Beranda / Pernikahan / Pengantin Kecil Tuan Xavier / Bab 31 - Kekejaman Xavier

Share

Bab 31 - Kekejaman Xavier

Penulis: Karlinanovi
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-17 20:56:41

Pagi pun datang, mentari menyambut datangnya pagi. Udara sejuk serta kicau burung menemani naiknya sang mentari menyapa alam bumi. Dua minggu sudah Nandini berada di Mansion mewah itu.

"Huft selamat datang pagi. Ini hari ke empat belas aku tinggal di sini, dan kelakuan tuan itu semakin dingin bak es yang berada di freezer sebuah kulkas. Aku hanya sebentar merasakan bagaimana perlakuan manisnya, tapi sekarang dia kembali seperti itu," ucap Nandini lemah dan lesu.

"Apa kepalanya terbentur ya pas dia berangkat bekerja? Atau otaknya ada yang konslet sehingga membuatnya menjadi miring sebelah?" Lanjut Nandini berbicara pelan karena takut ada yang mendengar terus mengadukannya pada pria dingin itu.

Nandini terus berceloteh sambil bersih-bersih. Dia terus menggerutu karena perubahan sikap Xavier yang menurutnya begitu signifikan. Tanpa Nandini tahu, jika Xavier berada tidak jauh dari sana, ia mendengar semua perkataan Nandini.

Senyum Xavier sesekali tersungging
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Puji Amriani
ayo update lagi kak
goodnovel comment avatar
Nika Ramayana
thor tolong kalo update jgn pelit thor
goodnovel comment avatar
Puji Amriani
yang banyak thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 32 - Kekejaman Xavier Part 2

    Gadis yang sedang membersihkan kolam renang itu perlahan berhenti. Ia merasakan lelah, sebab sudah hampir dua jam dirinya membersihkan kolam itu. Tapi, belum selesai juga, bagaimana mau selesai jika kolam itu begitu besar, luas, dan dalam. Gadis itu mengistirahatkan tubuhnya sebentar, keringat dingin mengucur di pelipisnya. Perut kosong, kepala pusing pas sudah. Sungguh malang sekali nasibnya. "Lelah sekali, apa aku bisa istirahat sebentar ya! Perutku juga lapar," lirih Nandini. Ia memandangi teriknya matahari yang perlahan mulai naik. Sesekali tangan mungil itu menyeka keningnya. Lama Nandini terduduk, perlahan dirinya mencoba untuk bangun, tapi sayang tubuhnya yang lemah tidak kuat menopang berat badannya hingga ia terjatuh. Byurr Gadis itu terjatuh ke dalam kolam renang, tubuhnya perlahan tenggelam. Dirinya sudah pasrah, jika ia harus mati tenggelam. Perlahan matanya menutup. Tapi sepersekian detik, ia merasa tubuhnya ada yang melayang. Sepasa

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-18
  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 33 - Kemarahan Arshaka

    Arshaka bergegas lari kala mendengar Nandini mengalami kejang. Berbeda dengan Xavier yang berdiri mematung, shock tentu saja. Pria itu tidak menyangka jika perbuatannya akan berakibat fatal pada gadis itu. Lamunan Xavier buyar, kala melihat Arshaka dengan tergesa membawa Nandini dalam gendongannya. Wajahnya terlihat sangat panik, hingga pria itu tidak memperdulikan keberadaan adiknya. Arshaka melesat menuju mobilnya yang masih terparkir cantik di depan halaman Mansion itu, para maid juga ikut khawatir walau bagaimana pun Nandini adalah nona yang baik untuk mereka. "Paman! Cepat buka pintu mobilnya!" Teriak Arshaka. Jordhan pun dengan segera membukakan pintu. Arshaka langsung masuk, dan supir pun melajukan mobilnya dengan kecepatan yang tinggi. Mereka pun akhirnya sampai di rumah sakit milik keluarga Romanov yang ada di sana. "Suster! Dokter!" Teriak Arshaka tepat di lobby rumah sakit. Para medis yang melihat kedatangan sang putra dari Tuan Romanov pu

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-19
  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 34 - Fakta Nandini

    Setelah puas melampiaskan kemarahannya, Arshaka memilih untuk kembali ke rumah sakit. Apa yang di katakan Xavier terhadap sang kakak berbanding terbalik dengan hatinya. Tentu dia tidak rela jika Nandini jatuh ke tangan kakaknya. "Dasar brengsek! Adik brengsek! Jika aku tahu dia akan berlaku seperti sekarang, sudah ku suruh dia masuk kembali ke perut ibu," ucap Arshaka random. Seorang pria memakai kaca mata hitam bertengger di hidung mancungnya sedang mengawasi rumah Abrian. Pria itu tampak serius memandangi rumah tersebut. Hingga ia melihat seorang wanita paruh baya keluar dari rumah itu. Wanita itu memasuki mobilnya. Dandanannya sangat mencolok. Tidak sesuai dengan usianya, pria tersebut bergidik ngeri membayangkan jika ia di kejar-kejar oleh mahluk seperti itu. "Hii ngeri juga, jika aku di kejar-kejar mahluk seperti itu. Lebih menyeramkan daripada setan," ucapnya sambil bergidik ngeri. Lalu pria itu melangkah mendekati rumah itu. Tak lama ada s

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-19
  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 35 - Kedatangan Meylan

    Seorang gadis yang memakai baju kurang bahan nan sexy tampak berjalan berlenggak lenggok. Bak seorang model papan penggilesan. Gincu tebal berwarna merah terang bak cabe yang menempel di atas bibir. Kacamata hitam bertengger di hidung oplasannya. Kulit putih itu tampak pucat kala tersinari oleh matahari. Membuatnya menutup mata silau. "Akhirnya sampai juga aku di kota ini," lirih Meylan. Ya wanita yang baru saja tiba di bandara itu adalah Meylan. Akhirnya ia kembali dari pelariannya. Di tengah langkahnya, ia nampak menghubungi sang kakak. "Hallo, kak!" Ucap Meylan kala sambungan teleponnya di angkat. "Kakak nggak jemput aku di bandara, Kak?" Tanya Meylan. "Kakak sibuk! Naiklah taxy ke rumah, jangan menungguku!" Jawab Abrian di seberang sana, tanpa menunggu jawaban dari Meylan pria itu memutuskan sepihak sambungan teleponnya. Meylan menghala nafasnya kasar. Kakaknya terlihat berubah sejak kepergiannya. Meylan dapat merasakan hal itu.

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-20
  • Pengantin Kecil Tuan Xavier    Bab 36 - Kemarahan Abrian, Keegoisan Meylan

    Abrian menatap nanar pada gadis yang sedang terbaring di atas brankar pasien. Jordhan menepi memberikan ruang untuk pria itu. Ingin sekali Abrian membawa pergi Nandini, tapi ia tidak ingin mengambil resiko. Abrian tahu bagaimana jika Xavier marah. Pria itu akan dengan sangat menjadi kejam. Dan Abrian tidak ingin jika Nandini lagi yang menjadi korban kekejaman Xavier, jika dirinya bisa menggantikan penderitaan Nandini tentu dengan sangat senang hati Abrian akan sangat rela berkorban. "Sayang," sapa Abrian ketika ia duduk di samping sang adik. "Hei, kakak kembali, maafkan kakak karena beberapa hari yang lalu tidak pernah menemuimu lagi di rumah suamimu. Karena kakak sedang sibuk. Sekarang di saat kakak kemari untuk menjengukmu! Kamu malah kembali terbaring di sini," ucap Abrian lirih. Saat ini, Nandini sedang tertidur setelah meminum obat. Abrian mengambil tangan yang kecil itu. Hatinya tersayat kala mengingat bagaimana menderitanya Nandini. "Sayang,

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-21
  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 37 - Kabar Buruk

    Suara tamparan itu terdengar menggema di ruangan tengah kediaman Wijaya. Abrian menatap datar ibunya. Hubungan keduanya pun renggang semenjak kejadian pernikahan antara Xavier dan Nandini. Abrian muak dan jengah. Perilaku ibunya membuatnya benci. Dan sekarang kelakuan Meylan pun sudah di luar batas. "Pukul saja bu, sampai kau puas! Tapi ingat satu hal bu, kelak apa yang ibu lakukan pada Nandini pasti akan berbalik pada ibu. Bertobatlah bu, sebelum terlambat. Jangan sampai kelak ibu menyesal," ucap Abrian dingin. Lalu ia beranjak dari sana. Abrian sudah memutuskan jika ia tidak akan tinggal lagi di sana. Ia memutuskan akan tinggal di apartemen saja. Abrian hanya berharap, jika ibu dan adiknya akan segera berubah. Karena yang namanya karma pasti akan menghampiri. Entah kapan itu waktunya. "Aku pergi! Pikirkan lagi ucapanku! Jangan sampai ambisi ibu dan Meylan malah akan membuat kalian hancur," Abrian pamit meninggalkan sang ibu yang menatapnya nan

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-22
  • Pengantin Kecil Tuan Xavier    Bab 38 - Kedatangan Meylan Ke Perusahaan

    Xavier menatap datar perempuan yang sekarang berada di hadapannya. Lebih tepatnya duduk di kursi depan mejanya. Wanita dengan penampilan pakaian yang sangat seksi. Sedang wanita itu dengan tidak tahu malunya. Ia menebar pesona juga senyumnya. Berharap jika pria tampan nan dingin di hadapannya akan tergoda olehnya. "Apa kabar Xavier sayang?" Tanyanya dengan suara yang ia lembutkan bahkan terkesan manjah. Xavier hanya diam. Menatap dingin pada wanita tidak tahu malu itu. Dan lihatlah dari cara ia berpakaian sudah seperti wanita malam. "Kenapa diam saja hmm! Apa kamu tidak merindukanku?" Meylan berbicara dengan tidak tahu malunya. "Untuk apa saya merindukan anda!" Jawab Xavier yang sengaja berbicara formal dengan wanita itu. Ya yang datang ke perusahaan Xavier adalah Meylan. Sang calon istri yang kabur di hari pernikahan mereka. Dan sekarang dengan tidak tahu malunya mendatangi dirinya. Meylan tersenyum tipis. Kala X

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-23
  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 39 - Kekhawatiran Xavier

    Abrian sontak berlari dengan cepat, di susul oleh Xavier. Mereka tidak perduli dengan Meylan. Yang ada dalam pikiran mereka saat ini, hanyalah bagaimana keadaan Nandini. Kini keduanya menaiki mobil milik Abrian. Dengan Abrian sendiri yang mengendarainya. Xavier terdiam dengan sejuta pertanyaan dalam benaknya. "Apa yang terjadi Tuhan! Aku harap keadaan gadis itu baik-baik saja!" Batin Xavier berteriak. Sementara Abrian pun diam. Ia lebih memilih fokus menatap jalanan. Sesekali pria itu melirik bos dan yang sekaligus ipar dan sahabatnya itu. "Bagaimana keadaan Nandini!" Tanya Xavier datar. "Entahlah, aku pun tidak tahu. Hanya saja, tadi aku mendengar orang-orang berteriak memanggil namanya. Dan aku reflek berlari karena khawatir terjadi sesuatu padanya," jawab Abrian dengan datar pula ia hanya melirik sekilas pada pria di sampingnya. Xavier menggeram. Tangannya mengepal. Rahangnya mengeras, lalu ia mengambil ponselnya mengeti

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-24

Bab terbaru

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 96 - S2 - Malam Pertama (21+)

    Bab 96 - S2 - Malam Pertama (21+) “Bagaimana saksi, Sah?!” Tanya seorang penghulu kepada para saksi yang berada di sana. “Sah!” “Sah!” “Sah!” Kalimat Sah menggema, membuat setetes air mata jatuh dari pelupuk mata Senja. Alarich melihat hal itu, ia langsung menggenggam tangan mungil sang istri. Membuat Senja sadar jika ia tidak sendiri. Gadis yang sudah bergelar istri itu menoleh, menatap sang suami yang tersenyum manis kepadanya. Lelaki yang tidak pernah tersenyum itu, kini memberika senyumannya hanya untuk sang istri. “Alhamdulilah, kalian sudah sah menjadi sepasang suami istri. Silahkan untuk sang istri mencium tangan sang suami, dan suami mencium kening serta ubun-ubun istri anda,” ujar sang penghulu. Alarich maju, mendekati istrinya. Dengan tubuh bergetar menahan gugup Alarich mencium kening serta ubun-ubun sang istri. Begitu juga dengan Senja, dengan tangan yang gemetar, ia raih jemari sang suami. Men

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 95 - S2 - Menikah

    Bab 95 - S2 - Menikah Deg Senja langsung menoleh ke arah Alarich, ia bahkan menghentikan langkah kakinya. Menatap wajah yang senantiasa datar dan dingin itu, mencari kebohongan dari binar matanya yang tajam. Namun, Senja sama sekali tidak menemukan kebohongan tersebut, ia justru melihat ketulusan, kejujuran, dan keseriusan dari mata Alarich. Lantas Alarich membuka pintu ballroom, begitu pintu terbuka keluarga besar Romanov menyambutnya. Senja mematung di tempatnya berdiri,memandang bagaimana baiknya keluarga yang bahkan tak ada hubungan darah dengannya. Alarich meraih tangan Senja, dan membawanya masuk. Mata Senja sudah berkaca-kaca, melirik tangan yang di genggam oleh Alarich. “Tuan,” lirih Senja. “Mari masuk, mereka sudah menunggumu. Menunggu calon menantu baru di keluarga Romanov. Gadis yang selama beberapa tahun aku tunggu, tidak mungkin aku lepaskan untuk yang kedua kalinya. Oleh karena itu, aku akan langsung mengikatmu dengan pernikaha

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 94 - S2 - Lamaran

    Malam itu, Senja sudah siap dengan gaun yang sudah di siapkan oleh Alarich sebelumnya. Gaun berwarna lembut sangat cocok dengan karakter Senja. Jangan lupakan kerudung yang berwarna sama dengan gaunnya menambah kecantikan seorang Senandung Senja. Gadis berhijab itu di dandani oleh Sheinafia, wanita beranak satu itu begitu antusias kala mendengar Alarich hendak melamar Senja. Namun, mereka sengaja tidak mengatakan hal itu kepada Senja, sebab takut jika gadis tersebut menolaknya. “Ya Tuhan, kamu cantik sekali, Senja,” pekik Sheinafia yang membuat ketiga perempuan paruh baya yang kebetulan berada di kamar Senja sontak menoleh ke arah dua wanita muda itu. Nandini, Namilea, dan Melati tersenyum kala melihat Senja. Wajahnya yang cantik alami semakin bersinar kala Sheinafia membubuhkan make up flawless di wajah cantiknya. Namilea menghampiri keduanya, ia tersenyum lembut lantas mengusap puncak kepala Senja yang terbalut hijab. “Kamu cantik sekali, Nak

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 93 - S2 - Pendekatan Alarich

    Bab 93 - S2 - Pendekatan Alarich Tidak terasa, sudah hampir dua minggu Senja tinggal di Mansion Romanov. Selama itu pula, Senja belum pernah kembali bertemu dengan Alarich. Entah kemana perginya lelaki dingin itu, pria pertama yang merangkulnya ketika ia terjatuh. “Senja, Nak,” panggil Namilea. Merasa ada yang memanggilnya, Senja pun menoleh. Ternyata ibu dari Alarichlah yang memanggil namanya. Senja tersenyum menyambut kedatangan Namilea yang kini duduk di sebelahnya. “Sedang apa, Nak? Ibu lihat dari tadi kamu duduk sendirian di sini? Kamu bosan?” Tanya Namilea hati-hati. Senja menggelengkan kepalanya,”Tidak ibu. Senja tidak bosan,” jawab Senja yang memang sekarang memanggil Namilea dengan panggilan ibu sesuai permintaan Namilea. Namilea pun tersenyum. Lantas mengangkat sebuah paper bag yang isinya entah apa. “Ini, tadi Alarich sebelum berangkat kerja dia menitipkan ini untuk kamu. Katanya, pakai nanti malam asisten Alarich a

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 92 - S2 - Kembalinya Senja

    Bab 92 - S2 - Kembalinya Senja “Semuanya, perkenalkan … Senandung Senja.” Deg Mereka terdiam, tentu tidak menyangka jika gadis yang memilih untuk pergi dari kediaman Romanov, kini telah kembali. Alarich, menemukannya dan entah dimana lelaki tampan nan dingin itu menemukan keberadaan Senja. Berbagai spekulasi muncul di kepala para paruh baya itu. Namun, mereka senang sebab sepertinya Alarich mulai membuka hatinya. Namilea menghampiri keduanya, ia menatap tidak percaya gadis cantik yang berdiri di hadapannya itu. “Nak, benarkah kamu Senja? Gadis yang dulu masuk ke dalam mobil Alarich?” Tanya Namilea lembut. Senja terdiam, namun ia melirik Alarich yang berdiri tak jauh darinya. Alarich pun mengangguk. Senja tersenyum tipis, “ Ya, Nyonya. Maafkan saya karena dulu memilih untuk pergi dari sini. Maaf, bukannya saya tidak tahu berterima kasih, hanya saja … saya tidak mau terlalu jauh merepotkan kalian. Kalian terlalu

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 91 - S2 - Kebingungan Senja

    Bab 91-S2-Kebingungan Senja “Bagaimana, Senandung Senja?” tanya Alarich. Raut wajah lelaki itu terlihat begitu serius, Senja jadi bingung. Entah langkah apa yang harus ia ambil, semua terasa begitu mendadak. “Maafkan saya, Tuan. Tapi … mengapa anda begitu yakin jika saya adalah Senja yang anda cari? Bagaimana jika ternyata anda salah orang?” Tanya Senja pelan nan lembut. “Insting,” jawab Alarich singkat padat dan jelas. “Insting? Bagaimana bisa?” Lirih Senja yang masih bisa di dengar oleh Alarich. Alarich menatap Senja datar, “Kau Senandung Senja, perempuan yang tiba-tiba memasuki mobilku dan meminta pertolongan dari ibu dan saudara angkatmu itu.” Deg Senja mematung di tempatnya, tentu ia tidak lupa dengan kejadian itu. Di mana ia memasuki mobil Alarich dan meminta pertolongan kepada lelaki tampan itu. Dari kejadian itu pula, Senja merasakan bagaimana arti keluarga sesungguhnya. Hanya saja, karena merasa in

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 90 -S2- Mengajak Senja

    Deg “Kenapa kamu berpikir seperti itu, Sayang?” tanya Sheinafia pada sang suami yang tengah memakan mangga muda di waktu yang tak lazim yaitu jam delapan malam. Rain mengunyah habis mangganya sebelum ia menjawab pertanyaan sang istri. Sheinafia bahkan sampai meneguk ludahnya kasar kala melihat bagaimana Rain memakan mangga itu tanpa rasa kecut sedikitpun. Rain tersenyum lembut, dan membelai pipi sang istri dengan penuh kasih sayang. Tatapan Rain kepada Sheinafia sama sekali tidak pernah berubah. Penuh cinta dan juga kasih sayang, Rain yang dingin dan datar di luar nyatanya tidak berlaku untuk keluarga kecilnya. “Sayang, kamu masih ingat ketika mengandung Hazelnut, bukankah aku yang mengalami couvade syndrome. Sampai aku tidak bisa terbangun dan harus istirahat di atas tempat tidur selama satu bulan lamanya?!” Sheinafia diam, lalu tak lama kemudian ia mengangguk. Tentu masih segar di dalam ingatannya ketika ia mengandung Ha

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 89 - S2 - Couvade Syndrom

    Alarich baru saja tiba di mansionnya, Sheinafia tampak tengah memangku Hazelnut. Sepertinya gadis kecil itu tengah demam. “Ada apa?” tanya Alarich pada Sheinafia. “Al, kamu sudah pulang? Dimana Rain? Aku kira kalian pulang sama-sama,” ujar Sheinafia yang terlihat lelah. Alarich mengambil alih tubuh Hazelnut, dan memang benar gadis kecil itu tengah demam. Alarich mengusap lembut punggungnya, membuat tangisan Hazelnut mereda. Setahu Alarich, keponakannya anak yang anteng. Walaupun ia tengah sakit, jarang sekali Hazelnut rewel seperti saat ini. “Kenapa, Sayang?” tanya Alarich lembut. “Daddy, dimana ayah? Kenapa ayah belum juga pulang?” tanyanya lirih. Alarich menatap Sheinafia, perempuan muda itu hanya mengedikkan bahunya. Tanda ia tak tahu kemana perginya sang suami, biasanya jam empat sore lelaki itu sudah pulang. “Sudah kamu coba menghubunginya, Shei? Tidak biasanya ia pulang telat seperti sekarang,” ucap Alarich datar.

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 88 - S2 - Rasa Yang Masih Sama

    Deg Jantung Alarich terasa berdenyut dengan cepatnya kala ia mendengar suara yang begitu di rindukan. Suara yang selama bertahun-tahun lamanya ia nantikan kehadirannya. Kini, Alarich mendengar kembali suara itu. Langkah kakinya yang tegas membawa ia mendekati sang keponakan. Anak dari kakak sepupu yang begitu ia sayangi seperti anaknya sendiri. “Daddy,” cicit Hazelnut. Air mata masih membasahi kedua pipi chubby Hazelnut. Alarich semakin mendekat, kini wajah itu wajah yang selalu di rindukannya itu ada dihadapan Alarich. Alarich berjongkok, menyamakan tingginya dengan tinggi Hazelnut, tangan besarnya mengusap lembut air mata yang masih setia membasahi mata indahnya. Lutut gadis kecil nan cantik itu tampak mengeluarkan darah. “Are you ok?” tanya Alarich khawatir. Deg Kini gadis berhijab pastel itu yang merasakan degup jantungnya berpacu, bagaimana tidak. Suara yang ia dengar sekarang adalah pemilik nama yang setiap malam sering ia

DMCA.com Protection Status