Ivy menatap horor seseorang yang ada di depannya, ia tidak menyangka kalau sampai sejauh ini.
"Bram, ayo di nikmati makan malamnya!" Abraham tersenyum mengangguk.Abraham mengedipkan sebelah matanya pada Ivy, Ivy memasang wajah mual melihat Bram, bukannya marah tapi Abraham malah tertawa geli.Ivy melotot ke arah Abraham, namun yang terjadi Abraham memajukan bibirnya, seperti sebuah ciuman, hahaha.Ivy kesal dengan kedua orang tuanya, yang mengundang Abraham untuk makan malam. Abraham juga bukannya menolak, malah kesenangan, astaga! Ivy benar-benar kesal sekali."Ma pa, Ivy permisi masuk ke kamar." Ivy bangkit dan berjalan naik ke tangga."Maaf ya Abraham, sepertinya Ivy lagi badmood.""Iya, tidak apa-apa." jawab Abraham santai, namun matanya menatap ke arah atas.Ivy tiduran tengkurap di ranjangnya, sambil mendengarkan lagu. ia tidak sadar saat seseorang masuk ke kamarnya, seseorang itu menatap Ivy intens sambil bersedekap dada.Perlahan ia mendekati ranjang Ivy, di tatapnya tubuh Ivy dari kaki sampai kepala. sesuatu di balik celananya bangun, dan terasa sesak.Ivy menggeliat saat merasakan kecupan basah di bahu terbukanya, ia menolehkan kepalanya yang otomatis bibirnya langsung di cium Abraham.Abraham terus mencumbu Ivy, sampai Ivy merasakan sesak nafas karena Bram tidak memberinya jeda."Om gila!" ketus Ivy marah setelah ciuman terlepas."Iya om tau kok, kalau om ini tampan." Ivy melirik sinis Abraham yang pedenya tingkat dewa."Pede banget sih om, gak malu sama umur." Abraham tertawa."Kenapa mesti malu sama umur? memang ketampanan seseorang harus di ukur dari segi umur ya?" Ivy merasa pusing dengan ocehan Bram."Buang waktu banget tahu gak! om ngoceh tambah bikin Ivy pusing." jelas Ivy, Abraham hanya santai menanggapinya."Om ngapain masuk ke kamar Ivy? ASTAGA!" ucap Ivy kaget, sepertinya Ivy baru sadar jika Abraham masuk ke kamarnya."Dasar om mesum! keluar sana!! ma...," teriakan Ivy terhenti, karena Abraham membungkam mulutnya.Abraham melepaskan tangannya. "Silahkan berteriak sepuasnya!" Abraham tersenyum lebar, Ivy mengerutkan dahinya bingung.Ivy keluar dari kamar, berjalan mengitari seluruh ruangan di rumah. berteriak memanggil kedua orang tuanya, namun tidak ada sahutan sama sekali.Ivy merasa ada yang tidak beres sekarang ini. "Dimana kedua orang tuaku?" tanya Ivy pada Abraham."Mereka pergi sebentar, dan menitipkan mu padaku." jawab Abraham santai, kedua tangannya di masukkan ke dalam saku celananya."APA?!" tanya Ivy kaget."Iya Ivy, biasa saja dong sayang, sampai kaget gitu, Ivy terlalu senang ya karena om Bram jagain!" goda Abraham."Ciiiihh, menjijikkan mendengarnya." Ivy membuang pandangannya ke arah lain.Abraham berjalan mendekati Ivy. "Orang tuamu menitipkan anak gadisnya, pada orang yang sangat tepat!" ujar Abraham bangga."Haha, justru orang tuaku sangat salah besar. menitipkan diriku pada orang yang salah, mereka tidak tahu jika selama ini memiliki tetangga yang gila dan mesum." Abraham tertawa ngakak, entah kenapa setiap kata-kata pedas Ivy terdengar lucu bagi Abraham."Berhenti tertawa sialan, dasar om sinting mesum." Ivy sebal melihat Abraham yang tertawa, ia memutar tubuhnya masuk ke dalam kamar.Ivy mengunci pintu kamarnya, takut-takut jika Abraham masuk lagi, dan melakukan tindakan gilanya.Suara pintu kamar Ivy yang di gedor-gedor, membuat Ivy terbangun dari tidur nyenyaknya. Ivy menguap dan menetralkan rasa kantuknya.
Rasanya Ivy masih mengantuk dan enggan untuk berangkat kuliah pagi, ini semua gara-gara Abraham, yang membuatnya terjaga semalaman.
Ivy sudah selesai dan turun ke bawah untuk sarapan, ia melihat kedua orang tuanya tengah menikmati sarapan.
"Pagi mama, papa." ucap Ivy mencium pipi kedua orang tuanya bergantian."Pagi sayang." balas keduanya bersamaan."Mama sama papa pergi kemana tadi malam?" tanya Ivy yang sedang mengolesi rotinya."Ah mama sama papa pergi ke rumah sakit sayang." jawab sang mama."Lalu meninggalkan Ivy bersama om Bram?!" terang Ivy yang merasa kesal."Tadinya kami mau mengajak kamu sayang, tapi Bram bilang tidak usah, dia akan menjaga kamu." kini sang papa yang angkat bicara."Dan kalian percaya begitu saja pada seseorang? sekali pun itu orang terdekat kita?" Ivy meluapkan segala kekesalannya."Memangnya kenapa dengan Abraham Ivy?" Ivy terdiam mendengar pertanyaan sang papa."Apa dia melakukan sesuatu hal jahat sama kamu?" skakmat, Ivy benar-benar bungkam mendengar pertanyaan mamanya.Tidak mungkin kan Ivy mengatakan, jika dia dan Abraham sudah lebih dari dua kali berciuman. melihat Ivy yang diam seribu bahasa, kedua orang tuanya saling melempar pandangan, dan tersenyum sembunyi.
Ivy yang merasa kesal pun berdiri, dan pamit pergi pada kedua orang tuanya. "Sepertinya ada sesuatu yang terjadi antara anak kita dan Bram." ujar mama Ivy yang di angguki papanya.
Baru saja Ivy keluar, mobil Abraham keluar dan melewati rumahnya begitu saja. Ivy pun berusaha acuh dan segera masuk mobil.
Di dalam kelas Ivy lebih banyak melamun, ia bahkan tidak fokus dengan apa yang di jelaskan dosennya.
Ivy merasa aneh dengan sikap Abraham yang sekarang, lebih terkesan genit dan mesum, tidak seperti dulu yang dinginnya seperti es.
Ivy harus mencari tahu mengenai perubahan sikap Abraham, jika terus di biarkan maka Abraham semakin seenaknya. lihatlah, bahkan Bram sesuka hatinya mencium Ivy, memangnya dia kira Ivy apa? Ivy juga butuh kepastian dan kejelasan ini.
Apa hubungan mereka sekarang ini?
Ivy tidak mau jika Abraham hanya mempermainkan dirinya, sudah cukup saja yang dulu, dan Ivy tidak ingin lagi.Tbc...
Ivy : iiiihh om Bram mesum!!!
Abraham :
Author :
Ivy kembali pada hobi lamanya, yaitu mengintip, dan sasarannya pun sama, siapa lagi kalau bukan Abraham? ckckck.Dengan teropongnya Ivy bisa leluasa melihat Abraham di kamarnya, terlihat sekali jika Abraham sedang duduk bersandar di ranjang, sebuah buku di tangannya dan kacamata yang dipakainya."Ckck, membosankan sekali." keluh Ivy menyudahi acara mengintipnya, dan melemparkan teropongnya ke ranjang.Drrrrtt... drrrttt...Suara ponsel Ivy yang bergetar, dengan malas Ivy mengambilnya, satu pesan dari seseorang, dan seseorang itu adalah Abraham.Abraham : sudah selesai mengintip om sayang :)Ivy menutup mulutnya tak percaya, bagaimana mungkin Abraham bisa tahu? "apakah dia seorang cenayang?!" gumam Ivy.Ivy melirik ke kanan dan ke kiri, ia mencari sesuatu hal yang aneh di kamarnya."Apakah dia memasang CCTV di kamar ku?" Ivy pun mulai mencari benda tersebut."Tidak ada apa pun yang mencurigakan," keluh Ivy kesal.notifikasi pes
"Kenapa cara berjalan kamu begitu sayang?" tanya Rima, mama Ivy."Uhm... tadi Ivy jatuh ma." jawab Ivy berbohong."Ya ampun sayang! lain kali hati-hati." Ivy mengangguk patuh.Ivy mendengus sebal karena Abraham lah dirinya tidak jadi pergi bersama teman-temannya, seluruh tubuhnya terasa sakit sekali.Mana udah kayak nenek-nenek lagi jalannya Ivy, huffftttt ampun dah!Sementara di lain tempat, seorang pria terkikik geli karena berhasil membuat wanitanya kesal, namun ia juga merasa iba melihat gadisnya terluka.Bukannya apa-apa! Abraham hanya tidak ingin jika Ivy pergi dan berdekatan dengan pria lain.Ada rasa puas yang terukir di wajah tampannya saat tersenyum, "Ivy hanya milikku!" gumamnya yang menyebut Ivy miliknya.*****Ivy mendengarkan penjelasan dosen killer di depan sampai selesai, semua mahasiswa dan mahasiswi berhamburan keluar. Eka dan yang lain
Mobil Bram berhenti di suatu tempat yang membuat Ivy tercengang, Bram berkunjung ke panti asuhan dimana dia menjadi donatur tetap disana. dan kali ini Abraham mengajak Ivy, karena sebelumnya, beberapa minggu yang lalu Abraham sudah berjanji pada ibu pengurus panti, dan juga anak-anak akan memperkenalkan Ivy pada mereka."Ini kan panti asuhan?" tanya Ivy heran karena Bram membawanya kesini.Bram hanya mengangguk menjawab pertanyaan Ivy, jujur dia sangat senang bisa membawa gadisnya kemari."Tapi kenapa om membawa ku kemari?" lagi Ivy bertanya."Ayo masuk!" Abraham tersenyum dan mengajak Ivy masuk, tanpa perlu repot-repot menjawab pertanyaan gadis itu.Abraham menggenggam erat tangan Ivy, hingga mereka masuk ke dalam panti asuhan yang di sambut hangat, dan gembira oleh anak-anak dan para ibu pengurus panti.Semuanya sangat ramah pada Ivy, begitu pun Ivy yang sangat senang datang ke panti."Syukurlah dia senang, aku pikir dia bosan jika aku ajak
Abraham kembali meresapi bibir mungil merah milik Ivy, ia begitu kecanduan dengan bibir Ivy yang selalu menggodanya.Awalnya hanya berupa ciuman lembut, namun lama-kelamaan menjadi ciuman yang liar dan panas. Ivy terlena dengan apa yang di lakukan Abraham padanya, bahkan ia membalas ciumannya tak kalah panasnya.Abraham menggeram di sela-sela ciumannya, ia tidak bisa berhenti dengan rasa nikmat ini."Sial! ini nikmat." Umpat Abraham dalam hatinya."Eunggghhh." lenguhan Ivy.Abraham melepaskan ciumannya hanya untuk sesaat, agar bisa menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. setelah itu ia kembali mengecup, menjilat, melumat, membelit lidah bahkan bertukar saliva.Entah setan apa yang merasuki pikiran Abraham hingga dengan beraninya, tangan nakalnya mulai bergerilya di tubuh Ivy. Di remasnya payudara Ivy dari balik luar bajunya, Abraham bisa merasakan betapa montoknya dada Ivy, ia melepaskan kembali tautan bibir mereka
Abraham dan Ivy kembali pulang, sesampainya di rumah masing-masing, Ivy langsung masuk ke dalam kamar dengan suasana hati yang ceria.Ia baringan di tempat tidur dengan senyum mengembang, yang tak pernah luntur dari wajahnya cantiknya. Ivy menatap lagi jarinya yang dihiasi cincin pemberian Abraham, lebih tepatnya lamaran Abraham.Di kecupnya cincin itu dan di usap-usapnya dengan sayang, dia benar-benar bahagia sekali. sampai rasanya tak ingin melupakan hal tadi bersama Abraham."Aku mencintaimu om Bram," ucapnya sambil menatap cincin itu.Hal yang sama pun terjadi pada Abraham, pria tampan itu selalu tersenyum lebar. kala mengingat momen kebersamaannya dengan Ivy.Ingin segera rasanya Abraham memiliki Ivy seutuhnya, dan berstatus sebagai istrinya. ah rasanya Abraham sudah tak sabar.******Hari-hari mereka lewati seperti biasanya, namun ada perbedaan. perbedaannya adalah semakin hari Ivy dan Abraham tambah mesra.Mencari kesempatan unt
"Sumpah Ivy gak tahu, kalau om udah suka sama Ivy dari kecil." ungkap Ivy masih terkejut dengan pengakuan Abraham."Emang gak kelihatan ya om suka kamu dari kecil?" tanya Abraham menggoda Ivy.Ivy menggeleng. "gimana mau kelihatan? kalau om aja bersikap dingin sama Ivy, dulu."Abraham tertawa. "ya tapi itukan dulu." Ivy mengangguk setuju."Berarti om...?" kata-kata Ivy menggantung."Apa?!" tanya Abraham penasaran."Om pedofil!" ucap Ivy kemudian ia tertawa.Abraham menepuk jidatnya, ia juga baru sadar jika selama ini ia seorang pedofil."Om baru sadar, kalau om seorang pedofil." ujarnya jujur dan geli.Mereka tertawa bersama, memang terdengar memalukan. tapi rasa lucu lebih mendominasi."Apa yang om suka dari Ivy?" Ivy bertanya lagi setelah tawanya reda."Semuanya," jawab Abraham.
Hari ini adalah hari dimana Abraham dan Ivy resmi bertunangan, hari yang sangat membahagiakan untuk semuanya."Ah aku sudah tidak sabar sayang, menunggu sebulan lagi." bisik Abraham di telinga Ivy.Seketika bulu kuduk Ivy meremang, menahan desiran aneh setiap kali Abraham menggodanya. ini sangatlah normal dan wajar."Eummh om," desah Ivy gelisah di tempat duduknya."Apa sayang?" tanya Abraham gemas melihat Ivy.Acara pertunangan mereka sudah selesai, sekarang Ivy dan Bram sedang berada di rumah milik Abraham.Abraham menarik Ivy untuk duduk di pangkuannya, duduk menghadap ke arahnya. kedua tangan Ivy bergelayut manja di leher Abraham, Abraham sengaja membuat Ivy dengan duduk mengangkang.Ivy merasakan benda tumpul yang keras dan tegang, menusuk bokongnya. Ivy menatap sayu Abraham yang matanya memancarkan kabut gairah."Iiiihhh, om mesum!" Ivy memukul dada Abraham pelan.Abraham malah terkikik geli dengan reaksi Ivy, ia membiarkan kekasih
Pov Ivy.Aku masih sedikit syok dengan apa yang barusan aku dengar, selama ini aku pikir Om Bram mencintai wanita itu. tidak, lebih tepatnya Tante itu. yang aku tidak salah dengar namanya Mia. Sekilas teringat ingatan 5 tahun silam, alasan yang membuat ku pergi melarikan diri ke negara dimana nenek dan kakek ku tinggal. saat itu aku pikir semua yang aku lihat dan aku dengar benar. tapi, ternyata aku salah besar.Hatiku sedikit tercubit dengan kenyataan yang ada, selama ini Om Bram sudah lama menyukai ku, dan menyembunyikan perasaan cintanya di balik sikap dinginnya.Baiklah, sekarang aku menganggap semua yang telah lalu, adalah sebuah kesalahpahaman belaka. aku terlalu emosional waktu itu, tanpa perlu tahu apa yang sebenarnya."Sayang?" aku terlonjak kaget mendengar panggilan om Bram."Hah," hanya itu yang mampu ku ucapkan."Ckck, kau melamun sayang. apa yang sedang kau pikirkan di kepala cantik mu ini huh?" tanya om Bram mendekatkan waj
Ivy bangun di pagi harinya dengan tubuh yang berasa remuk, ia meringis perih merasakan di daerah selangkangannya saat dirinya perlahan bergerak."Awwhh!" rintih Ivy kesakitan.Ia tidak menyangka akan seperti ini rasa sakitnya setelah melepas status perawan, Abraham mulai terusik dari tidur nyenyaknya saat mendengar suara Ivy."Sayang." ucapnya sambil mengucek kedua matanya yang masih terasa sangat mengantuk sekali.Bagaimana tidak mengantuk?
21+ Setelah acara resepsi pernikahan selesai, pengantin baru pulang ke rumah Abraham, yang akan menjadi tempat yang di tinggali Ivy bersama keluarga kecilnya. Ivy sangat setuju, karena dengan begitu ia masih tetap berdekatan bersama kedua orang tuanya, yang memang tetanggaan dengan Abraham."Akhirnya sampai juga," ucap Abraham lega."Sini sayang!" titah Abraham menyuruh Ivy untuk duduk di dekatnya.Ivy menggeleng membuat Abraham cemberut. "gerah Om." "Ya sudah, ganti baju sana gih, kan barang-barang kamu juga udah di pindahkan kesini kemarin." Ivy mengangguk dan berjalan ke arah kamar mereka.Ivy tercengang saat membuka pintu kamar, kamarnya di hias begitu indahnya sebagai tanda kamar pengantin baru. ia tersenyum melihat keindahan kamar yang di hias, Ivy menebak pasti ini Jennie dan Eka yang mengerjakannya."Kamu suka?" tanya Abraham yang tiba-tiba datang memeluk tubuh Ivy dari belakang."Suka banget om," jawab Ivy matanya masih terhipnoti
1 Tahun kemudian...Hari yang di nanti sudah tiba, hari pernikahan Ivy dan Abraham. Yupsss, setelah insiden itu, Ivy memutuskan untuk menunda pernikahan mereka. dan memilih untuk meneruskan pendidikannya yang tinggal semester akhir, Ivy berjanji setelah ia dan Eka lulus, maka Ivy akan menikah dengan Abraham.Awalnya Abraham menolak rencana Ivy, tapi begitu mendengar ancaman Ivy jika Abraham menolak keinginannya, maka Ivy tidak akan pernah mau menikah dengannya. tentu saja Abraham tidak mau, dengan berat hati Abraham menurutinya meskipun harus menunggu waktu yang memakan lama, 1 tahun berasa seperti 1 abad.Kini setelah Ivy dan Eka sudah wisuda, seminggu kemudian acara pernikahan Ivy langsung di lakukan. Ivy terlihat begitu cantik sekali, dengan balutan gaun putih super indah sederhana, namun terkesan mewah. Abraham sendiri tampak sangat tampan dan gagah, terlebih lagi terlihat dewasa dan hot.Ivy berdiri dengan memegang sebuah buket bunga, ia tampak te
Jari tangan Eka bergerak, wanita itu seakan bermimpi mengingat kejadian yang ia alami, dari saat penyiksaan Chintya padanya.Hingga kejadian saat dia menembak tantenya sendiri, tangannya semakin bergerak, dan keningnya berkerut serta berkeringat dingin.Kejadian itu seakan berputar di ingatannya, tak lama matanya terbuka melotot. saat membuka matanya, yang ia lihat adalah langit-langit atap rumah sakit.Pintu terbuka, Javi masuk ke dalam ruang rawat inap Eka, Javi kaget begitu melihat Eka sudah sadar dari komanya, dengan cepat ia memanggil dokter dan suster.Tak lama dokter dan suster pun masuk untuk melihat kondisinya, selagi Eka di periksa, Javi memilih untuk keluar dan mengabari Ivy juga Abraham.Ya, setelah berhasil membujuk Ivy untuk pulang ke rumahnya, dan Javi lah yang menyodorkan diri untuk menjaga Eka."Bagaimana keadaannya?" tanya Jennie pada Javi."Masih di periksa dokter." "Ah, syukurlah dia sudah sadar dari komanya." ungkap kel
Langit hari ini begitu cerah, seakan membenarkan kenyataan yang sekarang terasa ringan tanpa beban. tapi tak membuat seorang wanita cantik yang kini terbaring koma di rumah sakit, pasca terkena tembakan di tubuhnya.Seorang wanita menangis melihat keadaan sahabatnya, ia genggam tangan sahabatnya seakan memberi kekuatan untuk kembali sadar.Seorang pria memegang lembut kedua pundaknya, tanpa perlu wanita itu menoleh, ia sudah bisa menebak tangan siapa itu."Aku merasa sangat bersalah padanya, dan berhutang nyawa om." ucap gadis itu dengan badan bergetar karena tangis yang tak mau berhenti."Sabar sayang, kita harus mendoakannya agar cepat sadar dari komanya." wanita itu mengangguk.Dokter masuk ke ruangan pasien dimana Eka terbaring koma. "keluarga pasien Eka." Abraham dan Ivy mengangguk."Pasien wanita yang satu lagi berhasil melewati operasinya dengan lancar, dan sekarang juga masih dalam keadaan koma." rahang Abraham mengeras mendengarnya."It
"Bukankah ini sandal milik Ivy yang kita belikan untuknya?" tanya Javi pada Jennie.Jennie melihat sandal itu dan mengangguk, mereka menemukan sandal itu tepat di jalanan saat Abraham dan Ivy akan di culik. sepertinya Ivy memang sengaja melepaskan sandalnya yang sebelah."Apakah mungkin mereka di culik?" tebak Javi mengingat jalanan ini sepi, jarang di lewati orang."Aku rasa juga begitu, tapi... siapa yang menculik mereka?" ucap Jennie penasaran."Ini semua sudah di rencanakan." tebak Jamil.Javi menoleh ke arahnya dan mengangguk. "seseorang telah mengutus para bodyguard palsu untuk mengantarkan Abraham dan Ivy."Tebakan Javi tepat sasaran. "kau benar! sedari awal aku sudah curiga, banyak musibah yang menimpa kami sewaktu perjalanan menuju alamat rumah mu.""Sekarang kita harus memikirkan bagaimana caranya menemukan keberadaan Abraham dan Ivy."
Abraham dan Ivy tersentak sadar dari pingsannya, saat dengan kasarnya para bodyguard palsu tersebut menyiramkan air ke tubuh mereka. Abraham meringis menahan perih pada wajahnya yang lebam, dan nyaris hancur.Ivy sendiri masih berusaha mengumpulkan kesadarannya penuh, rasa pusing masih terasa berdenyut sakit di kepalanya.Tap... tap... tap...Suara derap langkah kaki yang memakai heels beradu dengan lantai, menimbulkan bunyi tuk tuk. pintu terbuka dan menampilkan wajah seorang wanita. wanita itu tersenyum bahagia melihat ketidak berdayaan Abraham dan Ivy.Suara tepuk tangan membuat kepala Ivy dan Abraham mendongak, keduanya kaget saat melihat siapa yang bertepuk tangan tersebut.Ivy dengan rasa tidak percayanya, dan Abraham dengan rasa kaget yang luar biasanya."Tante?""Chintya?"Ucap Ivy dan Abraham bersamaan, saat memanggil wanita itu, wani
Mobil para bodyguard yang mengikuti di belakang, tiba-tiba saja menghadang mobil Abraham. Abraham merasa heran spontan, sedangkan Ivy sudah pucat pasi, apa yang dia khawatirkan sepertinya menjadi nyata.Para bodyguard mengetuk pintu kaca jendela mobil Abraham, Abraham membukanya dan langsung mendapatkan bogem mentah dari salah satu bodyguard. Ivy menjerit histeris menyaksikan itu semua, gantian kaca jendela mobil Ivy yang di ketuk salah seorang bodyguard lainnya, Abraham menggeleng mengisyaratkan agar jangan di buka sambil meringis menahan perih wajahnya yang di tinju.Bodyguard itu memberi isyarat dengan tangannya seakan menantang Abraham untuk keluar dan melawannya, dengan berani Abraham keluar dan langsung membalas meninju pria tersebut.Namun hal itu tak berlangsung lama, saat para bodyguard lainnya memegang tubuh Abraham, ini tidak adil namanya, main keroyokan. batin Abraham."Ada apa dengan kalian?" tanya Abra
"Sayang...," panggil Abraham pada Ivy.Abraham memeluk tubuh Ivy dari belakang, saat ini mereka sedang berdiri di teras rumah Javi, sedangkan dua mahluk kepo itu pergi ke kebun seperti biasa.Ivy membalikkan badannya menghadap Abraham. "iya om?" Ivy menatapnya dengan penuh tanda tanya."Kita pulang yuk!" ajak Abraham berharap Ivy mau.Ivy menghela nafasnya. "bukannya Ivy gak mau om, tapi Ivy takut jika peneror itu tau Ivy kembali dekat sama om, aku gak mau kalian terluka." ucapnya lirih."Terus harus sampai kapan lagi? memang kamu gak kangen sama mama, papa kamu? sama keluarga aku juga?""Tentu saja Ivy kangen om, kangen banget malah, sama teman-teman Ivy juga." jelas Ivy seakan membayangkan wajah mereka semua.Mendengar kata teman yang keluar dari mulut Ivy, Abraham kembali teringat dengan pesan yang Eka kirim padanya dini hari tadi."Oh ya s