Share

Tidak Mungkin Benar

Penulis: aisakurachan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
“Setidaknya kau sadar. Aku masih belum lupa bagaimana saat kau pingsan karena demam dulu.”

Ed meraih tangan Ruby yang tengah berbaring dan menggenggamnya. Mereka sudah ada di UGD, dan sedang menunggu aneka tes yang dilakukan.

Ed meminta semua tes lengkap dan harus menunggu sedikit lama untuk hasilnya.

“Oh, ya. Aku ingat.” Ruby tersenyum. Tidak mungkin ia lupa.

“Aku masih belum tahu kenapa kau harus berenang dini hari sampai sekarang.” Ed mengernyit. Setelah tahu siapa Ruby, Ed banyak mendapat jawaban atas keanehan tingkah Ruby, tapi belum yang paling aneh itu.

“Aku… Sedang merasa sangat bersalah saat itu. Esli… Kita kembali dari rumah Esli bukan? Ia menyuruhku untuk membuatmu jatuh cinta padaku. Ia ingin kau berada dalam kekuasaanku.”

Ruby tahu hal itu telah lewat, tapi saat mengucapkannya, rasa bersalah masih menusuk lehernya. Pahit, teriring panas di wajahnya—air mata.

Ed mendengus. Akhirnya ingat juga kalau hari itu Ruby bertemu Esli setelah sekian lama. Ia memperjelas renca
aisakurachan

Siapa yang nebak hamil kemarin? Benar 100% wkwkwkw

| 5
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Irma Zuraida
bkn hanya Ed n Ruby aja yg bahagia...pasti Aj ikut bahagia punya adik....asal Aj ga diabaikan dia pasti bahagiaa skalii.... Tia Mia seneng ga yaa???
goodnovel comment avatar
arie fernawati
senangnyaaa.... kali ini kehamilan sempurna bersama ed
goodnovel comment avatar
Nuriyah Eulis
akkuuuuhh.. yg nebak Ruby hamil...karena kehidupan Ruby dan Ed sudah sangat sempurna,, dan akan lebih sempurna dan bahagia lagi bila Ruby hamil lagi ..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pengantin Pengganti untuk Suami Buruk Rupa   Penyebab yang TIdak Bisa Dipercaya

    “Kita membuatnya di Zurich,” kata Ed.PAK! Ruby menampar tangan Ed sedikit keras, sambil memutar bola matanya. Masih ada Tita di kamar. Membantu menyelimuti tubuh Ruby yang telah berbaring.“Apa? Aku benar bukan?” Ed tidak merasa bersalah apa lagi malu. Tita tampak tersenyum geli. Tentu saja paham apa yang dimaksud Ed.“Saya akan mengambil teh dan kue. Anda perlu banyak makan.” Tita mengusap kepala Ruby dengan senyum riang. Ed sudah memberitahunya.“Tolong katakan padaku kalau AJ sudah pulang.” Ruby akan mengatakannya pada AJ sendiri nanti. Ia masih ada di sekolah.“Tentu, Senora.” Tita mengangguk lalu mengundurkan diri.“Kau harus berlatih untuk berhenti tersenyum.” Ruby tentu menegur Ed, yang sepertinya sejak tadi tidak berhenti tersenyum.“Benar. Aku bayangkan Otiz akan sangat heran melihatku tersenyum permanen.” Ed berusaha menurunkan sudut bibirnya, Tapi sebentar saja sudah kembali terangkat membentuk senyuman, terutama saat memandang wajah Ruby.“Sepertinya akan sulit. Aku ter

  • Pengantin Pengganti untuk Suami Buruk Rupa   Keinginan yang Tidak Berjalan Lurus

    “Apa…” Liz mendongak dan tersentak. Ia tidak tahu Ed datang dan baru melihatnya.“Apa yang kau lakukan di sini?” Liz menghardik dengan suara gemetar.“Aku bertanya! Siapa yang kira-kira melakukan ini!” Ed mendesis. Ingin segera mendapat jawaban.“Siapa bagaimana?! Dia… dia…” Liz tidak bisa menahan duka dan kembali terisak. Tapi Ed paham. Liz mengira bunuh diri itu benar. Pikirannya sederhana. Esli tidak sampai sangat jauh melibatkan Liz dalam dunia gelapnya. Liz licik, tapi tidak sampai tercemar hitam.“Kalau ada… kau yang membunuhnya! Kau yang membuatnya kehilangan…” Liz berdiri dan mencoba marah pada Ed, tapi kembali terpuruk. Terlalu lemas.“Kau ingin aku diam dan menerima setelah semua yang kalian lakukan? Menggelikan.” Ed mendengus. “Kau yang membunuhnya berarti! Untuk apa kau bertanya?! Kau berpura-pura…”“Jangan melucu. Kalau aku ingin membunuh Esli maka dia sudah mati sejak lama. Bahkan sebelum kau menjadi miskin!” Ed memotong.Liz tampak tersedak, karena tentu juga benar. E

  • Pengantin Pengganti untuk Suami Buruk Rupa   Tidak Perlu Meminjam

    “Mommy sedang tidur, AJ. Nanti saja. Oke?” Tita berusaha membujuk AJ yang memaksa masuk ke kamar Ruby. Ia baru saja pulang dan tentu mencari Ruby yang tadi pagi tidak ditemuinya. Tita menjanjikan nanti, karena memang Ruby masih tidur nyenyak. “Tapi aku ingin bertemu Mommy!” AJ memaksa sambil berusaha lari dari tangan Tita. “Nanti, AJ. Biarkan Mommy istirahat dulu. Nanti kau boleh menemuinya,” rayu Tita. “Aku mau…” “BERISIK!” Seruan AJ padam di tengah jalan, tersambar bentakan Mia yang muncul dari lorong tempat kamarnya berada. “Kau itu bisa tidak sehari saja tenang?!” bentak Mia. “AJ, kita ke dapur. Aku akan membuat biskuit untukmu.” Tita dengan bergegas berusaha menjauhkan AJ dari Mia. Hal yang selalu dilakukannya setiap kali Mia mendekati AJ. “Aku ingin bertemu Mommy! Mommy sakit. Apa kau sudah menjenguk Mommy, Abuela?” tanya AJ. Ia tidak merasakan permusuhan dari Mia, karena memang selama ini Tita berhasil melakukan tugasnya, dan selama Ruby ada Mia tidak mungkin mendekat

  • Pengantin Pengganti untuk Suami Buruk Rupa   Tidak Bisa Dipesan

    “Daddy!” AJ turun tanpa perlu suruhan, dan langsung menyerbu memeluk Ed.“Daddy, aku akan punya adik kata Mommy. Aku tidak perlu meminjam adik dari Derian!”AJ tentu mengabarkan dengan nada kemenangan.“Wow! Itu keren. Kau gembira sekali.” Ed juga tampak lega. Ia cepat-cepat pulang karena ingin ikut membujuk kalau Aj ternyata menanggapi negatif. Dugaan yang salah.“Aku akan mengajaknya bermain petak umpet seperti di sekolah tadi. Mommy, kapan adik akan sampai? Apa besok?”AJ sedikit mengerem karena sadar ia belum tahu teknisnya, dan jelas ia masih menganggap adik ini akan datang seperti barang pesanan yang diantar kurir.“Tidak secepat itu, AJ. Masih ada sekitar tujuh bulan lagi sebelum sampai,” kata Ed, menahan geli. Ia menggendong AJ kembali ke ranjang. AJ langsung menggeletak di samping Ruby, kecewa tentu. “Kenapa lama sekali? Aku mau besok. Aku ingin membawanya ke sekolah!” Ed sudah hampir tidak bisa menahan tawa, tapi memaksakan diri bersikap serius. Ia tahu kalau AJ akan marah

  • Pengantin Pengganti untuk Suami Buruk Rupa   Tidak Ingin Memusuhi Lagi

    “Maaf, aku tidak bisa membiarkanmu mendekat saat ini.” Ed menggandeng tangan Ruby, dan menariknya kembali ke balik pohon rindang. Meski hanya sedikit, Ed tidak ingin Ruby terlihat.“Oh, iya.” Ruby tidak menyadari kalau kakinya melangkah terlalu jauh. Ia tidak bermaksud memperlihatkan diri saat mengintip tadi.“Sudah selesai. Mungkin sebentar lagi mereka akan pergi.” Ed melirik ke arah kerumunan wartawan yang meliput acara pemakaman Esli. Tidak sangat ramai, tapi tetap lebih dari sepuluh. Ed tidak ingin muncul di hadapan wartawan, dan jelas tidak akan mengizinkan Ruby muncul juga. Mereka akan menulis kisah baru kalau sampai melihat Ruby yang sangat mirip Liz.Karena itu mereka hanya bisa menunggu di balik pohon ek rindang selama acara pemakanan tadi. Menunggu keadaan lebih sepi.Tapi meski dari kejauhan, Ed telah mencatat siapa saja yang tadi muncul di acara pemakaman itu. Beberapa tidak mendekat—seperti dirinya, saat melihat wartawan, tapi ada juga yang berdiri di tepi makam sampai j

  • Pengantin Pengganti untuk Suami Buruk Rupa   Tidak Adil yang Tidak Pernah Tersebut

    “Aku belum mengatakan apapun pada Mama, jadi… akan lebih baik kalau kau tidak membahas tentang pemakaman atau lainnya.” Ruby bicara saat mereka sampai di halaman EJF (El Jade Foundation). Liz naik mobil lain, jadi Ruby tidak bisa membicarakan hal lain yang berkenaan dengan ibunya.“Apa ini rumah sakit?” Liz menatap sekitar dengan takjub sekaligus bingung.EJF sudah jauh berbeda tentu. Yayasan itu sudah berjalan sempurna. Pasiennya bukan hanya Jade, tapi juga penderita alzheimer lain yang ada di negara itu. Karena memang baru ada satu, berita keberadaannya menyebar dengan cepat, dan banyak yang memindahkan keluarga mereka ke sana. Sebentar saja yayasan itu sudah cukup ramai.“Hampir, tapi bukan rumah sakit sepenuhnya.” Ruby menunjuk tulisan besar yang ada di tembok belakang resepsionis ketika mereka berjalan menuju lift. Kamar ibunya ada di lantai tiga.“El Jade Foundation. Alzheimer Centre.” Liz memalingkan kepala memandang Ruby, secepat mungkin setelah selesai membaca.“Mama… di sin

  • Pengantin Pengganti untuk Suami Buruk Rupa   Tidak Ingin Melihatnya Menangis

    “Mama!” Ruby menghambur memeluk ibunya. Apapun agar jeritannya berhenti.“Mama, tidak ada lagi. Tenanglah,” bujuk Ruby, sambil menahan rontaan tubuh Jade.“Tapi… Kau Ruby… Gemma!? Kau dimana?! Gemma!” Jade berputar dengan panik, mencari.“Kakakmu! Dia dimana?! Cari Ruby! Jangan berpisah !” Jade memekik dengan suara putus asa yang jelas.“Mama, tenang dulu. Gemma…”“Aku di sini.” Liz yang sejak tadi menonton kebingungan, menyahut sambil perlahan mendekat. Wajahnya tampak pucat dan sedikit gemetar karena shock, tapi melangkah maju.“Aku di sini.” Liz mengulang dengan lebih kuat. Jade berpaling, matanya kembali fokus.“Gemma…” Suara Jade serak tidak percaya, lalu berpaling menatap Ruby. “Aku Ruby.” Ruby menegaskan kalau mereka ada dua. Bukan hanya satu.“Gemma…” Suara Jade pecah bercampur tangis. Tangannya menggapai ke arah Liz, berusaha melangkah tapi terlalu lemas.“Gemma… Gemma… Kau bebas… Gemma…” Jade merengkuh Liz dengan susah payah, lalu memeluknya dengan erat.“Gemma… maafkan ak

  • Pengantin Pengganti untuk Suami Buruk Rupa   Nama yang Tidak Dikenal

    Jade tidak pernah sedikitpun menyebut Gemma, Esli atau yang lain, tapi Ruby pernah melihat Jade menangis untuk mereka.Tangisan yang bagi Ruby dulu misteri. Tidak paham apa yang membuat ibunya terisak tanpa alasan seperti itu. Ruby ingin menghibur, tapi tidak tahu harus bagaimana. Ia tidak tahu sebabnya apa dulu.Air mata itu rupanya rasa bersalah pada Gemma, entah karena apa. Ibunya menyesal mereka berdua terpisah. Ruby ingin Liz lebih mengerti dan memberi ibunya ruang bernapas.“Kau bodoh!” Liz mengusap pipinya yang juga basah lalu berbalik dan melangkah pergi.Ruby tidak mengejar, membiarkannya pergi adalah yang terbaik. Ia tahu pertengkaran mereka akan semakin menjadi kalau terus saling memandang. Mereka perlu menenangkan diri.“Ruby, duduklah.” Sentuhan lembut dan usapan pada punggung Ruby dengan cepat menenangkan. Nafas Ruby perlahan menjadi lebih teratur. Dengan bantuan Ed, Ruby duduk.“Dia yang bodoh. Bukan aku.” Ruby memuntahkan sedikit amarahnya.“Aku percaya.” Ed mengangguk

Bab terbaru

  • Pengantin Pengganti untuk Suami Buruk Rupa   Pengumuman

    Halo, Ruby dan Ed berakhir hari ini. Bener-bener tamat ya. Terima kasih semua yang sudah menemani sampai akhir tahun ini. Lope smuanya. Sebagai ucapan terima kasih, author mengadakan even give away nih! Yuk lah ikutan. Hadiahnya saldo e-wallet apapun dengan total 500k rupiah. Untuk detail hadiahnya silakan lihat di inst*agram @aisakura.chan ya. Jangan lupa di follow juga, karena nanti pengumuman pemenangnya ada di sana.Terus untuk caranya, gampang banget. Tolong tuliskan bagian paling disukai di novel ini di kolom review depan ya, yang dibawah deskripsi novel, soalnya klo di komentar bab kadang suka ga kebaca, ga muncul di aku T.T entah kenapa tidak tahu. Ditunggu partisipasinya sampai tanggal 1 Januari 2024, nanti pengumuman pemenangnya tanggal 2, Jangan lupa ikutan GA--nya. Dan tentu jangan lupa mengikuti novel author yang berikut. Kemungkinan judulnya SUGAR DADDY YANG HAMPIR MATI.Demikian, terima kasih semua. LOPE U ALL.

  • Pengantin Pengganti untuk Suami Buruk Rupa   Extra 65 - Tidak Ada Lagi yang Salah

    “Sangat kacau,” keluh Liz, sambil menatap kerumunan anak-anak ribut yang menjadi tamu utama pernikahannya. “Ya, aku tidak menyangka juga akan menjadi seribut ini.” Ruby duduk di sampingnya dan memandang AJ yang tengah membagikan strawberry berbalut coklat pada anak-anak lainnya. Tidak sendiri, ada Claud—anak kedua dari Val yang membantu. Mereka akrab pada akhirnya. Meski obrolan mereka terkadang terbatas karena Claud lebih mahir berbahasa Italia daripada Inggris, tapi mereka cukup akur. “Bagaimana tadi awalnya?” Ed mengernyit. “Entahlah.” Ruby juga tidak tahu. “Mungkin aku seharusnya tidak setuju saat AJ memintanya.” Liz sudah amat menyesal. AJ entah bagaimana berhasil meyakinkan Liz untuk menyediakan air mancur coklat di hari pernikahannya, dan sudah terbukti sumber bencana. Anak-anak yang lebih kecil menikmati, tapi kemudian menorehkan noda coklat di tangan pada permukaan putih taplak meja—dan aneka bunga putih yang menjadi dekorasi. Mereka dengan sempurna mengabaikan tisu dan

  • Pengantin Pengganti untuk Suami Buruk Rupa   Extra 64 - Tidak Ingat Sama Sekali

    “Apa harus? Aku sudah memeriksa dokumen yang itu kemarin? Tidak bisakah kau saja?” Ed mengeluh, saat mendapati ada satu email lagi yang masuk dari Otiz.Email laporan keuangan. Karena Matteo menyebar uangnya ke segala arah—kurang lebih di tiga puluh perusahaan, maka laporan keuangan yang diterima Otiz pun datang dari berbagai arah—aneka jenis usaha. Ed tidak membayangkan ini sebelumnya. Menjadi penanam modal rupanya juga tidak mudah. Tetap harus bekerja. “Kau sendiri yang harus memeriksanya. Aku hanya perantara.” Otiz dengan tegas menolak.Ia bisa menolak karena permintaan itu datang lewat telepon. Mungkin saat bicara langsung, Otiz akan lebih patuh. Otiz tidak lagi buta mematuhi perintah Ed, dengan hati-hati memilah apa yang seharusnya dilakukan dan tidak. Memeriksa laporan keuangan bukan termasuk tugas, kewajibannya hanya menyampaikan.Ed terdengar menggerutu. Ia cukup terbiasa memeriksa administrasi perusahaan—dari pabrik tequila, tapi tidak sebanyak itu.“Aku sudah memisahkan la

  • Pengantin Pengganti untuk Suami Buruk Rupa   Extra 63 - Tidak Lagi Bagian Dari Kehidupan Itu

    “Kau ingin menunjukkan apa?” tanya Ruby, sambil menghampiri Ed.Meninggalkan sisi AJ yang tengah membacakan cerita untuk kedua adiknya. Elena dan Elisa duduk dengan tenang. Entah benar-benar mendengar atau mengantuk. Waktu tidur siang mereka sudah tiba memang.“Ini bacalah.” Ed bergeser, memberi ruang pada Ruby agar duduk di sampingnya, lalu menyerahkan ponsel yang menampilkan artikel berbahasa spanyol. Berita hangat yang baru terbit kurang dari dua jam lalu.Ruby tidak memperhatikan itu tapi, karena langsung terpana saat melihat judulnya.‘DEA MENANGKAP KARTEL BESAR MEXICO DAN MEMBONGKAR JARINGAN BISNIS BESAR BERNILAI MILIARAN DOLAR’“Apa… kau…” Ruby amat pucat, panik tentu.“Baca sampai selesai.” Ed menunjuk sisa tulisan yang belum dilihatnya.Ruby membaca cepat dan mengernyit. Sama sekali tidak ada nama Ed atau Rosas yang tersebut. Hanya Reyes. Marco Reyes. Ia yang menjadi pusat berita, sekaligus yang disebut menjalankan bisnis itu.“Tapi… bagaimana bisa?” Ruby tidak lagi panik, ta

  • Pengantin Pengganti untuk Suami Buruk Rupa   Extra 62 - Seharusnya Tidak Serakah

    Dua mobil van berwarna hitam, dengan kecepatan tinggi melaju di jalan sunyi. Hari sudah malam, dan hanya mereka yang ada di sana. Ujung jalan mulai terlihat. Gerbang besi berwarna hitam.“Tabrak!”Seruan terdengar, dan mobil itu tidak melambat. Semua penumpang yang juga berpakaian hitam di dalam berpegangan erat, dan benturan keras memekakkan telinga terdengar.Pintu gerbang itu tumbang dan bengkok, tapi berhasil terbuka. Dua mobil itu menerobos masuk dan berhenti tepat di depan pintu depan rumah yang terang benderang itu.“Masuk dan bunuh semua!” Seruan lain, dan orang-orang yang ada di dalam van langsung berhamburan keluar, dan menyerbu masuk ke dalam rumah yang ada di tepi pantai itu. Ada yang membawa senjata api, ada juga yang membawa pemukul.Tapi mereka semua diam saat sampai di dalam, karena tidak ada siapapun yang menyambut. Seharusnya rumah itu dipenuhi pengawal, karena itu mereka datang berombongan—siap berkonfrontasi. Kenyataannya, yang menyambut mereka kesunyian. Tidak a

  • Pengantin Pengganti untuk Suami Buruk Rupa   Extra 61 - Tidak Ada Rencana Itu

    “AJ, jangan membuat Abuela lelah!” Ruby menegur saat melihat AJ membawa sesuatu berlari dengan Mia di belakangnya mengejar.Tapi mustahil membuat AJ diam, karena kedua adiknya tertawa dengan girang saat melihat AJ melakukannya. Elisa dan Elena sudah mulai bisa berjalan, dan mereka dengan senang hati mengikutinya.AJ tidak mungkin berhenti saat ada yang mendukung seperti itu. Mia tampak mengomel, tapi siapa pun tahu kalau Mia tidak pernah bisa marah pada AJ.Tapi Ruby harus berdiri—diikuti Ed untuk menjaga Elisa dan Elena. Mereka ada di pantai, kalaupun mereka terjatuh di atas pasir tidak akan terlalu sakit. Tapi ada banyak karang keras yang bisa menggores.“Mommy! Biarkan mereka mengejar! Jangan diambil!” AJ tidak mau kedua adiknya diangkat dan berhenti mengejar.“Ya.” Ruby memang hanya akan mengawasi, mengikuti sambil mengawasi.“Bagaimana kalau kita berlibur?” kata Ed, tiba-tiba. Ia baru saja membaca pesan dari ponselnya.“Hm?” Ruby tentu terkejut. Tidak ada rencana seperti itu ters

  • Pengantin Pengganti untuk Suami Buruk Rupa   Extra 60 - Tidak Sesuai Rencana

    “Ini.” Ed mengulurkan sapu tangan kepada Otiz—untuk menghapus air matanya. Kalau hanya sedikit, ia akan membiarkan Otiz menangis—dan menghapus air matanya memakai lengan jas yang dipakainya.Masalahnya Otiz tidak bisa menghentikan air matanya. Ia sudah terharu saat Ed mendampinginya berdiri di altar, semakin parah saat melihat Lori berjalan menuju altar diantar bunga. Terlalu indah dan menyilaukan untuk matanya.“Maaf.” Otiz terbata, sambil menghapus sisa air di wajahnya.“Untuk apa minta maaf? Tidak ada air mata yang salah saat pernikahan. Kau hanya terlalu bahagia. Tidak ada yang akan menyalahkan.” Ed menepuk pelan bahu Otiz, lalu kembali memandang ke depan.Fokus dari acara itu tentu saja Lori. Pilihan gaunnya sangat cocok dan menyatu sempurna dengan seluruh dekorasi yang ada di taman itu. Bunga, pita, lagu, dan kelengkapan lain telah dipilih dengan hati-hati dan presisi—kini memperlihatkan kemegahan yang tidak ada bandingannya.Tapi tidak dengan Ed. Meski bagi yang lain Lori mena

  • Pengantin Pengganti untuk Suami Buruk Rupa   Extra 59 - Tidak Bisa Lebih Bahagia Lagi Seharusnya

    Ed mengetukkan jari pada gelas di tangannya. Matanya hanya fokus pada satu titik—Marco Reyes. Pria itu tengah bicara pada Otiz. Bukan hal penting. Marco hanya berbasa-basi dan Otiz pun sama—bersopan-santun. Menjawab pertanyaan Marco tentang perkembangan kantor pengacaranya. Ed perlu bicara pada mereka berdua sebenarnya, tapi Marco dulu.Ed hanya perlu menggerakkan dagunya dan Otiz langsung paham. Ia berpamitan—beralasan seadanya dan meninggalkan Marco sendiri.“Aku ingin bicara denganmu,” kata Ed setelah mendekat.“Oh? Ada apa?” Marco langsung mengikuti Ed, menyingkir ke halaman samping yang sepi. Tamu yang lain memenuhi ruang tengah.“Aku ingin kau menangani pengiriman ke Ekuador minggu depan, dan Brazil.”Marco tampak seperti tersedak. Ini amat mengejutkan. Ed tidak pernah membiarkannya menyentuh pasar Amerika Selatan selama ini. Selalu Ed yang menanganinya sendiri. Marco hanya mengurus Amerika Utara karena memang ia membantu membuka pasar ke arah utara.“Apa… kenapa?” Marco bingun

  • Pengantin Pengganti untuk Suami Buruk Rupa   Extra 58 - Tidak Mengusir dan Benar

    “Mommy, aku mau mencoba! Kau Elena, aku Elisa.”AJ mengulurkan tangan, meminta botol susu dari Ruby. Ingin mencoba ikut memberi susu—dan memilih Elisa. Biasanya ada Tita yang membantunya, tapi hari ini Tita sibuk, jadi Ruby sendirian sejak tadi.“Boleh, tapi hati-hati ya. Jangan sampai tersedak, dan jangan ditekan.” Ruby membimbing tangan AJ untuk memegang botol berisi ASI yang sudah dihangatkan itu, dan membantunya mengukur kekuatan agar tidak terlalu menekan bibir Elisa.“Woa! Lihat, Mommy! Dia minum!” AJ amat riang saat melihat Elisa mulai meminum ASI itu. Matanya tampak berkilau girang. Ini pertama kali ia terlibat langsung—melakukan sesuatu untuk adiknya. AJ biasanya hanya menonton, bahkan awalnya takut memegang. Hanya memandang dengan takjub tapi tidak berani menyentuh. “Tidak masalah bukan? Kau tidak perlu takut lagi.”“Ya, sudah lebih besar.” AJ mengangguk setuju. Ia kemarin menyebut takut menyakiti karena keduanya sangat kecil, tapi setelah tiga bulan, pertambahan berat bad

DMCA.com Protection Status