Astaga Aideen!!! Bintitan itu mata ntar!!!
Di tempat lain, terlihat keluarga Meteo sedang mempersiapkan kedatangan dua pasang pengantin ke kediaman kelurga Meteo. "Nyonya! Ini kursi untuk siapa??" tanya salah seorang pelayan pada Margarette, ibu nya Angela. "Kursi itu tentu saja untuk Angela dan suami nya. Kursi untuk Gwen dan suami nya yang itu saja." Tunjuk nya pada sebuah kursi jati bisa. "Dan cukup satu saja. Karena suami nya Gwen tidak memerlukan kursi." Ucap nya sambil tersenyum mengejek ke arah Roselyn- ibu nya Gwen, yang juga sedang berada di dalam ruangan itu untuk membantu persiapan penyambutan kedua pasang pengantin yang akan datang pagi ini. Roselyn hanya diam saja mendapati menantu nya secara tidak langsung dihina oleh Margarette. Karena memang melawan pun Roselyn tidak bisa. Posisi nya yang lemah di rumah itu sudah mengekang semua gerak gerik dan perkataan nya. Roselyn pun hanya bisa meneruskan pekerjaan nya dan tidak memperdulikan Margarette yang pergi meninggalkan tempat itu. "Bibi? Apa yang bisa aku bantu?
"Gwen menikah dengan Skyaleden Gavin Junior. Mantan tunangan nya Angela dahulu." Jawab Roselyn apa ada nya. "Aiden?!!" seru nya dengan wajah terkejut yang tidak dapat dia tutupi. "Lantas kalau Aiden menikah dengan Gwen, Angela menikah dengan siapa?" Tanya nya lagi. "Angela menikah dengan Theodor. Adik sepupu nya Aiden yang saat ini merupakan pewaris utama keluarga Gavin setelah Aiden mengalami kecelakaan dan lumpuh. "Apa? Aiden lumpuh?" Teriak Roland. Roland yang sudah tidak bisa menahan dirinya lagi, langsung pergi meninggalkan Roselyn yang masih heran melihat Roland yang tidak tahu apapun yang terjadi di keluarga Meteo. Bukan kah sebagai tuan Muda keluarga Meteo, seharusnya dia tahu mengeni hal ini? *** "Ayah! Apa maksud semua ini!" Teriak Roland pada ayah nya yang sedang duduk bersama ibu nya dan beberapa orang paman nya dan bibi nya Roland. "Kau ini kenapa Roland! Datang-datang teriak-teriak?!" Berang Margarette pada putra nya. Tuan besar Meteo menatap lurus ke arah Rolan
Tenggorokan Roland selalu saja terasa tercekat setiap kali fakta ini dilemparkan kepada nya. Fakta bahwa dia dan Gwen terikat sebuah hubungan, yang tidak memungkinkan mereka untuk bersatu kecuali hubungan itu sudah tidak ada lagi. Hati Roland terasa sesak karena di satu pihak dia merasa bisa, tapi di pihak lain dia juga sadar bahwasa nya ini tidak bisa. "Kenapa kau diam Roland?" Tanya Artur dengan wajah datar dan tenang. "Apakah kau diam karena kau sudah memahami alasan ku melakukan semua ini? Atau kau diam karena kau marah pada ku yang telah menikahkan Gwen dengan pria lain?" Ucap nya lagi pada putra sambung nya itu. Roland tertunduk. Berkali-kali dia menarik nafas dan membuang nya dengan kasar yang memandakan kalau masih ada rasa kecewa dan tidak puas di hati nya dengan apa yang terjadi saat ini. Baik dari sisi takdir yang menjadi nya kan dan Gwen bersaudara. Maupun dari sisi keputusan sang ayah yang sangat Roland sesali. "Kau tahu Roland, walaupun aku bukan lah ayah kandung mu t
"Kau siap?" Tanya Aiden pada Gwen saat mereka sudah sampai di depan gerbang kediaman keluarga Meteo. Saat ini mereka sedang berada di dalam mobil sedang mengantri masuk ke dalam area kediaman keluarga Meteo karena di depan mobil mereka ada mobil Theodor dan Angela beserta rombongan nya. Gwen tertawa kecil mendapat pertanyaan seperti itu dari Aiden. Dalam pikiran Gwen jelas-jelas ini adalah rumah nya, tempat di mana dia lahirkan dan dibesarkan. Lantas untuk apa dia dug dig dug ketika pulang ke rumah nya sendiri? " Ada - ada saja!" Ucap Gwen dalam hati. "Hei! Kenapa kau malah tertawa seperti itu?" Tanya Aiden heran tapi juga ikut tertawa walaupun tidak tahu apa yang membuat nya tertawa. Apa jangan - jangan Aiden tertawa karena tertulari Gwen yang tertawa tanpa sebab? Wah sudah seberpengaruh itu kah Gwen dalam hidup nya Aiden? yang jelas-jelas belum genap tiga hari hadir dalam kehidupan Skyaleden Gavin Junior. "Kau tahu tuan Muda Aiden, kau itu sangat lucu." Akhir nya setelah puas t
Gwen melihat ke arah ibu nya yang juga melihatnya dari jauh. Margarette, ibu nya Angela telah membuat ibu nya Gwen melayani keluarga Gavin yang telah masuk lebih dulu sehingga Roselyn tidak bisa menyambut ke datangan Gwen. Gwen tersenyum pada ibu nya. Demikian juga sang ibu, hanya bisa tersenyum kepada sang putri yang kali ini tidak datang sendirian, melainkan bersama seorang pria yang telah menjadi menantu Roselyn. Tapi tidak ada yang Roselyn dapat perbuat bahkan untuk menghampiri dan menyapa Gwen dan Aiden pun dia tidak bisa. "Tidak apa-apa bu. Gwen paham." Kira-kira itu lah isi dari senyuman yang Gwen layangkan pada sang ibu. Gwen sangat paham akan situasi ibu nya yang hingga saat ini dimata para istri tuan besar Meteo tidak pernah dianggap setara dengan mereka. Mereka, para istri tuan besar Meteo masih menganggap ibu nya Gwen sebagai pembantu di rumah itu. Sehingga mulai dari istri paling tua hingga istri-istri sirih tuan Meteo yang usia nya jauh lebih muda dari pada ibu nya
Gwen dan Aiden serta rombongan Aiden terus masuk ke dalam ruangan yang besar itu. Tapi seolah invisible (tidak terlihat), tidak ada yang menyapa mereka atau pun sekedar menghampiri mereka. Semua orang terlihat sibuk menjilat pada Theodor dan rombongan."Sepertinya kita salah masuk ruangan nona Gwen."Seloroh Aiden saat melihat tidak ada satu orang pun yang menghampiri mereka padahal mereka juga adalah bintang di acara hari ini."Selera humor tuan Muda Aiden boleh juga!" Balas Gwen terus mendorong kursi roda Aiden."Kau sudah datang Gwen?" Sapa Roland yang baru saja turun dari lantai atas ruangan itu. Tidak lupa Roland juga menyapa Aiden, sahabat nya."Aiden, lama tidak bertemu." ucap nya sambil mengulurkan tangan nya setelah melihat tangan Aiden yang mengenakan sarung tangan berwarna hitam."Lama tidak bertemu dengan mu, Roland." Balas Aiden dengan wajah datar pada Roland, dan menjabat tangan Roland.Dua pria ini pun saling menatap. Tapi bukan tatapan rindu dua orang sahabat yang terg
"Wah, tuan Muda Aiden! Perlakuan mereka sungguh sangat berbeda pada mu sekarang ini." Ujar Liu Rery sambil berbisik. "Padahal seingat ku dulu, setiap kali kau datang ke rumah ini kau selalu di sambut bak seorang raja. Hanya menjilat jari kaki mu saja yang tidak mereka lakukan." Ucap nya yang sungguh tidak tahan untuk tidak tertawa. Tapi tentu nya tertawa miris maksud nya. "Lihat mantan calon ibu mertua mu itu. Siapa nama nya? Hah, iya! Aku ingat Margarette. Dia bahkan sengaja melihat ke tempat lain saat tanpa sengaja di melihat ke arah kita." Sebut Rery lagi. "Sungguh wanita yang munafik! Dulu dari jauh saja dia sudah meneriaki nama mu! Oh! Menantu ku sudah datang! Menantu kesayangan ku sudah datang untuk mengunjungi ku. Aku sungguh ingin muntah bila teringat zaman-zaman penuh kemunafikan tersebut." Rery sungguh menyampaikan semua isi hati nya dengan cara yang sangat ekspresif. "Dan coba liat dia! Tuan besar Meteo! Astaga! Dia dan istri nya sebelas dan dua belas saja di mata ku. A
Saat semua orang telah duduk di posisi nya, salah seorang pelayan nya Aiden datang dan membisikkan sesuatu pada Rery. "Hmm, aku mengerti. Letakan saja di luar kalau memang tidak mungkin untuk membawa nya ke dalam." Sebut Rery pada si pelayan itu. Pelayan itu pun mengangguk dan kembali berjalan keluar ruangan itu. "Sebelumnya saya ucapkan selamat datang kepada dua pasang pengantin baru, yang baru saja menginjakkan kaki di rumah kediaman keluarga Meteo. Saya, Steve mewakili keluarga besar Meteo dengan tangan terbuka dan hati gembira menyambut kedatangan semua rombongan dari pihak keluarga pria." Acara hari itu pun berjalan dengan lancar jaya. Semua orang saling bicara dan tertawa bersama. Suasana yang sedemikian akrab pun terus berlangsung hingga acara makan bersama selesai. Acara yang tadi nya formal, kini sudah bertukar menjadi acara semi formal yang lebih ke informal. Satu persatu anggota keluarga Gavin yang datang menghantar Theodor dan Aiden pun sudah kembali ke kediaman kelu