Hari ini adalah hari dimana Abraham dan Ivy resmi bertunangan, hari yang sangat membahagiakan untuk semuanya.
"Ah aku sudah tidak sabar sayang, menunggu sebulan lagi." bisik Abraham di telinga Ivy.Seketika bulu kuduk Ivy meremang, menahan desiran aneh setiap kali Abraham menggodanya. ini sangatlah normal dan wajar."Eummh om," desah Ivy gelisah di tempat duduknya."Apa sayang?" tanya Abraham gemas melihat Ivy.Acara pertunangan mereka sudah selesai, sekarang Ivy dan Bram sedang berada di rumah milik Abraham.Abraham menarik Ivy untuk duduk di pangkuannya, duduk menghadap ke arahnya. kedua tangan Ivy bergelayut manja di leher Abraham, Abraham sengaja membuat Ivy dengan duduk mengangkang.Ivy merasakan benda tumpul yang keras dan tegang, menusuk bokongnya. Ivy menatap sayu Abraham yang matanya memancarkan kabut gairah."Iiiihhh, om mesum!" Ivy memukul dada Abraham pelan.Abraham malah terkikik geli dengan reaksi Ivy, ia membiarkan kekasihPov Ivy.Aku masih sedikit syok dengan apa yang barusan aku dengar, selama ini aku pikir Om Bram mencintai wanita itu. tidak, lebih tepatnya Tante itu. yang aku tidak salah dengar namanya Mia. Sekilas teringat ingatan 5 tahun silam, alasan yang membuat ku pergi melarikan diri ke negara dimana nenek dan kakek ku tinggal. saat itu aku pikir semua yang aku lihat dan aku dengar benar. tapi, ternyata aku salah besar.Hatiku sedikit tercubit dengan kenyataan yang ada, selama ini Om Bram sudah lama menyukai ku, dan menyembunyikan perasaan cintanya di balik sikap dinginnya.Baiklah, sekarang aku menganggap semua yang telah lalu, adalah sebuah kesalahpahaman belaka. aku terlalu emosional waktu itu, tanpa perlu tahu apa yang sebenarnya."Sayang?" aku terlonjak kaget mendengar panggilan om Bram."Hah," hanya itu yang mampu ku ucapkan."Ckck, kau melamun sayang. apa yang sedang kau pikirkan di kepala cantik mu ini huh?" tanya om Bram mendekatkan waj
Aku merasa ketakutan dan terus berlari dari para kejaran mereka, mereka begitu menyeramkan, dengan tubuh tinggi besar dan rata-rata berkulit hitam. mereka semua berjumlah 4 orang, dalam pelarian ku aku terus merapalkan doa agar ada yang menolong ku. oh Tuhan... tolonglah aku! om Bram dimana kamu sekarang? aku sangat merindukanmu."Aaawww, LEPASKAN AKU!" teriak ku marah karena mereka berhasil menangkap ku.Mereka hanya tersenyum dan tertawa meremehkan, sial! aku sangat membenci mereka semua.Samar-samar aku melihat seseorang datang menghampiri ke arah kami, 4 pria tersebut tampak menunduk hormat padanya.Entah kenapa aku tidak bisa melihat dengan jelas orang tersebut, aku menunggu dia bicara. "Bunuh dia!" ucapnya yang aku dengar suaranya, dia seorang wanita.Dan seketika tubuhku mereka lempar begitu saja. AAAAAAAAAAAAAA."Tidaaaaaaaaaaakkkkkk," ucapku ngos-ngosan.Aku berusaha menormalk
Waktu pernikahan yang di tunggu-tunggu pun semakin dekat, tinggal menunggu seminggu lagi. dan satu langkah lagi maka Ivy dan Abraham resmi menjadi suami istri.Tapi hal itu pula yang semakin membuat Ivy cemas, bagaimana tidak?! hampir selama seminggu ini mimpi itu terus menghantui Ivy. belum lagi surat ancaman yang selalu menganggu Ivy.Ivy seakan di teror oleh orang yang mengirimi dirinya surat, Ivy bahkan tidak tau siapa orang itu. karena dengan tiba-tibanya surat itu selalu ada di manapun Ivy berada.Dengan isi yang membuat bulu kuduk Ivy ketakutan, kata ancamannya itu berisi. Tinggalkan Abraham, maka seluruh nyawa semua orang yang kau sayangi selamat.Begitulah isi surat ancamannya, Ivy ingin mengadukan hal itu namun muncul surat ancaman lainnya.Jika kau mengadu kepada mereka semua, maka akan ku pastikan kau tidak bisa melihat mereka semua lagi. ingat itu!Ivy merasa takut dan juga muak, takut akan terj
Ivy pulang dari rumah Eka sahabatnya, entah kenapa Ivy merasa dirinya sedang di ikuti oleh mobil lain. Ivy menyuruh pak Ujang sang supir untuk lebih cepat, ia menjadi cemas karena teror itu.Pak Ujang menurutinya dengan menambah kecepatan laju mobil, Ivy melihat mobil itu lagi yang masih mengikutinya di belakang. Dan karena sama-sama ngebut mobil Ivy menabrak sebuah pohon, sementara orang yang berada di dalam mobil yang mengikutinya tersenyum. tersenyum karena berhasil membuat Ivy celaka, Ivy dan pak Ujang tak sadarkan diri.Abraham beserta keluarga Ivy melangkah terburu-buru di koridor rumah sakit, mereka sempat syok saat mendengar kabar Ivy di kecelakaan.Mereka masuk ke ruangan pasien, syukurlah bukan kecelakaan yang serius, karena disana terlihat pak Ujang sudah sadar dari pingsannya. "Pak Ujang, apa yang sebenarnya terjadi? kenapa bisa sampai seperti ini pak?" tanya mama Ivy masih syok."Ada sebuah mobil yang mengikuti mobil kami bu, non Ivy
Flashback on.Cklek...Suara pintu ruangan khusus pengantin wanita di buka seseorang, perlahan orang itu masuk dan melihat Ivy duduk membelakanginya.Ivy yang terlalu gugup mengira itu adalah papanya, hanya menundukkan kepalanya menahan senyum yang ia tahan.Namun perlahan senyum ceria itu luntur saat mendengar suara seseorang bicara, Ivy menelan salivanya dalam-dalam dan tak berani melihat orang tersebut dari cermin.Ivy di beri pilihan, ingin melanjutkan pernikahannya tapi seluruh orang yang ada disini menjadi taruhannya, atau pergi meninggalkan acara pernikahannya dengan cara, seolah-olah Ivy kabur dari pernikahan ini karena tidak ingin menikah dengan Abraham.Sungguh! pilihan yang sangat sulit untuk Ivy. tapi ia tahu bahwa ancaman itu tidaklah main-main."Cepat tentukan pilihan mu!" ucap seseorang itu yang ternyata seorang pria."Siapa kau sebenarnya? mengapa kau tega melakukan ini pada
"Apa yang sebenarnya terjadi padamu nona?" tanya pria tersebut."Entahlah, ceritanya sangat panjang." ucap Ivy.Pria itu tampak mengangguk dan mempersilahkan Ivy untuk masuk ke dalam mobilnya, ragu-ragu Ivy untuk percaya pada pria yang baru di kenalnya."Kau sungguh bukan orang jahat kan?" tanya Ivy memastikan sebelum masuk ke dalam mobil."Tentu saja nona...," "Ivy, namaku Ivy." "Ah iya, nona Ivy.""Panggil saja Ivy!" pinta Ivy yang merasa risih jika di panggil nona."Ok baiklah Ivy." Pria itu mengendarai mobilnya bersama Ivy yang ikut dengannya, Ivy teringat saat dirinya di giring keluar oleh para penjahat dari ruangan pengantin wanita. Lihatlah! bahkan Ivy masih memakai gaun pengantinnya.Pria itu tampak fokus menyetir, sesekali ia melirik Ivy dan melemparkan senyuman terbaiknya.Ivy ikut balas tersenyum, mungkin pria ini baik, pikir Ivy. setidaknya pria ini terlihat sopan dan lembut, soal percaya hanya berapa persen.J
Pria itu kembali dari dapur dengan membawa nampan berisi makanan, dan meletakkannya ke meja makan."Makanan sudah siap, ayo kita makan!" panggilnya mengajak Ivy untuk makan malam.Ivy menatap makanan yang tersaji di meja, cukup membuat air liurnya menetes karena rasa lapar yang teramat sangat."Apakah itu semua kau yang memasak?" tanya Ivy pada pemuda itu.Pemuda itu menggangguk tersenyum. "Aku hanya bisa masak air, telur, dan mie instan saja." jawabnya terkekeh.Tanpa menunggu lama dan bertanya ini itu lagi, Ivy langsung saja duduk dan mulai mengambil nasi beserta telur dan mie instannya."Apakah enak?" tanyanya saat melihat Ivy mulai menyuapkan makanannya."Ini enak sekali!" jawab Ivy dengan mulut penuh. "tapi lebih enak lagi jika kau memasak mie goreng." ucapnya kembali memberitahu bahwa ia lebih menyukai mie goreng."Ah iya, besok-besok aku akan memasak mie goreng untukmu." kata pria itu mengangguk-anggukan kepalanya.Ivy makan denga
Happy reading!"APA?" teriak Abraham kaget dengan ucapan Eka.Saat ini mereka masih di dalam mobil, di tepi jalan yang sepi. Eka menceritakan pada Abraham mengenai surat ancaman dan teror yang terus berlanjut, Eka juga menceritakan bagaimana Ivy gelisah saat datang ke rumahnya waktu itu.Abraham mendengarkan semua cerita yang mengalir dari mulut Eka, ia menggeram marah dan mencengkeram stir kemudi sampai jari-jarinya memutih."Kenapa kalian tidak bilang sedari awal padaku?" tanya Abraham marah karena Ivy dan Eka bungkam mengenai teror itu."Aku awalnya ingin memberi tau om, tapi Ivy mencegahku karena peneror itu tau gerak-gerik Ivy dan aku." "Jadi karena itu kalian tetap bungkam?" Eka mengangguk.Abraham memijit pelipis dan kepalanya yang terasa berdenyut, ia tak habis pikir dengan semua ini."Apakah hal ini juga yang menyangkut kaburnya Ivy di hari pernikahan?" tanya Abraham lagi pada Eka."Aku tidak
Ivy bangun di pagi harinya dengan tubuh yang berasa remuk, ia meringis perih merasakan di daerah selangkangannya saat dirinya perlahan bergerak."Awwhh!" rintih Ivy kesakitan.Ia tidak menyangka akan seperti ini rasa sakitnya setelah melepas status perawan, Abraham mulai terusik dari tidur nyenyaknya saat mendengar suara Ivy."Sayang." ucapnya sambil mengucek kedua matanya yang masih terasa sangat mengantuk sekali.Bagaimana tidak mengantuk?
21+ Setelah acara resepsi pernikahan selesai, pengantin baru pulang ke rumah Abraham, yang akan menjadi tempat yang di tinggali Ivy bersama keluarga kecilnya. Ivy sangat setuju, karena dengan begitu ia masih tetap berdekatan bersama kedua orang tuanya, yang memang tetanggaan dengan Abraham."Akhirnya sampai juga," ucap Abraham lega."Sini sayang!" titah Abraham menyuruh Ivy untuk duduk di dekatnya.Ivy menggeleng membuat Abraham cemberut. "gerah Om." "Ya sudah, ganti baju sana gih, kan barang-barang kamu juga udah di pindahkan kesini kemarin." Ivy mengangguk dan berjalan ke arah kamar mereka.Ivy tercengang saat membuka pintu kamar, kamarnya di hias begitu indahnya sebagai tanda kamar pengantin baru. ia tersenyum melihat keindahan kamar yang di hias, Ivy menebak pasti ini Jennie dan Eka yang mengerjakannya."Kamu suka?" tanya Abraham yang tiba-tiba datang memeluk tubuh Ivy dari belakang."Suka banget om," jawab Ivy matanya masih terhipnoti
1 Tahun kemudian...Hari yang di nanti sudah tiba, hari pernikahan Ivy dan Abraham. Yupsss, setelah insiden itu, Ivy memutuskan untuk menunda pernikahan mereka. dan memilih untuk meneruskan pendidikannya yang tinggal semester akhir, Ivy berjanji setelah ia dan Eka lulus, maka Ivy akan menikah dengan Abraham.Awalnya Abraham menolak rencana Ivy, tapi begitu mendengar ancaman Ivy jika Abraham menolak keinginannya, maka Ivy tidak akan pernah mau menikah dengannya. tentu saja Abraham tidak mau, dengan berat hati Abraham menurutinya meskipun harus menunggu waktu yang memakan lama, 1 tahun berasa seperti 1 abad.Kini setelah Ivy dan Eka sudah wisuda, seminggu kemudian acara pernikahan Ivy langsung di lakukan. Ivy terlihat begitu cantik sekali, dengan balutan gaun putih super indah sederhana, namun terkesan mewah. Abraham sendiri tampak sangat tampan dan gagah, terlebih lagi terlihat dewasa dan hot.Ivy berdiri dengan memegang sebuah buket bunga, ia tampak te
Jari tangan Eka bergerak, wanita itu seakan bermimpi mengingat kejadian yang ia alami, dari saat penyiksaan Chintya padanya.Hingga kejadian saat dia menembak tantenya sendiri, tangannya semakin bergerak, dan keningnya berkerut serta berkeringat dingin.Kejadian itu seakan berputar di ingatannya, tak lama matanya terbuka melotot. saat membuka matanya, yang ia lihat adalah langit-langit atap rumah sakit.Pintu terbuka, Javi masuk ke dalam ruang rawat inap Eka, Javi kaget begitu melihat Eka sudah sadar dari komanya, dengan cepat ia memanggil dokter dan suster.Tak lama dokter dan suster pun masuk untuk melihat kondisinya, selagi Eka di periksa, Javi memilih untuk keluar dan mengabari Ivy juga Abraham.Ya, setelah berhasil membujuk Ivy untuk pulang ke rumahnya, dan Javi lah yang menyodorkan diri untuk menjaga Eka."Bagaimana keadaannya?" tanya Jennie pada Javi."Masih di periksa dokter." "Ah, syukurlah dia sudah sadar dari komanya." ungkap kel
Langit hari ini begitu cerah, seakan membenarkan kenyataan yang sekarang terasa ringan tanpa beban. tapi tak membuat seorang wanita cantik yang kini terbaring koma di rumah sakit, pasca terkena tembakan di tubuhnya.Seorang wanita menangis melihat keadaan sahabatnya, ia genggam tangan sahabatnya seakan memberi kekuatan untuk kembali sadar.Seorang pria memegang lembut kedua pundaknya, tanpa perlu wanita itu menoleh, ia sudah bisa menebak tangan siapa itu."Aku merasa sangat bersalah padanya, dan berhutang nyawa om." ucap gadis itu dengan badan bergetar karena tangis yang tak mau berhenti."Sabar sayang, kita harus mendoakannya agar cepat sadar dari komanya." wanita itu mengangguk.Dokter masuk ke ruangan pasien dimana Eka terbaring koma. "keluarga pasien Eka." Abraham dan Ivy mengangguk."Pasien wanita yang satu lagi berhasil melewati operasinya dengan lancar, dan sekarang juga masih dalam keadaan koma." rahang Abraham mengeras mendengarnya."It
"Bukankah ini sandal milik Ivy yang kita belikan untuknya?" tanya Javi pada Jennie.Jennie melihat sandal itu dan mengangguk, mereka menemukan sandal itu tepat di jalanan saat Abraham dan Ivy akan di culik. sepertinya Ivy memang sengaja melepaskan sandalnya yang sebelah."Apakah mungkin mereka di culik?" tebak Javi mengingat jalanan ini sepi, jarang di lewati orang."Aku rasa juga begitu, tapi... siapa yang menculik mereka?" ucap Jennie penasaran."Ini semua sudah di rencanakan." tebak Jamil.Javi menoleh ke arahnya dan mengangguk. "seseorang telah mengutus para bodyguard palsu untuk mengantarkan Abraham dan Ivy."Tebakan Javi tepat sasaran. "kau benar! sedari awal aku sudah curiga, banyak musibah yang menimpa kami sewaktu perjalanan menuju alamat rumah mu.""Sekarang kita harus memikirkan bagaimana caranya menemukan keberadaan Abraham dan Ivy."
Abraham dan Ivy tersentak sadar dari pingsannya, saat dengan kasarnya para bodyguard palsu tersebut menyiramkan air ke tubuh mereka. Abraham meringis menahan perih pada wajahnya yang lebam, dan nyaris hancur.Ivy sendiri masih berusaha mengumpulkan kesadarannya penuh, rasa pusing masih terasa berdenyut sakit di kepalanya.Tap... tap... tap...Suara derap langkah kaki yang memakai heels beradu dengan lantai, menimbulkan bunyi tuk tuk. pintu terbuka dan menampilkan wajah seorang wanita. wanita itu tersenyum bahagia melihat ketidak berdayaan Abraham dan Ivy.Suara tepuk tangan membuat kepala Ivy dan Abraham mendongak, keduanya kaget saat melihat siapa yang bertepuk tangan tersebut.Ivy dengan rasa tidak percayanya, dan Abraham dengan rasa kaget yang luar biasanya."Tante?""Chintya?"Ucap Ivy dan Abraham bersamaan, saat memanggil wanita itu, wani
Mobil para bodyguard yang mengikuti di belakang, tiba-tiba saja menghadang mobil Abraham. Abraham merasa heran spontan, sedangkan Ivy sudah pucat pasi, apa yang dia khawatirkan sepertinya menjadi nyata.Para bodyguard mengetuk pintu kaca jendela mobil Abraham, Abraham membukanya dan langsung mendapatkan bogem mentah dari salah satu bodyguard. Ivy menjerit histeris menyaksikan itu semua, gantian kaca jendela mobil Ivy yang di ketuk salah seorang bodyguard lainnya, Abraham menggeleng mengisyaratkan agar jangan di buka sambil meringis menahan perih wajahnya yang di tinju.Bodyguard itu memberi isyarat dengan tangannya seakan menantang Abraham untuk keluar dan melawannya, dengan berani Abraham keluar dan langsung membalas meninju pria tersebut.Namun hal itu tak berlangsung lama, saat para bodyguard lainnya memegang tubuh Abraham, ini tidak adil namanya, main keroyokan. batin Abraham."Ada apa dengan kalian?" tanya Abra
"Sayang...," panggil Abraham pada Ivy.Abraham memeluk tubuh Ivy dari belakang, saat ini mereka sedang berdiri di teras rumah Javi, sedangkan dua mahluk kepo itu pergi ke kebun seperti biasa.Ivy membalikkan badannya menghadap Abraham. "iya om?" Ivy menatapnya dengan penuh tanda tanya."Kita pulang yuk!" ajak Abraham berharap Ivy mau.Ivy menghela nafasnya. "bukannya Ivy gak mau om, tapi Ivy takut jika peneror itu tau Ivy kembali dekat sama om, aku gak mau kalian terluka." ucapnya lirih."Terus harus sampai kapan lagi? memang kamu gak kangen sama mama, papa kamu? sama keluarga aku juga?""Tentu saja Ivy kangen om, kangen banget malah, sama teman-teman Ivy juga." jelas Ivy seakan membayangkan wajah mereka semua.Mendengar kata teman yang keluar dari mulut Ivy, Abraham kembali teringat dengan pesan yang Eka kirim padanya dini hari tadi."Oh ya s