Di dalam ruang kerja Shu Haocun, saat ini Shu Haocun tengah termenung di depan meja kerjanya. Beberapa gulungan dari bambu tampak tersusun rapi di sudut kiri dan kanan meja. Namun pikiran Shu Haocun entah berada di mana, tatapan matanya kosong menatap ke tengah-tengah meja. . Brakk!! Shu Haocun hampir saja terjatuh dari kursi yang ia duduki ketika pukulan keras dari luar ruang kerjanya menghancurkan pintu ruangan hingga berkeping-keping. Serpihan pecahan pintu berserakan di lantai, dan pria yang baru saja menghancurkan pintu tersebut masuk dengan wajahnya yang dingin sembari menyeret Feng Huang bersamanya. "Hei, kakek! Katakan padaku apa yang telah putrimu lakukan pada istriku?!!"Kening Shu Haocun berkernyit mendengar pertanyaan itu, ia bahkan mengalihkan pandangannya pada Feng Huang yang kebetulan juga sedang menatapnya. "Ada apa? Mengapa Raja Naga datang dalam keadaan marah?" tanyanya tak mengerti, namun pertanyaan ini bukan ia lontarkan pada Jinlong yang telah menghancurkan pi
Pagi hari, suara kicau riang burung-burung terdengar di samping jendela kamar di saat Feng Huang membuka matanya. Namun untuk mengangkat tubuhnya yang teramat letih untuk duduk di atas dipan pasca melakukan kulltivasi berpasangan dengan Jinlong semalam... Ia sedikit kesulitan untuk melakukannya. "Mmm..." Feng Huang menggigit bibirnya demi menahan rasa sakit yang seakan meremukkan semua tulang di tubuhnya, namun ia tetap mencoba untuk mengangkat tubuhnya agar bisa duduk di atas dipan. Sesaat gerakannya terhenti kala matanya melihat lengan kekar Jinlong sedang melingkar di pinggangnya. Ketika melihat lengan suaminya itu ia lalu mengalihkan pandangannya ke arah wajah Jinlong yang sedang tidur menyamping menghadapnya. "Dia..."Semalam masih jelas membekas di dalam ingatan Feng Huang kalau sebenarnya ia tidak membutuhkan waktu yang lama untuk membuka penyegel yang Shu Xiuying pasang di dalam tubuhnya demi menahan kemampuannya. Karena di saat Jinlong memasukinya... Simbol naga emas yang a
"Semuanya, menyingkirlah!!" Teriakan keras yang terdengar berasal dari kejauhan mengejutkan Feng Huang yang masih berada di dalam kamar dan baru saja selesai mengikatkan tali pinggang Jinlong. Tadi, usai Jinlong membersihkan tubuhnya, seperti yang selalu Jinlong lakukan di Alam Langit... Suaminya itu berdiri di hadapannya dengan hanfu yang dipakai secara asal-asalan. Dan ia sangat mengerti artinya itu, bahwa ia harus merapikan pakaian yang Jinlong kenakan di tubuhnya. "Kamu dengar teriakan itu?""Tentu saja," dengus Jinlong, "Teriakan itu terlalu keras, bahkan mungkin terdengar hingga ke seluruh area Sekte." Ucapnya sembari berdecak sebal. "Sepertinya kekasihmu telah datang untuk mencarimu, Feng sayang." Sindirnya. "Cih, haruskah kamu berbicara seperti itu padaku?" rutuk Feng Huang sembari mengangkat wajahnya dan memberikan tatapan peringatan pada Jinlong yang justru tersenyum tipis menerima tatapan itu. "Apa itu? Apakah sekarang kamu telah berani mengancamku? Benar-benar tidak ta
"Di mana kira-kira Tetua Shu menempatkan mereka?" pikir Feng Huang yang tengah berkeliling Sekte Burung Api. Tetapi ia tidak memeriksa Sekte dari depan, melainkan dari belakang setiap ruangan Sekte untuk mencegah Kaisar Gao melihat apa yang sedang ia lakukan. Hingga ia tiba di sebuah ruangan, di mana ia mendengar suara Fu Yueyin dan Fu Jiazhen sedang berbincang. "Kakak mendengar suara teriakan tadi?""Aku mendengarnya, suara itu mirip dengan suara Yang Mulia. Apakah Yang Mulia datang ke sini?""Jika Yang Mulia benar datang ke sini, dengan mendengar teriakannya tadi bukankah telah terjadi sesuatu di halaman Sekte? Haruskah kita melihatnya ke sana?""Jangan! Tetua Shu telah berbaik hati menyembunyikan kita di sini, dan jika kita keluar... Bukankah kita hanya akan menambah kesusahannya?"Mendengar pembicaraan dari kedua suara yang sangat dikenalnya itu, Feng Huang pun berkelebat memasuki jendela ruangan yang tampak terbuka. Tepp!! Ketika kakinya telah menapak di dalam ruangan, Feng Hu
Tebing belakang Sekte Burung Api, sebuah dinding batu tak terlihat tiba-tiba bergeser terbuka ketika Feng Huang menyentuhkan telapak tangannya ke dinding tersebut. Dan setelah dinding terbuka, Feng Huang langsung meminta Fu Yueyin dan Fu Jiazhen untuk masuk ke dalam perut tebing. Saat memasuki perut tebing, Fu Jiazhen dan Fu Yueyin sama sekali tidak menduga bahwa ruangan yang terdapat di balik dinding ternyata luas sekali. Ruangan tersebut beralaskan tanah keras dan dinding yang terbuat dari batu tebing. Tidak hanya luas, ruangan tersebut juga memanjang ke bagian dalam. Di ujung ruangan tampak 11 makam Tetua Terdahulu dari Sekte Burung Api. Melihat makam-makam tersebut, Fu Yueyin dan Fu Jiazhen pun membungkukkan tubuhnya untuk memberikan penghormatan. "Pantas saja tempat ini disebut kawasan suci, ternyata di sini tempat peristirahatan para Tetua terdahulu dari Sekte Burung Api," bisik Yueyin pada Kakak lelakinya yang telah menegakkan kembali tubuhnya. "Itu benar, di sini adalah ma
Dua dupa berlalu, kini di dalam kamar yang telah disediakan untuknya dan juga Jinlong... Feng Huang dan suaminya itu tengah duduk berhadapan mengelilingi sebuah meja batu yang terdapat di dalam kamar ini. Pasca keributan yang mereka lakukan di ruang dalam Sekte Burung Api, Shu Haocun pun memerintahkan kepada para muridnya untuk mengantarkan mereka kembali ke kamar tanpa bisa membantah lagi. "Cih, si tua ternyata sangat pemarah." Dengus Jinlong gusar. Feng Huang mengangguk setuju. "Feng sayang, untuk apa mengangguk di sini jika di luar tadi kamu begitu menurut padanya?""Aku?" tunjuk Feng Huang pada wajahnya, sesaat setelahnya ia justru tertawa kikuk ketika Jinlong melotot padanya. "Ah, itu... Aku hanya menghormatinya karena Tetua Shu terlihat lebih tua dariku. Lagipula sewaktu aku menjalani 7 cobaan Dewa, dia yang telah membantuku dengan memberikan tubuh cucunya padaku. Jadi...""Jadi kamu benar-benar telah menganggapnya sebagai Kakekmu?""Anggap saja begitu." Ucap Feng Huang, ia
"Kamu ingin bicara padaku?" Fu Jiazhen menganggukkan kepalanya, "Aku tahu ini sudah malam, tak pantas rasanya jika aku mengajakmu berbicara berdua, Nona Yu. Tapi aku janji ini tidak akan memakan waktu lama."Feng Huang berpikir sejenak sambil mengetuk hidung rampingnya yang tinggi sebelum akhirnya ia menganggukkan kepalanya. "Baik, tapi sebaiknya kita tidak berbicara di sini. Bisakah kamu mengikutiku, Tuan Muda Fu?" "Terserah Nona Yu saja," ucap Fu Jiazhen, ia mengulas senyum tipis di bibirnya lalu merentangkan salah satu tangannya ke depan. "Mari, Nona Yu!""Mari!" ajak Feng Huang. Tanpa menunggu jawaban Fu Jiazhen... Ia melambaikan tangannya pada Yueyin lalu berkelebat pergi. Fu Jiazhen yang semula hanya mengetahui bahwa Yu Jie tidak memiliki ilmu bela diri... Sempat terpaku menyaksikan kecepatan Feng Huang. Namun takut tidak bisa menemukan wanita yang ia sukai itu, Fu Jiazhen langsung bergegas menyusulnya. Meninggalkan Yueyin yang termangu di depan pintu kamar dengan mulut terb
Tengah malam kesibukan terlihat di Sekte Burung Api setelah kepergian Feng Huang dan Jinlong. Gara-gara bunyi ledakan yang berasal dari kamarnya dan menghancurkan sebagian ruangan itu... Para murid Sekte Burung Api yang tengah berjaga langsung berlari menuju asal suara. Tidak ada seorang pun yang mereka temukan ketika para murid itu tiba di tempat tersebut, yang terlihat hanyalah pintu kamar yang terbuka lebar juga api besar yang terus melahap dinding kamar yang masih tersisa. Di tempat lain, di dalam kapal yang pernah Jinlong pergunakan untuk membawanya dan Feng Huang ke Benua Zhejiang... Suara desahan samar terdengar dari dalam kapal itu. Suara itu bercampur dengan suara binatang malam yang terdengar bersahut-sahutan. "Cukup... Ssh.""Belum!" suara serak ini yang berasal dari seorang pria kemudian berganti dengan erangan beberapa saat kemudian. "Uh!" Wajah pria itu merona ketika ia mendapatkan pelepasan pertamanya. "Sudah, cukup!" geram si wanita sembari terengah-engah menahan le