Beranda / CEO / Pengantin Tuan Haidar / ( S2 ) Bab 141. Pernah Dikhianati

Share

( S2 ) Bab 141. Pernah Dikhianati

Penulis: Nyi Ratu
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-19 16:26:12

"Istrimu," jawab Haidar sambil berlalu dari hadapan Sisil dan Aldin.

"Haaah ... kalian ini sungguh menyebalkan!" pekik Sisil sambil mengangkat bibir atasnya.

Aldin mendekati istrinya sambil menatap wanita paruh baya itu dengan senyuman nakal. “Apa selama ini aku kurang romantis?” Aldin menarik pinggang istrinya, hingga merapat ke tubuhnya.

“Ng-nggak, Hubby, aku nggak pernah bilang seperti itu,” jawab Sisil sambil berusaha melepas tangan sang suami dari pinggangnya.

Sisil celingak-celinguk ke kiri dan ke kanan, ia malu jika terlihat oleh orang di desa itu yang tidak terbiasa dengan perlakuan romantis seperti di kota yang dilakukan di depan umum.

Namun, Aldin menarik kembali istrinya dan melingkarkan tangannya di dada sang istri sambil berbisik. "Cuaca di sini cocok ya untuk bulan madu."

“Hubby, lepasin! Nanti ada yang melihat," kata Sisil pelan.

Di rumah itu sedang ada acara pernikahan tentu saja banyak or

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Novi Jaya Yanti
Al sakit banget ya disikut sama istri.makanya dengerin istri ngomong biar ga sakit. kira2 Sisil mau ngomong apaan ya kak mimin? lanjut up ny dong
goodnovel comment avatar
Mythåsäry Zugar Zu
lanjuuuuut kak... pnsran bgt sisil mau bicra ap?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 142. Pengobat Hati

    Sisil memeluk keponakanya dengan erat. “Tante pernah merasakan itu dan hampir bercerai dengan suamiku, tapi Om kamu mengalami kecelakaan dan saat itu Tante baru tahu kalau dia hanya dijebak.”“Itu berbeda.”“Ya ... situasi Tante saat itu memang berbeda, Om Aldin hampir melakukan itu karena dijebak, lain halnya dengan Bara dan Anisa.”Sisil mengembuskan napasnya perlahan sebelum melanjutkan ucapannya. Masih terasa sakit jika teringat akan kejadian itu. Tidak bisa dipungkiri kalau masa lalu tidak akan pernah hilang dalam ingatan. Kita hanya berusaha untuk tidak mengingatnya lagi, bukan menghilangkan ingatan itu.“Sebelum mengetahui kebenarannya, dunia Tante seakan hancur, nggak ada yang bisa Tante lakukan selain mencoba menutup luka dengan rapat. Namun, Tuhan begitu baik menitipkan malaikat kecil di rahim Tante sebagai penghapus kesedihan itu, sama halnya dengan kehadiran Jennie dalam hidupmu. Dia datang untuk mengo

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-20
  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 143. Laki-laki Yang Sempurna

    “Gara kamu jahat banget!” Jennie bangun dari duduknya, lalu berjalan mendekati meja rias. “Apanya yang aneh sih?”Pria tampan yang masih tertawa itu mendekati istrinya. “Kamu nggak sadar bulu mata kamu cuma ada sebelah?”“Ah iya, aku buka saja yang ini.” Jennie mengambil bulu mata yang satunya lagi. Padahal tanpa memakai bulu mata palsu pun bulumatanya sudah lebat dan lentik.“Begini lebih baik.” Pria yang berdiri di belakangnya itu tersenyum manis padanya terlihat dari pantulan cermin.“Aku harus merapikan riasan mataku.” Jennie bangun dari duduknya. “Aku ke kamar Anisa dulu.”“Apa semua wanita seperti itu? Selalu ribet kalau berdandan,” gumamnya sambil menatap sang istri dari cermin. “Padahal dia lebih cantik kalau tidak berdandan.”Laki-laki itu menelpon orang suruhannya yang ia tugaskan untuk mengawasi ibu mertuanya setelah istriny

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-20
  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bah 144. kamu Milikku

    “Ya iyalah. Walaupun aku nggak cinta sama kamu, tapi kamu sudah menjadi suamiku. Itu artinya kamu milikku!""Oh begitu ya." Gara mengangguk-angguk sambil tersenyum. "Jadi saya ini milik kamu?""Iya!" jawab Jennie dengan tegas. Selama kamu menjadi suamiku aku nggak akan membiarkan orang lain memilikimu walau hanya sebatas angan-angan. Aku nggak rela.""Tentu saja kamu tidak akan rela membiarkan suami sebaik saya diambil orang. Kalau kamu lepas dari saya, belum tentu kamu akan mendapatkan laki-laki sempurna seperti saya.""Astaga ...!" Jennie menepok jidatnya. "Kenapa dia malah semakin parah. Kayaknya dia gila ditinggal kawin cinta pertamanya.""Saya masih waras." Gara meniup wajah istrinya, lalu berkata, "Saya bersyukur terlepas dari dia, jadi saya bisa bersamamu."Ucapan Gara membuat Jennie salah tingkah, lalu ia mencoba mengajukan pertanyaan pada suaminya yang sempurna itu."Gara ... apa kamu rela kalau milikmu diambil or

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-21
  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 145. Bukan Untukmu

    Ada sedikit rasa tidak suka saat melihat suaminya tersenyum melihat kedua mempelai. Ia pikir Gara tersenyum kepada cinta pertamanya.'Dia memang suamiku, tapi aku tidak memiliki dia seutuhnya. Cintanya masih sama seperti yang dulu, bukan untuk istrinya, tapi untuk adik iparnya,' batin Jennie sambil memandang suaminya dalam diam.Sampai acara selesai pun Jennie hanya diam saja. Ia tidak bicara sedikit pun yang membuat Gara khawatir."Apa kamu sakit?" tanya Gara kepada istrinya."Ng-nggak. Aku baik-baik aja," jawab Jennie gugup, lalu melepas genggaman tangannya."Aku mau ucapin selamat dulu kepada mereka," katanya.Gara kembali menggenggam tangan istrinya. "Saya juga ingin mengucapkan selamat. Ayo kita ke sana!"Gara menghampiri adiknya di pelaminan."Selamat untuk kalian berdua, semoga kalian bahagia sampai tua nanti. Tapi, maaf ya kami harus pulang sekarang juga, banyak pekerjaan yang menunggu saya di sana.""Iya, Bang,

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-21
  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 146. Kondom

    "Siapa? Aku?" Jennie menunjuk wajahnya sendiri. "Tentu aja nggak!"Jennie berusaha melepas pelukannya, tapi sang suami terlalu kuat untuk dilawan.'Saya tidak bisa menahannya lagi,' gumamnya dalam hati.Laki-laki itu menarik tengkuk istrinya dengan lembut, lalu menciumi bibir wanita seksi itu dengan penuh gairah. Dan akhirnya Jennie pun membalas ciuman itu."Terima kasih," ucap Gara setelah melepas ciumannya. "Cepatlah pakai bajumu, kau membuat saya kegerahan. Setelah sampai di rumah kamu harus segera mendapat hukuman yang lebih lagi supaya tidak menyiksa saya seperti ini.""Menyiksa apaan? Bukannya kamu yang seenaknya menciumku dengan alasan hukuman? Padahal kamu sendiri memang mesum."Mendengar ocehan istrinya, Gara hanya tersenyum saja. Memang benar apa yang dikatakan istrinya. Ia mengatasnamakan hukuman, padahal Gara selalu tidak tahan jika melihat bibir istrinya yang selalu menggoda."Sudah selesai?""Iya," jawab Jen

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-21
  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 147. Naskah

    "Astaga! Cepat kalian beli minum dulu!" titah Jennie kepada dua laki-laki yang sejak tadi batuk-batuk."Baik, Nona."Yas dan pengawal pribadi Gara turun dari mobil meninggalkan Tuan dan nona mudanya."Aku belanja dulu ya," kata Jennie yang juga hendak turun."Tunggu!" Gara mencekal tangan istrinya yang hendak keluar. "Kenapa saya harus pakai kondom? Saya bukan laki-laki penyakitan.""Aku tahu. Aku hanya nggak mau hamil dulu," jawab Jennie. "Jujur aja, sebenarnya aku takut melakukan itu, takut kamu pergi di saat aku hamil anakmu.""Kalau kamu tidak percaya pada saya sebaiknya jangan melakukan itu!" tegas Gara. "Sekarang pergilah belikan saya minuman, tidak perlu beli kondom, saya tidak akan melakukannya.""Gara ... aku-""Sudahlah cepat! Saya haus."Jennie terpaksa turun dari mobil sambil cemberut. Ia masuk ke dalam minimarket, lalu keluar lagi dan menghampiri suaminya."Gara ... aku boleh pinjam uang? Aku nggak ba

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-22
  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 148. Bukan Karena Rasa

    "Kata siapa?" elak Gara. "Saya makan di mana aja yang penting makanannya enak," jawabnya berbohong.Bukannya tidak mau, tapi ia memang belum pernah makan di luar selain dengan para kliennya. Itu pun ia selalu membawanya ke restoran milik keluarganya dan di ruangan privat."Jadi, kamu mau makan di situ?" Jennie terlihat senang sekali. "Ayo, Sayang, aku udah laper banget." Jennie menarik tangan suaminya sambil membuka pintu mobil.Pria tampan itu menarik tangan istrinya. "Ucapkan sekali lagi, tadi saya tidak fokus!""Apa yang harus aku ucapkan?" Jennie terlihat bingung."Ah sudahlah." Gara melepas tangan istrinya. Lalu berkata, "Kita tunggu Yas dulu, dia juga pasti lapar."'Kenapa dia selalu lupa dengan apa yang diucapkannya? Apa dia mengatakan itu tidak tulus dari hatinya?' ucap Gara dalam hatinya sambil melirik sinis istrinya."Iya." Jennie merangkul tangan suaminya sambil tersenyum.'Senyummu sangat indah,' batin Gara sambil m

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-22
  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 149. Ungkapan Cinta

    "Apa saya terlihat sepert suka menindas pegawai saya?”“Bukan terlihat, tapi memang kenyataannya kayak gitu. Apa kamu nggak sadar udah menipuku dengan kontrak kerja office girl itu? Terus mengancamku untuk menikahimu. Apa itu namanya bukan penindasan?”Jennie tersulut emosi lagi, padahal Gara bertanya dengan baik-baik. Tapi, dari ucapan laki-laki itu terdengar tidak merasa melakukannya yang membuat Jennie kesal saat mendengarnya.“Kamu menyesal menikah dengan saya?”Jennie menengadah menatap suaminya. “A-aku-”“Sudahlah. Saya sudah tahu jawaban kamu.” Gara melepas genggaman tangannya, lalu berjalan lebih dulu meninggalkan istrinya.”“Asal kamu tahu aja Gara, aku menyesal karena dulu telah mengira kamu orang jahat. Sekarang aku mencintaimu Gara, aku baru sadar kalau aku menyukaimu. Mungkin terlalu cepat dan terkesan terpaksa, tapi hatiku merasakan kebaikanmu padaku.”

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-23

Bab terbaru

  • Pengantin Tuan Haidar   PENGUMUMAN

    Terima kasih untuk kakak-kakak cantik dan kakak-kakak ganteng yang sudah mendukung novel saya ini. Tak terasa ternyata Haidar sudah menemani kalian selama setahun. Ceritanya memang belum selesai, masih ada kelanjutannya. Bagaimana kehidupan rumah tangga Gara dan Jennie setelah mamanya tahu, dan apakah mereka bisa mempertahankan pernikahannya di saat orang-orang yang membencinya berusaha untuk memisahkan mereka. Kisah si CEO bucin akan dilanjut di buku baru ya, khusus Gara dan Jennie. Novel ini sudah terlalu panjang, takut kalian mual lihat bab yang udah ratusan, hehehe .... Pemenang GA akan diumumkan di sosmed saya, i*, efbe, w*, kalau barangnya sudah datang, wkwwkk. Silakan follow i* @nyi.ratu_gesrek, atau bisa gabung di grup w*. Penilaian akan berlangsung sampai barang datang. Terima kasih banyak kakak-kakak sekalian. Mohon maaf jika cerita saya kurang memuaskan dan membuat kakak-kakak sekalian jengkel. Saya akan terus berusaha m

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 157. I Love You, Biggie ( end )

    “Dia istri saya, kamu telah menghin orang yang saya cintai.”Jennie menatap suaminya sambil tersenyum. Ia senang mendengar Gara mengakui perasaannya di depan orang lain.“Maafkan saya, Tuan. Saya tidak tahu kalau Jennie … maksudnya saya tidak tahu kalau Nona Jennie istri anda.”Sekretaris cantik terus memohon minta ampun sambil berlinang air mata, namun Gara sudah terlanjur sakit hati.“Kalau dia bukan istri saya, apa kamu berhak menghina sesama kaummu seperti itu?”“Maafkan saya, Tuan, tolong jangan pecat saya!”“Saya tidak mau mempekerjakan orang-orang berhati busuk sepertimu.”“Sayang, berilah dia kesempatan sekali lagi, mungkin kalau aku ada di posisi dia, aku akan lebih parah dari itu.”Jennie merasa bersalah kepada sekretaris suaminya karena dirinyalah, wanita itu dipecat.“Saya tahu. Tapi, saya tidak suka melihat orang yang telah

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 156. Kamu Saya Pecat!

    “Hati-hati, Bos!”“Saya sudah jatuh, Biggie!" kesal Gara.“Ya udah ayo bangun!” Jennie membantu Gara yang tersungkur karena terkejut melihatnya masih bekerja sebagai office girl di kantornya sendiri.“Kenapa kamu ada di sini?” tanya Gara setelah bangun dan berdiri.“Aku kan masih kerja di sini, Bos,” jawab Jennie sambil tersenyum.“Tidak perlu kerja lagi, kamu tunggu saya pulang kerja saja di rumah!”“Aku bosan di rumah terus.”“Kamu bisa jalan-jalan atau belanja bersama Anisa atau Mommy. Kamu cari kegiatan lain, tapi jangan bekerja di sini!”“Kenapa? Kamu malu kalau sampai orang lain tahu kalau istri dari CEO Mannaf Group ternyata hanya seorang office girl?”“Bukan itu maksudnya. Saya hanya tidak ingin kamu kerja lagi. Kamu istirahat saja ya, biar saya yang mencari uang untuk kamu.”“Kontr

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 155. Ambyar

    "Bukan apa-apa," jawab Jennie sambil berjalan keluar dari kamar."Biggie, saya yakin ada yang kamu sembunyikan.""Nggak ada. Besok kamu udah mulai kerja lagi, pasti pulangnya malam dan capek 'kan? Mana mungkin kita bisa bercanda seperti tadi lagi.""Saya akan meluangkan banyak waktu untukmu. Kamu tenang saja, kali ini saya tidak akan pulang malam."Jennie menghentikan langkah kakinya, lalu berbalik menghadap Gara."Jangan kayak gitu. Lakukanlah kegiatanmu seperti sebelumnya. Aku nggak mau menjadi pengganggumu, lagian kita 'kan bisa menghabiskan waktu seharian di akhir pekan."Gara tersenyum menanggapi ucapan istrinya. "Saya bersyukur mempunyai istri sepertimu."Pria yang memakai kaus berwarna putih dengan dipadukan celana panjang berwarna krem menggenggam tangan istrinya, lalu melanjutkan langkahnya menuju ruang makan.Mereka makan sambil suap-suapan yang membuat seisi rumah itu berbahagia melihat Tuan dan nona mudanya be

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 154. Permainan Pengantin Baru

    Jennie juga melakukan hal yang sama seperti suaminya. “Aku juga mencintaimu.”Kedua pasangan pengantin baru itu sedang berbahagia. Mereka menghabiskan waktu di dalam kamar dengan bermain kertas gunting batu. Yang kalah akan menuruti perintah yang menang.“Kamu kalah suamiku,” kata Jennie sambil tertawa.“Apa yang harus saya lakukan?”“Buatkan aku jus jeruk!” titah Jennie.“Baiklah, saya akan melakuknanya.”“Tapi haus kamu yang membutanya, jangan menyuruh Bibi.”“Iya ….” Gara turun dari tempat tidur, lalu pergi ke dapur untuk membuatkan minuman sang istri.“Kapan lagi memerintah CEO,” kata Jennie sambil tertawa setelah suaminya keluar dari kamar. “Belum tentu aku bisa bersamanya terus,” lanjutnya dengan pelan. “Aku takut Mama tahu pernikahan ini?”Beberapa menit kemudian sang suami masuk den

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 153. Benci

    Gara bangun dan berdiri. "Saya mau pakai baju dulu."Laki-laki tampan itu buru-buru masuk ke dalam kamar mandi.Jennie bangun dan terduduk sambil memerhatikan suaminya. "Katanya mau pakai baju, tapi kenapa malah masuk lagi ke dalam kamar mandi?" gumamnya."Kenapa adik saya bangun hanya karena saya menindihnya?" gumam Gara saat berada di bawah pancuran air. Berharap sang adik tenang dan kembali tertidur. "Kalau Biggie tahu, ini sangat memalukan."Setelah beberapa menit Gara keluar dari kamar mandi dan langsung pergi ke ruang ganti. Laki-laki itu menghampiri istrinya setelah berpakaian."Lehermu tidak apa-apa 'kan?" Gara duduk di samping istrinya . "Maafkan saya ya!"Jennie memiringkan duduknya menghadap sang suami. "Gara, apa kamu sadar saat tadi kamu bilang kalau kamu mencintai saya?"Bukannya menjawab laki-laki tampan itu malah menyentil kening istrinya dengan keras."Sakit, Garangan!" Jennie mengusap-usap keningnya samb

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 152. Pengakuan Gara

    "Apa kamu mencoba menukar keperawananku dengan motor ini?"“Kamu itu istri saya, kenapa kamu berbicara seperti itu kepada suamimu?”Gara tersinggung dengan ucapan istrinya karena dia menyiapkan motor itu setelah resmi menjadi suami Jennie.Ia hanya ingin memfasilitasi istrinya supaya wanita yang telah sah menjadi pendamping hidupnya itu bisa aman berkendara dengan motor barunya karena motor lamanya sudah tidak layak pakai."Bukannya kamu bilang nggak mau melakukannya kalau aku belum siap? Kalau ngomong tuh jangan asal keluar terus dilupain, kayak kentut aja.”Gara menatap istrinya dengan tatapan tajam, lalu pergi meninggalkan wanita itu. Ia kembali ke kamar dan langsung berendam air hangat untuk melemaskan otot-ototnya.“Kenapa saya selalu lupa dengan apa yang saya ucapkan padanya. Saya pasti terlihat seperti laki-laki bodoh yang plin plan,” ucapnya sambil menengadahkan kepalanya dengan tangan bersandar pa

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 151. Motor Butut

    "Bukannya kamu rindu dengan keluargamu," sahut Gara sambil berjalan menghampiri istrinya."Mereka ada di mana?" tanya Jennie tanpa mengalihkan pandangannya pada layar ponsel. Ia tersenyum bahagia saat melihat adik satu-satunya."Di rumah keluarga barunya. Ibu kamu sudah menikah lagi dan mereka hidup bahagia bersama adikmu.""Kenapa Mama nggak bilang sama aku kalau mau menikah? Kenapa Mama melupakanku?"Gara mencengkram dagu istrinya dengan lembut. "Hey, Cantik! Apa kamu memberitahu ibumu kalau kamu sudah menikah dengan saya?""Benar juga," sahutnya. "Tapi, aku punya alasan sendiri kenapa nggak bilang sama Mama." Jennie menepis tangan suaminya."Ibu kamu juga punya alasan sendiri.""Kamu tahu dari mana?""Jangan lupakan siapa suamimu ini?""Maaf, aku lupa soal itu," jawabnya sambil melirik dengan sinis suaminya."Jangan bersedih!" Gara membelai lembut rambut sang istri yang tergerai indah."Kenapa dia

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 150. Sebuah Rekaman

    “Ya saya ingin merekam suara kamu,” jawab Gara pelan sambil tersenyum.“Sejak tadi kamu udah denger ‘kan, apa yang aku katakan?” tukas Jennie yang dijawab dengan anggukkan kepala oleh suaminya. “Kamu memang menyebalkan Gara.”Jennie menggelengkan kepala sambil menggeser duduknya membelakangi sang suami. “Kena kutukan apa aku ini? Bisa-bisanya jatuh cinta kepada laki-laki seperti dia. Laki-laki narsis, dingin, angkuh, dan sangat menyebalkan."“Salah saya apa? Saya hanya ingin merekam suara kamu, itu aja. Saya ingin menyimpannya sebagai pengingat kalau saya sedang merindukanmu.”Jennie menoleh pada suaminya, lalu berkata, “Salah kamu apa? Astaga, ini CEO punya otak apa nggak sih? Tensi darahku bisa naik ini." Jennie menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya perlahan. "Aku harus tetap menjaga kewarasanku," ucapnya sambil mengipasi wajah menggunakan telapak tangan."Biggie, saya ha

DMCA.com Protection Status