Share

Bab 41

Bab 41

Sampai di rumah, sudah menjadi rutinitasku memasang senyum ceria di depan anak-anak. Aku tidak mau sampai mereka melihat kegelisahan yang kutunjukkan, terlebih setelah ketiadaan Mas Frans mereka menjadi prioritas utamaku.

"Mama …!"

"Mama …!"

"Jangan lari-lari, nanti kepleset."

Devia dan Devan berlari ke arahku. Ditangan sudah ada oleh-oleh untuk mereka. Aku membawa dua lusin donat king kesukaan mereka dan menyimpanya di atas meja.

"Asik, Mama bawa makan kesukaan aku," ujar Devia dengan gaya cadelnya.

"Makan donatnya bareng Mbak Titin, ya, Mama mau bicara dengan Tante Anisa."

Keduanya menurut, kemudian duduk di depan televisi sambil menikmati makanan kesukaannya.

Kak Anisa sendiri tengah membantu Ayah makan di kamar. Kedua tangan Ayah tidak bisa bergerak karena stroke. Ayah juga terpaksa harus duduk di kursi roda karena penyakit yang melumpuhkan sistem syaraf itu. Anehnya di bagian dada ke
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status