mengadu tentang sikapku pada anak itu? Kau pasti melakukannya, kan? Apa kau tahu kalau akhir-akhir kesehatan Ibuku sedang tidak baik? Kau telah menambah beban pikirannya dengan menjual cerita sedih murahan tentang anak sialan itu." Dallen kembali menyerang Elena dengan kata-katanya.

Elena mengepalkan tangan sebagai usahanya dalam mengendalikan emosi karena dihadapkan pada orang seperti Dallen yang begitu mirip dengan ayahnya. Dallen tahu betul kalau kesehatan ibunya sedang tidak baik, tapi dia masih saja bersikap arogan seperti ini.

"Saya yakin, sikap Anda pada Hannah adalah beban pikiran terbesar Bu Liana saat ini." Elena memberanikan diri untuk membalas ucapan Dallen.

"Sebaiknya kau jaga ucapanmu." Dallen memperingatkan Elena.

"Anda sudah tahu kalau kesehatan Bu Liana sedang tidak baik, tapi Anda masih saja sering tidak ada di dekatnya. Anda masih memiliki seorang ibu yang menyayangi Anda, jadi jagalah ...."

"Kau ..." Dallen mendekat ke arah Elena dengan tangan kanan yang terangkat dan terlihat seperti ingin memukulnya, tapi seorang dokter datang dan menghentikan aksi gila Dallen.

"Tidak bisakah kau fokus pada ibumu dulu?" pria yang akrab disapa dokter Daniel ini bicara dengan sedikit membentak Dallen.

"Paman Daniel, bagaimana keadsan Ibuku?" tanya Dallen yang tampak begitu khawatir.

"Kau ikut denganku." Daniel berjalan lebih dulu menuju ke ruangannya dan diikuti oleh Dallen.

Sedamgkan Elena hanya bisa berharap kalau keadaan Liana akan baik-baik saja. Elena juga tidak bisa terlalu lama di sini. Elena harus segera pulang karena tugasnya adalah mengasuh Hannah. Sekarang pun Elena sudah mendapatkan pesan singkat yang memintanya untuk cepat pulang karena takut jika nanti Hannah bangun.

"Ibumu menderita leukemia mieloblastik akut. Penyakitnya baru dipastikan hari ini. Perkembangan kanker darah jenis ini sangat cepat dan agresif. Aku sudah meminta ibumu agar tetap di rumah sakit karena harus segera mendapatkan pengobatan, tapi dia menolak karena mengkhawatirkan Hannah."

Dallen terdiam setelah mendengar kondisi ibunya dari Daniel yang merupakan dokter, sekaligus pemiliki rumah sakit ini dan merupakan teman baik ibunya sejak mereka masih muda.

Dallen sedih, terkejut, dan marah di saat yang bersamaan. Ibunya menderita sakit separah itu, tapi tidak memberitahunya dan sekarang malah menunda pengobatan hanya karena mengkhawatirkan Hannah.

Kenapa ibunya harus membahayakan dirinya sendiri demi seorang anak pembawa sial?

"Jangan berpikir untuk menyalahkan Hannah. Ibumu tidak akan khawatir jika kau bisa bersikap lebih baik pada putrimu sendiri." Daniel seakan bisa membaca isi pikiran Dallen.

Dallen mulai malas jika sudah ada pembahasan tentang anak itu. Daniel sama seperti ibunya yang selalu menekannya untuk menerima Hannah sebagai putrinya, tapi mereka tidak pernah peduli dengan lukanya.

"Tolong berikan perawatan terbaik untuk Ibuku," ujar Dallen.

"Aku akan melakukannya tanpa kau minta, tapi semua itu tidak akan berguna jika ibumu tidak mau menerima pengobatannya. Kau harus membujuknya, hilangkan rasa khawatirnya, baru kita bicarakan pengobatannya. Kau masih bisa bersikap selayaknya seorang anak, kan?"

Daniel pergi meninggalkan Dallen yang masih terdiam di tempat duduknya. Dallen tampak memghela napas karena masih tidak percaya dengan semua ini. Setelah Rosa, mendiang istrinya meninggal karena memilih untuk melahirkan anak itu, sekarang ibunya juga sampai menunda pengobatan karena mengkhawatirkan anak yang telah membunuh istrinya.

"Dia benar-benar pembawa sial," gumam Dallen. Tangan Dallen terlihat mengepal dan ia memukul meja kerja Damiel.

***

Karena tidak enak jika harus meminta supir pribadi Bu Liana untuk mengantarnya pulang, Elena akhirnya memilih pulang dengan naik bus. Dalam perjalanan Elena kembali menerima kabar tentang Hannah yang untungnya saat ini masih tidur dengan nyenyak.

Elena memasukan ponselnya ke dalam saku seragamnya, lalu menyandarkan kepalanya kepalanya di kaca jendela bus. Pandangannya kini fokus pada seorang anak perempuan yang sepertinya baru berusia 5 tahun yang sedang dipangku oleh ayahnya.

Anak perempuan itu terlihat sangat bahagia sampai membuat Elena ikut tersenyum saat melihatnya tertawa karena obrolan dengan ayahnya. Mereka terlihat sangat manis sampai membuat Elena iri melihatnya.

"Kenapa aku dan Hannah tidak bisa seperti itu? Kesalahan apa yang kami lakukan sampai mendapatkan sosok ayah yang bahkan tidak menginginkan kehadiran kami? Ini hukuman atau apa?" Elena bergumam sendirian.

Tidak lama, Elena kini sudah sampai halte tujuannya. Elena turun dari bus dan sekarang akan melanjutkan perjalanannya dengan berjalan kaki karena kediaman Liana sudah dekat. Sampai akhirnya, Elena tiba di rumah megah itu, tapi ia malah melihat pemandangan yang tidak terduga.

"Siapa pria itu? Kenapa dia mengambil Hannah?" Elena bertanya-tanya pada dirinya sembari mempercepat langkahnya karena ia tidak mengenal pria yang saat ini menggendong Hannah dan Liana tidak pernah mengatakan apa-apa tentang hal ini.

"Maaf, Anda siapa? Kenapa Anda membawa Hannah?" Elena terlihat panik.

"Aku akan membawa Hannah pergi jauh dari keluarga yang tidak pernah menginginkan kehadirannya." Pria muda dengan setelan jas rapi ini bicara sembari masuk ke dalam mobil bersama Hamnah yang masih tertidur.

Related chapters

  • Pengasuh Cantik Dan CEO Dingin   4. Keterpaksaan Menjadi Ayah

    "Ibu akan menjalani pengobatan hanya jika kau mau mengubah sikapmu pada Hannah. Atau kau ingin ibu mati secara perlahan?" Dallen merasa begitu sesak saat ini. Ruang geraknya serasa begitu terbatas setelah mendapatkan pilihan yang sulit dari ibunya. Bukannya menyayangi Hannah, tapi Dallen menjadi semakin muak pada anak itu. "Ibu hanya ingin kau dekat dengan putrimu dan sangatlah wajar jika seorang ayah dengan putrinya," ucap Liana lagi. Dallen menghela napas. Tidak ada pilihan lain saat ini, selain menuruti apa yang ibunya inginkan. Dallen rasa ia hanya perlu sedikit berpura-pura demi pengobatan ibunya. Rosa sudah pergi darinya dan Dallen tidak mau kehilangan ibunya juga. "Baiklah. Aku akan melakukan apa yang Ibu inginkan. Jadi, mulai hari ini juga pengobatan Ibu akan dimulai." Dallen dengan berat hati harus mengatakan kerelaannya untuk bersama anak yang baginya hanyalah seorang pembawa sial. "Ibu tahu kalau terpaksa melakukannya, tapi tolong tunjukkan ketulusanmu pada Hannah. Jan

  • Pengasuh Cantik Dan CEO Dingin   5. Niat Baik, Tapi Tetap Menyakiti Hannah

    "Kau adalah pengasuh yang bekerja dalam pengawasan Ibuku. Lalu, bagaimana bisa dengan mudahnya kau membiarkan anak ini dibawa pergi oleh Dave?" Elena sungguh tidak mengerti kenapa ia selalu salah di mata Dallen. Ia hanya seorang pengasuh dan Dave adalah sepupu Dallen, lalu kekuasaan apa yang ia miliki untuk mencegah Dave membawa Hannah pergi? "Pak Dallen, saya ...." "Tidak perlu banyak bicara. Cepat gendong anak itu dan bawa ke mobilku." Dallen menyela kalimat Elena. "Kau bahkan tidak mau menyebut namanya dan tidak mau menggendongnya, tapi masih bersikeras ingin membawanya pulang?" Dave datang dan langsung membalas ucapan Dallen. "Biarkan saja Hannah di sini dan Elena akan membantuku untuk mengurus Hannah," ujar Dave lagi. "Kau bisa mengambilnya kembali setelah Ibuku sembuh. Jika waktu itu tiba terserah kau akan membawanya ke mana, tapi tolong bawa dia pergi sejauh mungkin." Dallen membalas ucapan Dave dengan nada begitu ketus, lalu mengangkat Hannah dengan cukup kasar sampai mem

  • Pengasuh Cantik Dan CEO Dingin   6. Mesum Itu Apa?

    "Ayah, minum jusnya. Nenek bilang, Ayah suka jus. Aku sudah mengambilkannya untuk Ayah." Hannah menyodorkan jus pada Dallen yang terlihat menahan diri agar tidak meledakan kemarahannya sekarang. Ketika ibunya mengatakan akan mengawasi semua yang ia lakukam pada Hannah, maka Dallen tahu itu tidak main-main, jadi ia akan lebih berhati-hati. "Maafkan saya, Pak Dallen. Saya tidak tahu kalau Hannah pergi mengambil jus." Elena pun langsung datang untuk meminta maaf. Elena sempat membungkuk pada Dallen, lalu mengambil gelas di tangan Hannah dan mengajaknya segera pergi dari hadapan Dallen. Tangan Hannah sudah cukup memar karena terbentur tadi. Elena tidak mau terjadi masalah yang lebih besar lagi, apalagi jika Hannah sampai terluka. "Berhenti di sana!" Namun, suara dingin Dallen seolah membekukan langkah Elena dan membuatnya seketika terdiam dengan tangan yang menggandeng tangan kecil Hannah. Elena pelan-pelan memutar badannya dan ketika berbalik, Dallen sudah ada tepat di depannya di d

  • Pengasuh Cantik Dan CEO Dingin   7. Gawat!

    "Aktingmu sangat baik sebagai orang sakit." Liana seketika menoleh ke arah pintu setelah mendengar suara seorang pria. Liana pun tersenyum saat melihat Daniel, seorang dokter yang harus berbohong demi misinya. Liana tahu kalau perbuatan ini bertentangan dengan pekerjaan Daniel, tapi ini benar-benar perlu dilakukan. "Apa kau sudah lupa? Dulu, aku adalah pemeran utama saat pentas drama di sekolah kita," ucap Liana, lalu duduk di sofa yang ada di sana. Liana juga mengambil permen dari dalam tasnya untuk ia nikmati. "Apa kau mau permen?" Liana menawarkannya pada Daniel dan diterima dengan baik oleh pria itu. "Bagaimana perkembangannya? Apa ini berjalan baik?" tanya Daniel yang saat ini duduk di sebelah Liana. "Belum begitu baik, tapi aku harap ke depannya akan lebih baik. Maaf karena melibatkanmu dalam kebohongan ini. Kau adalah dokter dan pasti merasa sangat bersalah karena harus berbohong seperti ini." "Jika itu demi Hannah, maka aku akan melakukannya. Dallen harus menyadari kesala

  • Pengasuh Cantik Dan CEO Dingin   8. Apa-apan ini?!

    "Tekanan darahnya sangat rendah dan itu membuatnya jatuh pingsan. Dia juga demam dan tolong cek suhu tubuhnya secara berkala. Selain itu, kau juga harus lebih memperhatikan asupan makanannya." Dokter menjelaskan kondisi Dallen pada Elena dan setelah itu pergi dari kediaman pria itu. Elena menghela napas lega karena Dallen ternyata masih hidup. Beruntung Liana pernah memberikannya nomor telepon dokter keluarga ini, jadi ia bisa menghubunginya. Elena pun lebih tenang kali ini, jadi ia bisa menghubungi dokter, bukannya panik berlebihan seperti saat Liana pingsan dan akhirnya tidak bisa menyelesaikan apapun. Saat ini, Dallen juga sudah sadarkan diri dan masih ada di ranjang dalam posisi setengah berbaring dan Hannah tidur di sebelahnya. Elena terlihat mendekat, lalu membungkukan badannya sebagai bentuk permintaan maafnya pada Dallen. "Tolong maafkan saya, Pak Dallen. Saya tidak bermaksud melakukannya," ucap Elena, masih dengan membungkukan badannya. Elena kini menegakan tubuh

  • Pengasuh Cantik Dan CEO Dingin   9. Rasa Sakit Elena

    "Pak Dallen, saya bukan Rosa." Sia-sia saja rasanya Elena mengatakan ini karena Dallen tidak juga bangun dan melepaskannya. Elena tahu siapa Rosa, yaitu mendiang istri Dallen dan ibu dari Hannah. Elena hanya tahu sampai di situ, tidak termasuk kisah Rosa dan penyebab dari semua kebencian Dallen pada Hannah. "Jangan tinggalkan aku lagi. Aku mohon." Dallen kembali bicara dalam tidurnya bahkan kini menangis. Elena berhenti berontak ketika mendengar isak tangis Dallen tepat di telinganya. Elena pikir, telinganya salah dengar, jadi ia mengangkat sedikit kepalanya untuk melihat Dallen. Saat ini, Elena bisa melihat Dallen menangis dan air mata mulai jatuh dari sudut matanya. "Pak Dallen ..." Elena mengusap air mata Dallen dan entah mimpi apa yang dia alami sampai membuatnya menangis seperti ini. "Jangan tinggalkan aku." Dallen kembali mengucapkan kalimat yang sama dan pelukannya menjadi semakin erat. Untuk beberapa saat, Elena hanya terdiam dalam posisi ini dan terus mempe

  • Pengasuh Cantik Dan CEO Dingin   10. Kekacauan Di Pagi Hari

    Suasana meja makan terasa berbeda hari ini, sebab untuk pertama kalinya, Dallen mau makan di meja yang sama dengan Hannah bahkan balita manis itu duduk tepat di sebelahnya. Namun, suasana tidak seceria layaknya kebersamaan ayah dan anak yang diharapkan, tapi Elena bisa memahami hal itu. Dallen mau satu meja dengan Hannah saja sudah menjadi sebuah kemajuan yang luar biasa. Dallen terlihat sangat tidak nyaman ketika harus duduk bersebelahan dengan Hannah, apalagi Hannah beberapa kali menyodorkan makanan bekasnya dan Elena tidak menghentikan hal itu. Elena hanya menatapnya dan terlihat jelas kalau dia akan mengadu jika ia kasar pada Hannah. Bukankah menjijikan memberikan makanan bekas gigitannya pada orang lain? Kenapa Elena membiarkan Hannah melakukan hal itu? "Kau makan sendiri saja, ya?" sekali lagi, Dallen harus menolak dengan halus, lalu menatap Elena dengan sedikit tajam. "Kenapa kau membiarkan Hannah melakukan ini? Apa kau tidak tahu kalau perbuatannya tidak sopan dan

  • Pengasuh Cantik Dan CEO Dingin   11. Permintaan Maaf

    "Kenapa kau melakukannya lagi?" Liana menatap Dallen dengan penuh kekecewaan. Liana telah menaruh harapan lebih pada putranya, tapi pada akhirnya ia dikecewakan lagi. "Apa maksud Ibu? Aku tidak mengerti," ucap Dallen. "Apa kau sungguh berpikir ibu tidak tahu apa-apa? Hannah ada karena dirimu, lalu kenapa kau selalu saja menyebutnya sebagai anak pembawa sial? Kau bahkan menyakitinya secara fisik juga. Jika kau tidak bisa bersikap layaknya seorang ayah, setidaknya bersikaplah sebagai seorang manusia." Dallen sempat menundukkan kepalanya setelah mendengar ucapan ibunya. Dallen sebenarnya cukup yakin kalau ibunya akan mengetahui hal itu entah dari siapa, tapi ia masih saja berharap ibunya tidak akan mengetahuinya. Dallen tidak ingin membuat ibunya kecewa lagi, tapi kalimat itu keluar begitu saja dari mulutnya, begitu juga dengan sikap kasarnya. "Maafkan aku." Dylan kembali bicara, lalu kembali mengangkat kepalanya untuk menatap sang ibu. "Kenapa kau meminta maaf pada ibu? K

Latest chapter

  • Pengasuh Cantik Dan CEO Dingin   22. Ucapan Adalah Doa

    "Sudah tahu kau memiliki alergi terhadap kacang, lalu kenapa kau masih makan kacang? Bagaimana jika kau mati saat bersamaku? Aku yang akan terkena masalah!" Elena yang saat ini masih terbaring di ranjang rumah sakit ingin mengatakan banyak hal untuk mrmbalas ucapan Dallen yang bisa-bisanya membahas tentang kematiannya saat ia masih hidup, tapi Elena merasa tenaganya belum benar-benar pulih untuk bisa berdebat dengan Dallen. "Maafkan saya. Saya tidak tahu kalau makanan tadi mengandung kacang. Selain itu, terima kasih sudah membawa saya ke rumah sakit." Pada akhirnya, hanya kalimat itu saja yang bisa Elena berikan pada Dallen. Elena tidak mengerti kenapa ia bisa seceroboh ini. Elena tidak bisa membayangkan akan seperti apa nasibnya jika tidak ada Dallen atau yang menolongnya. Namun, kini, Elena menjadi mengetahui kalau Dallen tidak sedingin yang terlihat. Dallen masih punya sisi kemanusiaan dalam dirinya. "Bagaimana dengan Hannah? Apa Anda sudah mendapatkan kabar terbaru?

  • Pengasuh Cantik Dan CEO Dingin   21. Haruskah Kami Menyerahkan Nyawa?

    "Apa yang dia lakukan? Dia minum saat anaknya hilang? Memangnya ini sebuah perayaan?" gumam Elena saat ia kembali setelah makan dan melihat Dallen yang sedang duduk dengan ditemani oleh beberapa botol soju. Dallen tampak tenang saat ini, padahal Elena berharap kalau Dallen akan panik karena anaknya hilang. Melihat Dallen yang tenang seperti ini membuat Elena membayangkan kalau ayahnya pasti tidak akan pernah menangisi kematiannya nanti. Elena tidak ingin orang lain sedih karena dirinya, tapi ia ingin melihat ayahnya sedih jika suatu saat kehilangannya dan menyesal karena telah mengabaikannya. "Apa aku bisa menyadarkan Dallen dari kesalahannya? Aku bahkan tidak bisa melakukan apa-apa pada hidupku sendiri." Elena menjadi hilang kepercayaan diri sekarang. Sebelumnya, Elena berpikir tidak apa-apa jika hidupnya tidak bisa berubah, tapi hidup Hannah harus berubah. Namun, bagaimana jika tidak ada yang berubah sama sekali? Bukankah manusia berubah dengan keinginannya sendiri? "B

  • Pengasuh Cantik Dan CEO Dingin   20. Semoga Anak Itu Lenyap

    "Apa maksud Anda hilang? Tolong jangan bercanda, Pak Dallen." Elena berharap kalau Dallen hanya sedang bermain-main saja. Dallen hanya diminta untuk menjaga seorang anak kecil dan anak itu adalah putrinya sendiri. Bagaimana bisa Dallen kehilangan Hannah? "Apa aku terlihat seperti sedang bercanda? Aku hanya meninggalkannya sebentar untuk menelepon seseorang dan dia sudah tidak ada saat aku kembali," ucap Dallen. Elena menatap tumpukan pasir dan beberapa mainan milik Hannah yang tadi ia gunakan, lalu melempar jus di tangannya dan setelahnya langsung mencari keberadaan Hannah di sekitar pantai. Jika Hannah tidak ditemukan, maka Elena meyakini kalau itu adalah kesalahannya karena berani meninggalkan Hannah dalam tanggungjawab Dallen. Sementara Dallen masih terdiam di tempatnya dengan raut wajah yang terlihat begitu panik. Dallen tidak menduga kalau keadaan akan menjadi seperti ini. Ia meninggalkan Hannah tidak sampai 15 menit, lalu bagaimana bisa anak kecil lenyap begitu s

  • Pengasuh Cantik Dan CEO Dingin   19. Hannah Hilang!

    "Kenapa penderitaan ini tidak berhenti padaku? Kenapa Hannah juga harus merasakannya?" Elena bicara dengan begitu pelan dan hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri. Elena juga sampai menundukkan kepalanya untuk menyembunyikan air matanya yang menetes setelah mendengar ucapan Hannah. Dallen terus menatap Hannah selama beberapa saat. Dallen tidak tahu apakah selama ini sikapnya selama ini tidak cukup untuk menggambarkan kebenciannya atau Hannah yang memang belum memahami sesuatu? "Ya, tentu saja ayah sayang padamu." Dallen bahkan tidak yakin dengan apa yang ia katakan saat ini. "Aku juga sayang Ayah!" Hannah tersenyum dengan begitu lebar seakan tidak pernah ada hal buruk yang terjadi padanya. Dallen hanya menatap Hannah kali ini. Pikiran Dallen melayang jauh membayangkan bagaimana jika Rosa masih ada bersamanya. Jika Rosa masih ada, maka Dallen yakin keluarganya akan menjadi keluarga yang bahagia, bukan keluarga yang hancur seperti ini. "Pak Dallen, Anda baik-baik saja?"

  • Pengasuh Cantik Dan CEO Dingin   18. Pujian Untuk Pertama Kalinya

    "Sebelumnya, Hannah sempat berkelahi dengan salah satu temannya. Saya mencaritahu penyebabnya dan itu terjadi setelah Hannah diejek karena hanya orang tuanya yang tidak hadir saat kami mengundang orang tua murid untuk menyaksikan anak-anak menyanyi pada hari anak." "Saya mengerti keadaan keluarga Anda, tapi tolong luangkan waktu untuk Hannah demi kebaikannya. Dari semua anak-anak, Hannah menjadi yang paling pendiam. Saya sudah menelepon Bu Liana terkait hal ini, tapi saya diminta untuk bicara dengan Anda." Ucapan wali kelas Hannah rasanya masih bergema di telinga Dallen bahkan setelah ia meninggalkan ruangan guru dan kini sedang menatap Hannah dari balik jendela kelasnya. Di rumah, Hannah tampak cerita, tapi sekarang, Dallen melihat Hannah duduk sendirian dengan mainannya di saat anak-anak lain sibuk bermain bersama. "Apa yang terjadi? Apa Hannah baik-baik saja selama di sekolah?" tanya Dave, tapi ia tidak mendapat jawaban dari Dallen. "Hannah kesepian," gumam Elena yang m

  • Pengasuh Cantik Dan CEO Dingin   17. Ada Apa Dengan Hannah?

    Setelah mencari keberadaan Hannah, Dave akhirnya menemukan Hannah yang sedang berada di ruangan khusus untuknya bermain. Di sana, Dave bisa mendengar Hannah bicara pada boneka beruang miliknya yang diberi nama Nini. Hannah bercerita kalau semalam ia tidur dengan ayahnya dan memeluknya dengan erat. Dave bisa melihat kebahagiaan di wajah Hannah saat bercerita dan air matanya jatuh begitu saja saat mendengar cerita Hannah. Anak seusia Hannah biasanya akan sangat senang ketika diberikan mainan baru, tapi Hannah bisa begitu senang hanya karena mendapatkan pelukan dari ayahnya. "Hannah," panggil Dave dengan begitu lembut. "Paman!" Hannah tampak begitu bersemangat dan langsung berlari ke arah Dave untuk memeluknya dengan begitu erat. "Kenapa Paman ada di sini?" tanya Hannah yang sekarang sudah tidak lagi memeluk pamannya. "Paman merindukanmu. Hari ini, paman yang akan mengantarmu ke sekolah," jawab Dave. "Aku tidak mau pergi dengan Paman. Aku ingin pergi dengan Ayah." Hanna

  • Pengasuh Cantik Dan CEO Dingin   16. Tidur Bersama

    "Terima kasih karena Anda sudah mau menidurkan Hannah." Elena cukup yakin bahwa rasanya ia tidak perlu berterima kasih pada sosok ayah karena telah mau bersama putrinya, sebab memang sudah sepantasnya seorang ayah melakukan hal itu. Namun, Dallen adalah pengecualian. "Jika aku tidak mau, maka kau pasti akan mengadu pada Ibuku, 'kan?" balas Dallen yang saat ini berusaha menidurkan Hannah di ranjangnya. "Saya juga perlu melakukan tugas saya." Dallen melirik Elena dengan tajam. Dallen perhatikan, Elena sudah semakin berani sekarang, padahal Elena belum lama di sini. Sudahlah, Dallen ingin segera menidurkan Hannah, lalu kembali ke kamarnya untuk beristirahat. "Ayah harus tetap di sini." Namun, Hannah malah kembali terbangun setelah dibaringkan di ranjang dan ia memeluk leher Dallen dengan begitu erat. "Kakak juga," ucapnya lagi sembari menatap Elena dengan tatapan yang begitu memohon. Dallen kesal dan ingin berkata bahwa semua ini membuatnya muak, tapi ia harus menahan d

  • Pengasuh Cantik Dan CEO Dingin   15. Suara Petir

    "Kau yang memikirkan apa? Apa kau pikir aku menginginkan tubuhmu? Kau memang gadis mesum!" Dallen berteriak pada Elena yang bisa-bisanya bersikap seolah ia sedang berhadapan dengan seorang pria mesum. "Lalu, kenapa Anda menatap tubuh saya?" tanya Elena yang sampai saat ini masih memeluk dirinya sendiri. Dallen menghela napas, kemudian mendekat pada Elena dan menyingkirkan tangan Elena yang menutupi bajunya. "Kau memakai pakaian palsu," ucap Dallen setelahnya dan membuat mata Elena seketika membulat. "Apa?" Elena terkejut karena sempat mengira kalau Dallen menginginkan tubuhnya, tapi ternyaya Dallen fokus pada pakaiannya. Elena sedikit menunduk untuk menatap gaun selutut dengan motif floral yang sedang ia gunakan, kemudian kembali menatap Dallen. "Tidak mungkin ini palsu. Saya membelinya dari mantan sahabat saya. Walau dia merebut pacar saya, tapi dia tidak mungkin menipu saya." Elena membeli gaun ini dengan menggunakan uang yang telah ia tabung dengan sepenuh hatinya dan ak

  • Pengasuh Cantik Dan CEO Dingin   14. Sikap Aneh

    Elena merasa kalau hidupnya akan hancur hari ini di tangan Ravi. Tidak akan ada orang yang akan menolongnya, sebab orang-orang yang ia harapkan untuk peduli tidak sedikit pun peduli padanya. Elena berusaha keras mempertahankan kehormatannya dari pria berengsek seperti Ravi. Namun, ketika pertahanannya terlalu kuat, maka Ravi tanpa ragu langsung memberikan tamparan padanya, lalu menarik rambutnya ke belakang dengan begitu kuat. "Kau ternyata sangat menyebalkan, tapi tidak apa-apa, aku akan memaafkanmu kali ini karena pemberontakanmu membuatku semakin ingin bercinta denganmu," ucap Ravi yang terus berusaha melepaskan pakaian Elena. Sampai akhirnya, lengan kanan baju Elena sobek dan Ravi terus menarikmya sampai robekan itu membesar dan memperlihatkan pakaian dalam Elena. Elena menangis sejadi-jadinya dan terus berteriak meminta tolong. Elena berharap ada seseorang yang akan menolongnya walau itu terdengar mustahil sekali pun. Ketika baju Elena ingin dirobek kembali, pintu motel ter

DMCA.com Protection Status