Selena mengumpat Sierra habis habisan. Tak lama dari kepergian Sierra, Seina pulang ke rumah dan heran melihat kakak nya marah marah. "Kakak kenapa?" Seina bertanya dengan raut heran. Dengan napas memburu, Selena menjawab nya dengan kasar. "Perempuan yang kamu anggap adik itu baru saja dari sini. Dasar perempuan murahan!" pekik nya. "Sierra? Bagai mana dia tau alamat kita? Terus, dia ke mana?" Rentetan pertanyaan lolos begitu saja dari mulut nya karena rasa penasaran yang begitu besar. Selena menatap tajam ke arah Seina, "Apa kamu masih menganggap dia keluarga, hah! Gara gara dia, kita jadi seperti ini!" "Kak! Cukup! Jangan selalu menyalahkan Sierra, dia tidak ada salah apa apa. Harus nya, kakak tanya diri kakak sendiri kenapa kita sampai terusir sejauh ini!" Seina mengambil kembali tasnya yang sebelum nya ia gantung di balik pintu, lalu keluar rumah entah ke mana. "Pergi kamu sekalian! Dasar brengsek kalian!" umpat Selena dari dalam. Seina sudah muak dengan sikap dan tingkah l
Sierra mengekor dari belakang, hati nya sedikit tenang saat mendengar kata kata pria itu yang begitu memperhatikan nya. Meski pun mereka baru satu minggu dekat, tetapi perasaan mereka seperti sudah mengenal lama. Di dalam mobil, Ryu tersenyum kecil melihat dari kaca spion yang ada di bagian luar mobil. Gadis itu sedang memandang ke arah nya dan menungguinya pergi tentu saja. Pria itu lantas menjadi semangat hari ini, setidaknya dia bisa merasakan kalau Sierra menganggap nya ada.Setelah Ryu benar benar menghilang di tikungan pagar, Sierra kembali ke dalam rumah. Perut nya sudah kenyang, tetapi masih ingin makan kembali. Kebetulan nasi goreng tadi masih ada, gadis itu langsung menuju ke meja makan. "Loh, Bik. Nasi goreng sisa tadi pagi, ke mana ya?" Sierra terkejut melihat meja makan terbuat dari batu marmer itu telah bersih. "Oh, bibik simpan di dapur, Non. Kirain sudah tidak mau makan lagi," jawab wanita tua itu. "Non Sierra mau makan lagi?" sambung nya lagi, Bik Nani terlihat her
Part 20_"Kamu jangan bertindak bodoh, Ryu! Jaga martabat keluarga kita. Kau bisa menjadi seperti sekarang ini, semua berkat siapa kalau bukan mereka!" Ucapan ayah nya kembali berdenging di telinga nya. Pria berambut abu abu itu menjadi serba salah, dia tidak ingin mengecewakan ayah nya, tetapi dia juga tidak bisa menahan perasaan nya yang semakin besar kepada Sierra Suelita. Dokter Brian Attala sudah berkali kali menyuruh anak nya untuk memulangkan Sierra Suelita ke rumah keluarga Gervaso, sebelum kedua orang tua dari Zucca itu kembali ke Indonesia. Akan tetapi, Ryu begitu berat melepaskan Sierra. Dia tidak ingin, lelaki berhati dingin itu menyakiti Sierra kembali._Perusahaan Huracán —anak perusahan dari Hugo Group— tak sengaja menjalin kerja sama dengan Edelsteen Group milik Ryu Jang Wook. Dua laki laki tampan itu akhir nya bertemu untuk membahas kerja sama yang akan mereka lakukan beberapa bulan kedepan nya. Zucca dan Ryu sama sama tidak tahu, jika mereka terhubung dengan sat
Bab 21_Zucca merasakan dada nya berdebar terus menerus, mungkin saja karena Sierra jatuh pingsan tadi.'Sial! Kenapa wajah perempuan kampung itu terus-terusan hadir!' umpat nya dalam hati. Steve memperhatikan bos muda nya itu dari kaca spion. Sejak bekerja dengan pria dingin itu, baru kali ini Steve melihat bos muda nya itu terlihat gusar. Sesekali dia mengusap kasar wajah nya. _Dokter Brian Attala segera menelepon anak nya untuk memberitahukan sesuatu yang baru saja terjadi. "Ryu, di mana kamu?" Suara Dokter Brian Attala langsung terdengar saat panggilan telepon nya terjawab. "Masih di mansion, Pa. Ada apa?" jawab Ryu Jang Wook santai."Dengar. Barusan ini, suami nya Sierra datang ke rumah. Apa dia mencurigai kamu?" "Tidak mungkin. Papa tenang aja, semua nya aman selama Papa tidak memberitahukan dia," kata Ryu sedikit menyindir ayah nya. "Kau ini! Sudah, biarkan Sierra kembali ke rumah nya. Dia itu masih istri orang, Ryu. Kau ini seperti tidak ada perempuan lain aja," ujar D
Bab 22(POV Selena dan Seina)Selepas pesta pernikahan Sierra, kedua kakak nya kembali ke kontrakan mereka dengan membawa beberapa menu pernikahan. Nyonya Yoana yang menyuruh pelayan nya untuk membungkuskan makanan yang masih layak tersebut untuk Selena dan Seina makan nanti. Gurame asam manis, sapi lada hitam, ayam goreng mentega, udang saus tiram, lobster lada hitam, beberapa buah buahan, dan aneka cemilan lain nya. Sedangkan menu Italia dan Eropa lain nya mereka memang tidak mau membawa nya.Pak Andy mengantar mereka sampai ke rumah. Sebelum berpisah, Selena dan Seina berpelukan dengan adik nya. Kini, adik nya telah mempunyai keluarga sendiri sekarang. Sebelum hari pernikahan, Nyonya Yoana telah memberi hadiah pelangkah untuk kedua kakak gadis itu. Satu set perhiasan bernilai 100 juta dan juga uang tunai sebesar lima puluh juta masing masing. "Jaga diri kalian, ya." Sierra tidak mampu lagi untuk menahan air mata nya. Tamu tamu undangan sudah mengosongkan ruangan, hanya ada mere
."Daun yang jatuh tidak pernah menyalahkan angin, begitu pun dengan keadaan kita. Seburuk apa pun kita, jangan pernah menyalahkan keadaan. "_Fabio menatap Seina lama, gadis itu merasa risih lalu menoleh ke Fabio. "Ada apa?" tanya nya salah tingkah."Aku sedikit kesal sama Selena, dia tanpa dosa mengambil milik Sierra." Fabio mengeluh."Bukan cuma Sierra aja, perhiasanku juga diambil sama dia. Malahan tadi dia mau minta 10 juta lagi sama aku," imbuh Seina kesal."Sepuluh juta? Untuk apa? Terus, uang dari mana sebanyak itu?" Fabio penasaran memberikan banyak pertanyaan. "Nyonya Yoana memberikan kami uang saku, masing masing lima puluh juta.""Lima puluh juta?!" pekik Fabio melotot. "Enak, ya, jadi orang kaya itu. Bisa menghambur hamburkan uang," kata Seina lalu tersenyum.Seina tidak sepenuh nya menyalahkan sang kakak. Dia berusaha untuk mengerti, bagai mana susah nya mengurus dua adik dan merelakan masa remaja nya kala itu. Akan tetapi, sifat buruk Selena tidak bisa di hilangkan.
Mbak Yati mengatur napas nya, lalu melanjutkan ucapan nya. "Udah, cepetan sana kamu pulang. Bu Rena mengusir kalian, semua barang barang kamu berserakan di luar.""Loh, kenapa gitu? Selena nya ke mana emang?" tanya Seina terlihat sedikit panik. Gegas dia berlari pulang, sementara Fabio sudah kembali bekerja._Seina sampai di depan kontrakan mereka, semua barang barang persis kapal pecah. Selena meneriaki adik nya saat baru tiba. "Dari mana aja kamu, hah! Di telepon gak di angkat angkat!""Ini ada apa, Kak? Kenapa barang barang kita berantakan gini?" "Tanya aja sama mereka! Ini semua karena Sierra! Dia gak mau kasih uang untuk sewa rumah."Tiga pria itu hanya bergeming, Selena dan Seina menaikkan harta benda yang tak berharga milik mereka ke atas mobil bak. Perjalanan begitu panjang, membuat dua kakak beradik itu tertidur sambil terduduk. Begitu sampai, tiga pria itu menumpahkan seluruh isi pick up ke bawah, lalu kembali pergi meninggalkan Selena dan Seina yang masih memutari temp
Bab 25 ( Pendekatan ).Beberapa hari menjalani perawatan intensif, perlahan lahan keadaan Zamora Anastasya mulai pulih. Sierra terus mencoba untuk mendekatkan diri pada perempuan muda itu. "Apa yang sedang kamu pikirkan, Zamora?" Sierra duduk di sebelah ranjang pasien.Zamora masih belum bisa berdamai dengan kenyataan. Berulang kali dia menangis tanpa sebab, luka hati nya begitu dalam sampai sampai terlarut dalam kesedihan. "Zamora ... apa kau baik baik aja?" tanya Sierra kembali. Sierra mulai memahami keadaan Zamora Anastasya, kehilangan rasa percaya diri adalah sesuatu yang sulit.Zamora hanya menoleh dan menatap Sierra tanpa berkedip, mata nya memang menatap Sierra. Akan tetapi, pikiran nya entah sedang berlarian ke mana. Dengan sabar, Sierra tetap mendampingi gadis malang itu. Sudah dua minggu berlalu, Zamora masih betah berdiam tanpa berbicara. Langkah kaki terdengar mendekati ruang praktek di mansion itu. Sierra berdiri ke pintu dan membuka nya sebelum seseorang mengetuk p
Malam yang Indah___Hujan turun begitu deras malam ini membuat suasana semakin dingin, Zamora kini telah berpindah kamar. Bukan lagi di kamar pelayan, tetapi telah satu pintu dengan Tuan Raffa. "Kau hanya boleh membawa selimut, tidur di balkon dan jangan masuk jika tidak ada perintah dari ku. Apa kau mengerti?" "Tapi, Tuan ... bagai mana kalau saya ingin ke kamar mandi?" Zamora dengan cepat memberikan sebuah pertanyaan yang masuk diakal. Benar juga apa yang di katakan oleh Tuan muda Raffi, Zamora adalah gadis yang pintar. "Apa kau sebocor itu jika sudah terlelap?" Zamora mengangguk lugu. "Menyusahkan. Baiklah, kesempatan hanya ada dua kali. Pergunakan sebaik mungkin." Prayoga Raffa menaruh kedua tangan nya di pinggang. "Ingat. Kau hanya punya kesempatan masuk ke kamar mandi dua kali. Selebih nya tahan sampai besok pagi. Mengerti?!" "Mengerti." Zamora menghela napas kasar berkali kali, udara malam ini begitu dingin menusuk tulang. Bagai mana mungkin ia akan tidur di ruangan t
Sedikit Rasa Prayoga Raffa baru saja keluar dari ruangan meeting. Deni mengikuti dari belakang. Lelaki itu tampak begitu serius saat melakukan pekerjaan. "Untuk beberapa hari ke depan, seperti nya kita akan sibuk." Pria tampan itu merogoh saku jas nya, mengambil sebuah kotak hitam kecil berbahan beludru, berisi sepasang cincin di dalam nya. Menatap nya sekilas lalu memasukkan nya kembali sebelum Deni melihat benda itu. "Benar, Tuan. Bahkan sampai akhir pekan nanti." Asisten setia itu mengingatkan kembali jadwal padat mereka. "Pelayan itu ... bukan. Maksud ku, istri ku. Kapan dia boleh pulang?" Mendengar kata kata yang tak biasa seperti itu, sontak saja membuat Deni terkejut dan menahan senyum di dalam hati nya. "Oh, dia sudah bisa pulang nanti sore, Tuan. Saya sudah menyuruh Boy untuk menjemput nya." Baru saja ia ingin berbicara kembali, telepon berdering. Nesya Amanda yang menelpon. Prayoga Raffa langsung mengheningkan suara ponsel nya. Lima panggilan tak terjawab dari mode
Cemburu___Sebuah mobil mendarat di halaman yang begitu luas melewati gerbang tinggi. Pintu mobil terbuka, seorang pemuda keluar mobil sport hitam milik nya. Berjalan menelusuri jalan menuju pintu utama kediaman keluarga Kuncoro. Tiba tiba saja langkah nya terhenti ketika melihat seorang wanita paruh baya tersenyum kepada nya. Senyuman ternyaman yang selalu ia dapatkan selama 28 tahun ini. "Akhir nya kamu pulang juga," ucap wanita itu dengan suara begitu lembut. "Ma ... ngapain di situ?" tanya Prayoga Raffa berjalan cepat dan memeluk ibu nya yang sedang menyiram tanaman angrek. "Biasa, lagi merawat bunga cantik ini." "Kan, bisa suruh Lasmi yang menyiram?" Prayoga Raffa memeluk erat ibunya, seolah sudah puluhan tahun tak bertemu. "Kamu tidur di sini, kan?" Nyonya Handayani bertanya tanpa membalas ucapan anak nya. "Iya. Raffa kangen sama masakan Mama." Baru juga dua hari mereka tidak bertemu, tetapi ibu dan anak itu merasakan rindu yang teramat dalam. "Adik mu, ya, yang menyur
*** Zamora mengelus perut datar nya, "Apakah kamu baik baik aja di dalam sana, Nak?" "Aku berjanji, akan membawa kalian pergi dari sini. Aku tidak akan meninggalkan mu bersama dengan Tuan muda dingin itu, meski pun sebenar nya memang dia adalah ayah mu." Zamora melirik jam dinding, kini jarum jam telah menunjuk ke angka satu siang. Gadis itu terus menghibur diri, entah kenapa dia merasa sedih dan kecewa. "Tuan Raffa menolak ku, maka nya dia tidak pulang." Lagi lagi dia berbicara sendiri di depan kaca. Masih memakai kemeja yang kebesaran, tidak tau ingin melakukan apa lagi gadis itu pun membaringkan tubuh nya kembali di atas kasur mewah. "Sarapan Tuan muda pasti sudah dingin, lebih baik aku memakan nya dari pada kebuang." Tiba tiba dia bangkit dari posisi tidurnya, bergegas ke dapur untuk menghabiskan sarapan yang ia buat tadi. Saat suapan terakhir hampir mendarat ke dalam mulut nya, derap langkah seseorang terdengar semakin dekat. Pintu terbuka, tetapi Zamora masih belum menya
#1800hari_S2_29 1024_Setelah merasa lebih baik, Seina menceritakan kepada kakaknya tentang kejadian yang baru saja ia alami."Cerita pelan pelan, ada apa, sih?" desak Selena penasaran. "Ta-tadi, tadi ada yang lempar tanah Kak." Seina mencoba mengatur napas, dia benar benar ketakutan sekali. Selena memang melihat banyak tanah seperti tanah kuburan di sekitar pintu, bahkan mengenai baju Seina. "Siapa yang melempar? Terus, kenapa kamu bisa sampai tiduran di sini?" Seina melanjutkan cerita nya sambil terisak, dia melihat dengan jelas ada sesosok yang menatap nya dengan tajam. Akan tetapi, karena sangking terlalu takut nya dia sampai terjatuh lemas. "Maksud kamu, di sini ada setan gitu? Ha ha ha, mana mungkin jaman sekarang masih ada demit, Seina!" Selena berkata sesumbar begitu lantang. "Kak! Gimana nanti kalo sesosok itu datang ke sini lagi, hah? Kakak jangan sesumbar!" hardik Seina kesal. Bagai mana mungkin Selena bisa berkata seperti itu? Sedangkan sebelum nya tadi dia sempat
bab 28 _Setelah mengisi perut nya Sierra merasakan kantuk yang sangat luar biasa, gadis itu memutuskan untuk tidur sejenak sambil menunggu pemilik kamar kembali dari kantor nya. Beberapa jam kemudian, Zucca masuk ke dalam kamar nya dan melangkah ke ruang kerja nya. Pria itu belum menyadari ada seseorang di dalam kamar selain diri nya. Setelah puas berkutat dengan pekerjaan nya, Zucca merasakan badan nya begitu gerah meski pendingin ruangan menyala. Pria itu menuju ke kamar mandi yang ada di dalam kamar nya, dia sungguh terkejut melihat Sierra sedang tertidur pulas di sofa. Sofa itu berdampingan dengan kamar mandi. Lelaki itu mengucek mata nya berulang kali, dia berpikir kalau salah lihat. "Hey! Bangun!" Zucca menendang nendang kaki Sierra. "Woy! Bangun!" teriak nya kencang. "Aaaarrrghh!" Sierra langsung membuka mata nya dan terkejut melihat keberadaan Zucca dengan mata tajam menatap nya. "Siapa yang menyuruh mu kembali, hah!" bentak nya kemudian. Padahal, dia sedikit lega ak
KEMBALI BERTEMU_"Non Sierra?!" pekik nya."Cika, apa kabar?" tanya Sierra seraya memeluk asisten nya itu."Non ke mana aja selama ini? Aku cemas sekali," tanya nya dengan terisak."Kita cerita di dalam aja, yuk.""Non sudah makan?" tanya Cika kembali. "Sudah. Tapi masih lapar," bisik nya lalu terkekeh."Ayo, kita ke dapur. Saya buatkan sup jagung untuk Non Sierra."_Sierra masuk ke dalam kamar tidur nya, kebetulan kamar ini memang tidak pernah terkunci meski tidak ada pemilik nya di dalam."Aku harus bagaimana ini? Apa kah aku harus menyapa nya terlebih dahulu dan meminta maaf? Atau ... aku berpura pura tidak melihat nya nanti?"Sierra berjalan mondar mandir di dalam kamar sambil menggigiti kuku ibu jari nya. Gadis itu benar benar merasa takut."Mata nya itu ... iiih, bikin bergidik ngeri aja." Sierra mengedikan bahu saat membayangkan tatapan tajam tuan muda itu.Tok tok tok!Sebuah ketukan pintu membuat Sierra kaget, "Kalo si kanebo gak mungkin ngetuk pintu, kan?" ucap nya sendir
Gejolak Hati."Menga lah bukan berarti kalah. Terkadang manusia tidak bisa membedakan mana arti makna tersebut."_Ryu mengantar pulang ke kediaman Gervaso. Di dalam mobil, Sierra merasakan jantung nya berdetak semakin cepat. Bukan karena dia sedang salah tingkah, tetapi karena takut menghadapi Zucca, suami kontrak nya itu."Ada apa?" tanya Ryu. "Takut." "Takut apa?""Takut suami ku akan marah. Apa yang akan terjadi dengan ku setelah ini, ya?" tanya Sierra, tatapan nya begitu cemas. Telapak tangan nya pun sudah mulai basah. "Tenangkan diri mu. Aku akan menunggu sampai kamu benar benar masuk ke dalam. Atau bahkan aku akan menunggu sampai malam tiba," jawab lelaki itu. Aneh. Sorot mata nya mampu membuat Sierra menjadi tenang. "Kalo terjadi sesuatu dengan ku, aku tidak akan menyesal." "Hush! Jangan ngomong sembarangan. Kamu akan baik baik aja, nanti aku bisa minta tolong ayah ku untuk mengecek keadaan kamu. Jangan lupa, kasih kabar setelah masuk ke dalam. Oke?""Terima kasih banyak
Bab 25 ( Pendekatan ).Beberapa hari menjalani perawatan intensif, perlahan lahan keadaan Zamora Anastasya mulai pulih. Sierra terus mencoba untuk mendekatkan diri pada perempuan muda itu. "Apa yang sedang kamu pikirkan, Zamora?" Sierra duduk di sebelah ranjang pasien.Zamora masih belum bisa berdamai dengan kenyataan. Berulang kali dia menangis tanpa sebab, luka hati nya begitu dalam sampai sampai terlarut dalam kesedihan. "Zamora ... apa kau baik baik aja?" tanya Sierra kembali. Sierra mulai memahami keadaan Zamora Anastasya, kehilangan rasa percaya diri adalah sesuatu yang sulit.Zamora hanya menoleh dan menatap Sierra tanpa berkedip, mata nya memang menatap Sierra. Akan tetapi, pikiran nya entah sedang berlarian ke mana. Dengan sabar, Sierra tetap mendampingi gadis malang itu. Sudah dua minggu berlalu, Zamora masih betah berdiam tanpa berbicara. Langkah kaki terdengar mendekati ruang praktek di mansion itu. Sierra berdiri ke pintu dan membuka nya sebelum seseorang mengetuk p