Beranda / CEO / Pengantin Tuan Haidar / Bab 24. Hidangan Penutup

Share

Bab 24. Hidangan Penutup

Penulis: Nyi Ratu
last update Terakhir Diperbarui: 2021-02-13 19:35:18

“Sempurna,” jawab Haidar sambil mengacungkan jempolnya yang masih blepotan sambal dan bumbu ikan gurame bakar.

Andin langsung memeluk Haidar dari samping, tangannya ia lingkarkan di leher sang suami. Kemudian ia mencium pipi suaminya berkali-kali. 

Haidar yang mendapat serangan mendadak dari istrinya hanya diam mematung tanpa bisa berkata-kata lagi. Ia syok mendapat ciuman dadakan. Sudah diberi makan enak ditambah hidangan penutup yang super enak. 

“Astaga!” Sisil memejamkan matanya melihat adegan romantis suami istri di depannya. “Gue tahu, kalian udah halal, tapi tolonglah jangan ciuman di depan gue! Kasihanilah si Jotik ini,” ujar Sisil sambil memejamkan matanya.

“Nggak usah lebay, buka mata lo!” titah Andin sambil melempar irisan timun ke arah Sisil.

Andin sudah duduk kembali di kursinya saat Sisil membuka mata “Jotik siapa sih? Penyanyi dangdut itu ya?” tanya Andin pada Sisil.

<

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Tira Jun
kok pipi memerah ky tomat busuk sih thorr,, 😂😂🤣🤣
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 25. Terpesona Senyuman Sang Pelayan

    “Aku mau minta izin, ke rumah Bunda, sebentar,” jawab Andin. Kemudian ia bangun dari duduknya menghampiri Haidar.“Aku antar,” sahut Haidar. Ia berbalik badan menghadap Andin yang sedang berjalan menghampirinya.“Nggak usah. Aku mau nganter Sisil dulu, terus ke rumah sakit, jengukin Kak Fadil, abis itu baru ke rumah Bunda,” kata Andin. Ia nggak mau diantar suaminya karena merasa nggak bebas, apa lagi para bodyguard-nya pasti ikut.“Setelah dari rumah Bunda, kita langsung ke rumah Mami,” kata Haidar. “Apa kamu mau ke tempat lain, yang aku nggak boleh tahu?” Haidar menyipitkan matanya.“Nggak,” jawab Andin. “Ya udah, Om boleh ikut, tapi para bodyguard kamu nggak boleh ikut!” Andin merasa tidak nyaman kalau selalu diikuti para bodyguard.“Ok,” sahut Haidar. “Aku ganti baju dulu.” Haidar pergi ke ruang ganti.“Aku tungggu di luar,” kata Andin. “Punya laki ribet banget ya, ngintilin mulu, ‘kan gue jadi nggak bebas,” gumam Andin sambil menutup pintu kam

    Terakhir Diperbarui : 2021-02-14
  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 26. Menantu Tuan Rumah

    Tanpa banyak bertanya lagi, Haidar mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Tidak ada yang bersuara di dalam mobil. Haidar maupun Andin, mereka diam mematung. Sisil tampak canggung berada di antara Andin dan suaminya.“Tumben banget tuh si Andin diem aja, apa dia keselek biji rambutan? Gue tidur aja ah, dari pada bengong, entar gue ketempelan lagi,” ucap Sisil dalam hati. Ia pun mengatur posisi ternyamannya dan segera memejamkan mata.Dengan mudahnya Sisil terlelap. Rasa kenyang setelah makan siang membuatnya merasa sangat mengantuk. Tidak sulit baginya untuk pergi ke alam mimpi secepatnya.Di dalam mobil tidak ada yang bersuara untuk memulai percakapan. Andin merasa bosan, ia menoleh pada suaminya yang fokus dengan kemudi. “Nih orang serius amat,” batin Andin. Lalu ia menoleh ke belakang. “Si kampret tidur, pantesan nggak ada suaranya,” kata Andin saat melihat sahabatnya tertidur pulas.Andin kembali menoleh pada suaminya. Bukan Andin yang betah berlam

    Terakhir Diperbarui : 2021-02-15
  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 27. Kehebohan Andin

    “Aww ….” Andin mengaduh. Lalu membuka mata sambil mengusap-usap kepalanya yang terbentur lemari tempat menyimpan boneka kelinci miliknya. Andin pun segera turun dari gendongan sang suami. “Om, sengaja ‘kan supaya aku gegar otak.” Andin menuduh Haidar sengaja membenturkan kepalanya pada lemari.“Aku beneran nggak sengaja, mamf ya!” ucap Haidar tampak menyesali perbuatannya. Ia mengusap-usap dengan lembut kepala Andin. “Sakit ya?”“Ya iyalah,” jawab Andin dengan ketus. Lalu ia berjalan sempoyongan menuju tempat tidur.“Hati-hati!” Dengan sigap Haidar menangkap tubuh sang istri ketika hendak terjatuh. Lalu ia membopong dan membaringkannya di tempat tidur berselimutkan sprei berwarna ungu, persis seperti kamarnya yang ada di rumah sang suami. Haidar sengaja membuat kamar yang persis seperti kamarnya di sini supaya Andin tidur di kamarnya sen

    Terakhir Diperbarui : 2021-02-16
  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 28. Keluarga Gesrek

    “Abang …!” Andin berteriak sambil memukuli saudara kembarnya. “Aku ‘kan udah bilang, jangan sampai Bunda tahu. Abang jahat! Udah nggak sayang lagi sama adek,” cerocos Andin sambil mengerucutkan bibirnya.“Abang lupa, Dek,” jawab Aldin sambil tertawa. Aldin bisa tertawa lepas hanya dengan adik kesayangannya saja. Ia tidak punya banyak teman karena Aldin sangat pemilih dalam berteman.“Adek, tolong jelasin sama Bunda, siapa guru olah raga itu!” Bunda Anin duduk di depan anak perempuannya.“Dia namanya Pak Cahyo. Dulu waktu pacaran sama adek, usianya udah dua puluh tujuh tahun, tapi dia masih perjaka, Bun, belum punya istri. Yang penting ‘kan adek nggak pacaran sama suami orang.” Andin menjelaskannya sambil menunduk.“Dulu kamu pernah pacaran sama yang lebih tua, bahkan jarak usiannya jauh lebih tua dibandingkan dengan

    Terakhir Diperbarui : 2021-02-17
  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 29. Menantu Kesayangan

    “Udahlah, Bunda, jangan terlalu dipikirkan! Walaupun mereka cuma pura-pura mesra, seenggaknya mereka udah membiasakan diri untuk bersikap mesra. Lama kelamaan juga akan terbiasa bermesraan dan nggak mau dipisahkan. Tuhan sudah menyatukan mereka dengan cara yang tidak biasa, itu artinya mereka memang berjodoh. Kita berdoa saja untuk kebahagiaan adek,” ujar Aldin menenangkan hati sang bunda. Kemudain ia beranjak dan berdiri, lalu pergi menuju kamarnya.“Betul yang dikatakan Abang,” sahut Nenek Marisa. “Anak sama emak, lebih pintar anaknya,” cibir Nenek Marisa pada putrinya sambil mencebikkan bibir.“Yaelah, Ma, dia pintar pasti mirip orang tuanya,” sahut Bunda Anin tidak mau kalah.“Iya, dia cerdas mirip Ayahnya,” jawab Nenek Marisa. “Kalo Andin sama kamu, mirip, bagai pinang dibelah rata, sama-sama centil,” imbuhnya sambil tersenyum. Lalu pergi meninggalkan anaknya di ruang keluarga.“Terserah Mama ajalah,” sahut Bun

    Terakhir Diperbarui : 2021-02-18
  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 30. Ancaman Andin

    “Ayo kita masuk, Sayang. Mami mau masak sendiri untuk menantu Mami yang cantik ini,” kata Mami Inggit sambil menjawil dagu menantunya.“Aku bantuin ya, Mi,” kata Andin. Ia ingin mengenal lebih dekat lagi dengan mertuanya.“Boleh, Sayang,” balas Mami Inggit. Ia pun beranjak dari duduknya, lalu mengulurkan tangannya pada sang menantu.Andin menerima uluran tangan mertuanya sambil tersenyum, mereka berjalan sambil bergandengan tangan.“Dapat anugerah mertua yang baik hati kayak gini tuh rasanya sesuatu banget. Mami merasa dapat musibah nggak ya, dapat menantu kayak gue,” kata Andin dalam hati. Kali ini ia menahan senyumnya agar sang mertua tidak menganggapnya aneh karena tersenyum-senyum sendiri.“Menantu sama mertua , akur bener!” seru Papi Mannaf sambil tersenyum bahagia melihat istri dan menantunya yang berjalan sambil b

    Terakhir Diperbarui : 2021-02-19
  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 31. Terbongkarnya Rencana Haidar

    “Pi, kita ke kamar yuk!” Mami Inggit menarik tangan sang suami yang sedang sibuk dengan ponselnya.“Masih sore, Mi, baru juga jam enam. Emangnya Mami udah ngebet banget ya?” tanya Papi Mannaf sambil tersenyum menggoda sang istri. “Ntar malam aja ya, kalo anak dan menantu kita udah pulang,” imbuhnya. Papi Mannaf pun kembali sibuk dengan ponselnya.“Papi, mikir apaan sih? Udah tua juga masih mesum aja pikirannya,” tukas Mami Inggit yang tahu maksud dari ucapan suaminya.Papi Mannaf menoleh pada sang istri. “Lah terus, Mami mau ngapain ngajakin ke kamar?” tanya Papi Mannaf.“Udah, Papi ikut aja!” kata Mami Inggit. “Ini tentang Haidar dan Andin,” bisik Mami Inggit pada suaminya. Ia tidak mau membicarakan masalah ini di tempat lain yang bisa di dengar oleh anak dan menantunya.“Ada apa dengan mer

    Terakhir Diperbarui : 2021-02-20
  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 32. Om Kesayangan

    “Papi sama Mami habis ngapain?” tanya Haidar yang memergoki orang tuanya sedang bermesraan di depan kamar.“Ma-mami nggak ngapa-ngapain,” sangkal sang mami yang terlihat gugup.“Mau ngapa-ngapain juga, itu hak Mami dan Papi. Kamu kalo iri, ya lakuin juga sana sama istri kamu,” kata Papi Mannaf sambil tersenyum. Ia sengaja berbicara seperti itu untuk menggoda anaknya.“Udah pada tua juga, nggak tahu waktu,” kata Haidar sambil berlalu meninggalkan orang tuanya yang sedang bermesraan. Haidar nggak habis pikir dengan kelakuan orang tuanya yang sudah tidak muda lagi, bisa-bisanya bermesraan seperti itu.“Papi sih,” kata Mami Inggit. “Pasti dia mikirnya kita ngapa-ngapain,” lanjutnya sembari melepas tangan sang suami yang merangkul bahunya. Lalu berjalan cepat menuju meja makan.“Lah terus kenapa?” tany

    Terakhir Diperbarui : 2021-02-21

Bab terbaru

  • Pengantin Tuan Haidar   PENGUMUMAN

    Terima kasih untuk kakak-kakak cantik dan kakak-kakak ganteng yang sudah mendukung novel saya ini. Tak terasa ternyata Haidar sudah menemani kalian selama setahun. Ceritanya memang belum selesai, masih ada kelanjutannya. Bagaimana kehidupan rumah tangga Gara dan Jennie setelah mamanya tahu, dan apakah mereka bisa mempertahankan pernikahannya di saat orang-orang yang membencinya berusaha untuk memisahkan mereka. Kisah si CEO bucin akan dilanjut di buku baru ya, khusus Gara dan Jennie. Novel ini sudah terlalu panjang, takut kalian mual lihat bab yang udah ratusan, hehehe .... Pemenang GA akan diumumkan di sosmed saya, i*, efbe, w*, kalau barangnya sudah datang, wkwwkk. Silakan follow i* @nyi.ratu_gesrek, atau bisa gabung di grup w*. Penilaian akan berlangsung sampai barang datang. Terima kasih banyak kakak-kakak sekalian. Mohon maaf jika cerita saya kurang memuaskan dan membuat kakak-kakak sekalian jengkel. Saya akan terus berusaha m

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 157. I Love You, Biggie ( end )

    “Dia istri saya, kamu telah menghin orang yang saya cintai.”Jennie menatap suaminya sambil tersenyum. Ia senang mendengar Gara mengakui perasaannya di depan orang lain.“Maafkan saya, Tuan. Saya tidak tahu kalau Jennie … maksudnya saya tidak tahu kalau Nona Jennie istri anda.”Sekretaris cantik terus memohon minta ampun sambil berlinang air mata, namun Gara sudah terlanjur sakit hati.“Kalau dia bukan istri saya, apa kamu berhak menghina sesama kaummu seperti itu?”“Maafkan saya, Tuan, tolong jangan pecat saya!”“Saya tidak mau mempekerjakan orang-orang berhati busuk sepertimu.”“Sayang, berilah dia kesempatan sekali lagi, mungkin kalau aku ada di posisi dia, aku akan lebih parah dari itu.”Jennie merasa bersalah kepada sekretaris suaminya karena dirinyalah, wanita itu dipecat.“Saya tahu. Tapi, saya tidak suka melihat orang yang telah

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 156. Kamu Saya Pecat!

    “Hati-hati, Bos!”“Saya sudah jatuh, Biggie!" kesal Gara.“Ya udah ayo bangun!” Jennie membantu Gara yang tersungkur karena terkejut melihatnya masih bekerja sebagai office girl di kantornya sendiri.“Kenapa kamu ada di sini?” tanya Gara setelah bangun dan berdiri.“Aku kan masih kerja di sini, Bos,” jawab Jennie sambil tersenyum.“Tidak perlu kerja lagi, kamu tunggu saya pulang kerja saja di rumah!”“Aku bosan di rumah terus.”“Kamu bisa jalan-jalan atau belanja bersama Anisa atau Mommy. Kamu cari kegiatan lain, tapi jangan bekerja di sini!”“Kenapa? Kamu malu kalau sampai orang lain tahu kalau istri dari CEO Mannaf Group ternyata hanya seorang office girl?”“Bukan itu maksudnya. Saya hanya tidak ingin kamu kerja lagi. Kamu istirahat saja ya, biar saya yang mencari uang untuk kamu.”“Kontr

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 155. Ambyar

    "Bukan apa-apa," jawab Jennie sambil berjalan keluar dari kamar."Biggie, saya yakin ada yang kamu sembunyikan.""Nggak ada. Besok kamu udah mulai kerja lagi, pasti pulangnya malam dan capek 'kan? Mana mungkin kita bisa bercanda seperti tadi lagi.""Saya akan meluangkan banyak waktu untukmu. Kamu tenang saja, kali ini saya tidak akan pulang malam."Jennie menghentikan langkah kakinya, lalu berbalik menghadap Gara."Jangan kayak gitu. Lakukanlah kegiatanmu seperti sebelumnya. Aku nggak mau menjadi pengganggumu, lagian kita 'kan bisa menghabiskan waktu seharian di akhir pekan."Gara tersenyum menanggapi ucapan istrinya. "Saya bersyukur mempunyai istri sepertimu."Pria yang memakai kaus berwarna putih dengan dipadukan celana panjang berwarna krem menggenggam tangan istrinya, lalu melanjutkan langkahnya menuju ruang makan.Mereka makan sambil suap-suapan yang membuat seisi rumah itu berbahagia melihat Tuan dan nona mudanya be

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 154. Permainan Pengantin Baru

    Jennie juga melakukan hal yang sama seperti suaminya. “Aku juga mencintaimu.”Kedua pasangan pengantin baru itu sedang berbahagia. Mereka menghabiskan waktu di dalam kamar dengan bermain kertas gunting batu. Yang kalah akan menuruti perintah yang menang.“Kamu kalah suamiku,” kata Jennie sambil tertawa.“Apa yang harus saya lakukan?”“Buatkan aku jus jeruk!” titah Jennie.“Baiklah, saya akan melakuknanya.”“Tapi haus kamu yang membutanya, jangan menyuruh Bibi.”“Iya ….” Gara turun dari tempat tidur, lalu pergi ke dapur untuk membuatkan minuman sang istri.“Kapan lagi memerintah CEO,” kata Jennie sambil tertawa setelah suaminya keluar dari kamar. “Belum tentu aku bisa bersamanya terus,” lanjutnya dengan pelan. “Aku takut Mama tahu pernikahan ini?”Beberapa menit kemudian sang suami masuk den

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 153. Benci

    Gara bangun dan berdiri. "Saya mau pakai baju dulu."Laki-laki tampan itu buru-buru masuk ke dalam kamar mandi.Jennie bangun dan terduduk sambil memerhatikan suaminya. "Katanya mau pakai baju, tapi kenapa malah masuk lagi ke dalam kamar mandi?" gumamnya."Kenapa adik saya bangun hanya karena saya menindihnya?" gumam Gara saat berada di bawah pancuran air. Berharap sang adik tenang dan kembali tertidur. "Kalau Biggie tahu, ini sangat memalukan."Setelah beberapa menit Gara keluar dari kamar mandi dan langsung pergi ke ruang ganti. Laki-laki itu menghampiri istrinya setelah berpakaian."Lehermu tidak apa-apa 'kan?" Gara duduk di samping istrinya . "Maafkan saya ya!"Jennie memiringkan duduknya menghadap sang suami. "Gara, apa kamu sadar saat tadi kamu bilang kalau kamu mencintai saya?"Bukannya menjawab laki-laki tampan itu malah menyentil kening istrinya dengan keras."Sakit, Garangan!" Jennie mengusap-usap keningnya samb

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 152. Pengakuan Gara

    "Apa kamu mencoba menukar keperawananku dengan motor ini?"“Kamu itu istri saya, kenapa kamu berbicara seperti itu kepada suamimu?”Gara tersinggung dengan ucapan istrinya karena dia menyiapkan motor itu setelah resmi menjadi suami Jennie.Ia hanya ingin memfasilitasi istrinya supaya wanita yang telah sah menjadi pendamping hidupnya itu bisa aman berkendara dengan motor barunya karena motor lamanya sudah tidak layak pakai."Bukannya kamu bilang nggak mau melakukannya kalau aku belum siap? Kalau ngomong tuh jangan asal keluar terus dilupain, kayak kentut aja.”Gara menatap istrinya dengan tatapan tajam, lalu pergi meninggalkan wanita itu. Ia kembali ke kamar dan langsung berendam air hangat untuk melemaskan otot-ototnya.“Kenapa saya selalu lupa dengan apa yang saya ucapkan padanya. Saya pasti terlihat seperti laki-laki bodoh yang plin plan,” ucapnya sambil menengadahkan kepalanya dengan tangan bersandar pa

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 151. Motor Butut

    "Bukannya kamu rindu dengan keluargamu," sahut Gara sambil berjalan menghampiri istrinya."Mereka ada di mana?" tanya Jennie tanpa mengalihkan pandangannya pada layar ponsel. Ia tersenyum bahagia saat melihat adik satu-satunya."Di rumah keluarga barunya. Ibu kamu sudah menikah lagi dan mereka hidup bahagia bersama adikmu.""Kenapa Mama nggak bilang sama aku kalau mau menikah? Kenapa Mama melupakanku?"Gara mencengkram dagu istrinya dengan lembut. "Hey, Cantik! Apa kamu memberitahu ibumu kalau kamu sudah menikah dengan saya?""Benar juga," sahutnya. "Tapi, aku punya alasan sendiri kenapa nggak bilang sama Mama." Jennie menepis tangan suaminya."Ibu kamu juga punya alasan sendiri.""Kamu tahu dari mana?""Jangan lupakan siapa suamimu ini?""Maaf, aku lupa soal itu," jawabnya sambil melirik dengan sinis suaminya."Jangan bersedih!" Gara membelai lembut rambut sang istri yang tergerai indah."Kenapa dia

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 150. Sebuah Rekaman

    “Ya saya ingin merekam suara kamu,” jawab Gara pelan sambil tersenyum.“Sejak tadi kamu udah denger ‘kan, apa yang aku katakan?” tukas Jennie yang dijawab dengan anggukkan kepala oleh suaminya. “Kamu memang menyebalkan Gara.”Jennie menggelengkan kepala sambil menggeser duduknya membelakangi sang suami. “Kena kutukan apa aku ini? Bisa-bisanya jatuh cinta kepada laki-laki seperti dia. Laki-laki narsis, dingin, angkuh, dan sangat menyebalkan."“Salah saya apa? Saya hanya ingin merekam suara kamu, itu aja. Saya ingin menyimpannya sebagai pengingat kalau saya sedang merindukanmu.”Jennie menoleh pada suaminya, lalu berkata, “Salah kamu apa? Astaga, ini CEO punya otak apa nggak sih? Tensi darahku bisa naik ini." Jennie menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya perlahan. "Aku harus tetap menjaga kewarasanku," ucapnya sambil mengipasi wajah menggunakan telapak tangan."Biggie, saya ha

DMCA.com Protection Status