Share

Kelelahan

Author: Yenita Wati
last update Last Updated: 2022-02-12 15:51:14

Sesampainya di rumah, Harry dan Selena masuk ke dalam rumah besar milik Harry.

"Mana kamarku?" tanya Selena yang menguap tiada henti karena sangat mengantuk. Sekarang sudah jam satu dini hari ketika mereka menginjakkan kaki di lantai rumah itu.

Harry menepuk dahinya.

"Kenapa? Apa kau lupa mempersiapkan kamar terpisah untuk kita?" Selena membelalakkan matanya. Ia sudah menduga ini akan terjadi.

"Iya, aku...lupa."

Selena kembali mengusap wajahnya dengan kasar. Ia menarik nafas panjang lalu mengeluarkannya perlahan. "Baiklah, kita lewati saja ini. Aku ingin segera tidur. Dimana kamarmu?"

"Ada di lantai dua." Harry menunjuk ke atas.

"Baiklah, hoaaam." Selena segera melangkah menapaki anak tangga satu persatu.

"Tunggu, sebenarnya kau tidak perlu...."

"Ssssstttt, aku mengantuk." Selena melanjutkan langkahnya.

"Di rumah ini ada....."

"Ssssssttttt!! Aku bilang aku mengantuk." Selena kembali melanjutkan langkahnya. Ia terus menguap sepanjang menapaki anak tangga. Rasa lelahnya kian membuncah saat rasa lelah semakin membebani tubuhnya.

Sesampainya di ujung tangga, Selena heran melihat Harry sudah berada di sana menunggunya.

"Kau! Kenapa cepat sekali?" Selena menatap heran.

"Aku naik lift."

"Apa? Kenapa kau tidak bilang? Aku menapaki...berapa jumlah anak tangga ini?"

"Tiga puluh."

"Aku menapaki tiga puluh anak tangga padahal aku bisa naik lift." Selena mengernyitkan dahinya.

"Tadi aku mau bilang kalau kau tidak perlu menaiki tangga karena di rumah ini ada lift."

Selena menatap Harry dengan tatapan penuh kekesalan. "Kau seharusnya bisa memberitahuku, meneriakiku, atau bahkan menarik tanganku agar aku tidak menaiki tangga ini."

"Baiklah, ayo ulangi lagi. Sekarang turunlah, dan aku akan meneriakmu dan menarik tanganmu." Harry menunjuk lantai bawah.

"Apa? Apa kau sudah gila? Untuk apa aku melakukan hal bodoh itu?"

"Agar kau berhenti meributkannya. Tidakkah kau tahu kita hidup di dunia yang tidak ada mesin waktu untuk mengulang kejadian? Apa menurutmu kemarahanmu bisa mengulang hal tadi?"

"Aku hanya sedikit kesal saja." Selena menghela nafas pelan.

"Sepertinya kau sudah tidak lelah lagi?" Harry memperhatikan mata Selena yang sudah tidak sayu lagi.

"Sudahlah, mana kamarmu?" tanya Selena.

"Itu." Harry menunjuk sebuah pintu besar yang tak jauh dari mereka.

Selena langsung pergi ke pintu itu dan masuk ke dalamnya. Kamar itu sangat besar dan luas.

"Aku akan tidur di ranjang dan kau di sofa." menunjuk sofa besar pada Harry.

"Apa? Tapi kan ini kamarku!"

"Apa kau setega itu membiarkan seorang wanita tidur di sofa?" 

"Apa kau setega itu menyuruh suamimu tidur di sofa kamarnya sendiri?"

'Dia terlihat agak bodoh, ceroboh, dan pelupa. Tapi kenapa omongannya susah sekali dikalahkan. Baru kali ini ada orang yang membuatku tidak bisa menjawab perkataannya,' batin Selena sambil mengamati Harry.

'Wajahnya ibarat jiplakan William. Bedanya yang ini mudah tersenyum dan banyak bicara. Tampan sih, tapi kenapa baru sehari jadi istrinya aku sudah tertimpa masalah terus, hiks,' Selena menangis dalam hati.

"Selena!" Harry membuyarkan lamunan Selena.

"Oh, ya. Kalau begitu, kita akan tidur di ranjang namun dengan pembatas bantal guling, bagaimana?" tawar Selena.

"Baiklah, tapi perhatikan dirimu agar tidak menabrak pembatas." Harry mengingatkan.

"Apa?" Selena membelalakkan matanya.

"Ayo tidur, aku lelah." Harry melangkah masuk ke dalam dan merebahkan dirinya ke ranjang. Tak lupa sebelumnya ia membuat pembatas dengan bantal guling.

Selena menghela nafas panjang. Ia juga merebahkan tubuhnya ke atas ranjang. Dalam beberapa menit, mereka sudah terlelap. Mereka benar-benar kelelahan.

*****

Pagi menjelang.

Di kediaman rumah William.

Ella sedang memasak menu sarapan untuk William. Hari ini untuk pertama kalinya ia memasak makanan untuk William.

Makanan sudah tersaji rapi di atas meja makan saat William baru turun dari lantai atas.

"Selamat pagi, Suamiku," sapa Ella.

"Selamat pagi," sahut William. Rasanya aneh mendengar Ella menyebut nama suamiku.

"Makanlah, aku sudah menghias menu sarapan pagi ini untukmu." Ella menyuguhkan sepiring nasi goreng yang dihias seperti bentuk wajah orang.

William yang melihat menu yang akan ia makan langsung terdiam. Ia berdiri dan melangkah mundur.

"Ada apa? Makanlah, nasi tidak akan masuk sendiri ke dalam mulut."

"Tidak! Jauhkan makanan itu dariku!" William semakin memundurkan langkahnya. Keringat dingin mulai bercururan membasahi tubuhnya.

"Will, kau kenapa?" Ella mendekati William yang seperti orang ketakutan.

"Maaf, Tuan. Saya sudah bilang pada nona bahwa Tuan William phobia makanan yang dihias menyerupai wajah orang." Siti mengambil nasi goreng William kemudian membawanya pergi.

"Siti kenapa dibawa?" teriak Ella.

"Ella, apa kau tau apa artinya Phobia?" tanya William yang sudah lebih tenang setelah makanan tadi dibawa Siti.

Ella menggeleng. "Aku tidak tahu."

William menepuk dahinya. "Phobia itu adalah rasa takut berlebihan terhadap sesuatu. Ketakutan tersebut dapat timbul saat menghadapi situasi, berada di suatu tempat, atau ketika melihat makanan seperti tadi." Ia mencoba menjelaskan.

"Tapi kenapa, Will? Nasi goreng itu lucu."

"Lucu bagimu belum tentu lucu bagi orang lain."

"Kenapa kau takut? Apa kau melihat monster di sana?" tanya Ella penasaran.

"Sudahlah, yang penting jangan buat makanan seperti itu lagi."

"Iya baiklah, sekarang duduk dan aku akan menyajikan nasi goreng tanpa hiasan apapun." Ella menarik kursi agar William kembali duduk.

William duduk di kursi dan mulai memakan masakan Ella. Suapan pertama, William dapat merasakan lautan garam di dalam nasi goreng tersebut.

"Ella, apa kau pernah memasak?" tanya William sambil meminum air putih yang banyak.

"Tidak, ini kali pertamanya aku memasak. Selama ini aku dan ayah makan di luar karena kami bekerja sejak pagi sampai sore. Saat aku masih kecil kami memakai jasa katering."

"Jadi makanan yang ku makan ini adalah hasil percobaan pertamamu?" tanya William dengan perasaan kesal.

"Iya!" Ella menjawab dengan semangat. "Eh, salahkah?" Ia terdiam dan menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

"Ella, kenapa kau tidak merasakan dulu rasa masakan ini sebelum memberikannya kepadaku?" Mencoba tetap berbicara dengan lembut.

"Aku tidak mau merasakannya. Mencium aromanya saja sudah membuatku tidak nafsu makan."

'Astaga, dari planet mana dia berasal? Jika dia sendiri tidak mau makan nasi goreng buatannya karena tidak enak, kenapa malah memberikannya padaku? Apa baginya aku seperti tong sampah?' batin William.

"Berapa banyak garam yang kau masukkan ke dalam nasi goreng ini?" tanya William.

"Aku hanya memasukkan lima sendok garam. Sesuai takaran nasinya yang berjumlah lima centong nasi," sahut Ella.

William menggaruk kepalanya. "Ella, untuk ke depannya, kau harus membaca resep makanan sebelum memasaknya. Apa kau mengerti?"

"Iya, maafkan aku. Aku akan berusaha lebih baik ke depannya." Ella menunduk sedih.

"Apa yang ingin kau lakukan hari ini? Aku mendapatkan cuti selama seminggu."

"Aku tidak tahu, tapi sepertinya kita kedatangan tamu penting." Ella menatap ke arah belakang William.

William juga menoleh dan terkejut melihat kedatangan orang tuanya.

"Ayah, Ibu."

"Selamat pagi, Sayang. Kalian sedang sarapan ya. Wah ada nasi goreng, sepertinya enak." Haira mengambil piring dan mengambil nasi goreng yang masih ada di wadah besar.

"Bu, sebenarnya itu..."

Sebelum William menyelesaikan kalimatnya, Haira sudah menyuap sesendok nasi goreng ke mulutnya.

Selesai mengunyah, Haira mengambil minum dan menghabiskannya dalam beberapa teguk.

"Maaf Bu, ini kali pertamanya Ella belajar memasak, maklumi saja, ya."

"Iya, tidak apa-apa. Semangat terus ya, Sayang. Dulu juga ibu tidak bisa memasak." Haira memakan buah apel untuk menghilangkan rasa asin yang masih menyebar di dalam mulutnya.

"Ya sudah, kita tunggu saja makanan dari pelayan. Ayo kita ke ruang keluarga. Ada yang mau Ayah dan Ibu katakan," ujar Aiden.

Mereka pun pergi ke ruang keluarga. Sepertinya hal yang ingin dibicarakan orang tua William adalah sesuatu yang sangat penting hingga mereka menyambangi kediaman William pagi-pagi sekali.

Related chapters

  • Pengantin yang Tertukar   Bulan Madu

    "Ada apa, Ayah?" tanya William yang penasaran."Ini hadiah untuk pernikahan kalian." Haira menyerahkan dua lembar tiket kepada William dan Ella.William dan Ella saling pandang. William bingung karena itu adalah tiket ke luar negeri. Sementara Ella bingung itu tiket untuk apa."Ayah dan Ibu tidak perlu repot-repot mempersiapkan ini semua.""Ya sudah, ambil. Agar kerepotan kami tidak sia-sia." Haira meletakkan tiket ke tangan William."Besok kalian akan berangkat ke Paris untuk berbulan madu. Persiapkan semua keperluan kalian mulai dari sekarang," ujar Haira."Ba-baik, Bu." William mengangguk pasrah."Besok jangan terlambat. Ibu juga akan meminta Selena untuk mengingatkan Harry agar besok ia tidak lupa.""Apa? Jadi mereka akan pergi bersama kami?" William membelalakkan matanya."Kenapa? Apa kau Keb

    Last Updated : 2022-02-12
  • Pengantin yang Tertukar   Kencan Ganda

    William kembali ke kamar hotelnya untuk menemui Ella. Sebelum ia pergi, ia sempat melihat bahwa benda yang seperti kepala berambut hitam yang terombang-ambing di tengah laut adalah sebuah wig entah punya siapa.William telah sampai ke kamar hotel. Ia melihat Ella sedang duduk di sebuah kursi sambil menatap keluar jendela."Ella.""Mandilah, Will, air laut tidak bagus berada lama-lama di tubuhmu." Ella tidak menoleh. Ia masih terus menatap hamparan ombak di lautan."Ella, aku...""Nanti kau bisa sakit jika tidak mengeringkan tubuhmu." Masih tidak menoleh."Aku ingin....""Aku sudah memanggil dokter untuk memeriksa keadaanmu. Mandilah, sebentar lagi dia akan datang." Kali ini Ella menoleh sambil tersenyum.William pergi ke kamar mandi. Ia terus memikirkan reaksi yang diberikan Ella. Senyuman barusan itu bukanlah senyuma

    Last Updated : 2022-02-12
  • Pengantin yang Tertukar   Siapa Kau?

    Selena dan Ella tengah asyik memakan hidangan makan malam di restoran hotel. Sesekali Selena terlihat menggerutu tentang kejadian yang baru saja mereka alami. "Memangnya mereka pikir mereka siapa? Seenaknya saja memanfaatkan tampang kembar mereka.""Kenapa kau kesal sekali?" tanya Ella."Bagaimana aku tidak kesal. Tadi itu aku berdansa dengan William dan rasanya sangat tidak nyaman." Selena memotong daging steak dengan kasar hingga menimbulkan suara. Menumpahkan semua rasa kesalnya pada makanan lezat itu."Apa kau menyukai William?" Ella menunggu reaksi di wajah Selena."Awalnya. Aku kira bersama dengan orang yang sama diamnya seperti aku akan membuat hidupku lebih nyaman. Ternyata membosankan. Baru beberapa menit aku berbincang dengannya rasanya sangat tidak nyaman." Selena mengaduk minumannya lalu menikmatinya dengan sedotan."Tapi William masih menyukaimu."

    Last Updated : 2022-02-12
  • Pengantin yang Tertukar   Maaf

    William dan Ella sudah sampai di kamar mereka. Secepat mungkin William menurunkan Ella karena rasanya tangannya hampir patah."Will, apa kau yakin baik-baik saja?" tanya Ella yang melihat William mengibas-ngibaskan kedua tangannya berkali-kali."Tidak, aku hanya ingin meregangkan ototku saja. Ayo makan bersama, aku sangat lapar." William membuka paper bag lalu menatanya di atas meja dengan piring-piring yang tersedia di dalam kamar itu.Ella masih terngiang-ngiang daging steak dua juta yang belum habis tadi. Ia duduk dengan lesu dan memakan makanannya."Apa tidak enak?" tanya William yang heran melihat reaksi Ella."Enak, tapi aku menyayangkan sisa steak tadi. Harusnya kita bungkus saja." Ella memainkan sendok di atas piringnya."Ketahuilah, Ella, sekarang steak itu sudah ada di tempat sampah atau di perut seseorang. Menyesal pun tidak berguna. Steak sudah pe

    Last Updated : 2022-02-12
  • Pengantin yang Tertukar   Aku Suamimu

    Keesokan paginya, Ella yang baru saja bangun dari tidur terkejut kala merasakan ada sesuatu yang berat tengah menekan perutnya. Samar-samar ia melihat dan ternyata itu adalah tangan William. Mata Ella terbelalak. Bukan hanya karena William tengah memeluknya, namun juga karena melihat tubuh bagian atas William polos tanpa baju. Bentuk tubuh atletisnya berhasil membuat Ella tertegun. Sepertinya, karena kepanasan, ia membuka bajunya dan karena tidak nyaman di sofa, ia tidur di ranjang bersama Ella.Ella berusaha menggeser tangan William dari tubuhnya. Itu bukanlah hal sulit baginya karena pada dasarnya tenaganya memang lumayan kuat. Itulah kenapa kemarin gebrakan tangannya di restoran membuat meja restoran itu bergetar.Jika saja William sudah membuka mata, mungkin saat ini Ella akan berpura-pura menjadi wanita lemah.Ella berjalan ke kamar mandi dan membersihkan dirinya. Setelah itu, ia bersantai di balkon kamar hotel ters

    Last Updated : 2022-02-12
  • Pengantin yang Tertukar   Pulang

    Waktu terus berlalu, hari ini adalah jadwal kepulangan William dan lainnya. Mereka merasa sangat puas setelah berlibur di negara itu.Ketika sudah sampai bandara, mereka sudah dijemput oleh supir masing-masing. Tidak ada pengawal sesuai permintaan William. Memang sejak kecil, ia dan Harry tidak mau dikawal seperti raja. Mereka ingin hidup seperti biasa.Sepanjang perjalanan, Ella lebih banyak diam. Ia melihat ke luar jendela mobil sambil memikirkan sesuatu."Apa kau senang?" William membuka suara."Aku senang. Ini kali pertama aku ke negara itu." Menoleh ke arah William dan tersenyum."Kau bisa ke negara manapun yang kau mau. Swiss, Korea, Spanyol. Kemanapun yang kau suka.""Kenapa kau malah mengatakan ini? Apa kau ingin berlibur lagi? Bagaimana dengan pekerjaanmu? Maksudku, tidak ada CEO yang tidak bekerja kecuali di dalam cerita novel." Ella menatap William

    Last Updated : 2022-02-12
  • Pengantin yang Tertukar   Mabuk

    William dan Ella baru saja sampai rumah. Mereka segera membersihkan diri di kamar masing-masing.Pada malam harinya, mereka makan malam bersama. William tampak diam dengan wajah dinginnya. Sesekali Ella melirik berharap William mau membuka pembicaraan. Namun sampai makan malam selesai, William tak juga berbicara.Hingga saat Ella melihat William memakai pakaian yang tidak biasa, ia memberanikan diri untuk bertanya."Mau kemana, Will?""Apa aku harus memberitahumu kemana pun aku pergi?" Menatap dingin."Aku hanya bertanya. Kenapa kau marah?""Karena itu, jangan campuri urusan pribadiku."William pergi meninggalkan Ella yang masih diam mematung. "Apa salahku? Aku kan hanya bertanya?" gumam Ella sambil tertunduk sedih."Siti." Ella menghampiri kepala pelayan di rumah itu."Iya, Nona."

    Last Updated : 2022-02-12
  • Pengantin yang Tertukar   Kau Istriku

    Ella dan William sudah sampai kamar. Ella langsung merebahkan William ke atas ranjang. Membuka sepatu, mengeluarkan ponsel, dompet, lalu membuka jaketnya.Ella bermaksud meluruskan kaki William agar kaki kirinya tidak keluar dari ranjang. Namun tanpa disangka, William menariknya hingga ia jatuh ke atas tubuh William. Ella ingin berdiri namun William memeluk tubuhnya dengan erat."William, lepaskan." Ella berusaha melepaskan tangan William. Namun anehnya ia tidak bisa. Seakan-akan William menjadi kuat saat mabuk."Kau mau kemana, Ella? Menemui si berengsek itu?" tanya William sambil menatap Ella dengan penuh nafsu."Tidak, lepaskan, Will" Ella kembali memberontak namun tenaganya kalah oleh William."Oh jadi kau mau menemui si berengsek itu, ya?" William terlihat begitu emosi. Ia membalikkan posisi mereka.Kini Ella berada di bawah dan William berada di a

    Last Updated : 2022-02-12

Latest chapter

  • Pengantin yang Tertukar   Tamat

    William, Ella, Jane, dan Haira sedang makan malam bersama."Ella, ingat, ya. Saat melahirkan normal, pengaturan nafas sangat penting. Dan kau juga tidak melahirkan hanya satu bayi, melainkan dua bayi. Dulu ibu memilih operasi caesar karena tidak memungkinkan melahirkan secara normal. Jika kau ingin merubah pikiranmu, masih sempat. Kita ke rumah sakit sekarang dan melakukan operasi." Haira menjelaskan panjang lebar."Benar, Nak. Jarang ada yang melahirkan bayi kembar dengan normal. Satu bayi saja rasanya sangat sakit, apalagi dua. Dan juga, kalau kau pingsan atau tak sadarkan diri setelah melahirkan anak pertama, maka itu akan membahayakan keselamatanmu. Ibu juga dulu operasi caesar saat melahirkan kau dan Selena." Jane menambahkan."Ibu, sudahlah. Aku selalu mendengar ini setiap hari. Dan keputusanku tetap sama, aku ingin melahirkan normal." Ella menengahi ceramah kedua ibunya.Sedangkan William hany

  • Pengantin yang Tertukar   Menanti Kehadiran

    Beberapa bulan telah berlalu. Ella dan William tengah menanti kehadiran buah hati mereka. William bahkan sudah mengambil cuti untuk menjadi suami siaga jika Ella sewaktu-waktu mengalami kontraksi. Memang, Ella ingin agar kelahiran anaknya dilakukan secara normal.Namun, semakin mendekati kelahiran anak mereka, William bertambah pusing karena ibu dan mertuanya tinggal di rumahnya."Bu, aku tau kalian ingin menjaga Ella. Tetapi tidak perlu satu kamar dengan kami, kan," ucap William kepada Haira dan Jane yang merupakan ibu dan mertuanya.Kini mereka sedang berada di kamar William dan Ella."Memangnya kenapa? Kami kan ingin menjaga Ella. Ella itu anak kami," ucap Jane."Tapi tidak begini konsepnya. Aku dan Ella kan butuh privasi.""Privasi apa? Agar bisa berduaan? Bermesraan?" cibir Haira."Astaga, ibu bukan itu. Ada kalanya aku ingin m

  • Pengantin yang Tertukar   Akibat

    Dua minggu kemudian, William dan Ella baru saja pulang dari rumah orang tua Ella. Mereka piknik bersama di taman belakang rumah orang tua mereka."Aku senang sekali hari ini." William berseru saat memasuki rumahnya."Kenapa kau sangat gembira sekali? Apa karena Kak Alex hanya datang sebentar?" Ella menatap penuh selidik."Tentu saja, tanpa adanya si berengsek itu, aku bisa leluasa melakukan apa yang aku ingin tanpa perlu waspada terhadapnya.""Itu kan karena dia tiba-tiba mendapat tugas penting. Ada pembunuhan yang sulit diungkap detektif kepolisian.""Memangnya sampai kapan dia akan menjadi detektif dadakan?""Tidak ada batas. Dia akan menjadi detektif kasus tersulit seumur hidupnya. Itulah kesepakatannya. Lagi pula, dia selalu dengan mudah memecahkan masalah.""Bagaimana denganmu? Kau juga mempunyai otak cerdas dan bisa memecahkan beber

  • Pengantin yang Tertukar   Kesal

    "Bisa-bisanya kau bersekongkol dengan ibu dan Harry, Ella!" gerutu William saat berjalan memasuki rumah mereka. Mereka baru saja sampai rumah setelah acara piknik di taman tadi selesai."Aku tidak bersekongkol." Ella membela diri."Apa kau kira aku tuli? Jelas sekali aku mendengar ucapan Harry saat aku dan Alex mengejarnya."William mengingat kembali saat ia dan Alex mengejar Harry."Ibu, tolong akuuuu!""Kemari kau, adik laknat!" William mempercepat larinya hingga akhirnya ia berhasil mendapatkan Harry.Harry jatuh tersungkur. Bukannya memukul, William malah ikut tergeletak di atas rerumputan tepat di samping Harry. Sedangkan Alex memilih duduk di samping mereka dan mengatur nafas.Jelas saja, mereka berkejar-kejaran selama setengah jam. Untung saja taman yang sepi tidak membuat mereka terlihat seperti orang gila."N

  • Pengantin yang Tertukar   Kekuatan Cinta

    Setahun telah berlalu. Kini, Selena telah melahirkan seorang bayi perempuan lucu yang diberi nama Hazel Alexander. Sedangkan Ella tengah mengandung anaknya dan William.Hari ini, mereka baru pulang dari berziarah dan memutuskan untuk piknik bersama di sebuah taman."Lihatlah Hazel, dia cantik sekali, ya," puji Ella."Anak siapa dulu?" Harry membanggakan diri."Apa kalian memang suka bersenang-senang tanpa aku?" Alex datang sambil menggandeng tangan Anisa istrinya yang kini sudah memberikannya seorang anak yang usianya hampir sama dengan anak Harry dan Selena. Anak laki-lakinya itu diberi naman Jimmy Wilson."Kau saja yang dayang terlambat." Ella mencibir."Jangan kebanyakan mencibir, nanti anakmu bisa tampan seperti aku.""Enak saja, dia akan tampan seperti aku." William tak mau kalah."Dasar calon ayah amatir."

  • Pengantin yang Tertukar   Berkumpul

    "Alex." Ella tersenyum melihat kedatangan Alex yang tiba-tiba itu."Bereskan wanita ini!" perintah Alex kepada anak buahnya."Alex, jangan! Jangan bunuh dia. Jangan terjerat lebih dalam lagi," cegah Ella."Siapa juga yang mau mengotori tangan dengan membunuhnya. Dia harus merasakan dulu penderitaan dibalik jeruji baru boleh mati.""Kau! Dimana anak buahku?" tanya Margareth sambil memegangi lengannya yang berdarah karena tembakan Alex barusan."Anak buah? Maksudmu para pengecut itu? Mereka sudah lari saat melihat aku datang. Kau bilang itu anak buah." Alex menggelengkan kepalanya.Memang, saat kedatangan Alex tadi. Semua anak buah Margareth langsung ciut. Mereka lansung pucat dan ketakutan. Bahkan saat Alex melangkah mendekat, mereka langsung lari kocar kacir."Kau! Siapa kau sebenarnya?""Aku adalah Alex Julian. Jika

  • Pengantin yang Tertukar   Ternyata

    Beberapa hari kemudian.Akhirnya Feri sadar."Paman, bagaimana keadaan Paman?" tanya Ella."Dimana aku?" Feri seperti orang kebingungan."Paman ada di rumah sakit. Beberapa hari yang lalu, Paman mencoba untuk...bunuh diri." Ella sedikit ragu mengatakan.Feri mencoba mengingatnya. "Paman baru ingat. Tapi Paman bukan bunuh diri. Paman tergores pisau kecil yang terdapat di dalam baju yang terletak di pergelangan tangan Paman. Karena Tarikan tangan William dan Paman yang berlari, pisau itu menggores urat nadi Paman hingga saat berada di kamar, Paman baru melihat banyak sekali darah. Saat Paman buka, Paman syok melihat darah yang mengalir deras. Karena itu Paman tidak bisa membuka pintu.""Apa? Bagaimana bisa?" William terlihat heran."Bisa. Itu yang aku katakan soal kejanggalan. Tangannya berdarah dengan sayatan yang acak-acakan. Jika itu bunuh diri, maka

  • Pengantin yang Tertukar   Ternyata pelakunya adalah

    Sesampainya di rumah, William dan Ella langsung menuju kamar. Ella masih tetap diam. Ia berjalan menapaki anak tangga dengan tatapan kosong. Ia masih sangat kecewa dengan perlakuan Alex padanya."Ella, istirahatlah." William menepuk bahu Ella yang sedang berdiri di ambang pintu.Ella mengangguk dan tersenyum. Ia memasuki kamar. Namun, ia tak langsung menuju ranjang. Ia pergi ke balkon dan menatap langit yang bertabur banyak bintang.William datang lalu memeluk nya dari belakang. "Menangislah lagi jika masih kurang," bisiknya.Ella berbalik dan memeluk William. Ia menumpahkan segala kekecewaannya lagi, malam ini.William membelai rambut Ella yang sudah tidak dipasangi rambut sambung lagi.Setelah agak tenang, "Masuklah ke dalam. Nanti kau bisa sakit.""Iya, lagipula besok kita harus menangkap Paman Feri, kan?""Sebaikn

  • Pengantin yang Tertukar   Tantangan 2

    "Luar biasa!" Terdengar suara Alex dari dalam speaker."Sekarang lewatilah tantangan berikutnya. Jika kalian gagal, maka....""Yayaya kami tahu, kami akan mati, bukan?" tanya William dengan wajah malas."Apa kau tidak sabar ingin mati?""Ya, setelah itu aku akan gentayangan dan mengganggu hidupmu." William menunjuk CCTV yang berada tak jauh darinya."Hentikan, Sayang." Ella menyela William. "Apa tantangan berikutnya?" Ella menatap serius ke arah CCTV."Sebelum kalian lanjut, aku ingin bertanya apa sebenarnya tujuanmu datang kesini? Kau sama sekali tidak takut dan kau sangat pintar.""William sudah mengatakan padamu, kan?" Ella mengingatkan."Hahahaha, kau kira aku percaya?""Kalau tidak percaya, jangan mengulur waktu. Berikan tantangan yang lain.""Kau benar-benar berani

DMCA.com Protection Status