Dua hari telah berlalu, namun belum ada tanda- tanda kalau Nayla akan segera siuman. Hingga membuat semua orang merasa khawatir.Bahkan Bu Salamah sempat beberapa kali pingsan, tubuhnya tak mampu menerima berita yang baru saja didengarnya. Beberapa orang yang berdiri di sebelahnya langsung menangkap tubuhnya dan membopongnya ke salah satu kamar pasien. Desy dan Wati, teman Nayla yang kini sering datang membesuk sedang menemaninya di kamar itu.Meskipun dalam kondisi tidak sadar namun kondisi Nayla secara keseluruhan cukup baik. Detak jantung dan tekanan darahnya normal. Dia tidak butuh alat bantu pernapasan sehingga dokter melepas ventilator yang menempel di tubuhnya.Kondisi tubuhnya tidak lagi kritis sehingga dokter memindahkan ke ruang perawatan. Meskipun ventilator sudah dilepas namun peralatan medis lainnya masih tampak menempel di tubuhnya.Memasuki fase vegetatif membuatnya tidak bisa bereaksi terhadap lingkungan sekitar. Sehingga dalam hal pemberian makanan obat-obatan dan pe
Flashback.Setelah kedatangan Arga di malam itu. Di keesokan paginya, tiba-tiba kediaman Pak Aditama digemparkan dengan kedatangan mobil polisi yang berkunjung di rumah tersebut."Selamat pagi, Pak, Bu. Apakah benar ini adalah rumah Bapak Aditama, keluarga dari saudari Larissa Aditama Putri?" tanya seorang pria berseragam polisi yang kini tengah berdiri di depan rumah."Ya, benar. Saya Aditama ayah dari Larissa. Ada apa ya, Pak?" Pria berkacamata itu merasa cukup syok dan kebingungan melihat kedangan dua pria tersebut."Kami dari pihak kepolisian ingin menangkap saudari Larissa dengan tuduhan percobaan pembunuhan kepada saudari Nayla Putri Anissa pada tadi malam," terang sang polisi."Apaa?! Pe-pembunuhan?" Jelas kedua pasang paruh baya itu merasa sangat syok mendengarnya."Tidak-tidak, tidak mungkin putriku melakukan pembunuhan. Pasti ini ada yang salah, Pak Polisi." Dengan menggelengkan kepala, Winda merasa tak percaya. "Tapi maaf, tadi pagi ada yang melaporkannya putri Anda dengan
"S-s-sarah!" Dengan sangat terkejut, Rico pun tertegun menatap wanita yang kini berdiri tepat ada di hadapannya.Sungguh ia tak mengira kalau wanita yang berstatus sebagai istrinya itu akan mengetahui tempatnya berada kini. Glekk!Dengan menelan ludah kasar, seketika wajah pria berkulit sawo matang itu menjadi pucat pasi, bulir-bulir keringat dingin pun mulai mengalir deras di sekujur wajah. Sungguh baru kali ini merasa sangat panik dan juga ketakutan padanya."Ya, ini aku. Kenapa, kok keliatanya kamu kaget banget liat aku? Kaya lagi ngeliat setan aja deh, kamu." Dengan dahi yang mengerut, wanita cantik yang usianya kira-kira sebaya dengan Larissa itu mulai memberinya tatapan curiga.Lalu, tanpa disuruh masuk, wanita berambut lurus sebawah bahu itu bejalan santai langsung menerobos masuk ke dalam epartemen.Sehingga membuat lelaki itu kian bertambah semakin ketar ketir saja padanya. Lalu, dengan wajah yang terlihat sangat tegang, Rico segera menghadangnya. "Tu-tunggu, kau mau ngapain
Plakk!Dengan penuh emosi, Bu Salamah melayangkan sebuah tamparan yang cukup keras di pipi Arga.Arga hanya diam menunduk pasrah, sama sekali tak berani menatap wanita paruh baya itu.Sementara semua orang yang kini berada di depan ruang rawat Nayla cukup dibuat syok melihatnya. Namun mereka memakluminya, karena mereka tau apa yang kini dirasakan Bu Salamah saat melihat apa yang telah dilakukan Arga pada Nayla tadi, pasti membuat siapapun akan merasa sangat emosi padanya."Aku sudah memberi kesempatan padamu untuk bisa menemui Nayla. Tapi, apa yang kau lakukan tadi sudah sangat keterlaluan. Apa kau memang sengaja ingin mebuat keadaan Nayla semakin parah, huh?" bentak Bu salamah marah."Maafkan, aku, Bu! A-aku ... hanya ingin membuatnya bisa tersadar, Bu," jawab Arga."Tapi bukan seperti itu caranya. Itu sama saja kau hanya akan membuatnya semakin parah," sahut Bu Salamah geram.Semua orang yang berada di sekitar sana langsung menganggukan kapala merasa setuju dengan ucapan Bu Salamah.
Plakk!Dengan sangat syok, sebelah pipi Arga kembali mendapatkan sebuah tamparan keras dari seorang wanita paruh baya. Sehingga membuat semua orang yang berada di sekitarnya pun langsung dibuat kagèt dan melongo kebingungan melihatnya.Terlebih lagi Daniel dan Reza, ikut meringis miris membayangkan bagaimana rasanya menjadi korban tamparan dari dua orang wanita yang berbeda."Uhh!" Sambil memegangi pipinya sendiri, kedua pria itu cukup merasa prihatin padanya.Namun, kali ini bukanlah Bu Salamah yang melakukannya. Melainkan sang ibu mertuanya.Dengan wajah yang terlihat merah padam, wanita berpakaian modis dan elegan itu melotot tajam ke arahnya menantunya. Sungguh ia merasa sangat marah dan tidak terima dengan tindakan Arga yang telah melaporkan putrinya ke polisi waktu itu. Hingga membuat putrinya menjadi buronan dan berakhir dengan kehilangan nyawa.Keadaan di depan ruang rawat Nayla kini terlihat kembali menegang karena peristiwa itu. Tentu semua orang-orang yang ada di sana tamp
"Bohong, semua itu tidak benar." Dengan wajah yang terlihat sangat panik dan juga ketakutan, Siska menggelengkan kepala mencoba untuk menyangkal. "Papah, tolong jangan percaya sama dia! Bi-bisa saja dia hanya ingin menuduhku dan ingin membuat Papah jadi salah paham terhadapku, Pah. La-lagi pula mana mungkin aku melakukan itu." Wanita yang tengah berdiri di hadapan suaminya itu terus memohon dan berusaha untuk menyakinkannya.Seperti orang yang sedang berperan sebagai antagonis, Bu Salamah kembali tergelak dengan sangat sinis dan sumbang menertawakan wajah gugup dan ketakutan wanita itu. Sedangkan Bagas masih tak bergeming, diam mematung karena kebingungang. Begitu juga dengan yang lainnya. Dengan berbagai pertanyaan yang kini mulai timbul di hati mereka masing-masing, semua orang itu hanya terdiam tak ada yang mengeluarkan suara sedikit pun. Sungguh mereka kini dibuat syok, kebingungan dan sekaligus penasaran ingin tau apa yang akan dikatakan oleh Bu Salamah selanjutnya. Dan benar
Dengan satu per satu, mata Nayla menyorot tajam ke semua orang yang kini hanya tertunduk diam membisu tidak ada yang mau angkat bicara.Sehingga membuat hatinya kian merasa sangat penasaran dan juga ketakutan membayangkan sesuatu hal yang buruk telah terjadi pada sang calon buah hatinya kini. "Kenapa kalian semua diam?" tanyanya. "Baiklah kalau kalian tidak mau menjawab, biar aku tanyakan langsung pada dokter saja sekarang." Dengan sifat keras kepalanya, tiba-tiba gadis yang masih diperban kepalanya itu hendak turun dari ranjang. Sehingga membuat semua orang itu pun menjadi panik dan langsung mencegahnya."Jangan, Nayla. Kamu diam saja di sini!" "Dengarkan Ibu, Ela. Kamu 'kan baru sadar dari koma. Jadi, sebaiknya kamu jangan berpikiran yang macam-macam dulu, Ok! Nanti bila kamu sudah benar-benar merasa baikan baru kita akan bicara lagi ya, Sayang!" Dengan penuh kelembutan, Bu Salamah mengusap pelan kepala gadis itu. Berusaha untuk menenangkannya.Namun, tampaknya hati Nayla tetap ta
Bu Salamah yang baru saja kembali setelah mencari makanan di luar buat Nayla sarapan, merasa kaget ketika mendengar suara teriakan putrinya dari dalam kamar. Dengan seketika ia langsung menerobos masuk ke dalam kamar.Dan betapa terkejutnya ia, ketika melihat Arga sedang memeluk paksa Nayla. Lalu dengan sangat geram ia segera mendorong kasar tubuh lelaki itu agar menjauhi putrinya."Apa yang kamu lakukan?" bentaknya seraya menatap nanar pria itu. "Ibu!" Sembari menangis Nayla segera memeluk Ibunya. "Ibu, tolong usir dia dari sini!" tunjuknya ke arah Arga."Aku tidak ingin bertemu dengannya lagi. Tolong jauhkan dia dariku, Ibu!" pintanya. Dengan raut wajah memohon, wanita berpakaian pasien itu tampak begitu tertekan dan sangat membenci Arga."Iya, Ela Sayang. Ini Ibu, Sayang. Sudah kamu yang tenang ya, jangan nangis lagi, ok?" Wanita paruh baya itu balas memeluknya dan mengusap-usap punggunggnya pelan. "Baiklah, Ibu pasti akan menjauhkan laki-laki itu darimu, Ela." Wanita paruh baya i