Nayla Putri Anissa, gadis berparas cantik berusia 21 tahun ini adalah gadis yang kalem, baik hati dan juga sederhana itu merupakan anak tunggal dari pasangan Pak Darto dan Bu Salamah.Semasa kecilnya ia dibesarkan oleh sang nenek yang tinggal di sebuah desa kecil yang ada di kota Jogjakarta. Sementara kedua orangtuanya bekerja sebagai sopir pribadi dan pembantu rumah tangga di Jakarta.Namun, sekitar 4 tahun yang lalu, sang ayah mengalami kecelakaan mobil hingga meninggal dunia. Sehingga membuat Ibunya merasa syok dan sangat terpukul. Bahkan karena rasa sedihnya itu, wanita paruh baya itu sampai mengalami depresi dan gangguan jiwa.Dan, semenjak itulah Nayla yang pada saat itu masih berusia 17 tahun harus menanggung beban hidup sang ibu hanya seorang diri saja.Lalu setelah satu tahun berlalu, sang nenek pun meninggal dunia. Sehingga lengkaplah sudah rasa sedih yang menerpanya. Belum hilang rasa pilu karena kehilangan sang ayah dan ibunya yang mengalami gangguan jiwa. Kini gadis itu me
Tidak terasa dua tahun telah berlalu. Semenjak kepergian Nayla dari rumah Pak Aditama, Nayla dan Eni memutuskan untuk pulang ke kampung halaman yaitu kota Jogjakarta.Setelah itu, Eni pun memilih untuk tetap tinggal di kampung dan tidak akan pergi kerja ke Jakarta lagi. Dengan uang pesangon yang telah diberikan oleh Pak Aditama dulu, perempuan beranak 1 itu mendirikan toko sembako kecil-kecilan di rumahnya.Dari hasil toko tersebutlah ia berharap bisa mencukupi semua kebutuhannya sehari-hari. Sehingga ia pun sudah tidak perlu jauh-jauh bekerja di Jakarta meninggalkan anak dan suaminya di kampung lagi.Sedangkan Nayla, setelah tinggal beberapa bulan di rumah Pakdenya untuk menunggu Ibunya. Pada akhirnya ia memutuskan ingin kembali mencari pekerjaan di ibu kota.Karena sudah tidak asing lagi, hampir seluruh orang Indonesia pasti menganggap di kota metropolitan itulah banyak terdapat lowongan pekerjaan. Sehingga membuat Nayla berharap bisa menemukan pekerjaan yang baru lagi di sana.Jika
"Hah, di-dia ...." Dengan membelalakkan kedua mata, Nayla tampak sedikit syok melihatnya."Gimana, ganteng banget, 'kan? Kelihatan masih muda dan gak ada yang menyangka kalau dia udah punya istri dan anak," celetuk Desy. Dengan wajah sedihnya, gadis itu tampak kecewa.Namun, bukannya menjawab, gadis yang sudah berseragam kerja lengkap itu malah terdiam. Seolah gadis tersebut kini sedang melamun ataupun memikirkan sesuatu hal yang serius.Sehingga membuat gadis yang berdiri di sampingnya itu mengerutkan dahi menatapnya dengan keheranan."Woy, Nis! Kok malah diam, sih?" tegur Desy menepuk bahu Nayla.Sontak gadis yang sedang melamun itu terlonjak kaget dan langsung tersadar. "Hah, ada apa, Des?" sahutnya.Desy mendengus kesal. "Kamu ini kenapa sih? Ditanya bukannya jawab malah diam aja kayak patung," sungutnya."Hehehe ... e-enggak kok. Cuma kaget aja gak nyangka apa yang kamu bilang tadi benar. Iya, dia beneran cakep banget deh, sampai-sampai aku aja terpesona kayak tadi," jawab Nayla
"Aaa ...."Brugh!Tubuh Nayla terhuyung ke depan membentur tubuh CEO itu dari samping. Sontak semua orang yang berada di sana langsung terkejut melihatnya.Dengan sangat panik Nayla langsung menundukkan wajah dan meminta maaf. Dia tidak ingin kalau laki-laki yang ada di hadapannya itu sampai melihat wajahnya. "M-maaf, Tu-tuan sa-ya tidak sengaja," ujarnya gagap..Sungguh kini ia merasa sangat gugup dan juga ketakutan. Untung saja ia memakai masker sehingga kemungkinan besar lelaki itu tidak bisa mengenalinya.Ya, walaupun sekarang ini sudah memasuki tahun 2023 dan corona sudah berlalu. Namun, demi kenyamanan para pengunjung, di hotel tersebut masih dengan ketat terus menjalankan protokol kesehatan. Sehingga selama masih dalam jam kerja semua karyawan ataupun para staf hotel diharuskan memakai masker.Tak terkecuali juga dengan Nayla. Dengan rambut hitam yang di sanggul kecil, wajahnya yang cantik itu kini tertutup masker putih dan dengan harap-harap cemas ia masih terus menunduk tak s
Keesokan harinya.Di sebuah hotel, seorang gadis dengan seragam kerjanya, sedang sibuk membersihkan dan merapikan kamar hotel.Gadis berusia 23 tahun itu adalah Nayla. Seorang gadis dengan paras yang cantik, kulit putih bersih. Hidung mancung dan mempunyai lesung pipit di kedua pipi. Tidak lupa senyum manis di bibirnya itu bisa membuat semua orang yang melihatnya langsung terpesona padanya.Sudah hampir 1 tahunan gadis itu bekerja di hotel itu sebagai Housekeeping (HK). Sebenarnya Nayla adalah gadis yang baik, tapi ia terkenal cuek, supel, pendiam dan agak tertutup. Jadi jarang sekali berbicara dengan orang lain, kecuali hanya dengan orang terdekat saja baru dia mau berbicara dan terbuka.Membuat orang yang tidak mengenal dirinya menilai kalau dia itu adalah orang yang sombong.Namun, di balik sikapnya yang terkesan pendiam dan tertutup itu malah membuat para laki-laki di tempat ia bekerja merasa sangat tertarik dan berusaha mendekatinya. Tetapi ia tidak pernah menanggapinya. Ia terli
Sementara Ranti the geng yang masih berdiri mematung di belakang Nayla tadi, terpesona melihat ketampanan yang paripurna dari dua orang yang ada di hadapannya kini.Lalu, tanpa mau menoleh sedikit pun ke arah mereka bertiga, pria angkuh berahang tegas itu berjalan melewatinya dengan begitu saja.Sedangkan pria yang berada di belakangnya hanya tersenyum sambil menganggukan kepala kepada mereka bertiga, sambil terus berjalan mengikuti pria tersebut.“Wah ... itu tadi pangeran kah?” ucap Ranti dengan matanya yang berbinar menatap ke arah dua pria itu.“Betul, ganteng bang-gett dia, Ran ....” sahut temanya yang satunya lagi dengan tatapan memuja.“Ya betul banget, gaes. Mereka berdua tadi benar-benar tampan. Siapa ya mereka?" Ranti masih terus melihat ke arah punggung kedua pria yang sedang berjalan semakin menjauhi mereka bertiga."Cih, apa kalian gak tau? Dia adalah Arga Dewantara sang owner hotel ini tau!" celetuk salah satu temannya."Oh, ya? Kok aku baru tau sih, kalau ternyata sang
Beberapa saat yang lalu.Arga Dewantara adalah sang anak pemilik hotel tempat Nayla bekerja. Tetapi hampir semua staf ataupun para pekerja di hotel itu tidak begitu mengenalnya. Karena memang lelaki tersebut jarang sekali mengunjungi hotel itu. Ia lebih senang berada di kantor pusat yang ada di daerah Sudirman.Sedangkan hotel ini adalah salah satu cabang hotel miliknya yang terletak di Jakarta Selatan. Ya walaupun jaraknya tidak terlalu jauh dari kantor pusat, akan tetapi yang dulu sering datang berkunjung ke hotel itu hanya anak buahnya saja ataupun sang ayah tercinta yang sesekali mau mampir ke sana.Karena dirasa sudah cukup lama ia tidak mengunjungi hotel miliknya itu, pada akhirnya pria berparas tampan dan berbadan atletis itu memutuskan datang ke sana untuk menghadiri perayaan hari ulang tahun berdirinya hotel yang ke enam tahun.“Za, kau merasa ada yang aneh gak sih dengan cewek yang tadi?” ujar Arga yang tengah duduk bersenden di kursi kebesarannya itu. Kini keduanya sedang b
JEDDERR!Bagai tersambar petir di siang bolong. Tentu saja gadis cantik yang tengah berdiri di depan meja kerja sang manager itu sangat syok mendengarnya. Sungguh dirinya tak mengira kalau sang meneger akan berkata seperti itu padanya."Apaa! Sa-saya yang harus melayani Tu-tuan Arga? Ma-maksud, Bapak?" pekiknya kaget."Ya, selama beliau berada di sini, kamulah yang bertanggung jawab atas segala keperluannya. Mulai dari membereskan kamar dan lain sebagainya. Jadi, kamu harus selalu standby apa bila sewaktu-waktu ia membutuhkan pelayanan atau servis kamar darimu nanti," terang laki-laki yang berusia sekitar 30 tahunan itu dengan santainya menjelaskan semua tugas padanya."Em ... ta-tapi kenapa harus saya, Pak? Kan, masih banyak HK senior yang bisa melayaninya dengan baik. Kalau saya takutnya kayak kemarin, Pak. Bapak tau sandiri, 'kan kecerobahan yang telah saya lakukan kemarin itu? Saya itu gampang nervous dan saya takut jika saya akan melakukan kesalahan lagi nantinya, Pak."Dengan be
Aditama yang datang bersama sang istri, dengan wajah yang tampak masih sedikit sedih memberikan ucapan selamat kepada mantan menantunya. Dengan berlapang dada dan berpikiran bijak, ia beserta istri berusaha untuk saling memaafkan dan lebih memilih berdamai dengan keluarga mantan besannya tersebut. Karena mereka menyadari kalau kesalahan bukan hanya terletak pada Arga saja. Melainkan pada putrinya juga yang sama-sama bersalah karena telah berselingkuh. Lagi pula bila ia memilih untuk memusuhi keluarga itu, mereka sendirilah yang akan merugi. Karena pasti keluarga Dewantara akan langsung menghentikan kerjasama dan mencabut segala investasi pada perusahaan miliknya.Sehingga demi memikirkan kelangsungan perusahaan yang dikelolanya, mau tidak mau kedua paruh baya itu lebih memilih untuk berdamai saja dengan keluarga itu.Nayla yang masih tampak tertegun, tersenyum canggung dan sedikit ragu menyambut uluran tangan manta majikannya. "Te-terimakasih, Nyo-nyonya," ucapnya terbata.Sebenarn
"Wah ... kamu cantik sekali, Nis!" Desi yang baru saja datang bersana Wati, langsung memujinya."Terimakasih!" Nayla tersipu malu."Kamu sudah siap?" tanya Wati menepuk pundaknya.Nayla mengangguk pelan."Ya udah, ayo kita turun sekarang. Tamu-tamu udah pada gak sabar nungguin kamu. Apa lagi si Arga," celetuk Wati dengan sengaja ingin mengodanya."Ih, apaan sih?" Nayla tersipu malu."Hahaha ... ternyata ada yang lagi malu-malu kucing nih," ledek Desi."Ah ... sudah-sudah. Ayo kita harus bawa Nayla sekarang. Kalau tidak, yang ada Tuan Agra nanti sampai ngamuk, gimana coba?" timpal Wati yang masih saja terus mengoda Nayla."Iya-ya, benar. Ya udah. Mari Tuan putri ikut kami ke bawah sekarang!" Nayla hanya busa tersenyum dan menggelengkan kepala melihat tingkah kedua temannya itu. Kemudian kedua gadis itu mengiringi Nayla berjalan menuju pelaminan.Lagi-lagi Nayla seperti merasa Dejavu. Di mana dengan dada yang berdegup kencang, ia merasa sangat gugup. Langkah demi langkah ia ayunkan
Dengan dada berdetak kencang, Arga yang kini masih tetap berada di posisinya. Yaitu berlutut di depan Nayla, sungguh merasa sangat resah dan tak sabar ingin mengetahui jawaban darinya.Begitu juga dengan ketiga orang yang berada di depan ruangan itu pun sama tak sabarnya dengan Arga. Seraya terus mengintip lewat kaca bening yang ada di pintu, wajah mereka tampak menegang dan sangat penasaran ingin segera tau apa yang akan dikatakan oleh Nayla.Sementara Nayla kini masih tertegun menatap Arga. Wajah wanita cantik itu masih tampak bimbang untuk mengambil keputusan.Setelah ia berpikir dengan cukup lama, ia pun mempertimbangkan banyak hal. Mulai dari perkataan Ibunya yang menyarankan untuk memberi kesempatan pada Arga, hingga memantapkan bagaimana perasaannya terhadap laki-laki tersebut. Pada akhirnya ia pun memutuskan untuk memaafkannya."Em ... tapi maaf, Arga. A-aku tak akan memaafkanmu jika kau masih saja berlutut seperti ini," ucapnya.Dengan wajah yang berbinar, Arga mengangkat waja
Degh!Seketika itu Nayla tampak syok, panik dan juga sangat cemas mengkhawatirkannya. "Aapaa?! A-arga kecelakaan?" Jelas Nayla langsung terpekik kaget. Begìtu juga Bu Salamah pun sama terkejutnya dengan Nayla. "Ka-kamu jangan bercanda deh, Daniel?" Nayla terbata-bata karena saking paniknya dan juga ketakutan membayangkan hal yang buruk terjadi pada pria itu. "Siapa yang bercanda, Nayla. Beneran Arga sekarang sedang dirawat di rumah sakit ini juga. Da-dan ... keadaanya kini--" Dengan sengaja Daniel menggantung ucapannya. Sehingga membuat hati Nayla semakin menjadi tak karuan. Dengan wajah yang terlihat pucat pasi, ia membayangkan bagaimana keadaan Arga sekarang. Berbagai pikiran buruk mulai bermunculan di benaknya."Kamu tenang dulu ya, Ela! Jangan berpikiran macam-macam dulu!" Bu Salamah mengusap bahunya dengan sangat lembut, berusaha untuk menenangkannya. "Sebaiknya kita melihat Arga sekarang! Di ruang mana dia di rawat?" Wanita paruh baya itu menoleh ke arah Daniel dan Reza. "
Di tempat kejadian.Arga terlihat pingsan di dalam mobil, dalam keadaan duduk menunduk, kepalanya bersandar di atas kemudi mobil. Ada darah yang menetes di dahi akibat benturan keras dengan setir.Mobil itu menabrak sebuah pohon yang ada di pinggir jalan. Sehingga membuat bemper mobil hancur, lampu pada pecah dan kap mobil terbuka. Asap mengepul dari dalam bagian mesin mobil itu."Tolong ... ada yang kecelakaan. Cepat panggil polisi!" Salah satu pengendara motor dengan sigap berteriak meminta tolong dan menghampiri mobil Arga. "Toolong, tolong ... bantuin korban keluar dari dalam mobil!" teriak laki-laki berjaket kulit berwarna hitam.Sehingga membuat beberapa pengendara motor yang kebetulan lewat di sana, datang membantu. Ada sekitar empat atau lima orang yang turun dari motor berusaha memecahkan kaca jendela mobil.Namun tampaknya agak sulit untuk membuka pengait kunci otomatis mobil Arga. "Ah ... sial, macet susah buat dibuka!" seru yang lainnya sedikit mengeluh.Kecelakaan itu me
Bu Salamah yang baru saja kembali setelah mencari makanan di luar buat Nayla sarapan, merasa kaget ketika mendengar suara teriakan putrinya dari dalam kamar. Dengan seketika ia langsung menerobos masuk ke dalam kamar.Dan betapa terkejutnya ia, ketika melihat Arga sedang memeluk paksa Nayla. Lalu dengan sangat geram ia segera mendorong kasar tubuh lelaki itu agar menjauhi putrinya."Apa yang kamu lakukan?" bentaknya seraya menatap nanar pria itu. "Ibu!" Sembari menangis Nayla segera memeluk Ibunya. "Ibu, tolong usir dia dari sini!" tunjuknya ke arah Arga."Aku tidak ingin bertemu dengannya lagi. Tolong jauhkan dia dariku, Ibu!" pintanya. Dengan raut wajah memohon, wanita berpakaian pasien itu tampak begitu tertekan dan sangat membenci Arga."Iya, Ela Sayang. Ini Ibu, Sayang. Sudah kamu yang tenang ya, jangan nangis lagi, ok?" Wanita paruh baya itu balas memeluknya dan mengusap-usap punggunggnya pelan. "Baiklah, Ibu pasti akan menjauhkan laki-laki itu darimu, Ela." Wanita paruh baya i
Dengan satu per satu, mata Nayla menyorot tajam ke semua orang yang kini hanya tertunduk diam membisu tidak ada yang mau angkat bicara.Sehingga membuat hatinya kian merasa sangat penasaran dan juga ketakutan membayangkan sesuatu hal yang buruk telah terjadi pada sang calon buah hatinya kini. "Kenapa kalian semua diam?" tanyanya. "Baiklah kalau kalian tidak mau menjawab, biar aku tanyakan langsung pada dokter saja sekarang." Dengan sifat keras kepalanya, tiba-tiba gadis yang masih diperban kepalanya itu hendak turun dari ranjang. Sehingga membuat semua orang itu pun menjadi panik dan langsung mencegahnya."Jangan, Nayla. Kamu diam saja di sini!" "Dengarkan Ibu, Ela. Kamu 'kan baru sadar dari koma. Jadi, sebaiknya kamu jangan berpikiran yang macam-macam dulu, Ok! Nanti bila kamu sudah benar-benar merasa baikan baru kita akan bicara lagi ya, Sayang!" Dengan penuh kelembutan, Bu Salamah mengusap pelan kepala gadis itu. Berusaha untuk menenangkannya.Namun, tampaknya hati Nayla tetap ta
"Bohong, semua itu tidak benar." Dengan wajah yang terlihat sangat panik dan juga ketakutan, Siska menggelengkan kepala mencoba untuk menyangkal. "Papah, tolong jangan percaya sama dia! Bi-bisa saja dia hanya ingin menuduhku dan ingin membuat Papah jadi salah paham terhadapku, Pah. La-lagi pula mana mungkin aku melakukan itu." Wanita yang tengah berdiri di hadapan suaminya itu terus memohon dan berusaha untuk menyakinkannya.Seperti orang yang sedang berperan sebagai antagonis, Bu Salamah kembali tergelak dengan sangat sinis dan sumbang menertawakan wajah gugup dan ketakutan wanita itu. Sedangkan Bagas masih tak bergeming, diam mematung karena kebingungang. Begitu juga dengan yang lainnya. Dengan berbagai pertanyaan yang kini mulai timbul di hati mereka masing-masing, semua orang itu hanya terdiam tak ada yang mengeluarkan suara sedikit pun. Sungguh mereka kini dibuat syok, kebingungan dan sekaligus penasaran ingin tau apa yang akan dikatakan oleh Bu Salamah selanjutnya. Dan benar
Plakk!Dengan sangat syok, sebelah pipi Arga kembali mendapatkan sebuah tamparan keras dari seorang wanita paruh baya. Sehingga membuat semua orang yang berada di sekitarnya pun langsung dibuat kagèt dan melongo kebingungan melihatnya.Terlebih lagi Daniel dan Reza, ikut meringis miris membayangkan bagaimana rasanya menjadi korban tamparan dari dua orang wanita yang berbeda."Uhh!" Sambil memegangi pipinya sendiri, kedua pria itu cukup merasa prihatin padanya.Namun, kali ini bukanlah Bu Salamah yang melakukannya. Melainkan sang ibu mertuanya.Dengan wajah yang terlihat merah padam, wanita berpakaian modis dan elegan itu melotot tajam ke arahnya menantunya. Sungguh ia merasa sangat marah dan tidak terima dengan tindakan Arga yang telah melaporkan putrinya ke polisi waktu itu. Hingga membuat putrinya menjadi buronan dan berakhir dengan kehilangan nyawa.Keadaan di depan ruang rawat Nayla kini terlihat kembali menegang karena peristiwa itu. Tentu semua orang-orang yang ada di sana tamp