Nyonya Sukma jatuh tersungkur di depan pintu rumah Ivy. Ia berusaha untuk berdiri tegak di depan Ivy yang menatapnya angkuh. “Tega sekali kau mengusirku dari sini Ivy. Apa kau tidak memikirkan ayahmu yang akan kecewa karena sikap kasarmu padaku?”Ivy melipat kedua tangannya di bawah dadanya sambil tersenyum sinis melihat Nyonya Sukma. “Maaf Nyonya Sukma, ayahku sudah tiada. Jadi beliau tidak akan kecewa padaku. Lagipula, kalau ayahku menyaksikan ini di atas sana, ayahku pasti akan berterima kasih padaku karena aku menyingkirkan penjahat dari rumah ini.”Nyonya Sukma tidak bisa pergi begitu saja dari rumah itu. Sebab, selain rumah ini, ia tidak punya tempat tinggal lagi. Apalagi ia sudah susah payah mendapatkan rumah ini. Ia tak rela pergi begitu saja. Bahkan demi tinggal di rumah itu, ia bisa merendahkan dirinya di depan Ivy. “Ivy, kamu begini karena marah pada ibu yang sudah merebut Reno darimu sampai pernikahanmu batal. Ibu minta maaf karena itu. Tapi sebenarnya ibu tidak punya niat
Ivy tersenyum smirk sembari menatap Naomi dengan tatapan angkuh. “Kau bisa lihat. Itu semua barang-barangmu yang kubuang!” “Beraninya kau membuang barangku. Apa kau tidak tahu, kau datang ke rumah siapa?” Naomi semakin marah dengan sikap angkuh Ivy hingga ia meninggikan suaranya dengan amat keras. “Aku tahu. Ini adalah rumahku.” Naomi tersenyum sinis. Ekspresinya terlihat meremehkan seolah mengejek Ivy yang berdiri angkuh di depannya. “Itu dulu. Sekarang rumah ini sudah menjadi milik ibuku. Jadi, sadarkan dirimu Ivy dan pergi dari sini sebelum aku menelfon polisi untuk melaporkanmu karena telah masuk ke rumah ibuku tanpa izin.” “Silahkan lapor polisi! Aku malah senang kalau polisi datang kemari. Mereka akan menangkapmu karena telah mengacau di rumahku. Setelah itu, berita tentang dirimu yang datang berteriak, akan muncul. Nama baikmu sebagai artis polos dan lembut, akan hancur begitu saja,” ujar Ivy dengan angkuhnya, ekspresinya senang karena bisa mengusir Naomi dari rumahnya deng
Salena kini berdiri di samping Ivy yang sedang sibuk membuat adonan. Ia terus memperhatikan Ivy yang begitu serius dengan adonannya. "Aku tidak tahu kalau kakak ipar ternyata bisa masak. Kalau tahu begitu, aku bakal minta bantuan sama kakak ipar untuk mengajarkanku memasak." Ivy menghentikan kegiatannya lalu menoleh melihat Salena. "Kau mau belajar masak?" Salena mengangguk. "Kata nenek, pria suka kalau wanitanya pintar masak. Ya walau pacarku tidak masalah dengan hal itu tapi aku ingin membanggakannya. Aku mau dia tidak menyesal memiliku dan akan bilang kalau dia beruntung mendapatkanku." "Sebenarnya, kita tidak perlu berusaha membanggakan diri di depannya. Karena pria tidak perlu melihat semua kelebihan kita, Salena. Kalau dia benar-benar mencintai kita, dia tidak akan memerlukan itu semua. Pria hanya perlu cinta dan kesetiaan kita. Kita juga sama seperti itu. Melakukan sesuatu untuknya seperti membuatkan dia makanan, hanya sebuah kejutan untuknya karena sudah membuat kita bahagi
("Tuan masih kerja Nyonya.")Ivy baru dapat balasan pesan dari Danny tentang Jonathan. Hal itu membuat Ivy lega tapi ia tidak menyangka bahwa Jonathan bekerja di kantor sampai tengah malam begini. "Apa Jonathan memang terbiasa bekerja larut malam? Dia yang begini, lebih terlihat seperti penggila kerja. Astaga!"Danny yang mengirim pesan pada Ivy, ternyata berada di rumah sakit, di mana Tavisa dirawat. Ia membalas pesan Ivy dengan kebohongannya karena tidak ingin membuat Ivy tahu bahwa Jonathan sekarang ini berada di rumah sakit untuk menemani Tavisa. Itu pun tidak diketahui oleh Jonathan karena ia tidak ingin mengganggu Jonathan yang menemani Tavisa.Danny hanya menunggu di luar kamar inap, dan tidak ingin mengganggu Jonathan yang ingin bersama tunangannya hingga ia sendiri membalas pesan dari Ivy. Tiga jam kemudian, Jonathan keluar dari kamar inap Tavisa. Ia sedikit kaget melihat Danny masih menunggu di sana."Kau tidak pulang Danny?" tanya Jonathan."Memang sudah tugas saya menemani
Jonathan masuk ke kamarnya dan ia berdiri di depan pintu yang baru saja ia tutup ketika melihat makanan dan anggur di atas meja yang sudah didekorasi cantik oleh Ivy. Jonathan hanya menatap datar sesuatu yang disiapkan Ivy. Lalu, ia beralih melihat Ivy yang tertidur di sofa. Raut wajahnya tetap datar melihat istrinya di sana tapi ada perasaan bersalah karena telah membuat Ivy menunggu semalaman. Detik berikutnya, Jonathan berjalan mendekati meja. Ia mencoba mengulurkan tangannya untuk mengambil kue itu.Namun, suara Ivy tiba-tiba terdengar. "Kamu baru pulang?"Jonathan sedikit kaget sampai tangannya terhenti ketika hampir menyentuh kue buatan Ivy. Ia memutar tubuhnya melihat Ivy yang duduk di sofa sembari mengucek mata ngantuknya. "Kau benar-benar membuatkan makanan untukku?"Ivy heran mendengar Jonathan malah menanyakan hal itu. "Bukannya kemarin aku sudah ngomong sama kamu kalau aku mau masak sesuatu untuk berterima kasih padamu? Kamu lupa sampai tidak pulang semalam?”Jonathan mema
Selesai syuting, Jonathan benar-benar datang menjemput Ivy di lokasi syuting. Namun, seperti biasanya, Jonathan menyembunyikan mobilnya agar tidak diketahui oleh orang-orang bahwa ia berada di sana untuk menjemput Ivy. Mobil yang dikendarai Danny, sedikit jauh dari lokasi syuting.Mobil itu melaju ketika Ivy berdiri menunggu di depan lokasi syutingnya. Karena khawatir orang-orang akan curiga dirinya dijemput mobil mewah hingga Ivy buru-buru naik ketika Danny baru saja menghentikan mobilnya.“Apa Anda sudah lama menunggu?” tanya Ivy yang tiba-tiba saja bicara formal.Itu membuat Jonathan heran sampai mengerutkan keningnya melihat Ivy di sebelahnya. “Ada apa denganmu?”Ivy menoleh dan tersenyum pada Jonathan. “Aku baik-baik saja.”“Tapi cara bicaramu menunjukkan kau tidak baik-baik saja. Apa kau masih kesal padaku karena kata-kataku tadi pagi?” Kening Jonathan masih mengerut karena penasaran dengan perasaan Ivy saat ini.Ivy tersenyum lembut. “Walau saya ingin marah atau kesal, saya tet
Jonathan malah heran mendengar ucapan Ivy. “Mengerjaimu? Aku? Untuk apa sayang?”“Untuk membuatku kesal. Kamu sampai memesan satu restoran hanya demi memuaskan dirimu yang senang melihatku kesal.”“Semalam kamu buatkan makanan itu karena ingin berterima kasih padaku. Tapi aku tidak bisa datang. Sekarang aku mengajakmu untuk hadiah terima kasihmu itu tapi kau malah berpikir aku sedang membuatmu kesal.”“Dulu ketika aku ingin tanda tangan kontrak pernikahan, aku sudah bilang padamu, kalau aku tidak bisa masak apapun. Tapi sekarang, kamu malah bawa aku ke restoran besar ini untuk masak. Itu sama saja, kamu ingin membuatku malu di depan orang.” Ivy melirik manajer dan koki restoran yang sejak tadi berdiri menunggu di depannya. Lalu detik berikutnya, kembali memandang suaminya. Raut wajah Ivy tentu kesal. Tatapan matanya yang tajam pun terus melihat Jonathan.Jonathan malah tersenyum dengan ekspresi menertawakan Ivy yang salah paham maksudnya. Sebab, ia tidak punya maksud untuk mempermaink
Ivy terkejut mendengar kata-kata Jonathan tapi ia tidak percaya begitu saja jika Jonathan sungguh ingin menyingkirkan Naomi demi dirinya. "Kamu sedang bercanda ya?""Aku serius. Aku akan menyingkirkannya untukmu.""Selama ini, kamu tidak pernah bertindak sesuatu yang akan merugikanmu demi aku tapi kenapa kamu tiba-tiba mau menyingkirkan Naomi demi diriku?" Kening Ivy mengerut, ia penasaran dengan Jonathan yang ingin melakukan sesuatu merugikan demi dirinya.Jonathan tertawa kecil, menertawakan Ivy yang menatapnya begitu serius. Detik berikutnya ia menghentikan tawa kecilnya ketika Ivy menatap curiga kepadanya. "Jangan banyak berpikir yang bukan bukan! Aku bersedia menyingkirkan saudara tirimu dari dunia hiburan karena aku sudah berjanji padamu ketika kita menandatangani kontrak pernikahan untuk membantumu balas dendam pada orang-orang yang sudah menyakitimu.""Maaf. Aku pikir, kamu mau membantuku karena minta sesuatu dariku!"Jonathan selalu saja mengatakan kalimat yang membuat Ivy me
“Selamat untuk Nona Ivy! Penerima penghargaan pemeran utama terbaik di drama Putri Terakhir dan penghargaan untuk artis pendatang baru.”Sudah dua tahun berlalu sejak kejadian mengerikan menimpa Ivy. Dia koma selama setahun dan baru pulih setahun belakangan ini. Dia kembali ke dunia hiburan enam bulan lalu untuk menyelesaikan drama yang tertunda karena dirinya.Dua tahun lalu ketika dia berbaring koma, Jonathan melakukan konfrensi pers dan menjelaskan pada semua orang bahwa Ivy adalah istrinya. Jadi semua orang yang dulu menghujatnya, kembali memujanya seperti dewi. Oleh sebab itu, Ivy tidak merasa tertekan ketika kembali ke dunia hiburan. Dia langsung mendapat dukungan dari banyak orang.Hari ini, Ivy mendapat penghargaan karena kerja kerasnya selama ini. Ada Jonathan yang menemaninya datang ke acara penghargaan itu. Namun Ivy merasa sedikit sedih karena saudari tirinya, Naomi tidak hadir dalam acara ini. Padahal Naomi sangat mendambakannya. Meski tidak akur dengan Naomi tapi Ivy tet
Jonathan sedang duduk di samping ranjang rumah sakit di mana Ivy berbaring koma. Sudah dua hari sejak Ivy masuk rumah sakit. Tidak ada tanda-tanda bahwa Ivy akan sadar kembali. Bahkan masker oksigen masih menempel menutupi hidung dan mulut Ivy. Serta ada monitor tanda vital untuk memantau perkembangan Ivy di Ruang ICU. Kondisinya memang kritis hingga membutuhkan perawatan mendalam.Selama dua hari ini, Jonathan dan keluarganya bergantian menjaga Ivy. Termasuk Nyonya Selfia yang merasa kasihan melihat kondisi Ivy. Wanita paruh baya itu sering menemani ibu mertuanya yang bergantian dengan Jonathan untuk menjaga Ivy. Jonathan tidak bisa menemani Ivy selama dua puluh empat jam meski dia ingin terus berada di sisi Ivy untuk bisa melihat langsung Ivy sadar. Dia disibukkan dengan penyelidikan kecelakaan yang dialami Ivy karena dia yakin bahwa ada orang yang sengaja membunuh Ivy meski mobil yang ditemukan di tempat kejadian, dibeli atas nama Ivy.“Ivy, kau harus bangun dan menatapku langsung.
Ivy sedang istirahat di kamarnya dan tiba-tiba ponselnya berdering. Panggilan itu dari Tavisa. Ivy segera mengangkatnya karena penasaran pada Tavisa yang tiba-tiba menghubunginya. Padahal, mereka belum pernah saling menyapa dengan benar. "Hal penting apa yang ingin dikatakan Tavisa sampai mengajakku bertemu? Apa dia berpikir aku akan menggagalkan pernikahan nya dengan Jonathan?" Ivy bicara sendiri dengan penuh rasa penasaran setelah dia dan Tavisa baru selesai bicara. Tavisa tak banyak basa-basi ketika bicara dengan Ivy. Dia langsung meminta Ivy ke sebuah cafe yang dekat dari Kediaman Graham untuk bertemu dengan alasan bahwa dia ingin mengatakan sesuatu yang sangat penting."Sepertinya aku memang harus bicara berdua dengan Tavisa untuk menjelaskan padanya bahwa aku tidak punya niat jahat padanya. Perceraianku dengan Jonathan tetap dilakukan meski aku mengandung anaknya." Ivy merasa iba pada Tavisa yang pasti sedih dan sakit hati gara-gara kekasihnya malah menghamili wanita lain. Dia
Tavisa marah ketika tahu bahwa Ivy sudah kembali lagi ke Kediaman Graham. Dia mendatangi Jonathan di kantor untuk mengatakan langsung pada Jonathan tentang masalah itu.Perempuan itu berjalan masuk melewati meja resepsionis dengan angkuhnya. Dia tak menoleh sekalipun dan hanya menatap lurus ke depan dengan raut wajah angkuhnya itu."Nona, Nona! Tunggu sebentar!" seru seorang pegawai resepsionis yang berusaha menghentikan Tavisa. Bahkan dia keluar dari meja resepsionis dan berlari menghampiri Tavisa yang kini berdiri di depan lift khusus untuk para atasan tertinggi di perusahaan itu.Tavisa yang sudah menghentikan langkahnya, menoleh ke belakang melihat sang pegawai itu. "Ada apa?" tanyanya kemudian."Anda ingin ke mana?" tanya si pegawai resepsionis dengan sikapnya yang tetap sopan."Saya mau bertemu dengan tunangan saya." Ekspresi Tavisa tampak tidak senang karena pegawai itu menghalangi jalannya, bahkan bertanya padanya seolah pegawai itu tidak tahu siapa dirinya. Padahal dulu dia s
Ivy terpaksa ikut pulang bersama Nyonya Rukmana meski dia merasa malu pada semua orang di rumah itu. Terutama pada Jonathan dan kekasihnya karena kembali lagi tinggal di Kediaman Graham, padahal dia bukan siapa-siapa selain wanita bayaran.Keduanya kini berada di mobil yang dikendarai supir pribadi Nyonya Rukmana. Ivy hanya diam menatap jalanan di depan. Nyonya Rukmana menoleh dan penasaran dengan diamnya Ivy. Itu bukanlah sifat cucu menantunya jika sedang bersama dengannya. Ivy akan selalu mencari topik pembicaraan jika bersamanya dan suasananya pun akan langsung berubah ceria. Tidak seperti sekarang ini. Sepi dan Ivy tak mengatakan apapun sejak naik ke mobil atau memang itu adalah sifat asli cucu menantunya dan selama ini, Ivy hanya menunjukkan kepura-puraan. Namun, Nyonya Rukmana tidak melihat dimata Ivy yang pura-pura padanya. Tidak seperti ketika berhadapan dengan Aneska dan Tavisa. Keduanya tersenyum serta lembut jika bicara padanya tapi dia bisa merasakan bahwa mereka hanya pur
Meski Ivy menerima kehamilannya itu tapi dia tetap merasa sedih karena karir artis yang menjadi impiannya sejak dulu, terancam hancur. Orang-orang menganggapnya wanita simpanan yang hamil di luar nikah. Beberapa iklan yang bekerja sama dengannya, membatalkan kerja sama mereka. Jika saja drama Putri Terakhir yang dibintanginya saat ini, bukan dari perusahaan agensi milik Jonathan, mungkin pihak agensi sudah memutus kerja sama dengannya. Dia masih tetap menjadi artis dari SN Entertainment namun drama yang dibintanginya itu, ikut berdampak buruk karena berita kehamilannya. Banyak yang memintanya untuk berhenti. Ivy pun tidak bisa melakukan apapun selain pasrah menerima nasibnya itu.“Edy, berapa banyak kerugian perusahaan karena berita ini?” tanya Ivy yang duduk di sofa ruang tengah.Edy berdiri di depan Ivy. Pria itu baru saja tiba dan mengatakan pada Ivy bahwa adegan Putri Terakhir sementara dihentikan. Akan dilanjutkan jika situasi sudah membaik. Berita kehamilan Ivy sungguh mengheboh
Nenek Rukmana baru saja diberitahu oleh asistennya tentang berita kehamilan Ivy. Dia tentu saja menganggap anak dalam kandungan Ivy adalah anak Jonathan. Karena itu, Nyonya Rukmana berencana untuk membawa Ivy meski dia masih benci dan kecewa pada Ivy. Dia harus mengabaikan kekecewaannya pada Ivy demi keturunan Graham."Aku harus membawa Ivy kembali ke rumah ini. Dia sedang mengandung keturunan keluarga ini. Jadi, dia wajib berada di rumah ini dan berhak mendapat sebagian harta warisanku." Nyonya Rukmana berbicara dengan asistennya yang diam di depannya tapi asisten itu tahu jelas keinginan Nyonya Rukmana saat ini."Apa saya bicara dengan pengacara keluarga untuk mengubah surat wasiat Anda, Nyonya?" tanya sang asisten memastikan."Kita bawa Ivy dulu ke rumah.""Baik." Asisten itu mengangguk kemudian mengikuti Nyonya Rukmana yang berjalan keluar dari kamarnya. Nyonya Rukmana dan asistennya kini menuruni tangga. Wanita berusia 69 tahun itu, melihat Tavisa dan Nyonya Selfia mengobrol di
"Aku tidak butuh perhatianmu. Jadi singkirkan tanganmu dariku." Ivy bicara dengan nada suara yang begitu tegas. Bahkan lirikan matanya pada Jonathan, tajam seolah pria yang duduk di sampingnya itu adalah musuhnya.Jonathan sama sekali tak tersinggung dengan ucapan Ivy tapi dia tetap menyingkirkan tangannya yang menyentuh kepala Ivy. "Ivy, aku sudah mendengar dari Danny tentang kehamilanmu …,""Aku tidak akan menggugurkan bayi ini dan juga tidak akan minta kamu untuk bertanggungjawab. Perceraian tetap kita lakukan sesuai rencana kita." Ivy mengira Jonathan memintanya untuk menggugurkan kandungannya. Karena itu, dia memotong ucapan Jonathan dengan keinginan kerasnya untuk mempertahankan janinnya."Aku tidak berencana untuk menyuruhmu mengugurkan bayi itu. Aku malah ingin kamu mempertahankannya karena anak itu tidak berdosa. Lagipula kita menikah sah, Ivy. Jadi tidak ada alasan untuk mengugurkan nya," jelas Jonathan dengan tegas."Lalu kenapa kau datang kemari?" tanya Ivy yang penasaran
Jonathan kini sampai di rumah Ivy. Namun di depan rumah istrinya itu, banyak wartawan hingga Jonathan hanya duduk di dalam mobil."Kita tidak bisa masuk karena banyak wartawan. Kalau kita turun dan menunjukkan diri, mereka pasti akan mencari tahu tentang hubungan Anda dengan Nyonya Ivy. Jadi apa yang harus kita lakukan Tuan?" sahut Danny dengan serius.Jonathan tidak segera menjawab Danny. Dia diam menatap semua wartawan itu. Danny menoleh ke belakang dan khawatir melihat tatapan tajam tuannya yang mengarah ke para wartawan itu."Apa sebaiknya kita kembali saja tuan? Kalau tuan ingin tahu mengenai kehamilan nyonya, sebaiknya kita utusa orang lain saja, tuan." Danny kembali menyahut untuk memberikan solusi pada Jonathan karena mengira tuannya itu bingung harus berbuat apa."Tidak. Aku tidak akan kembali. Kita sudah di sini. Jadi aku harus bertemu langsung dengan Ivy. Itu akan membuatku tenang.""Sekarang berita Nyonya Ivy hamil, diketahui banyak orang. Nama baik nyonya mungkin akan han