āļŦāđ‰āļ­āļ‡āļŠāļĄāļļāļ”
āļ„āđ‰āļ™āļŦāļē

āđāļŠāļĢāđŒ

Berkisah

āļœāļđāđ‰āđ€āļ‚āļĩāļĒāļ™: Ummu Amay
last update āļ›āļĢāļąāļšāļ›āļĢāļļāļ‡āļĨāđˆāļēāļŠāļļāļ”: 2025-03-24 08:13:02

Dua tahun sebelumnya.

Shania berlari mencari ibunya setelah pulang dari tempatnya bekerja.

"Bu! Ibu!" teriak Shania ketika sudah berada di ruang tengah, yakni ruangan megah yang kerap dijadikan tempat berkumpulnya keluarga.

"Ibu di dapur!" Teriakan wanita lainnya menggema di rumah besar tersebut.

Shania tersenyum, ia lalu berlari menuju dapur di mana ibunya berada. Tapi, ia tidak menemukan sang ibu ada di sana. Merasa heran, Shania pun kembali berteriak.

"Bu! Di dapur mana sih? Kok enggak ada."

"Dapur belakang," sahut ibunya lagi.

Menambah langkahnya sekian meter ke belakang, akhirnya Shania berhasil menemukan ibunya.

Wanita itu terlihat berantakan dengan noda tepung menempel di muka dan tangannya. "Ada apa teriak-teriak? Kaya tinggal di hutan aja," sahutnya kesal —sama sekali tidak menyadari bahwa rumah yang ditempati itu memang seperti hutan kecil sebab memiliki luas area yang luar biasa.

"Ibu lagi ngapain?" tanya Shania seraya berjalan mendekat, lalu mencium pipi kiri dan ka
āļ­āđˆāļēāļ™āļŦāļ™āļąāļ‡āļŠāļ·āļ­āđ€āļĨāđˆāļĄāļ™āļĩāđ‰āļ•āđˆāļ­āđ„āļ”āđ‰āļŸāļĢāļĩ
āļŠāđāļāļ™āļĢāļŦāļąāļŠāđ€āļžāļ·āđˆāļ­āļ”āļēāļ§āļ™āđŒāđ‚āļŦāļĨāļ”āđāļ­āļ›
āļšāļ—āļ—āļĩāđˆāļ–āļđāļāļĨāđ‡āļ­āļ
āļ„āļ§āļēāļĄāļ„āļīāļ”āđ€āļŦāđ‡āļ™ (1)
goodnovel comment avatar
nana lizt
shania ini emang kecintaan sm alex...mngkanya mau ajah dibuat menderita sm alex
āļ”āļđāļ„āļ§āļēāļĄāļ„āļīāļ”āđ€āļŦāđ‡āļ™āļ—āļąāđ‰āļ‡āļŦāļĄāļ”

āļšāļ—āļ—āļĩāđˆāđ€āļāļĩāđˆāļĒāļ§āļ‚āđ‰āļ­āļ‡

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Perubahan Menjelang Pernikahan

    Meskipun kaget, tapi nyatanya Shania senang mendapat lamaran dari Alex tersebut. Ia lupa bahkan mungkin tak peduli akan hubungan Alex dengan Maura. Sebab yang ia tahu, perempuan itu pergi ke luar negeri untuk meningkatkan karirnya di dunia desain. Shania tidak bertanya kepada Alex mengenai hubungannya dengan Maura. Ia kadung bahagia dan memilih untuk diam hingga pernikahan terjadi. "Baiklah, kalau kalian memang setuju. Kita tinggal cari tanggal pernikahan yang pas. Tapi, sebelumnya kami mau kamu dan orang tuamu datang langsung ke rumah ini secara resmi untuk melamar Shania. Kami mau lamaran dan pernikahan diselenggarakan secara terbuka agar semua masyarakat tahu bahwa kalian menikah bukan karena masalah.""Tentu saja, Om. Aku juga memang mau peristiwa sakral ini dilangsungkan secara terbuka. Biar semua orang tahu status aku dan Shania."Alex benar-benar meyakinkan Shania juga kedua orang tua temannya itu bahwa ia bersungguh-sungguh menjalin hubungan serius, yakni pernikahan. Bahkan

    āļ›āļĢāļąāļšāļ›āļĢāļļāļ‡āļĨāđˆāļēāļŠāļļāļ” : 2025-03-24
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Menjelang Pernikahan

    Pagi hari menjelang saat orang-orang yang Nyonya Sebastian pilih untuk mendandani Shania datang, sang calon pengantin wanita malah terlihat tak bersemangat. Shania tampak lesu dan tak bergairah. Alhasil, ia baru dirias saat hari sudah menjelang siang.Setelah semalam berbincang dengan Alex, Shania merasa ragu untuk melanjutkan pernikahannya dengan teman masa kecilnya itu. 'Tapi, sebelumnya tidak ada ucapanmu tentang bakti pada kedua orang tua kita, Lex.'Masih terbayang di benak Shania saat rasa terkejut hadir setelah Alex mengatakan alasan menikahinya. 'Lantas, apakah menurutmu kita tidak perlu berbakti kepada mereka?''Berbakti pada kedua orang tua tidak harus dengan cara ini. Masih ada cara lain.''Oke. Lantas, kalau kamu tidak mau melakukan apa yang aku katakan, apakah menggagalkan rencana pernikahan kita besok adalah solusinya?'Shania bingung harus menjawab apa. Satu sisi ia tidak suka alasan Alex menikahinya karena rasa ingin berbakti pada kedua orang tua. Tapi, di sisi yang

    āļ›āļĢāļąāļšāļ›āļĢāļļāļ‡āļĨāđˆāļēāļŠāļļāļ” : 2025-03-25
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Terkena Mental

    Rachel tampak tak percaya dengan cerita yang baru saja Shania ceritakan. "Jadi, kamu pernah meminta dijodohkan dengan Alex?""Ya. Tapi, terlambat." Shania tersenyum miris. Pandangannya kembali menerawang. Bayangan pernikahan yang ia bayangkan akan indah, tercoreng dengan pemaksaan yang Alex lakukan dalam keadaan mabuk. Telah membuat hatinya sakit, Shania memilih untuk melupakan apa yang telah terjadi. Kini ia harus membuka lembaran baru dengan melupakan sosok Alex yang seharusnya sejak awal tidak pernah melamarnya "Pernikahanku dengan Alex adalah sebuah kesalahan. Aku yang terlalu bahagia sampai mengabaikan kebahagiaanku yang sebenarnya." Shania menatap Rachel yang tampak benderai air mata. "Alex tak pernah mencintaiku, seharusnya aku sadari itu sejak awal. Dan bukannya malah meminta ayah dan ibu melamarkannya untukku.""Tapi, waktu itu Alex menolak," sahut Rachel berusaha menghapus air mata di pipinya. "Ya, karena Alex menolak itu seharusnya aku tidak menerimanya saat ia gantian

    āļ›āļĢāļąāļšāļ›āļĢāļļāļ‡āļĨāđˆāļēāļŠāļļāļ” : 2025-03-27
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Mencari Tahu

    Setelah sampai ruangan, Alex bergegas memanggil Brian, sahabat sekaligus sekretarisnya. "Kamu tahu hubunganku dengan Maura sekarang bukan?""Ya. Bersenang-senang di atas tangisan wanita lain." Brian berkata sarkas. Tapi, hal tersebut tidak membuat Alex tersinggung. Alex hanya memutar bola matanya, malas. Ia seolah sudah tak lagi peduli dengan nyinyiran orang-orang tentang hubungan tak pantas yang ia lakukan bersama Maura. "Sepertinya papa sudah tahu. Orang-orang brengsek itu bicara saat meeting berlangsung. Sial sekali!" umpat Alex kesal. Teringat di benaknya saat salah seorang manajer mengeluh atas gosip para karyawan tentang interaksi antara dirinya dengan Maura yang dianggap berlebihan. "Tapi, aku setuju dengan keluhan itu. Kamu tidak mengaca, Lex. Seharusnya kamu tidak melakukan itu di sini."Alex mengernyit. "Kamu itu sahabatku atau bukan? Kok kamu malah membela mereka."Brian mengambil tempat duduk di depan Alex, yang terhalang meja kerja berukuran lumayan besar. "Dalam ha

    āļ›āļĢāļąāļšāļ›āļĢāļļāļ‡āļĨāđˆāļēāļŠāļļāļ” : 2025-03-27
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Pertemuan Dua Sahabat Lama

    Suasana kafe tempat pertemuan Rachel dan Brian terlihat cukup ramai. Jam menunjuk ke angka lima sore di mana sudah banyak orang bubar kantor dan memilih nongkrong sebelum pulang ke rumah. Pemilihan tempat adalah tugas Rachel, seperti yang selalu ia lakukan dahulu ketika masih sering pergi dengan Brian. Seperti sore itu, tempat yang berada di sudut ibukota yang belum pernah keduanya kunjungi —sudah ada dalam list, tapi belum sempat mereka wujudkan. Brian sudah tiba lebih dulu dan menunggu Rachel di salah satu meja yang ada di pojok kafe. Lelaki itu tampak memainkan ponsel ketika gadis yang ia tunggu datang dan menyapanya. "Hai!"Brian memandang Rachel yang berdiri di sampingnya. "H-hai!" balasnya sedikit canggung. Sudah lama keduanya tidak bertemu, membuat suasana terasa kurang nyaman. Namun, seperti kebiasaannya, Brian tetap menyapa Rachel sembari mengecup pipi kanan dan kiri gadis itu. "Apakah aku membuatmu menunggu lama?" tanya Rachel yang kemudian memilih tempat duduk di depan

    āļ›āļĢāļąāļšāļ›āļĢāļļāļ‡āļĨāđˆāļēāļŠāļļāļ” : 2025-03-27
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Batal Datang

    Hujan tengah menyapa semesta di waktu senja menjelang malam. Suara rintiknya menjadi melodi indah yang Tuhan ciptakan untuk manusia nikmati. Tidak hanya manusia, hewan dan tumbuhan pun ikut merasakan akan keagungan sang Maha Pencipta, sehingga tak ada yang bisa dilakukan selain mengucap syukur akan nikmat yang diberikan.Pun dengan yang Shania alami saat ini. Menatap jendela kamarnya di vila yang kini menjadi tempat tinggalnya, perempuan itu berkali-kali mengucap syukur akan nikmat yang Tuhan berikan seiring takdir hidup yang tengah dijalani. Dua hari lagi —terhitung dari hari ini, Shania sudah akan berpindah tempat. Tujuannya nanti adalah rumah tantenya, adik kandung sang ibu. Gunawan, suami dari tantenya menghubunginya siang tadi untuk menanyakan kesiapan Shania. Jam berapa take off dan landing, sehingga sang paman bisa memperkirakan jam berapa harus sudah berada di bandara, menjemputnya. "Jangan banyak-banyak membawa barang. Semua keperluanmu bisa dibeli di sini."Begitu pesan ya

    āļ›āļĢāļąāļšāļ›āļĢāļļāļ‡āļĨāđˆāļēāļŠāļļāļ” : 2025-03-28
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Pernikahan yang Tak Diinginkan

    Malam itu Shania berdiri di depan cermin, memandang wajahnya yang lesu. Ia merasa terjebak dalam kehidupan yang tidak diinginkannya. Pernikahan dengan Alex, putra keluarga kaya, terasa seperti sebuah kesepakatan bisnis, bukan persatuan cinta.Shania masih ingat jika teman kuliahnya itu adalah kekasih Maura, primadona kampus yang selalu mendapatkan perhatian semua orang, baik mahasiswa juga dosen. Cinta keduanya yang dulu selalu penuh gairah, kerap membuat iri siapa saja yang melihat, termasuk dirinya yang sudah lama jatuh cinta pada teman masa kecilnya itu. "Shania, sudah waktunya," panggil ibunya dari luar kamar.Ia mengambil napas dalam-dalam dan keluar, menuju ke malam pernikahan yang akan mengubah hidupnya selamanya.Shania melangkah ke aula pernikahan yang megah dan mewah yang sudah dipenuhi para tamu undangan. Ia melihat Alex, calon suaminya, yang tampan dalam balutan jas putih yang membuatnya bak pangeran berkuda, tersenyum menatapnya. Namun, Shania tahu jika senyum lelaki itu

    āļ›āļĢāļąāļšāļ›āļĢāļļāļ‡āļĨāđˆāļēāļŠāļļāļ” : 2025-01-08
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Malam Pertama yang Tak Terduga

    Shania tersudut dan takut. Ia tidak siap untuk melakukan hal tersebut, terutama bersama Alex. Namun, ciuman pertama yang ia simpan selama ini, harus ia relakan pada lelaki yang tak mencintainya itu. "Alex, tolong ... aku belum siap," kata Shania, berusaha melepaskan diri dalam kuluman liar sang suami. Selain itu, bau alkohol begitu menyengat, membuat kepala Shania menjadi pusing. Alex melepaskan. Ia menatap Shania dengan mata tajam dan dingin. "Kau belum siap? Kita sudah menikah, Shania. Lakukan tugasmu sebagai seorang istri."Alex kembali memaksa. Ia kemudian melepas gaun pengantin yang Shania kenakan hingga membuat gadis itu setengah telanjang. Seketika Alex berdiri mematung saat menatap keindahan tubuh istrinya itu. Sontak Shania menutup tubuhnya dengan kedua tangan. Tatapan sang suami membuatnya risih, tapi juga gugup.Namun, ketika Alex hendak kembali mendekat, tiba-tiba terdengar suara pesan masuk di ponselnya. Ia melihat layar dan terkejut."Apa ada yang penting?" tanya Vict

    āļ›āļĢāļąāļšāļ›āļĢāļļāļ‡āļĨāđˆāļēāļŠāļļāļ” : 2025-01-08

āļšāļ—āļĨāđˆāļēāļŠāļļāļ”

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Batal Datang

    Hujan tengah menyapa semesta di waktu senja menjelang malam. Suara rintiknya menjadi melodi indah yang Tuhan ciptakan untuk manusia nikmati. Tidak hanya manusia, hewan dan tumbuhan pun ikut merasakan akan keagungan sang Maha Pencipta, sehingga tak ada yang bisa dilakukan selain mengucap syukur akan nikmat yang diberikan.Pun dengan yang Shania alami saat ini. Menatap jendela kamarnya di vila yang kini menjadi tempat tinggalnya, perempuan itu berkali-kali mengucap syukur akan nikmat yang Tuhan berikan seiring takdir hidup yang tengah dijalani. Dua hari lagi —terhitung dari hari ini, Shania sudah akan berpindah tempat. Tujuannya nanti adalah rumah tantenya, adik kandung sang ibu. Gunawan, suami dari tantenya menghubunginya siang tadi untuk menanyakan kesiapan Shania. Jam berapa take off dan landing, sehingga sang paman bisa memperkirakan jam berapa harus sudah berada di bandara, menjemputnya. "Jangan banyak-banyak membawa barang. Semua keperluanmu bisa dibeli di sini."Begitu pesan ya

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Pertemuan Dua Sahabat Lama

    Suasana kafe tempat pertemuan Rachel dan Brian terlihat cukup ramai. Jam menunjuk ke angka lima sore di mana sudah banyak orang bubar kantor dan memilih nongkrong sebelum pulang ke rumah. Pemilihan tempat adalah tugas Rachel, seperti yang selalu ia lakukan dahulu ketika masih sering pergi dengan Brian. Seperti sore itu, tempat yang berada di sudut ibukota yang belum pernah keduanya kunjungi —sudah ada dalam list, tapi belum sempat mereka wujudkan. Brian sudah tiba lebih dulu dan menunggu Rachel di salah satu meja yang ada di pojok kafe. Lelaki itu tampak memainkan ponsel ketika gadis yang ia tunggu datang dan menyapanya. "Hai!"Brian memandang Rachel yang berdiri di sampingnya. "H-hai!" balasnya sedikit canggung. Sudah lama keduanya tidak bertemu, membuat suasana terasa kurang nyaman. Namun, seperti kebiasaannya, Brian tetap menyapa Rachel sembari mengecup pipi kanan dan kiri gadis itu. "Apakah aku membuatmu menunggu lama?" tanya Rachel yang kemudian memilih tempat duduk di depan

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Mencari Tahu

    Setelah sampai ruangan, Alex bergegas memanggil Brian, sahabat sekaligus sekretarisnya. "Kamu tahu hubunganku dengan Maura sekarang bukan?""Ya. Bersenang-senang di atas tangisan wanita lain." Brian berkata sarkas. Tapi, hal tersebut tidak membuat Alex tersinggung. Alex hanya memutar bola matanya, malas. Ia seolah sudah tak lagi peduli dengan nyinyiran orang-orang tentang hubungan tak pantas yang ia lakukan bersama Maura. "Sepertinya papa sudah tahu. Orang-orang brengsek itu bicara saat meeting berlangsung. Sial sekali!" umpat Alex kesal. Teringat di benaknya saat salah seorang manajer mengeluh atas gosip para karyawan tentang interaksi antara dirinya dengan Maura yang dianggap berlebihan. "Tapi, aku setuju dengan keluhan itu. Kamu tidak mengaca, Lex. Seharusnya kamu tidak melakukan itu di sini."Alex mengernyit. "Kamu itu sahabatku atau bukan? Kok kamu malah membela mereka."Brian mengambil tempat duduk di depan Alex, yang terhalang meja kerja berukuran lumayan besar. "Dalam ha

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Terkena Mental

    Rachel tampak tak percaya dengan cerita yang baru saja Shania ceritakan. "Jadi, kamu pernah meminta dijodohkan dengan Alex?""Ya. Tapi, terlambat." Shania tersenyum miris. Pandangannya kembali menerawang. Bayangan pernikahan yang ia bayangkan akan indah, tercoreng dengan pemaksaan yang Alex lakukan dalam keadaan mabuk. Telah membuat hatinya sakit, Shania memilih untuk melupakan apa yang telah terjadi. Kini ia harus membuka lembaran baru dengan melupakan sosok Alex yang seharusnya sejak awal tidak pernah melamarnya "Pernikahanku dengan Alex adalah sebuah kesalahan. Aku yang terlalu bahagia sampai mengabaikan kebahagiaanku yang sebenarnya." Shania menatap Rachel yang tampak benderai air mata. "Alex tak pernah mencintaiku, seharusnya aku sadari itu sejak awal. Dan bukannya malah meminta ayah dan ibu melamarkannya untukku.""Tapi, waktu itu Alex menolak," sahut Rachel berusaha menghapus air mata di pipinya. "Ya, karena Alex menolak itu seharusnya aku tidak menerimanya saat ia gantian

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Menjelang Pernikahan

    Pagi hari menjelang saat orang-orang yang Nyonya Sebastian pilih untuk mendandani Shania datang, sang calon pengantin wanita malah terlihat tak bersemangat. Shania tampak lesu dan tak bergairah. Alhasil, ia baru dirias saat hari sudah menjelang siang.Setelah semalam berbincang dengan Alex, Shania merasa ragu untuk melanjutkan pernikahannya dengan teman masa kecilnya itu. 'Tapi, sebelumnya tidak ada ucapanmu tentang bakti pada kedua orang tua kita, Lex.'Masih terbayang di benak Shania saat rasa terkejut hadir setelah Alex mengatakan alasan menikahinya. 'Lantas, apakah menurutmu kita tidak perlu berbakti kepada mereka?''Berbakti pada kedua orang tua tidak harus dengan cara ini. Masih ada cara lain.''Oke. Lantas, kalau kamu tidak mau melakukan apa yang aku katakan, apakah menggagalkan rencana pernikahan kita besok adalah solusinya?'Shania bingung harus menjawab apa. Satu sisi ia tidak suka alasan Alex menikahinya karena rasa ingin berbakti pada kedua orang tua. Tapi, di sisi yang

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Perubahan Menjelang Pernikahan

    Meskipun kaget, tapi nyatanya Shania senang mendapat lamaran dari Alex tersebut. Ia lupa bahkan mungkin tak peduli akan hubungan Alex dengan Maura. Sebab yang ia tahu, perempuan itu pergi ke luar negeri untuk meningkatkan karirnya di dunia desain. Shania tidak bertanya kepada Alex mengenai hubungannya dengan Maura. Ia kadung bahagia dan memilih untuk diam hingga pernikahan terjadi. "Baiklah, kalau kalian memang setuju. Kita tinggal cari tanggal pernikahan yang pas. Tapi, sebelumnya kami mau kamu dan orang tuamu datang langsung ke rumah ini secara resmi untuk melamar Shania. Kami mau lamaran dan pernikahan diselenggarakan secara terbuka agar semua masyarakat tahu bahwa kalian menikah bukan karena masalah.""Tentu saja, Om. Aku juga memang mau peristiwa sakral ini dilangsungkan secara terbuka. Biar semua orang tahu status aku dan Shania."Alex benar-benar meyakinkan Shania juga kedua orang tua temannya itu bahwa ia bersungguh-sungguh menjalin hubungan serius, yakni pernikahan. Bahkan

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Berkisah

    Dua tahun sebelumnya. Shania berlari mencari ibunya setelah pulang dari tempatnya bekerja."Bu! Ibu!" teriak Shania ketika sudah berada di ruang tengah, yakni ruangan megah yang kerap dijadikan tempat berkumpulnya keluarga. "Ibu di dapur!" Teriakan wanita lainnya menggema di rumah besar tersebut. Shania tersenyum, ia lalu berlari menuju dapur di mana ibunya berada. Tapi, ia tidak menemukan sang ibu ada di sana. Merasa heran, Shania pun kembali berteriak. "Bu! Di dapur mana sih? Kok enggak ada.""Dapur belakang," sahut ibunya lagi. Menambah langkahnya sekian meter ke belakang, akhirnya Shania berhasil menemukan ibunya. Wanita itu terlihat berantakan dengan noda tepung menempel di muka dan tangannya. "Ada apa teriak-teriak? Kaya tinggal di hutan aja," sahutnya kesal —sama sekali tidak menyadari bahwa rumah yang ditempati itu memang seperti hutan kecil sebab memiliki luas area yang luar biasa. "Ibu lagi ngapain?" tanya Shania seraya berjalan mendekat, lalu mencium pipi kiri dan ka

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Mengungkap Satu Rahasia

    Suasana senja terlihat begitu memukau dalam pandangan Shania yang berdiri di jendela kamar. Pepohonan yang berdiri di luar menambah ketenangan yang perempuan itu sudah lama tidak rasakan. Mentari sudah mulai menurun mendekati garis horizontal yang tak tampak. Warna keemasan di balik pepohonan rindang, membuat Shania penasaran dan mencoba mendongak, mencari. Saat Shania masih menikmati pemandangan menakjubkan di luar sana, tiba-tiba terdengar pintu terbuka dari luar. "Ini cemilan yang kamu minta." Rachel muncul sembari membawa nampan yg cukup besar. Di atasnya terdapat banyak cemilan, juga minuman yang Shania pesan. Gadis itu meletakkan nampan di atas meja. Lalu, menghampiri sang sahabat, yang kembali menatap keluar setelah sempat menengok, menatapnya. "Kenapa kamu memilih tempat ini untuk pergi?" tanya Rachel kini berdiri di sebelah Shania. Tatapan keduanya sama-sama ke depan, memandang senja yang semakin lama semakin menghilang, berlabuh kembali ke peraduannya. "Menurut kamu b

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Berpisah

    Sekian detik berlalu semua orang menunggu Shania bicara. Hingga ketika Rachel mencolek tangannya, istri Alex itu akhirnya tersadar dari lamunan. "Rachel, maafkan aku karena sudah membuatmu khawatir." Shania mulai berkata sembari menggenggam tangan sang sahabat. Gadis di depannya menarik napas dan menunggu kalimat apa yang akan sahabatnya itu katakan. "Itu bukan masalah. Aku rela melakukan apapun supaya kamu bahagia." Linangan air mata mulai menggenang di pelupuk mata. Selepas itu Shania memandang Alex yang menatapnya angkuh. "Alex, ayo kita bercerai."Tak percaya dengan ucapan Shania, Alex sontak beranjak maju dan menghampiri istrinya itu dengan ekspresi marah. Di belakangnya, Maura terlihat bahagia dengan senyum mengembang di bibirnya. Ditatapnya Shania tanpa kata. Lalu, beralih menatap Rachel yang menunjukkan ekspresi puas. Alex seolah berkata, 'semua gara-gara kamu!'"Apakah keputusanmu itu sudah finish, Shania?" tanya Alex dengan suara pelan, tapi penuh penekanan. Shania me

āļŠāļģāļĢāļ§āļˆāđāļĨāļ°āļ­āđˆāļēāļ™āļ™āļ§āļ™āļīāļĒāļēāļĒāļ”āļĩāđ† āđ„āļ”āđ‰āļŸāļĢāļĩ
āđ€āļ‚āđ‰āļēāļ–āļķāļ‡āļ™āļ§āļ™āļīāļĒāļēāļĒāļ”āļĩāđ† āļˆāļģāļ™āļ§āļ™āļĄāļēāļāđ„āļ”āđ‰āļŸāļĢāļĩāļšāļ™āđāļ­āļ› GoodNovel āļ”āļēāļ§āļ™āđŒāđ‚āļŦāļĨāļ”āļŦāļ™āļąāļ‡āļŠāļ·āļ­āļ—āļĩāđˆāļ„āļļāļ“āļŠāļ­āļšāđāļĨāļ°āļ­āđˆāļēāļ™āđ„āļ”āđ‰āļ—āļļāļāļ—āļĩāđˆāļ—āļļāļāđ€āļ§āļĨāļē
āļ­āđˆāļēāļ™āļŦāļ™āļąāļ‡āļŠāļ·āļ­āļŸāļĢāļĩāļšāļ™āđāļ­āļ›
āļŠāđāļāļ™āļĢāļŦāļąāļŠāđ€āļžāļ·āđˆāļ­āļ­āđˆāļēāļ™āļšāļ™āđāļ­āļ›
DMCA.com Protection Status