Warning.! Cerita ini mengandung banyak bawang yah tapi seru loh🙏
Zean Pov
Jujur rasanya berat bagiku. Bagaimana tidak, aku harus melepas kekasihku yang baru saja pergi meninggalkan ku selama-lamanya padahal tinggal beberapa hari lagi aku akan siap melamar pujaan hatiku. Adelia simamora, gadis yang telah bersama denganku selama 7 tahun. Bersamanya ku temukan begitu banyak bahagia walau tak sedikit duka selalu datang. Rasanya berat melepas Adelia dari kehidupanku. Karena banyak hal tentang dia yang belum sepenuhnya ku ceritakan kepada keluarga ku.***
Dua minggu sebelum hari pernikahanAdelia akan sampai di Bandara Eltari se-jam lagi dari kota dimana ia bekerja. Aku dan Adelia memang menjalani hubungan jarak jauh namun, kami tetap setia dengan komitmen yang kami buat masing-masing.
Hari ini aku berencana untuk pergi ke bandara lebih awal untuk memberinya kejutan karena sebelumnya aku sempat mengatakan kepadanya bahwa aku akan terlambat ketika menjemputnya padahal itu hanya rencana ku saja untuk membuat kejutan kepadanya. Aku bisa membayangkan jika dia mengetahui rencana ku pastilah dia tidak akan berhenti mengomel, jadi aku diam-diam tidak memberitahukannya.***Di bandaraAku masih di dalam mobil dengan se-bucket Mawar campuran dari Mawar Musk dan Mawar kubis serta sedikit bunga Tulip Montreux yang memberi kesan sederhana namun menawan. Aku sengaja memilih ke tiga jenis bunga ini karena ketiganya adalah bunga kesukaan Adelia.
Setelah se-jam berlalu, tampaknya pesawat belum juga muncul. Aku tidak berpikir jika pesawat yang Adelia tumpangi Adelia akan Delay karena, sebelumnya aku sudah me-ngecek Schedule keberangkatan Adelia dengan pasti.Sementara aku yang sibuk berpikir, tiba-tiba gawai ku bergetar.Drtt…drttDisana tertulis “My Love”, itu adalah panggilan dari orang yang sedang kutunggu, Adelia Simamora!Dengan cepat aku mengambil gawaiku dan mengangkat panggilan dari Adelia.“Hallo Adel,” Suara ku cepat tanpa menunggu lagi.“Hallo sayang, kamu lagu nunguin aku yah?” Suara Adelia terdengar dari seberang.“Pesawat sesuai schedule kamu di Delay yah sayang?” Ujarku tanpa menghiraukan pertanyaan Adelia“Enggak kok, ngakk Delay.” Tukas Adelia“Lah terus kamu dimana sekarang?” Tanyaku pada Adelia“Lagi di samping kamu.” Ucap Adelia semangatAku yang mendengar ucapan Adelia pun terperanjat seketika, namun aku ingin memastikan apakah Adelia sedang melucu ataukah memang benar maksut perkataannya di telfon tadi. Refleks aku langsung menurunkan kaca mobil dan melirik ke sana-kemari tanpa mengakhiri pangilan. Ternyata apa yang dikatakan Adelia memanglah benar. Saat ini Adelia sedang menungguku di seberang kanan jalan tepatnya di depan Zebra Cross dengan senyuman dia menyapaku saat mataku tepat memandangnya. Adelia sebuah nama yang memiliki arti yang baik dan indah dan nyatanya wanita yang sedang tersenyum lebar disana ini memanglah memiliki lebih dari ke dua arti dari nama indahnya itu. Saat ini, Alea sedang berdiri dengan sebuah koper berwarna peach di samping kirinya dan tangan kananya memeluk boneka beruang kecil berwarna cokelat, dengan kamera canon berukuran kecil yang menggantung di dadanya. Hari ini Alea sangat cantik ataukah mungkin aku yang terlalu merindukannya yah,batinku.Aku yang sedari tadi menatap Adel pun kini menyadari bahwa dering telefon kami berdua masih tersambung sehingga, aku memilih untuk menyapa Adelia kembali.“Adel, kamu cantik tapi kenapa harus pake jumpsuit sayang?” Ucapku dengan nada lembut“Kenapa memangnya bawel, ini keren kok. Cocok dengan musimnya juga kok. Aku jadi kelihatan lebih elegan tau, dasar kamu ajah yang suka komentar.” Ucap Adel dengan bibir yang sengaja di manyunkan kedepan.“Hhehe aku hanya mengodamu saja sayang. Tenang saja kamu sudah cantik bagiku. Bagi mataku,pikiranku dan hatiku. Hehehhe” Ujarku sambil terkekeh.“Iya-iya. Kamu mau aku samperin kamu? Atau kamu yang ke sini sayang?” Tanya Adel sambil memperlihatkan gigi putihnya dari seberang jalan.“Tunggu aku kesana. Jangan kemana-mana yah. Pastikan kamu menunggu aku, ingat!” Ucapku dengan penuh penekanan sambil tanganku mematikan sambungan telefon tanpa persetujuan dari Adelia.***Setelah nada sambungan aku dan Adelia benar-benar putus, aku telah siap menghampiri Adelia. Ku ambil Se-bucket bunga kesukaan Adelia di bangku sebelah kiri mobilku dan bergegas menghampiri Adelia. Namun, sebelum itu ku tutup pintu mobil ku yang ter-parkir di seberang kiri jalan yang mana posisinya berhadapan dengan Adelia, yang saat ini sedang berdiri menungguku disana dengan senyuman khasnya yang sudah sangat kurindukan itu.Aku berdiri di garis putih yaitu, Zebra Cross dan menunggu beberapa kendaraan sepi sambil mengangkat se-bucket bunga yang kugengam di tangan kananku. Aku bisa melihat ekspresi Adelia yang sangat gembira di seberang sana. Setelah jalanan benar-benar sepi, aku memutuskan melangkah dengan cepat ke arah dimana Adelia berada. Setelah langkahku berhasil mendekati Adelia, kemudian Adelia spontan berlari dengan cepat ke arahku dan berhambur dalam pelukanku dengan penuh kegirangan. Aku yang berdiri pun hampir terhempas karena Adelia memelukku dengan pelukaan yang cepat juga pelukan yang sangat kuat. Sementara aku, yang masih berdiri memegang bunga pun mencoba melingkarkan tanganku pada pinggang ramping Adelia dan mengelus-elus punggungnya. Pelukan Adelia semakin erat di tubuhku apalagi saat dia membenamkan wajahnya di dada ku. Tanganku yang semula berada di pingganya kini mulai mengelus puncak kepalanya. Rambutnya yang dilepas terurai dan menjuntai begitu saja terasa begitu hangat di dadaku. Tanganku membelai rambutnya dan sesekali menyibak anak rambutnya yang menutupi sebagian wajahnya.
“Kamu sudah sangat rindu?” Ucapku membuka obrolan dengan wanita di depanku iniAdelia sejenak mendongkak ka arahku dengan senyuman kecil yang terukir di wajahnya “ Memangnya salah kalau aku rindu kamu? Kan rasa rindu itu umum, itu sebuah rasa yang tidak bisa dipendam terlalu lama kan, sayang?” Ucap Adelia yang kemudian kembali membenamkan wajahnya di dadaku.Aku hanya bisa tersenyum ketika mendengar ucapan Adelia. Perlahan aku membungkuk dan mencium puncak kepalanya dan kemudian kecupan terakhir ku berhasil mendarat di kening mulus Adelia.“Aku sangat rindu kamu sayang, sangat rindu. Kali ini aku ngak akan biarkan kamu kemana-mana. Kamu hanya milik aku setelah kita nikah.” Ucapku dengan nada menggoda“Cikk.. kamu ini mulai menggoda aku yah? Heheh sayang kamu belajar dimana sih” Tukas Alea di iringi dengan sebuah cubitan berhasil mendarat di pinggang ku.Reflex, aku kaget dan sontak berteriak kecil. “ Auhh” jeritku. “Kamu sudah mulai nakal yah sayang?” Tanyaku pada Adelia sambil berbisik di telinganya.Aldelia yang mendengar bisikan halusku pun sontak melepas pelukan dan menolakku ke arah belakang.“Berhenti menggodaku sayang! Mana bungaku. Aku sudah rindu pada bunga-bunga itu?” Ujar Alea tegas sambil menyodorkan tangannya di hadapanku seperti sedang menagih utang.“Iya sayang. Ini bunga kamu. Kamu sukak?” Kata ku sambil menyodorkan se-bucket bunga kesukaan Adelia.“Aku sukak, ini sangat sesuai dengan gayaku. Kamu kah yang merangkainya bukan?” Tanya Adelia dengan tatapan menyelidik.“Iya sayang. Kalo begitu ayo aku antar kamu ke hotel. Aku yakin kamu sudah lelah nunguin aku. Lagipula kamu sudah pasti rindu belaianku kan.” Ucapku sambil menarik tangan kiri Adelia.Namun, Adelia melepas tanganku dengan keras dan berlari ke tengah jalan dan ia berteriak dengan kencang.“Awas nona-aaa,” Suara Adelia meninggi kemudian perlahan menghilang dan hanya terdengar suara dentuman besar yang mengikuti. Kejadian tragis itu terjadi tepat dihadapanku. Mataku benar-benar menyaksikan kecelakaan Adelia. Orang yang aku cinta, orang yang aku sayang dan orang yang baru aku temui tadi, baru tadi. Kenapa, batinku bertanya-tanya. Sementara aku yang hanya berdiri mematung pun mulai kehilangan tumpuan kaki. Kaki ku terasa lemas bagai dihantam kayu tepat di atas lututku. Aku mencoba mengumpulkan kekuatan namun, naas semuanya itu tertahan karena aku yang sudah gementar dengan tangis yang terus terjun bebas tanpa satu suara yang keluar dari mulutku. Hanya sesak yang memenuhi rongga dadaku. Nafasku berdegup kencang ketika wanita ber-syal merah itu datang dan menangis di samping Alea. Aku yang sedari tadi tersungkur pun mencoba bangkit dan berdiri serta memegang bucket bunga yang terjatuh di trotoar dan kemudia aku berjalan ke tengah jalan dimana kerumunan massa yang sedang melingkari tubuh Adelia. Saat sesampainya aku tepat di depan Adelia, aku hanya mematung ketika melihat Adelia yang sudah bersimbah darah dengan wajah pucat dan mata yang menutup dengan syaduhnya. Kucoba menahan tangis namun tak bisa ku bendung lagi. Tangis ku pecah di depan mayat Adelia.“ Adelia…Adelia” Pangil ku namun, taka da respon dari wanita yang sudah pucat ini.Aku mencoba mendekat dan berteriak lagi kepada Adelia yang sekali lagi hanya mematung begitu saja? “Adelia…? Sayang…? Adelia.. ka-muu sekarang tidak melucu kan? Bangun sayang aku disini? Kamu udah janji kan? Barusan kamu bilang ke aku semua. Please bangun sayang bangun!”Teriakku dengan histeris.Namun saat aku hendak memeluk dan menopang tubuh Adelia, tiba-tiba ada sebuah tangan yang menahan lenganku. Saat aku meliriknya dengan manik hitamku tampak wanita ber-syal merah itu memandangku dengan tangis yang ia bendung.“Siapa kamu?” Tanyaku kepada wanita ber-syal merah itu di sela-sela isak tangis namun dia tidak membalas ku namun semakin menangis sejadi-jadinya di hadapanku.Siapakah wanita ber-syal merah ini dan ada apa sebenarnya yang terjadi yah? Yuk simak kelanjutan ceritanya hanya di Good novel! Bersambung***Warning.!Masih ada banyak bawang yah gaes🤧Mataku tidak bisa berhenti menatap wanita ber-syal merah ini. Ucapan-ucapanku sepertinya tidak terdengar olehnya ataukah ia sengaja tidak mendegarnya. Dia hanya terus menangis disampingku, bersama meratapi Adelia.Mataku terus menatapnya keheranan sedangkan nafasku terus memburu dan tangis yang masih terus mengalir. Tatapan menyelidik ku berhenti saat melihat Boneka teddy yang telah turut bersimbah darah Adelia yang wanita ini gengam di tangan kirinya. Dengan cepat, aku menarik Boneka itu dari tangan wanita ber-syal merah ini dan dengan nada ketus aku bertanya sekali lagi kepadanya.“Siapa kamu sebenarnya?” Ucapku di sela-sela tangisan.“Maafkan saya Pak. Ini semua salah saya pak.” Ujarnya dengan wajah yang menunduk?“Apa maksutmu. Jangan-jangan ka-,” Perkataan ku harus terhenti sebentar ketika mendengar mobil polisi yang melaju ke arah cepat kea rah kami.
Yukk ke tkp yuk..“Setuju” Tanyaku pasti pada wanita yang berdiri tepat di hadapanku“Setuju” Jawabnya dengan semangat“Baguslah. Jika kamu sudah setuju, sore pukul 17.00 datang ke tempat ini” Ucapku sambil menyodorkan secarik kertas bertuliskan sebuah alamat.Wanita dihadapanku ini tidak menjawab perkataanku, dia hanya mengambil kertas yang aku sodorkan lalu menganguk saja dan itu artinya dia mengiyakan semua perkataanku. Dari pada aku berlama-lama berdiri dengannya disini, lebih baik aku ke kantor,gumamku. Banyak hal yang harus ku urus.***Setelah berpamitan, aku bergegas masuk ke mobil dan melaju dengan kencang membelah keramaian kota Zue. Sesekali aku mengingat Adelia yang sudah pergi meninggalkan aku seorang diri. Wajahnya masih terbayang-bayang di benaku. Ada rasa sesak yang bertahkta di dalam dada. Rasa sesak yang bercampur dengan rasa bersalah.Mobilku ku paksa menepi di tengah-teng
Mata Alea tidak dapat berkedip untuk beberapa detik. Deru nafasnya bergerak cepat. Ia tidak habis pikir dengan apa yang dilihatnya sekarang. Terlebih lagi perkataan lelaki itu yang sangat menyinggung perasaannya.Pembunuh? Apakah aku yang membunuhnya? Semua hanya kecelakaan. Aku yang terlambat menolongnya bukan berarti aku membunuhnya! Aku juga shock saat itu apalagi ketika wanita itu mengambil nafas panjang sambil menutup mata dan juga tersenyum di hadapanku.Apakah aku salah sehingga aku dapat di katakan pembunuh?Seluruh pikiranku kini di paksa bekerja. Otak dan batinku saling bertanya. Mataku yang sebelumnya berani menatap rona hitam miliknya, kini kembali ku tundukkan karena gugup yang menyerang ku dengan tiba-tiba. Lantas aku tak berani menatap manik hitam miliknya yang penuh dengan amarah yang tersimpan jelas. Itu tergambar jelas dari sorot matanya.***Beberapa menit berlalu dalam keheningan. Aku tak memilih bersuara, apalagi meny
Pagi itu harusnya aku bergembira, mengeluarkan tetes air mata bahagia namun mengapa tetes-tetes kepedihan yang sedang menyayat-nyayat hatiku sekarang. Tak dapat lagi ku tahan batin yang meronta, ingin segera didengar ataukah hati yang sakit meminta untuk diobati. Seperti teriris-iris di dalam sana. Kehidupan ku, terpaksa harus menelan pil pahit demi menyelamatkan nama besar keluargaku.Hari ini adalah sejarah terbesar dalam hidupku dimana sebentar lagi aku akan melepas masa lajang. Melepas semua mimpi-mimpi yang belum sempat ku wujudkan. Dan kini aku harus berani mengawali kehidupan yang belum pernah aku jalani sebelumnya. Kehidupan tentang bagaimana menjadi istri yang baik dalam status Pengantin bayaran. Namun, jangan tanya diriku bahagia meghadapi semua ini, yang ada hanyalah rasa sakit di hari bahagia menurut perkataan orang-orang.***Di dalam Ruang Pengantin“Alea,” Suara lembut Naura membuyarkan lamunan Alea. “Nak, jika kamu belum siap akhiri saja.. Mama mendukungm
Mata Alea tidak dapat berkedip untuk beberapa detik. Deru nafasnya bergerak cepat. Ia tidak habis pikir dengan apa yang dilihatnya sekarang. Terlebih lagi perkataan lelaki itu yang sangat menyinggung perasaannya.Pembunuh? Apakah aku yang membunuhnya? Semua hanya kecelakaan. Aku yang terlambat menolongnya bukan berarti aku membunuhnya! Aku juga shock saat itu apalagi ketika wanita itu mengambil nafas panjang sambil menutup mata dan juga tersenyum di hadapanku.Apakah aku salah sehingga aku dapat di katakan pembunuh?Seluruh pikiranku kini di paksa bekerja. Otak dan batinku saling bertanya. Mataku yang sebelumnya berani menatap rona hitam miliknya, kini kembali ku tundukkan karena gugup yang menyerang ku dengan tiba-tiba. Lantas aku tak berani menatap manik hitam miliknya yang penuh dengan amarah yang tersimpan jelas. Itu tergambar jelas dari sorot matanya.***Beberapa menit berlalu dalam keheningan. Aku tak memilih bersuara, apalagi meny
Yukk ke tkp yuk..“Setuju” Tanyaku pasti pada wanita yang berdiri tepat di hadapanku“Setuju” Jawabnya dengan semangat“Baguslah. Jika kamu sudah setuju, sore pukul 17.00 datang ke tempat ini” Ucapku sambil menyodorkan secarik kertas bertuliskan sebuah alamat.Wanita dihadapanku ini tidak menjawab perkataanku, dia hanya mengambil kertas yang aku sodorkan lalu menganguk saja dan itu artinya dia mengiyakan semua perkataanku. Dari pada aku berlama-lama berdiri dengannya disini, lebih baik aku ke kantor,gumamku. Banyak hal yang harus ku urus.***Setelah berpamitan, aku bergegas masuk ke mobil dan melaju dengan kencang membelah keramaian kota Zue. Sesekali aku mengingat Adelia yang sudah pergi meninggalkan aku seorang diri. Wajahnya masih terbayang-bayang di benaku. Ada rasa sesak yang bertahkta di dalam dada. Rasa sesak yang bercampur dengan rasa bersalah.Mobilku ku paksa menepi di tengah-teng
Warning.!Masih ada banyak bawang yah gaes🤧Mataku tidak bisa berhenti menatap wanita ber-syal merah ini. Ucapan-ucapanku sepertinya tidak terdengar olehnya ataukah ia sengaja tidak mendegarnya. Dia hanya terus menangis disampingku, bersama meratapi Adelia.Mataku terus menatapnya keheranan sedangkan nafasku terus memburu dan tangis yang masih terus mengalir. Tatapan menyelidik ku berhenti saat melihat Boneka teddy yang telah turut bersimbah darah Adelia yang wanita ini gengam di tangan kirinya. Dengan cepat, aku menarik Boneka itu dari tangan wanita ber-syal merah ini dan dengan nada ketus aku bertanya sekali lagi kepadanya.“Siapa kamu sebenarnya?” Ucapku di sela-sela tangisan.“Maafkan saya Pak. Ini semua salah saya pak.” Ujarnya dengan wajah yang menunduk?“Apa maksutmu. Jangan-jangan ka-,” Perkataan ku harus terhenti sebentar ketika mendengar mobil polisi yang melaju ke arah cepat kea rah kami.
Warning.! Cerita ini mengandung banyak bawang yah tapi seru loh🙏Zean PovJujur rasanya berat bagiku. Bagaimana tidak, aku harus melepas kekasihku yang baru saja pergi meninggalkan ku selama-lamanya padahal tinggal beberapa hari lagi aku akan siap melamar pujaan hatiku. Adelia simamora, gadis yang telah bersama denganku selama 7 tahun. Bersamanya ku temukan begitu banyak bahagia walau tak sedikit duka selalu datang. Rasanya berat melepas Adelia dari kehidupanku. Karena banyak hal tentang dia yang belum sepenuhnya ku ceritakan kepada keluarga ku.***Dua minggu sebelum hari pernikahanAdelia akan sampai di Bandara Eltari se-jam lagi dari kota dimana ia bekerja. Aku dan Adelia memang menjalani hubungan jarak jauh namun, kami tetap setia dengan komitmen yang kami buat masing-masing.Hari ini aku berencana untuk pergi ke bandara lebih awal untuk memberinya kejutan karena sebelumnya aku sempat mengatakan kepadanya bahwa
Pagi itu harusnya aku bergembira, mengeluarkan tetes air mata bahagia namun mengapa tetes-tetes kepedihan yang sedang menyayat-nyayat hatiku sekarang. Tak dapat lagi ku tahan batin yang meronta, ingin segera didengar ataukah hati yang sakit meminta untuk diobati. Seperti teriris-iris di dalam sana. Kehidupan ku, terpaksa harus menelan pil pahit demi menyelamatkan nama besar keluargaku.Hari ini adalah sejarah terbesar dalam hidupku dimana sebentar lagi aku akan melepas masa lajang. Melepas semua mimpi-mimpi yang belum sempat ku wujudkan. Dan kini aku harus berani mengawali kehidupan yang belum pernah aku jalani sebelumnya. Kehidupan tentang bagaimana menjadi istri yang baik dalam status Pengantin bayaran. Namun, jangan tanya diriku bahagia meghadapi semua ini, yang ada hanyalah rasa sakit di hari bahagia menurut perkataan orang-orang.***Di dalam Ruang Pengantin“Alea,” Suara lembut Naura membuyarkan lamunan Alea. “Nak, jika kamu belum siap akhiri saja.. Mama mendukungm