“Dimana Dzurriya, Bangsat?” hardik Ehsan begitu lantang. Paman istri pertamanya itu terus saja mengelak dan berkata bahwa ia tidak tahu keberadaan istri keduanya itu, membuatnya semakin berang saja.“Lepas–kan aku du–lu!” jawab Braha tampak menyusul-nyusulkan napasnya yang semakin lemah dan mencekat hilang karena cekikan Eshan yang semakin kuat tersebut.“Dasar licik! Aku tidak akan melepaskanmu. Jawab aku, atau aku akan membunuhmu sekarang juga!” seru Eshan sembari mencekiknya lebih kuat, membuat wajah lelaki tua di depannya itu semakin memerah, dan urat-uratnya semakin keluar juga menegang.“Sayang, Apa yang kau lakukan? lepaskan pamanku, apa kau sudah gila? Dia bisa mati,” teriak Alexa yang baru saja datang ke tempat itu sembari menarik lengan Ehsan ke belakang supaya melepaskan pamannya.Namun bukannya melepaskan Braha, Eshan justru mencekiknya lebih kuat dengan matanya yang melotot semakin tajam ke arah lelaki itu sambil berteriak, “jangan ikut campur, aku memang akan membunuhn
Tubuh Dzurriya hampir terhuyung jatuh karena terdorong tanpa sengaja oleh wartawan yang ada di sebelahnya.Untungnya Ryan menarik lengannya. Tapi siapa yang menangkap tubuhnya dari belakang.Iya segera menoleh ke belakang dan…‘Mas!’Dzurriya menelan ludahnya, menatap lelaki itu yang sekarang tengah menunduk, memandangnya dengan cemas.“We’ll invite you to an official press conference, so please calm down and don’t bother my family now!” ucap suaminya lantang, terlihat marah tapi berusaha untuk tenang. Bahkan, rahang lelaki itu terlihat menonjol di antara dagunya yang tirus, pandangannya pun tampak begitu tajam. Sementara itu, terlihat beberapa pengawal kembali menghampiri mereka, dan berusaha menghalau wartawan-wartawan itu, supaya suaminya juga sepupu iparnya bisa masuk ke dalam hotel dengan tenang.‘Apa yang harus kupercaya, Mas? Sekarang kau terlihat begitu peduli denganku, tapi aku tidak berani berharap banyak karena biasanya kau akan berubah dalam sekejap’ pikir Dzurriya bingun
Dzurriya mengernyitkan dahi, ia seperti mendengar pintu kamarnya dibuka dan ditutup perlahan.‘Siapa? Apa itu kamu Mas?’ tanya Dzurriya dalam hati.Hatinya yang sakit membuat ia tak ingin membuka matanya.Namun ia merasakan perlahan langkah kaki yang sepertinya menuju ke arahnya itu terhenti begitu dekat padanya, ia bahkan bisa merasakan bahwa seseorang yang datang padanya itu kini tengah berada di hadapannya, terasa dari hembusan nafasnya yang mengibas lembut permukaan kulit hidung Dzurriya.Mendadak, jantung Dzurriya berdebar begitu kencang, apalagi ia tidak mencium sedikit pun aroma musk yang biasanya melekat pada tubuh suaminya tersebut.Seketika matanya terbuka dan langsung membulat lebar. Bagaimana tidak? Seorang lelaki berjaket kulit dan bermasker hitam tengah berdiri di sampingnya, dan menunduk ke arah wajahnya dengan matanya yang melotot ke arah Dzurriya.Karena panik, Dzurriya membuka mulutnya lebar-lebar hendak berteriak, sebelum lelaki itu membungkam mulutnya dengan sangat
“Pak Eshan, kenapa ada di sini?” DegMata Dzurriya tiba-tiba membelalak besar, Jantungnya pun tiba-tiba berdebar dengan was-was. Suara itu tak asing, itu suara pengawal Braha yang menyekapnya sehari yang lalu.Terdengar suara langkah kaki berjalan perlahan, membuat Dzurriya semakin panik. Ia mulai meremas kedua tangannya.“Kau sendiri untuk apa di sini?”Terdengar jawaban dingin dari sang suami.“A–ku..”Pengawal itu terdengar terbata-bata.“Seorang pengawal musuhku yang sudah aku larang berkeliaran disekitarku dan keluargaku, tiba-tiba muncul disini—apa ada hal yang kalian rencanakan?”Suara suaminya itu kini terdengar rendah dan begitu sinis.‘Kalau kau sudah melarang mereka berada di sini, kenapa mereka masih berkeliaran disini, Apa jangan-jangan mereka…’Dzurriya langsung membungkam mulutnya, dengan matanya yang membulat besar begitu memikirkan bahwa pengawal itu mungkin datang untuk menculiknya. Seketika keringat bercucuran di tepi pelipisnya. “I–tu aku hanya akan memberikan be
“Lenyapkan saja!”‘Alexa’Dzurriya kembali dibuat kaget oleh suara wanita yang tengah menerima telepon di depan pintu lift yang mulai terbuka sedikit demi sedikit itu.‘Sepertinya aku berada di tempat yang sangat mengerikan’“Jangan membuat dia curiga!” bisik suaminya itu tiba-tiba.Dzurriya yang tadinya menunduk, segera memberanikan diri untuk menatap kedepan ke arah Alexa.Wanita itu terlihat menutup telepon, dan memasukkan ponselnya ke dalam saku lalu membalikkan badan.Tiba-tiba dia terdiam dan menatap Dzurriya.‘Tidak! Kau harus kuat Dzurriya’ bisiknya dalam hati, apalagi wanita itu sekarang masuk dan menghampiri mereka dengan wajahnya yang tampak penasaran.Tiba-tiba terasa kursi roda kita mendorong keluar dari lift oleh suaminya, membuatnya sedikit tersentak.Tak ayal, Alexa yang tengah berpapasan dengannya untuk masuk, berhenti dan malah terdengar berbalik.“Tunggu!”Sontak laju kursi roda itu terhenti, dan membuat Dzurriya semakin gugup.“Evakuasi, jangan sampai ada yang tah
“Hah! Apa kau sedang menjualku?”Anehnya Eshan malah sontak terkekeh lirih.“Apanya yang lucu?” tanya Dzurriya heran dengan sedikit tersinggung.Suaminya akhirnya menghentikan tawanya, ia berbalik memandang Dzurriya dengan hangat, kemudian perlahan mengelus dan mencium perutnya, membuat Dzurriya seketika tersentuh dan berdebar, jarang sekali lelaki itu melakukannya, apalagi jika lelaki itu bersama dengan Alexa, itu adalah hal yang sangat tidak mungkin.“Lihatlah mamamu ini! untuk apa Papa menjualnya, memangnya Papa kekurangan uang?”Dzurriya tersenyum nyengir mendengar gumaman suaminya itu, dia menyadari apa yang barusan ia katakan. Memang tidak mungkin seorang Ehsan sampai kekurangan uang dan menjual istrinya, apalagi istrinya tengah mengandung anak yang ia idam-idamkan.‘Memalukan sekali! apa yang sebenarnya kau pikirkan?’ gumam Dzurriya dalam hati pada dirinya sendiri.“Habisnya–ngapain juga Mas menyuruhku untuk mengikutinya?” keluhnya berkilah dengan wajah yang merajuk marah.Lel
Dzurriya duduk tertegun menatap keluar jendela kamarnya, sembari mengelus-elus perutnya yang semakin bertambah besar dan terasa semakin berat.Ia teringat kata terakhir yang ia ucapkan pada suaminya saat pertemuan terakhir mereka dua bulan yang lalu, ‘apa kau mencintaiku?’Tak terasa air mata Dzurriya mulai menetes kembali.Bahkan ia tak tahu apa yang sebenarnya dirasakan oleh lelaki itu padanya, selama ini ia hanya menduga-duga.Dan sekarang ia harus berada di tempat asing, yang ia tak pernah tahu itu di mana, bersama dengan lelaki asing yang sepertinya sangat dipercaya oleh suaminya.“Nyonya, makanan sudah siap. Apa Nyonya mau makan sekarang?”“Hidup harus terus berlanjut,” gumam Dzurriya sembari mendesah pelan, mendengar pertanyaan orang kepercayaan suaminya tersebut.Ia kemudian menoleh perlahan ke arah lelaki yang barusan masuk ke dalam kamarnya yang tadi sengaja tidak ditutupnya itu.“Iya,” jawabnya singkat sembari bangkit dari tempat duduknya.Lelaki bertubuh kekar Itu tampak m
‘Ryan!”Dzurriya tersentak kaget, seketika matanya membuka lebar, sementara nafasnya terengah-engah.Dipandangnya sekitarnya yang kosong, dan hanya ada perabotan rumah tangga saja.‘Apa itu tadi?’ pikir Dzurriya bertanya-tanya, kenapa tiba-tiba Ryan ada dalam mimpinya.“Astagfirullahaladzim!” gumamnya lirih sambil mengusap wajahnya.Ia kemudian bangkit duduk, dan meraih air putih yang tepat berada di sebelah ranjangnya.‘Ranjang? Bukannya Ini kamarku?’ Dzurriya kembali terkejut, matanya menatap sekitar kamar itu dengan was-was, bagaimana bisa Ia berbaring di kamar itu, bukannya tadi ia ada di dalam mobil, siapa yang membawanya ke kamar. Pikirannya mulai dipenuhi hal-hal yang aneh.‘Apa pengawal itu…’Dzurriya terbelalak lebih kaget mendengar suara hatinya tersebut.“kurang ajar!” umpatnya lirih kemudian segera berdiri, hendak melabrak pengawalnya tersebut.Langkahnya berderap cepat, sementara emosinya memuncak. Dengan tatapan yang tajam, begitu juga wajah yang memerah padam, ia kelua
Dzurriya menatap jauh ke arah suaminya yang tengah duduk di taman rumah sakit itu dengan pandangannya yang kosong.Sudah sejam lelaki itu berada di sana dengan matanya yang sesekali berkaca-kaca.Lelaki itu tadi terlihat sangat bahagia mendapati Dzurriya berada di sampingnya tadi, namun tiba-tiba berubah murung saat mengetahui bahwa istri pertamanya telah tiada.‘Secinta itu kau padanya Mas,” pikir Dzurriya sembari menelan ludahnya.“Apa yang kau pikirkan?”Dzurriya tersentak kaget mendengar pertanyaan Ryan barusan, ia kemudian menoleh ke arah sepupu iparnya tersebut.“Kenapa kau tak menghampirinya saja? Sepertinya dia butuh teman bicara,” tanya lelaki itu lebih jauh.Dzurriya tersenyum ringan, kemudian berbalik menatap jauh ke arah suaminya.“Apa kau tahu apa yang ditanyakannya tadi padaku saat dia baru siuman?” tanyanya tanpa menoleh ke arah Ryan sedikitpun.“Apa dia bertanya kalau kau baik-baik saja?”Dzurriya tersenyum sambil menunduk ke bawah, mendengar jawaban Ryan tersebut, kem
“Mas!” teriak Dzurriya panik dengan mata yang nanar dan berkaca-kaca. Ia memeluk suaminya dalam perempuannya tersebut.Lelaki itu tampak berusaha tersenyum padanya, sambil berbicara dengan nada terbata-bata, “ S–sekarang kita sudah impas… A—aku sudah ti—dak berhutang lagi padamu.”“Tidak! ini belum cukup! kau harus membayarnya seumur hidupmu! kau dengar itu?” ujar Dzurriya di antara air matanya yang terus-menerus mengalir ketakutan.Eshan kembali terlihat tersenyum, sebelum akhirnya tubuhnya tiba-tiba tersentak hebat, dan dari dalam mulutnya memancar darah yang begitu banyak, hingga menciprat ke sebagian pakaian Dzurriya dan mukanya.Lelaki itu pingsan dan langsung menutup mata setelahnya, membuat Dzurriya menangis histeris dengan begitu panik. Ia berusaha menggoyang-goyang tubuh suaminya itu, namun tidak ada respon sekali.Dengan ketakutan ia mulai berteriak minta tolong.Tiba-tiba beberapa orang datang bersama dengan Alexa yang tadi lari begitu saja setelah menikam suaminya.Di
“Lepaskan dia!” Sayup-sayup terdengar teriakan begitu kera, setelah suara pintu yang terdengar digebrak dan dibanting tiba-tiba. Diikuti kemudian oleh suara langkah kaki yang berlari dan berderap begitu berat, tampak tubuh Alexa tertarik ke belakang. Dzurriya langsung terbatuk-batuk, nafasnya yang tertahan begitu lama langsung tersengal-sengal keluar. ‘Apa dia benar-benar sudah gila?’ pikir Dzurriya sembari memegang lehernya dan melirik ke arah istri pertama suaminya itu. “Kamu nggak pa-pa?” tanya suaminya yang tengah berdiri di hadapannya dengan wajah begitu khawatir, sambil memegang kedua lengan atasnya. “Sayang, aku bisa jelaskan,” sela Alexa yang baru saja bangkit dan menghampiri suaminya itu, terdengar begitu gupuh. Jakun Ehsan tampak naik turun mendengar ucapan wanita itu yang kelihatan terus berusaha berkilah, sedang giginya tampak mencengkeram dengan kuat sambil membuang muka ke atas. Lelaki itu tampak begitu kesal, namun sepertinya masih berusaha untuk menahannya. “T
BrakTerdengar suara benturan dari bagian belakang kursi roda yang dinaiki Dzurriya karena menabrak dinding. Kursi roda itu tiba-tiba saja ditarik ke dalam sebuah ruangan oleh seseorang, kemudian kerangka sandarannya didorong ke belakang dengan cepat.Kejadian yang begitu cepat itu spontan membuat Dzurriya tersentak dengan tarikan nafasnya yang terjeda yang kemudian terengah-engah.Pria segera berusaha menguasai dirinya yang berdebar hebat dengan menelan ludahnya, kemudian perlahan mendongakkan kepalanya ke atas, menatap siapa yang sudah menariknya ke dalam ruangan tersebut.‘Mas!’Tampak wajah sang suami terlihat merah padam, sepertinya laki-laki itu sedang kesal.“Apa sebenarnya yang kau inginkan?” ucap suaminya itu terdengar begitu sinis dan dingin.“Yang kuinginkan? Apa maksudmu?” tanya Dzurriya tak mengerti dengan apa yang diucapkan lelaki itu padanya.“Jangan pura-pura lugu kau sedang memanfaatkan kami berdua, kan?” tuduh Eshan tampak menatapnya semakin dekat dan semakin dingin.
“Kenapa kau membiarkannya pergi?” tanya Ryan tampak menatap Dzurriya dengan heran, setelah kepergian Eshan yang terlihat kesal, saat mendapati dirinya dan Ryan bersama.“Bukankah kau juga menginginkannya?” ucap Dzurriya bertanya balik padanyaLelaki itu tampak memicingkan matanya sembari melirik ke arahnya, “jangan berbohong padaku! bahkan kau melakukannya bukan untukku, apa kau cemburu karena Alexa tadi tiba-tiba datang dan menciumnya?”“Jangan bicara omong kosong! untuk apa aku cemburu pada wanita murahan seperti dia? cepat dorong aku!” ujar Dzurriya berusaha mengalihkan pembicaraan.Ryan tampak terkesiap mendengar penuturannya tersebut.“A–apa maksudmu? Kenapa kau menyebutnya murahan?” tanya lelaki itu terdengar terbata-bata dan berhati-hati.Dzurriya kembali menoleh ke belakang dan menatap lelaki itu dalam-dalam.‘Apa kau benar-benar yakin mau mendengarnya dariku?’ pikir Dzurriya kemudian menelan ludahnya.“Apa kau benar-benar tidak ingin membawaku untuk keluar? aku begitu penat b
“Apa?” Tampak Eshan berusaha memastikan apa yang barusan ia dengar tersebut, dengan alisnya yang tampak saling mendekat dan hampir menyatu.“Jadi jangan sia-siakan dia! atau aku akan segera merebutnya darimu,” ujar Ryan tiba-tiba menarik kerah Eshan, sambil menatap begitu tajam ke arah kakak sepupunya tersebut.‘Hah!” desah Dzurriya penuh sesal, Iya begitu terkesiap sekaligus tak menyangka kalau mantan kekasihnya itu bakal bicara sembarangan seperti itu.Sementara Alexa terlihat nyengir kegirangan, Ia bahkan terlihat sangat menikmati pemandangan itu.Berbeda dengan dirinya yang mulai was-was, apalagi melihat suaminya itu memegang tangan Ryan yang tengah mencengkeram kuat kerah bajunya, kemudian perlahan menurunkan tangan adik sepupunya itu, dan mulai menatapnya dengan tajam.‘Jangan-jangan mereka akan berkelahi!’ pikir Dzurriya.Tapi apa yang akan terjadi melampaui perkiraannya.“Kalau kau sangat menyukainya…”‘Apa yang mau kau katakan, Mas?’ pikir Dzurriya sambil menatap mata suamin
BekTerdengar suara pukulan begitu keras, diikuti cairan yang terasa memancar di pipi kiri Dzurriya, tapi anehnya Dzurriya tak merasakan apa-apa.“Apa yang terjadi?” pikirnya.Dengan heran dibukanya matanya perlahan penuh was-was.Tampak tubuh tua bangka itu tergolek lemah di sampingnya dengan sisa-sisa bercak di tepi mulutnya, sepertinya itu adalah darah.Seketika Dzurriya langsung tersentak, sembari kembali menutup mulutnya yang mendesah singkat.Dialihkannya kemudian pandangannya ke arah seseorang berkemeja putih yang tampak memukul satu persatu para pengawal itu dengan membabi buta di depannya.“Mas!” Panggil Dzurriya lirih, begitu mendapati wajah lelaki yang tadi membelakanginya itu tiba-tiba menendang kepala seorang pengawal hinggap badannya memutar menghadap ke arah Dzurriya.Sementara itu tiba-tiba terlihat tangan Braha yang tersungkur di sebelahnya meraba-raba, seperti tengah hendak meraihnya. Dzurriya yang terperanjat kaget langsung menyeret tubuhnya mundur.Namun badan le
Dzurriya hendak menjelaskan kalau dia benar-benar amnesia, dan baru ingat semuanya, namun tiba-tiba tubuh Ryan tersentak hebat bersamaan dengan darah yang tiba-tiba memancar keluar dari dalam mulut mantan tunangannya itu.Sontak Eshan begitu terperanjat kaget dan terlihat langsung menghampiri sepupunya itu, kemudian menggendongnya.Dzurriya yang begitu syok hanya bisa menoleh sambil mendesah cepat, dan seketika menutup mulutnya dengan kedua tangannya, matanya sendiri langsung berkaca-kaca.Ia lalu mengikuti suaminya yang setengah berlari dengan panik itu.Namun tiba-tiba tangan kanan Alexa menjulur dan menghalangi jalannya.Dzurriya menoleh ke arah wanita itu dengan heran, namun wanita tak punya hati itu malah tersenyum nyengir ke hadapannya, dan segera melirik ke arah pengawalnya tadi, yang sepertinya terlupakan oleh suaminya.Dia kemudian menggerakkan bola matanya melirik ke arah Dzurriya dengan cepat.Alhasil dalam sepersekian detik saja, para pengawal itu langsung membungkam mulut
Dzurriya segera mencari sesuatu di badan Ryan. Kalau perkiraannya benar, dan lelaki itu datang ke sana untuk menyelamatkannya, pasti dia membawa sesuatu untuk membela diri, dan benar saja itu yang menemukan senjata api di bagian dalam saku jaketnya.Dzurriya segera mengambil senjata itu dan berlari ke belakang pintu. Namun na’as, pintu itu tiba-tiba terbuka begitu saja, mata Dzurriya langsung membelalak lebar, tubuhnya pun yang tadinya condong kedepan karena buru-buru berlari ke belakang pintu, sontak menegak bersamaan dengan matanya yang menoleh ke arah pintu tersebut.Dengan panik, ia segera mengokang pistolnya, dan mengarahkan pistol itu pada seseorang yang masuk pertama, yang tak lain adalah paman istri pertama suaminya itu.Tapi karena Ia tidak mahir sama sekali juga begitu gugup, peluru pistol itu malah meluncur ke arah daun pintu tadi dan menyebabkan suara dentuman yang begitu keras. Alhasil Alexa dan Braha berhasil mundur dan menghindar.“Kurang ajar! berani sekali dia melaku